Anda di halaman 1dari 58

Diary Dokter Muda

Rifky version

TELINGA HIDUNG
TENGGOROKKAN

&
KEPALA DAN LEHER

Edisi
Stase Minor

Diary Dokter Muda


Rifky version

TELINGA HIDUNG
TENGGOROKKAN

&
KEPALA DAN LEHER

Edisi
Stase Minor

DAFTAR ISI
Kasus terbanyak THT
Pedoman Tata Kerja dr. Muda THT-KL
Karakter Perceptor

KASUS KASUS TERBANYAK THT-KL

Serumen prop (cp)


Sinusitis (sn)
Rinitis
rhinosinusitis
Faringitis
Tonsilitis (te)
Otitis eksterna (oe)
Otitis media akut (oma)
Otulgia
Dysphagia
Mastoiditis
Polip
Ca Nasopharing

OPERASI

A. PERSIAPAN OPERASI
1. Pasien-pasien yang akan menjalani operasi dapat
berasal dari poliklinik rawat jalan atau dari ruang
rawat inap ; direncanakan oleh dokter spesialis
THT-KL (dituliskan pada status rawat jalan/status
rawat inap ) ataupun kiriman dokter spesialis
THT-KL.
2. Pasien-pasien yang akan menjalani operasi harus
mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap
dari dokter yang merencanakan operasi
Pasien yang akan menjalani operasi harus
memenuhi kelengkapan:
Cek Laboratorium darah : di lembar terlampir,
Rontgen Thorax
Anak: Komsul ke anak, Anestesi
Dewasa >40 tahun
:
Jantung,
IPD,
Anestesi
dan
Jenis operasi yang akan dikerjakan
Jeis pembiusan yang direncanakan
Konsulen yang akan mengerjakan
Pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang
diperlukan
Konsul-konsul pre-operatif sampai persetujuan
bagian anestesi
Waktu operasi yang direncanakan (dijadwalkan
di anggrek)
Administratif
3. Pasien-pasien yang akan menjalani operasi harus
melaporkan diri ke Anggrek sehari sebelum

jadwal operasi agar dapat dipastikan memenuhi


kelengkapan tersebut di atas dan didaftarkan ke
instalasi bedah pusat.
4. Pasien-pasien yang menjalani operasi harus
melaksanakan prosedur standar persiapan preoperatif,
yaitu:
mengisi
dan
menandatangani
surat
izin
operasi/tindakan
5. Puasa 6-8 jam pre-operatif; jika direncanakan
dalam anarkose umum (pasien tidak puasa obat;
obat-obatan yang sedang dikonsumsi tetap
dikonsumsi sesudai jadwalnya)
6. Persiapan khusus, tergantung operasi yang akan
dilakukan
(pemeriksaan atau instruksi khusus yang tertulis
dalam status rekam medik, cukur daerah
operasi, dsb)
B. JENIS OPERASI
AWO : athrostomi washed out
Untuk pasien askes dan jamkesmas, yang lain
tidak
TE : tonsilektomi
TA : tonsiloadenoktomi
FESS
Teknik operasi pad asinus paransal dengan
menggunakan
endoskopi
yang
bertujuan
memulihkan muciciliary clearance dalam sinus.
Prinsipnya adalah membuka dan membersihkan
daerah kompleks osteomeatal yang menajdi

sumber penyumbatan dan infeksi sehingga


ventilasi dan drainase sinus lancar kembali
melalui ostium alami.
Indikasi
Rinosinusitis kronik atau sinusitis akut berulang
dan polip hidung yang telah diberi terapi
medikamentosa yang optimal
Rinosinusitis
dengan
komplikasi
dan
perluasannya,
mukoksa,
sinusitis
alergi
berkomplikasi atau sinusitis jamur yang invasif
dan neoplasia
C. POST OPERASI TONSILO-ADENOIDEKTOMI
1. Observasi; dapat dilakukan oleh tenaga medis
atau paramedis yang bertugas di ruang
pemulihan, ruang observasi, atau ruang rawat
inap.
2. Hal-hal
yang
harus
diobservasi
adalah
kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi, suhu,
dan perdarahan
3. Jika dalam observasi hal-hal tersebut di atas
ditemukan sesuatu yang tidak normal, segera
dilaporkan kepada dokter operatornya
4. Pastikan bahwa infus ringer laktat terpasang dan
mengalir lancar dengan kecepatan tetesan
antara 10-20 tetes per menit, kecuali dimintakan
secara khusus oleh dokter operator maupun
dokter lainnya (dituliskan dalam status rekam
medik), baik jenis maupun kecepatan tetesannya
5. Pastikan posisi tidur pasien miring ke kiri atau ke
kanan, mendekati telungkup, agar jika terjadi

perdarahan pasien dapat mengeluarkan darah


tersebut dengan cara meludahkannya dan tidak
sampai menelannya
6. Kompres es sekitar leher pasien untuk
memeperkecil
resiko
perdarahan
yang
mungkin dapat terjadi
7. Pastikan bahwa pasien tetap menjalani puasa
sampai bising usus (+) atau jika pasien sudah
sadar penuh, agar tidak terjadi aspirasi
8. Diet yang diberikan adalah makanan cair
9. Pastikan bahwa pasien mendpatkan obat
sesuai dengan instruksi dokter operator atau
dokter lainnya (tertulis dalam status rekam
medis)
10.
Pasien dapat dipulangkan setelah
dilakukan evaluasi oleh dokter operator atau
dokter lainnya setelah dipastikan resiko yang
terkait dengan komplikasi operasi dinilai tidak
ada atau minimal

OBAT-OBAT THT
KASUS
Serumen
Veruka vulgaris

Tonsilitis akut
Faringitis

OMSK

Sinusitis

Post Operasi Sinusitis


saat dirawat
Post Operasi OMSK

nasacorf
biocolin
interhistin

OBAT
Otopain tetes telinga
Di cauter dengan balut
kapas + aggrentum
nitrat
Asam mefenamat 500mg
Amoxicillin 500mg
Ceftriazine X 2dd1
Benazid III 1dd1
Sidiatril 2dd1
Klamoksilin 3dd1
Rinofed 3dd1
H2O2 2 dd gtt IV
Asam mefenamat 500mg
Neurodex 3dd1
Citrizine 2dd1
Cephalexin inj/12 jam
Kalnex inj/8 jam
Keterolac inj/12 jam
Ceftriazon inj 2dd1
Dexametason inj/8jam
Keterolac amp /8jam
RL /8jam
Tramadol inj

10
dexametason 3dd1
eflin X 3dd1
ciprofloxaxin 500mg 2dd1
diazepam
alprazolam
crofed
gg
amoxicillin 500mg 3dd1
otopain
nasacorf
neurodex
merpox
metil prednisoon
coroplex
fuporex
Pre OP AWO : nterhistin 3dd1, amoxicillin, hindari munim
dingin

11

A. BIMBINGAN DR. FATAH I


1. Apa Tugas Kalian Di Koas?
Melatih nalar diagnostik
Membandingkan antara teori yang didapatkan
selama masa perkuliahan dangan kenyataan
yang ditemukan pada masa dokter muda.
#Dan untuk tahu, maka pengetahuan harus
cukup!
2. Bagaimana Cara Melakukan Pemeriksaan Telinga
a. Siapkan alat berupa sumber cahaya terarah
(head lamp), spekulum telinga, atau otoskop
yang dapat menggantikan head lamp dan
spekulum telinga.
b. Siapkan ruangan dan lingkungan dengan
pencahayaan yang cukup
c. Positioning pasien, lutut pemeriksa bagian kanan
berdampingan dengan lutut pasien sebelah
kanan, atau sebaliknya.
d. Informed consent kepada pasien dan penjelasan
prosedur yang akan kita lakukan hingga pasien
mengerti
e. Untuk memeriksa telinga kanan, tolehkan wajah
pasien ke kiri
f. Nilai telinga kanan bagian luar bagaimana
bentuk, ukuran, warna, bagian-bagiannya.
g. Gunakan otoskop atau spekulum telinga dan
head lamp.

