Oleh
Iqbal Muhammad
1102014132
Tutor
Moderator
Riwayat pribadi/sosial/lingkungan:
Pasien adalah anak kandung dan anak ke 1 dari 2 bersaudara, pasien tinggal di
Jonggol Bogor. Rumah pasien berada di kawasan padat penduduk. Ventilasi baik dan
mendapatkan pencahayaan matahari dengan baik. Lingkungan bersih.
Riwayat Pengobatan
Paracetamol (OBH Plus) sebelum pasien dirawat di rumah sakit.
Pasien sempat berobat ke RS Hermina Mekarsari, lalu di berikan obat penurun panas
paracetamol.
Riwayat Kelahiran
Tempat Lahir : Rumah Langsung menangis: Iya
Penolong : Bidan Kebiruan : Tidak ada
Cara persalinan : Normal Pucat : Tidak ada
Berat badan lahir : 3500 gram Nilai APGAR : Tidak tau
Panjang badan lahir: Tidak ingat Riwayat kuning : Tidak ada
Lingkar kepala : Tidak ingat Riwayat kejang : Tidak ada
Masa gestasi : 36 minggu Kelainan bawaan : Tidak ada
Riwayat Nutrisi
Usia ASI/ PASI dan Buah/ biscuit Bubur susu Nasi team
takaran
0-2 bulan PASI
2-4 bulan PASI √
4-6 bulan PASI √
6-8 bulan PASI √
8-10 PASI √
10-12 PASI √ √
Makanan biasa
Riwayat Imunisasi
Kesan : Imunisasi dasar lengkap .
Jenis Ulangan (umur)
Dasar (umur)
Imunisasi
BCG 1 bulan
Campak 9 bulan
Riwayat pribadi/sosial/lingkungan:
Pasien adalah anak kandung dan anak ke pertama dari dua bersaudara, pasien tinggal
bersama dengan orang tua. Rumah pasien berada di kawasan yang padat penduduk.
Rumah pasien terdiri dari 2 lantai dengan 3 kamar tidur serta 2 kamar mandi.
Ventilasi baik dan rumah mendapatkan pencahayaan matahari dengan baik. Rumah
rutin dibersihkan.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmetis
GCS : E4 V5 M6
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Suhu : 36,60C
Nadi : 89 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Saturasi Oksigeen : 98%
Data Antropometri
Berat badan = 28 kg IMT = 16,5
Tinggi badan = 130 cm
Status gizi :
- Berdasarkan BB/U = 28/21 x 100% = 133,3% (berat badan lebih)
- Berdasarkan TB/U = 130/115 x 100% = 113,0% (sangat tinggi)
- Berdasarkan BB/TB = 28/27 x 100% = 103,7% (normal)
- Kesan = Status gizi baik
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh : pucat (-), perdarahan (-), ruam (-
), turgor kulit normal
Kepala
- Bentuk : Bulat, simetris
- Rambut : Hitam
- Kulit : Sawo matang
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), palpebral edema (+/+).
- Telinga : Normotia, simetris, liang lapang, serumen (+/+)
- Hidung : Bentuk normal, pernapasan cuping
hidung (-), sekret (-)
- Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (-), faring tidak
hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.
Leher
- Bentuk : Simetris
- Kulit : Sawo matang
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak teraba membesar
- Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks : bentuk dada normal, retraksi sela iga tidak ada
Jantung
Inspeksi Tidak terlihat pulsasi pada ictus cordis
Auskultasi Bunyi jantung I dan II terdengar regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Perut datar, tidak ada bekas luka operasi, tidak terdapat tanda-tanda
peradangan.
Auskultasi Bising usus (+) normoperistaltik.
Palpasi Supel, nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada.
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis (-/-), edema (-/-), Ptechiae (-), CRT<2”
Inferior : Akral dingin, sianosis (-/-), edema (+/+), Ptechiae (-), CRT <2”
Refleks
Tidak dilakukan (tidak ada indikasi)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax posisi AP dari RS Hermina Mekarsari tanggal 23/10/2018
Klinis: BP pada sindrom nefrotik.
- Jantung kesan tidak membesar.
- Aorta dan mediastinum superior tidak melebar.
- Trakea relative ditengah, kedua hilus tidak menebal.
- Coracan bronkovaskuler kedua paru baik. Tidak tampak infiltrate maupun
nodul pada kedua paru.
- Kedua hemidiafragma licin. Kedua sinus kostofrenikus lancip.
- Tulang-tulang yang tervisualisasi optimal kesan intak.
Kesan : tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru.
Hematokrit 35 40 35 - 45 %
IV. Resume
Anamnesis
Dua minggu SMRS pasien mengalami keluhan sesak nafas disertai batuk
berdahak berwarna hijau. Sesak napas mula-mula ringan hingga sampai yang berat.
