Anda di halaman 1dari 15

MANUSKRIP

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN


PERILAKU TERHADAP POLA PENCARIAN PENGOBATAN
DI DESA PANGKALAN, KECAMATAN TEGAL ANGUS,
KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN

Disusun oleh:

Kelompok 4

Faisal Muhammad Lubis 1102013104 Gamar


Fauzie Bajammal 1102013117 Harianti Ayu
Wulandari 1102013122 Iga Faldini Ghazali
1102103130
Lisa Dwiriansyah T1102013155

Pembimbing:

dr. Erlina Wijayanti, MPH

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2018
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN
PERILAKU POLA PENCARIAN PENGOBATAN DI DESA
PANGKALAN, KECAMATAN TEGAL ANGUS
KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN

Faisal Muhammad,1 Gamar Fauzie,1 Harianti Ayu,1 Iga Faldhini,1 Lisa


2
Dwiriansyah1, Erlina Wijayanti

1.Mahasiswa Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.


2. Dosen IKM Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

Abstrak

Pendahuluan: Perilaku pencarian pengobatan ialah perilaku siapa saja


atau kelompok maupun penduduk untuk melakukan atau pencarian
pengobatan agar memperoleh pengobatan sehingga dapat mengatasi
masalah kesehatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pola pencarian
pengobatan di Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pendidikan dengan perilaku pencarian pengobatan pada
masyarakat di Kecamatan dan Tegal Angus
Metode: Penelitian ini bersifat analitik. Cara pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sampel pada
penelitian ini adalah seluruh masyarakat di kecamatan Tegal Angus yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 30 responden. Data
diolah menggunakan SPSS 23.0 dan disajikan dalam bentuk tabel
Hasil: Pada hasil analisa data, tingkat pendidikan menunjukan p-value
0,002 (P < 0,05)
Kesimpulan: terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku pola pencarian pengobatan di Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal
Angus
Kata kunci: Perilaku, Pencarian Pengobatan

2
RELATIONSHIP BETWEEN
EDUCATION LEVEL AND HEALTH - SEEKING
BEHAVIOR PATTERN AT PANGKALAN
VILLAGE, TEGAL ANGUS DISTRICT,
TANGERANG REGENCY, BANTEN PROVINCE

Faisal Muhammad,1 Gamar Fauzie,1 Harianti Ayu,1 Iga Faldhini,


1 Lisa Dwiriansyah1, Erlina Wijayanti2

1.Faculty of Medicine Student, Yarsi University


2. Public Health Lecturer in Faculty of Medicine, Yarsi

Abstract

Introduction: Health-seeking behavior is the behavior of a person or


a group or a population for doing or seeking treatment in order to get
medication so that they can deal with their healths problem. The aim
of this study is to describe about health-seeking behavior pattern at
Pangkalan Village, Tegal Angus District.
Purpose: This study aims to determine the relationship between
education level and health-seeking behavior in assisted families in
Tegal Angus Districts.
Methode: This study uses an analytical method. The method of
sampling in this study uses the purposive sampling technique. The
sample in this study were all assisted families in Tegal Angus districts
who met the inclusion and exclusion criteria of 30 respondents. Data is
processed using SPSS 23.0 and presented in table form.
Result: On the result of data analysis, the level of education shows a
P-Value of 0,002 (P>0,05)
Conclusion: There is a relationship between education level and
health-seeking behaviour pattern.

Key Word: Behavior, Health-seeking


PENDAHULUAN

Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu usaha yang


dilakukan untuk mencari atau melakukan pengobatan dengan mengobati
penyakitnya sendiri atau memanfaatkan fasilitas kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, dan sebagainya) maupun fasilitas pengobatan tradisional (dukun,
shinshe, dan sebagainya).1 Upaya pengobatan secara mandiri yang dilakukan
masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah self medication
atau swamedikasi.2
Umumnya swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit
ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, batuk, flu, nyeri, diare dan
gastritis.3 Banyaknya informasi mengenai iklan obat bebas dan obat bebas terbatas
berpengaruh besar terhadap banyaknya masyarakat yang melakukan pengobatan
sendiri.4 Banyaknya obat yang dijual dipasaran memudahkan masyarakat untuk
melakukan swamedikasi, tetapi pada pelaksanaan swamedikasi dapat terjadi
kesalahan pengobatan (Medication error) karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat tentang obat dan penggunaannya.
Banyaknya obat yang dijual di pasaran memudahkan masyarakat untuk
melakukan pengobatan mandiri, biaya yang murah, relative lebih cepat dan praktis
menjadi alasan memilih pengobatan secara sendiri.
Anderson dalam buku behavioral model of families use of health services
menjelaskan bahwa perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan secara
bersama-sama dipengaruhi oleh faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, Faktor pemungkin (ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan
kesehatan yang ada dan penanggung biaya pengobatan) dan faktor individu (kondisi
individu yang mencakup keluhan sakit).
Menurut Notoadmodjo, orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding dengan orang dengan tingkat
pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah
memahami arti dan pentingnya kesehatan kesehatan serta pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
Keadaan tersebut yang mendasari peneliti untuk menelitihubungan antara
tingkat pendidikan dengan perilaku pencarian pengobatan pada warga desa
Pangkalan Kecamatan Tegal Angus tanggal 25 Oktober –5 November 2018.
METODE