12

h. Pegang otoskop seperti memegang pensil


dengan tangan kiri
i. Tarik aurikula ke superior posterior, periksa CAE
nilai liang telinga dan membran timpani
j. Palpasi jika perlu
k. Untuk memeriksa telinga kiri, tolehkan wajah
pasien ke kanan
l. Nilai telinga kiri bagian luar bagaimana bentuk,
ukuran, warna, bagian-bagiannya.
m. Gunakan otoskop atau spekulum telinga dan
head lamp
n. Pegang otoskop seperti memegang pensil
dengan tangan kanan
o. Tarik aurikula ke superior posterior, periksa CAE
nilai liang telinga dan membran timpani
p. Palpasi jika perlu
q. Simpulkan pemeriksaan
3. Bagaimana Telinga Normal?
Telinga Luar
a. Aurikula 2 buah terletak di sisi parietal kepala
b. Membentuk sudut tertentu dengan kepala
c. Bentuk dan ukuran proporsional dengan sesuai
umur
d. Ditutupi oleh kulit yang warnanya sama dengan
sekitarnya
e. Terdiri dari bagian tragus, helix. Lobulus,
antehelix
f. Tidak
didapatkan
tanda-tanda
radang,
deformitas,
benjolan,
nyeri
tekan
untuk
mepertegas yang normal di atas.
Telinga Dalam

13

a. Liang telinga lapang ditutupi oleh kulit yang


warnanya sama dengan sekitarnya, tidak ada
tanda inflamasi, serumen
b. Bagian dalam dibatasi oleh membran timpani
yang intak dengan cahaya (kanan jam 5, kiri jam
7), membentuk sudut dengan CAE, pada bagian
dalam terdapat pars placida, pars tensa, umbo.
c. dinilai warna, refleks cahaya, tidak ada sekret,
tidak ada perforasi.
4. Bagaimana cara pemeriksaan fungsi telinga?
Tes rinne
Membandingkan hantaran melalui udara dan
tulang pad atelinga yang diperiksa
Tes weber
Membandingkan hanatran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan
Tes schawabach
Membandingkan hantaran tulang orang yang
diperiksa
dengan
pemeriksa
yang
pendengarannya normal
5. Bagaimana
Cara
Melakukan
Pemeriksaan
Hidung?
Siapkan
alat
berupa
cahaya
terarah
(headlamp), spekulum hidung,
Siapkan ruangan dengan pencahayaan yang
cukup
Siapkan pasien, Potitioning pasien. Lutut
pemeriksa
bagian
kanan
berdampingan
dengan lutut pasien sebelah kanan, atau
sebaliknya.

14

Informed conset kepada pasien dan penjelasan


prosedur yang akan kita lakukan hingga pasien
mengerti

Hidung Luar
Nilai letaknya
Hidung Dalam dengan Rinoskopi Anterior
siapkan alat berupa sumber cahaya terarah
(headlamp/ penlight), spekulum hidung.
Siapkan ruangan dengan pencahayaan cukup
Informed consent dan penjelasan prosedur
kepada pasien
Positioning pasien berhadapan, lutut kanan
pasien bersebelahan dengan lutut kanan
pemeriksa
Kepala pasien diekstensikan
Spekulum boleh dipegang dengan tangan mana
saja, sperti menggenggam, telunjuk sejajar
moncong spekulum untuk kontrol
Spekulum dimasukkan ke dalam cavum nasi
dalam posisi tertutup, buka perlahan spekulum,
Nilai vestibulum, konka inferior, mukosa, septum
Tuutup setengah spekulum, keluarkan dari
cavum nasi
Lakukan pemeriksaan untuk hidung lainnya
6. Bagaimana Hidung normal?
Hidung Luar:
Dorsum nasi dan apex nasi yang terletak pada
linea media wajah tidak ada deviasi (simetris
kiri dan kanan)
2 buah cavum nasi dan ala nasi yang simetris
kiri dan kanan

15

Ditutupi oleh kulit yang warnanya sama


dengan sekitarnya, tidak ada tanda-tanda
laserasi, radang, fistel, maupun defek.

Hidung dalam :
dengan spekulum yang dimasukkan ke nares
anterior
vestibulum yang ditubulum oleh rambut
hidung, liang lapang
septum nasi letaknya medial
konka inferior dan media yang semuanya
ditutup oleh mukosa merah muda
terdapat pasase udara
tidak ada sekret, tidak ada tanda-tanda
radang, polip 7. Bagaimana cara pemeriksaan fungsi hidung?
Pasase udara
Letakkan tongue spatel horizontal dibawah
cavum nasi, perhatikan uap yang terjadi dari
hembusan nafas, bandingkan.
Cara lainnya dengan menggunakan punggung
tangan. Robekan tisu/kapas kecil di depan lubang
hidung
Tutup sebelah, tanya mampet/tidak? Lakukan
pada bagian cavum nasi lain.
8. Bagaimana Cara Pemeriksaan Rinoskopi Posterior
a. Siapkan alat dan bahan berupa cermin
nasofaring, head lamp, tongue spatel, alat
pemanas (lilin/korek api)

16

b. Siapkan ruangan dengan pencahayaan yang


cukup
c. Positioning
pasien
berhadapan
dengan
pemeriksa
d. Informed consent pasien dan penjelasan
prosedur
e. Minta pasien membuka lebar mulutnya, lidah di
dalam dan lemas, tekan 2/3 anterior lidah
dengan tongue spatel ke arah dasar mulut. Minta
pasien bernapas dengan mulut.
f. Masukkan
cermin
nasofaring
yang
telah
dihangatkan terlebih dahulu tanpa menyentuh
organ sekitarnya
g. saat melewati uvula minta pasien mengucapkan
a arahkan ke organ yang akan kita nilai :
nares posterior (kogne), septum posterior di
antara nares
konka superior, fossa rossen muller + locus
tuba
dinding posterior lateral-medial, posterolateral.
Dimana terdapat fossa nares, mukosa
nasofaring
9. Bagaimana Cara Pemeriksaan Orofaring?
a. Siapkan alat dan bahan berupa tongue spatel,
sumber cahaya yang terarah (head lamp).
b. Siapkan ruangan dengan pencahayaan cukup
c. Positioning pasien, duduk berhadapan
d. Minta pasien membuka lebar mulutnya
e. Sibakkan suluruh bibir dengan tongue spatel,
nilai keadaan gigi dan gusi
f. Tekan 2/3 anterior lidah dengan tongue spatel ke
arah basis lidah. Nilai cavum oris, palatum

17

durum, palatum mole, uvula, tonsil, arcus


anterior (palatoglossus), arcus posterior, dinding
orofaring, tonsil kanan dan kiri.
g. Lepaskan tongue spatel, tempelkan lidah ke
palatum, nilai dasar mulut
h. Julurkan lidah, gerakkan ke kiri dan ke kanan
untuk mobilitas
10. Bagaimana Cara Pemeriksaan Laringoskopi
Indirek ?
a. Siapkan alat dan bahan : cermin laringoskop,
head lamp, tongue spatel, kassa, handscoen
b. Siapkan ruangan dengan pencahayan cukup
c. Positioning pasien duduk berhadapan
d. Informed consent
e. Minta pasien membuka mulut lebar, julurkan
lidah sejauh mungkin, pegang dengan kassa
untuk fiksasi sehingga tidak tertarik ke dalam.
f. Cermin yang sudah dipanaskan masuk tanpa
menyentuh organ sekitarnya, saat melewati
uvula minta pasien mengucapkan A. Arahkan
cermin ke bagian yang akan kita nilai:
mukosa laring, epiglotis, basis lidah, sinus
piriformis, plica vocalis, pli area epiglotis, plica,
pilca, plica, rimaglotis, trakea.
B. Bimbingan
1. Bagaimana Cara Pemeriksaan Transluminasi/
diaphanosropia?
Siapkan alat berupa sumber cahaya terarah
seperti
penlight
dan
sumber
cahaya

18

memendar seperti lampu heyman (lampu 6


volt bertangkai panjang)
Siapkan ruangan yang gelap, sumber cahaya
hanya dari kita.