Selain itu pasien juga merasakan adanya nyeri dada yang tidak terlalu berat dan tidak
menjalar. hingga tiga hari SMRS sesak masih dirasakan dan disertai demam. Pasien
mengalami demam yang naik turun dan muncul pada pagi siang maupun pada malam
hari secara tidak menentu. Demam turun saat pasien mengkonsumsi obat
paracetamol. Selain itu pasien mengeluh bengkak di palpebra sejak satu minggu yang
lalu. Bengkak awalnya di sekitar mata kemudian ke pipi lalu timbul di kaki. BAK
berwarna seperti kuning kecoklatan, keruh dan berbusa. BAK nyeri tiga hari yang
lalu tapi hilang timbul. Pasien juga mengalami muntah berisi makanan sebanyak tiga
kali dalam tiga hari. Beberapa jam SMRS pasien mengalami sesak napas yang berat,
sesak disertai batuk yang berdahak.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, pasien lemah. Kesadaran compos mentis; Nadi
88 kali/menit. Respirasi 20 kali/menit. Suhu 36,5oC. Tekanan darah 100/80 mmHg.
Status gizi baik, berat badan normal dan tinggi badan sangat tinggi. Mata : palpebral
edema (+/+), eksremitas inferior (+/+). Thorax : Auskultasi : suara nafas melemah
dan terdapat ronkhi basah halus (+/+) di apex paru dextra dan sinistra.
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi: Eritrosit 5.7 juta/uL; Leukosit 22.300 r/uL; MCV 70 fL; MCH 23 pg;
Protein urin +/Positif 1; Urinalisis: warna kunih keruh; protein +++/Pos 3; darah
++/Pos 2; eritrosit 5-7; Bakteri +/Pos 1; Foto Thoraks Tidak tampak kelainan.
V. Diagnosis banding
- Asma
- Glomerulonefritis akut
IX. Prognosis
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Functionam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Bonam
BAB III
ANALISIS KASUS
Interpretasi Kasus
Anamnesis
Dua minggu SMRS pasien mengalami keluhan sesak nafas disertai batuk
berdahak berwarna hijau. Sesak napas mula-mula ringan hingga sampai yang berat.
Selain itu pasien juga merasakan adanya nyeri dada yang tidak terlalu berat dan tidak
menjalar. hingga tiga hari SMRS sesak masih dirasakan dan disertai demam. Pasien
mengalami demam yang naik turun dan muncul pada pagi siang maupun pada malam
hari secara tidak menentu. Pasien juga mengalami muntah berisi makanan sebanyak
tiga kali dalam tiga hari. Beberapa jam SMRS pasien mengalami sesak napas yang
berat, sesak disertai batuk yang berdahak.
Salah satu gejala dari pneumonia sistemik/umum adalah demam, sakit kepala,
gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal
(mual,muntah,diare). Dimana pada pasien didapatkan demam sudah dirasakan pasien
dua minggu yang lalu. Demam dikatakan turun setelah pasien mengkonsumsi obat
paracetamol. Pasien juga mengalami muntah berisi makanan sebanyak tiga kali dalam
tiga hari.
Pemeriksaan Fisik
Pada sebagian besar kasus pneumonia, dapat ditemukan suara napas yang
melemah dan terdengar ronki. Sesuai pada pasien didapatkan suara napas yang
melemah Tetapi pada saat dilakukan pemeriksaan fisik di bangsal suara nafas sudah
membaik dan terdengar ronki basah halus pada bagian dada kanan dan kiri pasien
terutama di apex paru pasien saat awal pasien datang ke IGD dan pada saat di
bangsal.
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi: Eritrosit 5.7 juta/uL; Leukosit 22.300 r/uL; MCV 70 fL; MCH
23 pg; Protein urin +/Positif 1; Urinalisis: warna kunih keruh; protein +++/Pos 3;
darah ++/Pos 2; eritrosit 5-7; Bakteri +/Pos 1; Foto Thoraks Tidak tampak kelainan.
Pada hasil darah perifer lengkap ditemukan leukositosis, sesuai pada pasien
ini ditemukan leukositosis sebesar 22.300/uL sehingga menunjukkan adanya infeksi
yang disebabkan oleh bakteri.
Diagnosis
1) Bronkopneumnia
Diagnosis pneumonia ditegakkan sesuai dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan
pasien mengalami gejala demam, batuk, sesak napas, nyeri dada, muntah. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi: suara nafas melemah; Auskultasi :
suara nafas vesikuler menurun pada pulmo dextra, suara nafas vesikuler
pulmo dextra dan sinistra melemah, ronkhi basah halus + /+ pada apex pulmo
dextra dan sinistra. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan; Leukosit
22.300/uL;
2) Sindrom nefrotik
Tatalaksana
Pada pneumonia adalah terapi suportif dan terapi spesifik yang tergantung
pada berat ringannya penyakit, komplikasi dan kuman penyebab pneumonia. Usia,
tingkat keparahan penyakit, komplikasi yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
rontgen toraks, derajat distres respiratori, dan kemampuan keluarga untuk merawat
anak yang sakit, serta progresivitas penyakit harus dipertimbangkan untuk
menentukan pilihan cara rawat baik rawat jalan ataupun rawat inap. Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu : penyakit yang berat
dapat mengancam jiwa, bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai
penyebab pneumonia. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu maka pada
penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Tindakan suportif
meliputi oksigen dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas
hemodinamik. Bantuan ventilasi yaitu ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan
napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis
mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi dan bronkoskopi membantu
bersihan sputum. Antibiotik diberikan 7-10 hari, lini pertama dapat menggunakan
antibiotik golongan beta-laktam (penicillin, sefalosporin, karbapenem, monobactam)
atau kloramfenikol. Lini kedua seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin
(sefotaksim, seftaidim).
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad fungtionam : bonam
Ad sanactionam : bonam