Penelitian bersifat analitik dengan analisis bivariat. Jenis Penelitian yang


digunakan adalah penelitian Deskriptif dengan desain penelitian Cross Sectional.
Jenis data berupa data kuantitatif. Penelitian dilaksanakan selama dua belas hari
pada tanggal 25 Oktober – 5 November 2018 di Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal
Angus , Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Populasi pada penelitian ini adalah
21 keluarga binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Tanjung Pasir, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling, pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi, namun telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebelumnya.
Pemilihan responden adalah yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu anggota
keluarga binaan yang tinggal di Desa Pangkalan, berusia ≥ 17 tahun, dan bersedia
menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu
masyarakat yang tidak tinggal di Desa Pangkalan, dan tidak bersedia menjadi
responden. Responden yang diambil berjumlah 30 responden.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
wawancara menggunakan kuesioner berisi pertanyaan yang telah disusun oleh
peneliti untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam pencarian pengobatan.
Perilaku adalah Pernyataan tentang tindakan responden dalam mengatasi
penyakit dengan hasil ukur baik (poin kuesioner 3) dan buruk (poin kuesioner
<3). Usia adalah usia responden saat mengisi kuesioner dengan hasil ukur < 36
tahun dan > 36 tahun. Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah karakteristik
biologis yang dilihat dari penampilan luar dengan hasil ukur berupa perempuan
atau laki-laki. Pendidikan pada penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal
terakhir yang ditamatkan responden dengan hasil ukur adalah pendidikan rendah
(tidak bersekolah, SMP dan SD) serta pendidikan tinggi (SMA, dan perguruan
tinggi). Pekerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan hasil ukur tidak bekerja atau bekerja.
Ekonomi dalam penelitian ini adalah keadaan finansial keluarga berdasarkan
aspek pendapatan yang dilihat dari upah minimum Kabupaten Tangerang yaitu
sebesar Rp 3.555.834 dengan hasil ukur dikatakan cukup adalah ≥ Rp 3.555.834,-
dan dikatakan rendah adalah < Rp 3.555.834.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui distribusi masing- masing
variabel. Data yang telah diambil dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan program SPSS 23.0 statistik analitik dan selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel distribusi yang kemudian dijelaskan secara naratif
sesuai dengan tujuan penelitian.

HASIL

Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


Kelompok Usia
<36 Tahun 14 46,7%
>36 Tahun 16 53,3%
Subtotal 30 100%
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 50,0%
Perempuan 15 50,0%
Subtotal 30 100%

Pendidikan
24 80%
Rendah
Tinggi 6 20 %
Subtotal
30 100%
Pekerjaan
Bekerja 20 66,6%
Tidak Bekerja 10 33,3 %
Subtotal 30 100%

Pendapatan
<UMR 20 66,6%
Tidak Berpendapatan 10 33,3 %

Subtotal 30% 100%


Berdasarkan Tabel 1. didapatkan sebesar 46,7% responden berusia
dibawah 36 tahun dan 53,3% responden berusia diatas 36 tahun. Jenis
kelamin laki-laki sebesar 50,0% dan 50,0% perempuan. Persentase
terbesar pada tingkat pendidikan, yaitu tingkat pendidikan rendah
sebesar 80%. Sebanyak 66,6% responden bekerja dan 33,3% tidak
bekerja. Sebanyak 66,6% responden memiliki pendapatan dibawah UMR
dan 33,3% responden tidak berpendapatan.

Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku


Pencarian Pengobatan

Tabel 2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku


Pencarian Pengobatan

Perilaku Pencarian Pengobatan

Baik Buruk Total P

Rendah 5 19 24 <0
Tingk
at
,0
Pendi 02
dikan 6 0 6
Tinggi
Total 11 19 30

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan bahwa dari 24 responden yang


memiliki pendidikan yang rendah , 5 responden memiliki perilaku
pencarian pengobatam baik dan 19 responden memiliki perilaku
pencarian buruk. Dan dari total 6 responden yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi, 6 diantaranya memeiliki perilaku pencarian
pengobatan baik .
PEMBAHASAN

Pada analisis bivariat Tingkat Pendidikan , hasil uji statistik


diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 (P < 0,05) dengan kesimpulan
tingkat pendidikan berhubungan dengan perilaku perilaku pencarian
pengobatan. Pendidikan yang rendah pada responden menjadi salah satu
faktor tingkat pengetahuan yang buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian
Linda (2017) bahwa masyarakat di kelurahan Kowangan, kecamatan
Temanggung bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
kepala keluarga dengan perilaku pencarian pengobatan gigi.
Di dalam pencarian pengobatan apabila mereka sakit, mereka
umumnya mencoba untuk mengobatinya terlebih dahulu (terutama
untuk penyakit yang ringan) dengan membeli obat-obat seperti yang
diiklankan TV, Radio dan koran, kemudian setelah tidak sembuh baru
berobat ke tenaga kesehatan. Pola yang demikian ini sesuai dengan apa
yang dinyatakan oleh beberapa ahli yang ditulis oleh bahwa di negara
berkembang dan negara maju tindakan pertarna yang dilakukan untuk
mengatasi penyakit ialah mengobati sendiri atau self medication.5
Beberapa pendapat para ahli yang dikutip yang berkaitan dengan
konsep ini menyebutkan: "lndividu melakukan tindakan berdasarkan
atas pengalaman, persepsi pemahaman dan penafsiran atas suatu obyek
stimulus atau situasi tertentu" (teori Aksi dari Max Weber). 6 Terhadap
pelayanan kesehatan puskesmas responden umumnya cenderung kurang
tertarik, meskipun ada beberapa yang memanfaatkan hanya karena
murah saja. Keengganan mereka memanfaatkan pelayanan puskesmas
oleh karena berbagai kendala klasik yang pernah diungkap oleh
beberapa penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap hal tersebut adalah kualitas dan jenis layanan atau obat yang
digunakan meragukan, tidak diperiksa oleh dokter, kurang bisa
berkomunikasi, menemui dokter sulit, jam buka yang terbatas. Keadaan
di atas tersebut sesuai dengan hasil analisis atas data Surkesnas 2004
(Survei Kesehatan Nasional) yang menjelaskan bahwa pada rawat jalan
di lndonesia tenaga yang memeriksa lebih banyak Perawat/Bidan
(68,1%) dibandingkan tenaga dokter (66,9%). Selanjutnya pada rawat
jalan puskesmas dijumpai faktor lama menunggu, keramahan petugas,
kebebasan memilih petugas serta diikutkan dalam pengambilan
keputusan rnerupakan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
kepuasan pasien7,8
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kurang waktu penelitian
serta sedikitnya populasi penelitian

KESIMPULAN

Pada penelitian secara bivariat ini didapatkan kesimpulan bahwa


tingkat pendidikan pada masyarakat di Kecamatan Tegal Angus
berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan.

SARAN

Disarankan peran serta kader dan tokoh masyarakat setempat


untuk ikut mensosialisasikan tentang perilaku perilaku pencarian
pengobatan yang baik.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan penelitian ini. Dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dini Widianti MKK, DiplDK selaku koordinator kepaniteraan

Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

2. dr.Alan Sartana selaku kepala Puskesmas Tegal Angus, Banten.

3. dr. Januar dan dr. Husna selaku dokter umum pembimbing di

Puskesmas Tegal Angus, Banten.

4. Keluarga Binaan Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal


Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
DAFTAR PUSTAKA

1.Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta

Jaya, Jakarta ; 2007

2. Depkes RI. Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia , Jakarta: 2006

3. Supardi S, dkk, 2009. Beberapa Faktor yang Berhubungan

Dengan Penggunaan Obat Tradisional dan Pengobatan Sendiri di

Indonesia Tahun 2009.

4. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.

5. Sarwono Solita. Sosiologi Kesehatan.

Beberapa Konsep beserta aplikasinya. Gajahmada University Press,

Jogjakarta: 2009.

6.Sudibyo S. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Rumah Tangga

terhadap Obat Tradisional di desa Tapos – Bogor dan Faktor yang

Mempengaruhinya. Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta:

2009

7.Budijanto, Didik dan Suharmiati. Analisis Faktor-Faktor Yang

MempengaruhiTingkat Kepuasan Penderita Rawat Jalan Dan Rawat

Inap Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Jakarta: 2005.

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional (Surkesnas).

Substansi Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan,

Badan Litbangkesn, Jakarta: 2004

Anda mungkin juga menyukai