Sinus Frontalis
Untuk memeriksa sinus frontalis sinistra.
Dekatkan pen light sedekat mungkin dengan
kulit pada daerah kantus media dextra ke arah
superior, ditekan merata sehingga tidak ada
cahaya yang bocor. Perhatikan cahayanya
gelap/terang.
Untuk memeriksa sinus frontalis dextra.
Dekatkan pen light sedekat mungkin dengan
kulit pada daerah kantus media sinistra ke
arah superior, ditekan merata sehingga tidak
ada cahaya yang bocor. Perhatikan cahayanya
gelap/terang.
Sinus Maksilaris
Cara 1
Minta pasien membuka mulut lebar-lebar,
lampu ditekan pada margo inferior orbita ke
arah inferior
Cahaya yang memancar ke depan ditutup
dengan tangan lain
Palatum durum homolateral berwarna terang
Cara 2
Minta pasien membuka mulut
Masukkan lampu (volt srendah mungkin, watt
besar lebih bagus) yang telah diselubungi
tabung gelas kedalam mulut pasien

19

Mulut pasien ditutup


Nilai cahaya yang memancar dari mulut dan
bibir atas pasien, tutup dengan tangan kiri

Hasil
dinding depan di bawah orbita tampak bayangan
seperti bulan sabit
Interpretasi
perbedaan terangnya sinus kiri dan kanan dinilai
dengan skor 0-3 atau 1-4. Dimana hasil
bermakna jika salah satu sisi lebih gelap atau
lebih terang. Bila kedua-duanya sama tidak bisa
disimpulkan dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
0
1
2
3

Sangat gelap
Gelap
Terang
Sangat terang

1
2
3
4

2. Bagaimana Cara Pemeriksaan Pendengaran ?


Garpu tala. Amplitudo beda, frekuensi sama
a. Tes Rinne
Membandungkan hantaran gelombang suara
melalui udara dan melalui tulang pendengaran
b. Tes Weber
Membandingkan
hantaran
tulang-tulang
pendengaran telinga kiri dan kanan
c. Tes Swabach
Membandingkan hantaran tulang pemeriksa dan
yang diperiksa

20

Syarat : pemeriksa harus dipastikan normal


dengan audimetri, orang normal mampu
mendengar 0-20 db
3. Apa Relevansi Anamnesis Dengan Nalar Klinis?
a. Data Umum
Info terkait kelainan tertentu pada umur tertentu,
jenis kelamin tertentu, lingkungan tertentu
b. Keluhan Utama
Mengarah ke organ yang bermasalah
c. Riwayat penyakit
Apakah akut/kronik/kronik eksaserbasi akut
Apakah keluhan utama merupakan komplikasi
atau primer
Contoh :
Pasien dengan KU sakit kepala, dari RPP curiga
rhinits
alergik
maka
sakit
kepalanya
merupakan sekunder, bukan primer
Tentukan terapi
Medika mentosa
Operatif
Bila dari anamnesis tidak didapatkan riwayat
pengobatan sebelumnya maka operatif bukan
pilihan pertama
Riwayat Penyakit Keluarga
Terkait penyakit yang herediter
4. Bagaimana cara pemeriksaan keseimbangan?
a. Tes Romberg
pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk
menjaga bila pasien jatuh
Mintalah pasien berdiri dengan kaki berhimpit
dan kedua lengan disisi tubuh

21

Kedua mata pasien terbuka dan kemudian


mintalah keduanya dipejamkan
Normal adnya gerakan tubuh dengan sedikit
bergoyang
Bial pasien jatuh kesamping karena hilangnya
keseimbangan, tes romberg positif.
b. Tes Satu Kaki
Minta pasien berdiri pada srau kai dengan
mata tertutup
Kedua lengan lurus dan tetep disisi tubuh
Ulangi prosedur ini pada kaki satunya
Normal, keseimbangan berkisar 5 detik
dengan sedikit goyangan tubuh
Penyimpangan apabila pasien menggerakkan
badan dan mengayunkan kakinya untuk
mencegah agar tidak jatuh
5. Bagaimana cara pemeriksaaan koordinasi?
a. Test Menyentuh Hidung
Demonstrasikan setiap manuver ini terhadao
oasien dan minta pasien mengulanginya
Perhatikan
kehalusan
dan
kesimbangan
gerakan tersebut untuk memriksa fungsi
motorik halus
Mintalah pasien mengekstensikan lengan
keluar sisi tubuh dan sebtuhkan setiap jari ke
hidung
Mintalah pasien melakukan dengan mata
terbuka kemudian dengan mata terpejam
Normal pasien dapat menyentuh hidung
secara bergantian

22

Penyimpangan terjadi apabila pasien tidak


mempunyai kemampuan menyentuh hidung,
gerakan tampak kaku, tidak terkoordinasi,
lambat, tidak teratur.
C. BIMBINGAN
1. Otitis eksterna timbul nyeri menelan?
Karena ad ahubungannya dengan mandibular
joint
2. AWO pemanasan? Fisioterapi pakai penyinaran
3. Benda asing organik dan nonorganik?
Anorganik
mengembang
menyebabkan
obstruksi
Organik traumatik, infeksi
4. Sinusitis dentogen
5. Indikasi pemeriksaan BERA pada anak yang
mengalami keterlambatan bicara.
6. Peritonsiler abses
7. Pemriksaan penciuman dengan amonia
8. Tonsilitis subjektif/objektif
Ada penyempitan CAE, ada serumen yang
menutup CAE, SNHL, OMA supurasi
9. Mengapa
laringitis
pada
anak
sering
menimbulkan obstruksi saluran napas?
Faktor anatomi sehingga anak-anak susah
mengeluarkan sekret
10. Perasat Heimlich
11. Laringomalasia
Terjadi gangguan metabolisme kalsium ditandai
dengan kartilago epiglotis yang tidak bisa berdiri
tegak. Jika pasien ditelungkupkan, epiglotis jatuh
ke depan (basis lidah). Jika kasusunya

23

laringomalasia, seumur hidup harus pakai


kancung tracheostomi
12. Papiloma laring
Tidak perlu tracheostomi setelah papil diangkat.
Papiloma bersifat jinak dan frekuensinya tinggi.
13. Menghentikan perdaran epistaksis dengan
daun sirih?
Cara menghentikan epistaksis ada mekanik, fisik,
biokimiawi.
14. Cara membedakan epistaksis anterior dan
posterior?
Pasien diminta untuk duduk tegak, kepalanya lurus
tanpa menengadah. Dilihat di orofaring ada
tetesan darah yang mengalir di orofairng atau
tidak. Kalau ada epistakis posterior.
Salah satu komplikasinya adlah hemotimpanum
karena darah dari epistaksis masuk ke tuba
eustachius terutama jikan pasien mengalami
epistaksis sewaktu tidur.
15. Miringotomi kenapa dilakukan di kuadran
postero-inferior?
Prinsipnya membuat lubang diposisi terendah
(inferior).
Posterior karena diposisi itu tidak terdapat organorgan pendengaran sehingga lebih aman
dilakukan. Bila di anterior ada foramen ovale dan
foramen rotundum.
Lebih bagus dilakukan di pars tensa flacisa
karena vaskularisasinya lebih bagus dan
regenerasinya cepat, tetapi dapat menyebabkan
granulasi.
16. Rhinitis alergi tidak boleh makan makanan
yang banyak?

24

Tidak ada relevansinya


17. INDIKASI dan Prinsip BERA
18. Letal midline granuloma?
19. Weigner disease
20. Menghentikan epistaksis ?
Dikompres, tampon, di tekan, tampon vaselin,
foley catheter untuk menekan kapiler
21. Apakah pada pasien dengan otitis eksterna
cae dapat berair?
Bisa, dari furunkel /abses.
Bila tidak berasal dari furunkel/abses bisa/tidak?
Laserasi
bisa
menimbulkan
sekret
yang
jumlahnya sedikit bila tidak mengalami infeksi
sekunder.
22. Pada kasus apa kita bisa mendiagnosis OMA
jika ada sekret> saat ada ISPA yang menyertai
23.
Otitis eksterna kronik hanya otomikosis.
24. Apa yang terjadi bila terapi tidak adekuat?
bisa menimbulkan otomikosis ataupun ototoksik
25. Pada pasien dengan OMA perforasi membran
timpani.
Pasien harus kontrol setiap 1 bulan, 3 bulan apa
bila tidak ada keluhan.
Perforasi sub total masih bisa sembuh dengan
regenerasi selnya. Karen ayang berpengaruh
adalah sifat perforasinya fibrotik-ada penebalan
pad apinggir luka, yang artinya tidak bisa
regenarasi dan harus timpanolasti atau tepi luka
tanpa penebalan.
26. Pilihan terapi pada OE topikal atau sistemik?
Topikal
yang
berkepanjangan
dapat
menyebabkan otomikosis dan ototoksik.
Bila topikal tidak bagus diberi sistemik.

25

Laukan kultur dan uji resistensi bila >5hari tidak


sembuh
Atau sistemik diberikan bila kita curiga infeksi
sudah menyebar melebihi jarinagn superficial.
Bagaimana mengetahuinya? Infeksi lanjut dpat
dicurigai bila ada nyeri tekan tragus atau nyeri
tarik aurikula. Sedangkan nyeri lokal pada infeksi
superficial saja.
27. Beda faringitis bakteri dan viral ?
D. BIMBINGAN
1. Kenapa pada pasien sinusitis diberikan antibiotik
selama 10-14 hari walaupun gejala sudah hilang?
Karena penelitian menyatakan begitu
2. Pada pasien dengan keluhan utama tinitus,
mengapa diagnosisnya OE?
Karena dari pemeriksaan fisik didapatkan
penyebab
tinitus
adalah
serumen
yang
menyebabkan OE, sehingga
kita hrus
menghilangkan etiologinya
Tinitus dapat juga disebabkan oleh OMA dan
perforasi membran timpani.
3. Apa tujuan dan indikasi fisioterapi pada pasien
sinusitis?
Indikasi
Pasien menolak untuk operasi
Sinusitis yang kurang berspon terhadap operasi
Tujuan
Menghangatkan sinus dan mengeluarkan sekret
4. Mengapa prebiskusis sering terjad pada pria
dibandingkan wnaita?

26

Kemingkinan karena kegiatan pria lebih banyak


dibandingkan wnaita, namun belum ada
penelitian
yang
menegaskan
hubungan
keduanya, bahkan beda lokasi pennelitian juga
mempengaruhi hasil. Serta prebiskusi tidka
pengaruhi oleh hormonal dna jenis kelamin.
5. Bagaimana patofisoligi sinus paranasal?
a. Infeksi pericontinuatum : bakteri, jamur,
masuk melalui udara
a) Dentogen
b) Meningitis
b. Sumbatan KOM ; rinitis akut atau polip yang
menyebabkan sekret tidak bisa dikeluarkan
c. Tidak ada masalah di ostium tetapi sekret
banyak (hipersekresi) karena rinitis alergi
.sehingga silia tidak bisa maksimal melakukan
clearence nya.
d. Hiperviskositas, ostium tidak ada maslaah,
sekret tidak banyak tetapi mukoid sehingga
silia tidak mampu membersihkan.

Tugas! Bikin lokasi terjadi sinusitis paranasa;


SINUS
Infeksi

maksi frontal ethmoid


la
is
alis

Sphenoid
alis

27

perikontinuitat
um
Obstruksi
meatus
Hipersekresi
hipersalivasi
Patofisologi:

6. Kapan kita melakukan FESS dan AWO ?


FESS
AWO
Setelah kita bersihkan dan pastikan tidak
ada maslah
Tidak mengatasi
Rinitis alergi teratasi
karena clearence
karena dibuatnya
tidak adekuat
jalan keluar
sekret
Menjadi hambatan
Polip, deviasi, dll
bial ada polip,
tidak menjadi
deviasi, dll
penghalang
Infeksi
Kemiunngkinan
perikontinuitatu
berulangnya
m bisa berulang
infeksi lebih kecil
7. Mengapa setelah di operasi AwO sinusitis bisa
berulang kembali?
Lubang artificial bis amnutup kembali dengan proses
regenerasi dan perbaikan sel, sehingga suasana
anaerob dapat terjadi kembali

28

8. Beda tumor berasarkan gejala klinis dan lokasi


Lokasi
Supraglotic
Glotic

Subglotic

Tumor esofagus
dibedakan

Gejala
Kesulitan
menelan
Serak
dan Menutupi rima
sesak
glotis
Obstruksi
saluran
napas
Sesak
Menutupi jalan
nafas
/
trakea
dan

supraglotic

tidak

bisa

9. Indikasi operatif sinusitis


Bila medikamentosa tidak memberikan hasil
yang memuaskan
Ada airfluid level, silia sudah tidak berfungsi baik

10. Air masuk telinga mengapa harus dimasukkan


air kembali?
Air memiliki tegangan dimana dalam kasus ii
anomali air sebagia cairan berlaku, air dalam
tabung yang sempit mengisi penuh dan memiliki
tegangan sehingga tidak bisa keluar. Untuk
menghilangkan tegangan itu, dimasukkan air
agar seluruh tabung terpenuhi dan tegangan air
hilang sehingga air dpaat keluar.

29

11. Kenapa sinusitis maksilaris dextra lebih


banyak dibadingkan sinusitis maksilaris isnistra?
Jika ada infeksi dentogen, mungkin saja terjadi
sinusitis pada salah stau sinus.
Berdasarkan sunah nabi, kita disarankan untuk
tidur miring ke kanan- meatus di letak tertinggi.
Sedangkan bial tidur miring ke kiri meatus kiri
terletak di daerah terendah. Sehingga orangorang yang tidu rmiring ke kiri lebih banyak
terkena sinusitis maksilaris dextra.
12. Indikasi operasi tonsilitis?
Tonsilitis yang merdang 3 kali dalam setahun
13. Mengapa post op Awo dihindari minum pans,
dingin, dan pedas? (pertanyaan ujian)

30

BIMBINGAN
1. Prinsip pengobatan THT
Pemeriksaan, memeriksa keluhan utama. Contoh
pada tuli konduktif dari pemeriksaan didaptkan
serumen, OMSK, ruptur membran timpani yang
cocok dengna penyakit CHL nya
Pada tuli SNHL
Prebiskupis-SNHL pda frekuensi tinggi
Noice induce SNHL pada frekuensi 400 Hz
Obat-obat ototoksik
Trauma tumpul terjadi penurunan pendengaran
pada semua frekuensi
Tenggorokkan
Sakit menelan, radang akut/kronik, corpus alienum,
neuritis
(saraf
terinfeksi)
ditemukan
pada
pemeriksaan fisik.
Hidung tersumbat
Infeksi-sifatnya mendadak
Corpus alienum tersumbatnya unilateral
Trauma
Tumor
Reffered pain = nyeri alih

KUMPULAN PERTANYAAN

31

TELINGA
1. Kasus OMA dengan perforasi memakai H2O2,
adakah literatur yang menyebutkan?
H2O2 diberikan pada sekret yang mukoid agar
lisis, menciptakan suasana menjadi aerob.
2. Cara membersihkan telinga yang baik dan
benar?
Jangan dibersihkan sendiri karena tidak tahu
posisi serumen dimana berada, jika sudah bersih
jangan dikorek-korek. Dibersihkan setelah habis
mandi
3. Kenapa saat telinga kemasukan air, air
dimasukkan kembali? Bia air masuk dan
terperangkap terdapat tegangan permukaan
sehingga air yang terperangkap bisa keluar.
Bila air masuk dan diserap serumen, serumen
mengembang, menutup liang telinga, harus di
spooling.
4. Apakah pada semua kasus OMA akan terjadi
recurrent?
5. Apakah pada semua kasus OMA terjadi stadium
resolusi?
Tidak semua stadium harus terjadi, bisa saja
hanya sampai stadium hiperemis diobati dan
smebuh maka mencapai stadium resolusi.
6. Pada kasus OMSK, apakah letak perforasi
membran
timpani
berpengaruhkan
pada
prognosisnya?
7. Kenapa pada geriarti lebih sering SNHL daripada
OHL?
Pada geriarti membran telinga mengalami
sklerotik

32

8. Mengapa serumen keras pakai karbogliserin


dengan H2O2? Karbogliserin harganya lebih
murah berupa minyak yang kerjanya sebagai
emolien, namun jarang ada di pasaran
9. Kenapa prebiskupis sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan wanita?
Karena laki-laki memiliki aktifitas lebih banyak
dibandingkan wanita
10. Otomikosis diberi obat antifungan dan steroid?
harusnya antifungal saja
11. Pemeriksaan pendengaran pada anak kecil
yang dicurigai memiliki gangguan pendengaran?
12. Mengapa pada tuli sensorial timbul tinitus
pada nada tinggi (4000 hz)?
HIDUNG
1. Pada pasien yang menunjukkan gejala klinis
sinusitis namun pada hasil foto rontgen tidak
menunjukkan adanya sinusitis, apakah diagnosis
sinusitis tetap ditegakkan?Hasil pemeriksaan
fisik? Terapi apa yang diberikan?
2. Mengapa pada pasien sinusitis kepala terasa
berat?
Adanya perpindahan cairan akibat gravitasi,
sedangkan rongga sinus tidak di desain untuk
menampung cairan dan terdapat rangsang nyeri
di muka. Nyeri karena inflamasi tidak terkait
posisi tubuh karena seluruh permukaan sinus
terinfeksi
3. Apakah ada kecenderungan sinusitis terjadi pada
bagian kiri/kanan?

33

Tidak ada bila secara anatomis simetris dan


secara fisiologis tidak ada kelainan.
4. Mengapa pada pasien sinusitis mengeluhkan
mencium bau busuk walaupun tidak ada sekret?
Karena reseptor olfaktorius di mukosa hidung
oedem atau hiperemis. Pus terjadi karena infeksi
bakteri anaerob
5. Pada AWO, kenapa urutan pemakaian NaCl,
H2O2 dan betadine?
NaCl untuk washed out H2O2 3% untuk
melisisikan sekret-sekret pada rongga sinus,
betadine.
6. Bagaimana patofisologi infeksi pericontinuatum,
obstruksi meatus, hiperviskositas, hipersekresi?

TENGGOROKKAN
1. Bagaimana cara membedakan tonsilitis akut
yang berulang dengan tonsilitis kronik yang
sering mengalami eksaserbasi akut?
2. pada terapi operatif tonsilitis kapan dilakukan
tonsilektomi
dan
kapan
dilakukan
tonsiloadenoidektomi?
3. Faringitis viral dan bacterial secara gejala klini
sama, bagaimana membedakannya?
4. Kultur, namun tetap diobati terlebih dahulu
walau belum tahu etiologinya apa.
5. Mengapa tonsilitis akut terutama tonsilitis
bakterial sering menyebabkan komplikasi berupa
OMA pada anak?
6. Adenoidektomi.

34

Tidak mungkin umur >14 tahun bisa mebesar


kembali adenoidnya
7. Salah satu faktor predisposisi rokok terhadap
tonsilitis kronik?
UMUM
8. Pada pengobatan CE antibiotik yang diberikan
sebaiknya peroral, topikal, atau kombinasi?
9. Apa perbedaan Sp THT dangan Sp. THT-KL?
10. Kenapa tidak memakia baju steril saat
operasi?
Sebenarnya saya salah, namun saya paunya
alasan
:
ETT anestesi tidak steril
Makanan yang masuk post op tidak steril
Udara yang masuk melalui mulut tidak steril
Sehingga buat apa saya bersusah payah steril
jika yang lain tidak?
Beda hal nya dengan operasi yang butuh insisi
dan di hecting,
Bea rinitis vasomotor dan rinitis alergik =
Epistaksis bila tidak hiperemis boleh diberikan
adrenalin

35

MATERI
PREBISKUSIS
Bersifat simetris bilateral, tidak bisa diobati dengan obat
karen aprosesnya degeneratif, tetapi digunakan ABD

OMA

Stadium
Stadium
Satdium
Stadium
Stadium

eklusi tuba eustachius


hiperemis
supurasi
perforasi
resolusi

OTITIS EKSTERNA
Radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang
mempermudah radang telinga luar ialah perubahan
diliang telinga yang biasa normal / asam.
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman da
jamur mudah predisposisi otitis eksterna: trauma ringan
ketika mengorek telinga

36
Otitis eksterna akut
Sirkumskripta (furunkel=bisul)
Kulit telinga bagian luar mengandung adnexa kulit (gland
sebacea, serumen) ditempat itu dapat terjadi infeksi
pada pilosebasea sehingga membentuk furunkel. Kuman
penyebabnya biasa staph. Aureus dan staph. Albus
Gejalanya
rasa nyeri yang hebat, rasa nyeri timbul pada penenakn
perikondrium, nyeri dpat juga timbul spontan pada waktu
membuka mulut, terdapat gangguan pendengaran bila
furunkel besar dan menyumbat liang telinga
Terapi
tergantung pada keadaan furunkel bil asudah menjadi
abses-aspirasi. Antibiotik lokal salep polymixin/bacitracin,
antiseptik (asam asteta 2-5% dalam alkohol)
Kalau dinding furunkel tebal dilakukan insisi lalu dipasang
drainase. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik
sistemik.
Otitis eksternadifus
Biasanya mengenai kulit CAE 2/3 dalam, tampak kulit
liang telinga hiperemis dan edem yan tidak jelas batasbatasnya.
Etiologi biasanya pseudomonas. Stap aureus, e.coli
Otitis difus dapat juga terjadi sekunder pada OMSK
Gejala
nyeri tekan tragus, CAE smepit, KGB regional membesar
dan nyeri tekan (+). Ada sekret yang berbau
Terapi

37
pembersihan
CAE,
memasukkan
tampon
yang
mengandung antibiotik ke CA, kadng diperlukan
antibiotik sistemik

TONSILITIS
Adalah peradangan tonsila palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis kronik adalah
keadaan kronis tonsil setelah serangan akut yang terjadi
berulang-ulang atau infeksi subklinis. Tonsilitis berulang
terutama terjadi pada anak dan diantara serangan tidak
jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang juga
keadaan tonsil di luar serangan terlihat membesar
disertai dengan hiperemis ringan yang mengenai pilar
anterior dan apabila tonsil ditekan keluar detritus
Etiologi
25 % streptococcus dan hemolitikus
25% steprococcus golongan lain
Sisanya :pneumococcus, stafilococcus, H. Influenza
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring,
dengan
mengukur
jarak
kedua
pilar
anterior
dibandingkan dengan a=jrak permukaan medial kedua
tonsil maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi
menjadi :

To
= tonsil masuk di dalam fossa
T1= <25% volume tonsil dibanding dengan volume
orofaring
T2= 25-50% volume tonsil dibanding dengan volume
orofaring

38

T3= 50-75%
T4= >75%

Indikasi Tonsilektomi
Indikasi absolut:
Menyebabkan sumbatan jalan napas, disfagia berat,
gangguan tidur, terdapat komplikasi kardiopulmonal
Abses peritonitis yang tidak respon terhadap
pengobatan medis, drainase
Menimbulkan kejang demam
Akan dilakukan biopsi untuk pemeriksan patologi
Indikasi relatif
3x lebih infeksi tonsil per tahun
Halitosis akibat tonsilitis kronik
Tonsilitis kronik bereulang
TONSILITIS AKUT
1. Viral
2. Bakterial
Tonsilitis bakterial. Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan
tanda nyeri tenggorok , nyeri waktu menelan, demam
dengan suhu tubuh tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di
sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di
telinga. Rasa nyeri di telinga karena reffered pain
melalui saraf N. IX. Pad apemriksaan tampak tonsil
membengkak hiperemis dan terdapat setritus
berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran
semu
Therapi
Antibiotik
spektrum
luasseperti
eritromisin,
antipiretik,
obat
mengandung desinfektan.

penisilin
dan
kumur
yang

39
Komplikasi
Otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil (quincy
throat), bronkitis, glomerulonefritis akut, miokarditis
Akibat hiertrofi tonsil akan menyebbakan :
Pasien bernapas mellaui mulut, snooring, gangguan
tidur karena sleep apneu (obstructive sleep apneu
syndrom)
Tonsilitis Kronik
Predisposisi
rangsangan menahun dari rokok, bebrapa jenis
makanan, higiene mulut buruk, , kelelahan fisik,
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat,
sebagian besar terjadi pada anak-anak
Komplikasi
rinitis kronik, sinusitis,
percontinuitatum

rinitis

media

secara

Gejala dan tanda


Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripsi terisi
detritur, rasa ada yang mengganjal di tenggorok
dan kering, nafas berbau
Abses peritonsil
Terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut/ infeksi
yan bersumber dari keelanjar mukus Weber di
kutu atas tonsil
Patologi
Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan
jaringan ikat longgar dan karena itu infiltrasi supurasi
ke ruang potensial peritonsil tersering menempati

40
daerah
ini
sehingga
membengkak

tampak

palatum

mole

Gejala dan tanda


ada gejala dan tanda tonsilitis kaut, odifagi yang
hebat, biasanya pada sisi yang sama juga terjadi
nyeri telinga, mungkin terdapat muntah, muulut
berbau, hipersalivasi, suara guma (hot potato voice),
kadang-kadang sukar membuka mulut (trismus),
pembengkakna kelenjar submandibula dengan nyeri
tekan.
CARA PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Untuk
memeriksa
pendengaran
diperlukan
pemriksaan hantaran melalui udara dan melalui
tulang dengan memakai garpu tala atau audipmeter
nada murni kelainan hantaran melalui udara
menyebabkan tuli kondi=uktif, berarti ada kelainan di
telinga luar datau telinga tengah seperti atresia liang
telinga. Eksostosis lian telinga, serumen, sumbatan
tuba eustachius serta radang telinga tengah.
Kelainan di telinga dalam menyebabkan tuli
sensorineural koklea atau retrokoklea.
Secara fisiologik teling adapat mendengar nada
antara 20-18000 Hz untuk pemdengaran sehari-hari
yang paling efektif antara 5500-2000 Hx. Oleh karen
aitu
untuk
menenrima
pendengaran
dipakai
garputala 512, 1024, dan 2048 Hz.

ODINOFAGI

41
Nyeri tenggorok akibat adanya akelainan pada
nasofaring,
orofaring,
hipofaring.
Farinh
kantong
fibromuskuler Yng bentuknya seperti corong yang besar
dibagain atas dan sempit di bagian abwah. Kantong ini
mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke
esofagus setinggi vertebrae cervical 6

Superior : berhubungan dengan rongga hisung


melalui koasne
Anterior : berhubungan dengan rongga mulut melalui
sinus nasofaring
Iinferior : laring di bawah mellaui asitus laring dan ke
bawah berhubungan dengan esofagus

Dinding faring dibentuk oleh:


Selaput lendir
Ratia faringobasiler
Pembungkus otot
Sebagian fasia bukofaringeal

FARINGITIS
Peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain
Faringitis akut
a. Faringitis viral sering menagalami infeksi sekunder
b. Gejal dan tanda :
c. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggork, sulit
menelan
d. Pemriksaan : faring dan tonsil hiperemis

42
e. Etiologi : virus influenza, coxsachievirus, CMV,
adenovirus, EBV
f. Tehray : istirahta dan minum cukup, kumur dengan ai
rhangat, analgetik jika perlu
Faringitis Bakterialis
Gejala dan tanda
nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam
dengan suhu tinggi, jarang disertai batuk
Pemeriksaan
tonsi membesar, fairng dan tonsil hiperemis dan terdapat
eksudat di permukannya. Bberap ahari kemudian timhul
bercak petekie pada palatum dan faring. Kelenjar limfe
leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada
penenkanan
Terapi
Antibiotik : penicilin G 50.000U/kgBB
Amoksisilin 50mg/kg BB 3x1 sehari selama 10 hari
Pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau
Eritromicin 4x500mg /hari
Kortikosterois :
Dexametasone 8-16 gr
Analgetik
Kumur dengan air hangat atau antiseptik
FARINGITIS LAIN-LAIN
Fungal e.c candidia albicans
Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
mukosa faring lainnya hiperemis
Terapi
Nistatin dan anal getika

43
Gonoe , terapi : ceftriaxon

Faringitis Kronik
Terdapat 2 bentuk
Faringitis kronik hiperplastik
Terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.
Mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanural
Gejala mula-mula tenggorokkan gatal dan akhirnyabatuk
yang berdahak
Terapi lokal- kaustik faring dengan larutan nitras argenti
atau dengan elektocauter . simptomatis obat kumur
atau tablet hisap
Faringitis kronik atrof
Sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada
pemriksaan tampak mukosa faring ditutupi oelh lendir
yang kental dan bila diangkatt tampak mukosa kering.
Terapi-obat kumur dan menjaga kebersihan mulut

RHINITIS
Rhiitis Alergi
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on
Asthma) tahun 2001 : kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terapapar alergen yang
diperantarai oleh IgE. Merupakan suatu penyakit

44
inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan
diikuti dengan tahap provokasi atau reaksi laergi.
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase :
1. Immidiate phase allergic reaction
2. Late phase allergic reaction
Alergen
inhalan, ingestan, injektan, kontaktan
Klasifikasi rinitis alergi
rinitis alergi musiman, rinitis alergi sepanjang tahun
Berdasar sifat berlangsungnya
intermetten <4hr/mg/<4mg, persisten >4hr/mg/>4mg

Diagnosis
Anamnesis
serangan yang berulang, rinore yang encerdan
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal,
banyak keluar air mata.
Pemeriksaan fisik
rinoskoi anterior : mukosa edema, warna pucat, atau
vivid, disertai adanya sekret encer yang banyak.

45

MATERI YANG BANYAK KELUAR di UJIAN

SINUSITIS
Pengertian
Inflamasi mukoperiost satu/kiri sinus paranasal baik
karena infeksi dan non infeksi
Inflamasi mukosa sinus paranasal
Patofisiologi SInusitis
Infeksi
Sinusitis Infeksi

Bakteri,

virus,

46
Paranasal

perikontinuitatum
Sumbatan KOM
Hipersekresi
Hiperviskositas

jamur,
masuk
mellaui ostium
Hanya
maxila
Hanya
maxila

ada

pada

ada

pada

Organ KOM edema-silia tidak bergerak karena mukosa


yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga
ostium tersumbat, tekanan (-) di rongga sinus-muncul
transudasi-serous-inflamasi, lanjut terjadi hIpoksiabakteri anaerob berkembang, sekret menjadi purulen,
mukosa bengkak-perubahan mukosa secra kronik :
Hipertrofi, polipoid, pembentukan polip dan kista
CT-Scan
=
gold standar
Indikasi untuk sinusitis kronik yang tidak membaik
dengan pengobatan/pre op
Sebagai panduan operator saat melakukan operasi
sinus
Predisposisi
ISPA ec virus
Rhinitis (alergi, hormonal)
Polip hidung
Kelainan anatomi (deviasi, hipertrofi)
Sumbatan KOM
Dentogen
Hipertrofi adenoid pada anak
Lingkungan polusi, udara dingin
Kebiasaan merokok-perubahan mukosa dan silia
Infeksi gigi
Komplikasi

47

Dapat terjadi pada sinusitis akut/pada sinusitis kronik


dengan eksaserbsi akut
Kelainan orbita
sinus
paranasal
berdekatan
dengan
orbia

meningkatnya etmoid
Kelainan intrakranial
meningitis, abses ekstradural, abses otak
Abses subperiostal : sering pada anak
Mukokel
kista yang mengandung mukus, biasa pada sinus
maksilaris

Terapi
Tujuan
Mempercepat penyembuhan
Mencegah komplikasi
Mencegah menjadi kronik
Prinsip pengobatan
Membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan
ventilasi pulih
Medikamentosa:
Golongan penisilin
: amoksisilin (sinusitis akut
bakterialis)
Kuman resisten :produksi B-lactamase kombinasi
amoxilin-klavulanat
Sefalosporin generasi ke-2
Antibiotik diberikan 10-14 hari meskipun gejala hilang
Dekongestan
untuk
mengurangi
produksi
mukus
untuk
menghilangkan infeksi dan pembengkakakkan mukosa
serta membuka ostium sinus
Antihistamin generasi ke-2 bisa ada alergi berat

48
Tambahan
Analgetik
Mukolitik
Steroid oral/topikal
Pencucui rongga hidung dengan Na cCl/ pemanasan
(diatermi)
Irigasi Sinus maxila/proect 2 displacement therapy
Operatif
AWO / anthrostomi Washed Out, sinuskopi
Pembuatan lubang pada sinus masila yang bisasnya
menenmbus meatus inferior
Alat: trokat, NaCl, H2O2, betadine=menimbulkan rasa
tidak nyaman
FESS/BSEF funcyional Endoskopi Sinus SUrgery
Opersi sinus paranasal secara endoskopi untuk
memperbaiki KOM
Bedah endokopi sinus
Indikasi
sinusitis kronik yan tidak membaik setelah terapi
adekuat
Sinusitis kronik + kista / polip ekstensif
Sinusiitis + komplikasi
Sinusitis jamur
CWL/Caldwell-Luc
Pengangkatan rongga sinus maxilaris kemudian
dilakukan anthrostomiuntuhk drainase
Indikasi operasi :
Sinusitis kronik Yng tidak membIK setelah terapi
adekuat
Sinusitis kronik disertai kista/kelainan irreversible/
adnya komplikasi

49

Gejala sinusitis akut


Hidung
tersumbat,
demam,
lesu,
sakit
kepala,
hiros,mia/aanosmia, halitosis, post nasal drip-batuk,
sesak.
Mukosa edema, hiperemi, nyeri tekan pada muka dan
ingus purulen yang sering kali turun ke tenggorok
Sinus maxila
: nyeri di pipi
Ethmois
: nyeri di antara.belakang kedua boa mata
Frontal
: dahi/kepaa
Spenoid
:reffered pain di vertex, ociiptal, belakang
bola mata dan daerah mastoid
Gejala sinusitis kronik
Sakit kepala kronik
Post nasal drip
Batuk kronik
Gangguan tenggorokkan
Gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba
eustachius
Gangguan ke paru seprti bronkitis (sino-bronkitis0
Bronkiektasis
Serangan asma
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Tanda khas ada pus pada :
-meatus medius : sinusitis maksila, ethmoid, frontal
-meatus superior: eth,oid posterior, spenoid
Alasan sinusitis
rhinosinusitis :
mukosa hidung & sinus secara
embriologis berhubungan
perdarahan sinusitis juga rhinitis
gejala pilek, hidung buntu, hiposmia pada keduanya

50
Antihistamin : tidak rutin diberikan karena sifat
kolinergiknya dapat menyebabkan sekret menjadi kental
SINUSITIS DENTOGEN
Sinusitis karena kerusakan gigi
Sinus maksila jarang yang terkena kiri
a. Dasar sinus maksila sangat dekat dengan akar gigi
rahang atas (p1. P2, M1, M2,M3) sehingga infeksi gigi
geligi mudah naik menyebabkan sinusitis
b. Ostium sinusitis maksila terletak lebih tingii dari sins
sehingga drainase hanya tergnatung gerak silia
Dasar sinus maksila/processus alveolaris tempat akar
gigi-rahang atas sehingga rongga sinus maksila hanya
terpisahkan oelh tulang itpis dengan akar gigi bahkan
kadang-kadnag tanpa pembatas
Infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan perodental
mudah menyebar secar alangsung ke sinus, peredaran
darah, dan limfe
Curiga
sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang
mengenai satu sisi dengan sinusitis, ingu spurulen dan
nafas berbau busuk
Antibiotik
Gigi harus dicabut/dirawat-

TELINGA
Luar (auris eksterna) 1/3 luar bagian kartilaginosa
Tengah (auris media) 2/3 dalam bagian tulang
Dalam (auris interna) 2/3 dalam bagian tulang

51

Telinga luar terdapat


Daun telinga : terdiri dari tulang rawna elastis dan kulit
Liang telinga : 1/3 bagian luar rangka +tulang rawan, 2/3
bagian dlam terdiri dari tulang dengan panjang 2,5-3 cm
Liang telinga luar
Lubangnya : meatus acusticus eksternus
Salurannya: canalis auditorus externus
Liang telinga berbentuk s
Telinga tengah terdiri :
1. Membran timpani yang berfungsi menghantar udara
2. Cavum timpani
3. Tuba eustachii, emnghasilkan sekret untuk lubrikasi,
memelihara kelembaban di mukosa telinga
4. Mastoid dan selule
Bentuk seperti kubus dengan batas:
Luar
: membran timpani
Depan
: tuba eustachiii
Bawah (inferior): v. Jugularis (bulbus jugularis)
Belakang
: aditus ad antrum, kanalis facialis pars
vertikalis
Atas
: segmen timpani (meningen /otak)
Dalam
:berturut-turut dari
atas hingga
bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap panjang (oval window), tingkap bundar (round
window), dan promontorium
Telinga dalam terdiri dari
Tulang
: labirinthous osseus
Koklea
: skala vestibuli (perilimf), duktus
koklea (endolimf), skala timpani
Vestibularis

52

Kanalis semisirkularis : horizontal /


superior/anterior, inferior
Membran labirinthus membranaceus
Ductus cochlearis : di dalam cochlea
Saculus
: di dalam vestibulum
Ductus
semisircularis
:
di
dalam
semisircularis

lateral,

canalis

Fungsi telinga
Telinga luar
Mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke
struktur-struktur di telinga tengah
Melindungi membran timpani dari trauma benda asing
dan efek termal
Bagian tersempit telinga adalah perbatasan antara
telinga dan tulang rawan
Kenapa telinga harus ditarik ke arah posterolateral saat
diperiksa? Karena bentuk anatomi yang berkelok
Infeksi pada liang telinga sering pada keadaan lembab
dan hangat karena liang telinga membentuk suatu
kantong berlapis epitel yang dapat merangkap
kelembaban sehingga daerah ini menjadi rentan
terhadap infeksi pada keadan tertentu.
Bisa timbul nyeri di telinga
Karena anatomi liang telinga bagian tulang sangat unik
karena merupakan satu-satunya tempat di tubuh kita
diman kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya
jaringan
sub
kutan
sangat
pekatiap
edem/pembengkakkan terdapat ruang untuk ekspansi
Keluhan telinga dapat berupa:
Gangguan pendnegaran (tuli)
Berdengung (tinitus

53

Rasa pusing yang berputar (vertigo)


Rasa nyeri di dlam telinga (otalgia)
Keluar cairan dari telinga (otore)

Anamnesis
Keluhan pada satu atau dua telinga
Timbul tiba-tiba / bertambah bertahap
Sudah berapa lama
Riwayat
trauma
kepala/tertampar/trauma
aqustik/terpajan bisng/ infeksi virus dan flu
Gangguan terasa berat di tempat tenang/bising
SERUMEN
Sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada
bagian kartilaginosa liang telinga
Fungsi
Bakterisidal, dari komponen asam lemak, lisozim dan
imunoglobulin dalam serumen
Proteksi, mengikat kotoran, mengeluarkan bau yang
tidka disenangi serangga
Pelumas, mencegah kekeringan dan pembentukan
fisura pada epidermis
Sarana pengangkur debris epitel dan kontaminasi
untuk dikeluarkan drai membran timpani serumen
bisa keluar sendirikarena migrasi epitel keluar teilnga,
gerakan silia dan bantuan saat mengunyah

Pada orangtua serumen lebih keras?

54
Karena atrofi fisologis dari kelenjar apokrin, berkurangnya
komponen keringat drai sreumen yang menyebabkan
sumbatan telinga dan gangguan pendengaran

OE
Sirkumskripta (furunkulosis) radang telinga akut/kronik
yang diseabkan oelh infeksi jamur dan vitus, dengan
etiologi lain : trauma ringan dan mengorek telinga.
Difusa
Faktor predisposisi
1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam (ph=6)
menjadi basa sehingga protkesi kuman menurun
2. Perubahan suhu dan kelembaban lingkungan sehingga
kuman suku tumbuh di tempat kembab dan hangat
3. Trauma bernang : air kotor, mengorek telinga
Prinsip penatalaksanaan
membersihkan liang telinga dengan penghisap/kapas
dengan hati-hati agar kotoran tidak makin masuk
Penilaian terhadap sekret, edem dinding kanalis dan
membran timpani mungkin keputusan apakah akan
menggunakan sumbu untuk mengoleskan obat
Pemilihan pengobatan lokal
Cairan bening keluar serum-karen ada lesi

OTITIS MEDIA
Kelenjar telinga tengah, peradangan sebagian atau
seluruh mukosa tenlinga tengah, tuba eustachius,
antrummastoid dan mastoid.

55
Gangguan tuba-tekanan (-) telinga tengah (-) udara
bertekanan (-) mengkerut, edema, dinding liang telinga
berat-menarik cairan-eksudat / transudat
Efusi
Sembuh
Fungsi tuba tetap terganggu infeksi (-) OME
Fungsi tuba terganggu infeksi (+) OMA : sembuh , OME,
OMSK
Etiologi
Perubahan tekanan udara tibia
Alergi
infeksi
sumbatan : sekret, tampon, tumor
fungsi tuba eustachius
saluran yang menghubungkan telinga tengahnasofaring
untuk ventilasi : menjaga agar tekanan udara dalam
telinga tengah sama dengan tekanan udara luar
drainase sekret
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke
telinga tengah
tuba biasanya dalam keadaan tertutup, terbuka apabila
O2 diperlukan masuk ke telinga tengah atau saat
mengunyah, menelan, dan menguap
Otitis media
Supuratif
: OMA, OMSK
Non-supuratif
: OMS (serosa), OMM (mukoid)
ISPA dapat menyebabkan kongesti- beri dekongestan

56
Pada anak-anak karena anatomi tuba pendek, lumen
lebih besar, horizontal, lembek, Self limiting disease

OMA (otitis Media Akut)

Terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu


Faktor utama disebabkan oleh sumbatan tuba :
sekret/flu, tampon, tumor
Fungsi tuba terganggu
Kuman masuk ke telinga tengah- telinga tengah tidak
steril lagi
Inflamasi peradangan

Kuman penyebab
Bakteri piogenik : streptococcus
Influenza lebih banyak pada anak 5 tahun
Stadium OMA
1. Oklusi Tuba
Penutupan Muara Tuba
Gambaran Retraksi/Penyumbatan Mt Akibat Tekanan (-)
Di Telinga Tengah
Akibat Absorpsi Udara
Membran timpani - utuh
2. Hiperemis : Hyema + Edeama
Tampak Peradngan Melebar Di Membran Timpani
Membran Timpani Hiperemis, Edema (Eksudat Masih
Belum Terlihat)
Bersifat Serosa Sukar Dilihat
3. Supurasi - Bulging
Edem Hebat di Mukosa + Tengah
Hancurnya Sel Epitel Superfisial
Eksudat Purulen Di Cavum Timpani Membran Timpani
Menonjol (Bulging)
Saat Pemeriksaan Weber Pada Stadium Supurasi, Jika
Pada Saat :

57
Tampak Sakit
Nyeri Hebat
Nadi +
Suhu Meningkat
Gelisah
Baik : Miringotomi
4. Perforasi: Mt Robek = Darah
Pemeriksaan Tenang
Suhu Tubuh Turun
Pemberian
Antibiotik
Terlambat/Vrulensi
Kuman
Meningkat, Tekanan Nanah Meningkat
Iskemik-Nekrosis Mukosa-Ruptur Membran Timpani
Nanah Keluar Ke Liang Telinga + Luar
Sekret Berkurang-Melebarnya Verina
Keluar Cairan Berbau, Kanal Dan Peradangan Akut-3 Hari
Supurasi Baiknya Miringotomi- Insisi Membran Timpani
#Insisi
Ruptur
Nanah Keluar Ke Liang Telinga Luar, Sulit Menutupnya
Gejala
Tergantung Stadium Penyakit Dan Umur Pasien
Utama
Nyeri Dalam Telinga
Gangguan pendengaran, rasa penuh di telinga dan
kurang pendengaran
Anak
gelisah, sukar tidur stadium supurasi
Menjerit saat tidur, diare, kejang-kejang, memegang
telinga
Demam Tinggi : Khas Pada Anak/Bayi

58

Anda mungkin juga menyukai