ABSTRACT
Health-seeking behavior is the behavior of a person or a group or a
population for doing or seeking treatment in order to get medication so
that they can deal with their healths problem. The aim of this study is
to describe about health-seeking behavior pattern at Pangkalan
Village, Tegal Angus District. This study aims to determine the
relationship between education level and health-seeking behavior in
assisted families in Tegal Angus Districts.This study uses an
analytical method. The method of sampling in this study uses the
purposive sampling technique. The sample in this study were all
assisted families in Tegal Angus districts who met the inclusion and
exclusion criteria of 30 respondents. Data is processed using SPSS
23.0 and presented in table form.
PENDAHULUAN
menjalani pengobatan ke alternatif
Perilaku pencarian dan menjalani pengobatan medis.
pengobatan (health seeking behavior) Perilaku mencari pengobatan
yaitu usaha yang dilakukan untuk dipengaruhi oleh pengetahuan,
mencari atau melakukan sikap, dan tindakan individu.
pengobatan dengan mengobati Pengetahuan, sikap dan tindakan
penyakitnya sendiri atau membentuk jenis respon manusia
memanfaatkan fasilitas kesehatan akan adanya suatu kondisi
(rumah sakit, puskesmas, dan tertentu. Pemahaman pengetahuan,
sebagainya) maupun fasilitas sikap dan tindakan yang berbeda-
pengobatan tradisional (dukun, beda menyebabkan tingkat
antisipasi terhadap penyakit
shinshe, dan sebagainya).1 Upaya
kanker payudara yang berbeda
pengobatan secara mandiri yang
pula, sehingga sangat diperlukan
dilakukan masyarakat untuk
dalam upaya untuk menekan
mengobati dirinya sendiri dikenal
angka kesakitan akibat kanker
dengan istilah self medication atau
payudara.4
swamedikasi.2 Anderson dalam buku
Menurut Lawrence Green pada behavioral model of families use of
teori Preced-Proceed dalam health services menjelaskan bahwa
Notoatmodjo (2014) diuraikan perilaku orang sakit berobat ke
bahwa perilaku ditentukan atau pelayanan kesehatan
terbentuk dari 3 faktor yakni faktor sama dipengaruhi oleh faktor
predisposisi (predisposisi factors), predisposisi (usia, jenis kelamin,
faktor pemungkin (enabling factors), pendidikan, pekerjaan, Faktor
dan faktor pendorong (renforcing pemungkin (ekonomi keluarga,
factors). Faktor predisposisi akses terhadap sarana pelayanan
(predisposisi factors) adalah faktor kesehatan yang ada dan
yang terwujud dalam penanggung biaya pengobatan) dan
pengetahuan, sikap, kepercayaan, faktor individu (kondisi individu
dan nilai nilai yang mempengaruhi yang mencakup keluhan sakit).
motivasi penderita kanker payudara Menurut Notoadmodjo, orang
dalam mencari pegobatan. Dalam dengan pendidikan formal yang
arti umum, kita dapat mengatakan lebih tinggi akan mempunyai
faktor predisposisi sebagai faktor pengetahuan yang lebih tinggi
yang telah ada dalam diri seseorang dibanding dengan orang dengan
atau masyarakat.3 tingkat pendidikan formal yang
Penelitian Lannifa (2016) lebih rendah, karena akan lebih
dengan judul Perilaku Mencari mampu dan mudah memahami arti
Pengobatan Penderita Kanker dan pentingnya kesehatan
Payudara di Medan dapat dilihat Correpondence:
bahwa terdapat empat pola Erlina Wijayanti
Bagian IKM Fakultas Kedokteran Universitas
pencarian pengobatan pada Yarsi
penderita kanker payudara yaitu Email: erlina.wijayanti@yarsi.ac.id
mengobati sendiri, pengobatan kesehatan serta pemanfaatan
dengan membeli obat ke warung,
pelayanan kesehatan.
HASIL
Karakteristik Responden
Pendidikan
Rendah 24 80%
Tinggi
6 20 %
Subtotal
30 100%
Pekerjaan
Bekerja 20 66,6%
Tidak Bekerja 10 33,3 %
Subtotal 30 100%
Pendapatan
<UMR 20 66,6%
Tidak Berpendapatan 10 33,3 %
Pada arian
anali peng
sis obat
bivar an.
iat Pend
Ting idika
kat n
Pend yang
idika rend
n , ah
hasil pada
uji resp
statis onde
tik n
dipe menj
roleh adi
nilai salah
p- satu
valu fakto
e r
sebe ting
sar kat
0,002 peng
(P < etah
0,05) uan
deng yang
an buru
kesi k.
mpu Hal
lan ini
ting sesu
kat ai
pend deng
idika an
n pene
berh litian
ubu Lind
ngan a
deng (201
an 7)
peril bah
aku wa
peril mas
aku yara
penc kat
di berobat ke tenaga kesehatan. Pola
kelu yang demikian ini sesuai dengan apa
raha yang dinyatakan oleh beberapa ahli
n yang ditulis oleh bahwa di negara
Kow berkembang dan negara maju
anga tindakan pertarna yang dilakukan
n, untuk mengatasi penyakit ialah
keca mengobati sendiri atau self
mata medication.5
n Beberapa pendapat para ahli
Tem yang dikutip yang berkaitan dengan
angg konsep ini menyebutkan: "lndividu
ung melakukan tindakan berdasarkan atas
bah pengalaman, persepsi pemahaman
wa dan penafsiran atas suatu obyek
terd stimulus atau situasi tertentu" (teori
apat Aksi dari Max Weber).6 Terhadap
hub pelayanan kesehatan puskesmas
unga responden umumnya cenderung
n kurang tertarik, meskipun ada
antar beberapa yang memanfaatkan hanya
a karena murah saja. Keengganan
ting mereka memanfaatkan pelayanan
kat puskesmas oleh karena berbagai
pend kendala klasik yang pernah diungkap
idika oleh beberapa penelitian sebelumnya.
n Faktor-faktor yang berpengaruh
kepa terhadap hal tersebut adalah kualitas
la dan jenis layanan atau obat yang
kelu digunakan meragukan, tidak
arga diperiksa oleh dokter, kurang bisa
deng berkomunikasi, menemui dokter sulit,
an jam buka yang terbatas. Keadaan di
peril atas tersebut sesuai dengan hasil
aku analisis atas data Surkesnas 2004
penc (Survei Kesehatan Nasional) yang
arian menjelaskan bahwa pada rawat jalan
peng di lndonesia tenaga yang memeriksa
obat lebih banyak Perawat/Bidan (68,1%)
an dibandingkan tenaga dokter (66,9%).
gigi. Selanjutnya pada rawat jalan
Di dalam pencarian pengobatan puskesmas dijumpai faktor lama
apabila mereka sakit, mereka menunggu, keramahan petugas,
umumnya mencoba untuk kebebasan memilih petugas serta
mengobatinya terlebih dahulu diikutkan dalam pengambilan
(terutama untuk penyakit yang ringan) keputusan rnerupakan variabel-
dengan membeli obat-obat seperti variabel yang berpengaruh terhadap
yang diiklankan TV, Radio dan koran,
kepuasan pasien7,8 Keterbatasan
kemudian setelah tidak sembuh baru
dalam penelitian ini adalah kurang populasi penelitian
waktu penelitian serta sedikitnya
KESIMPULAN
KEPUSTAKAAN
Pada penelitian secara bivariat ini
didapatkan kesimpulan bahwa
1. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan
tingkat pendidikan pada
Ilmu Perilaku. Rineka Cipta Jaya,
masyarakat di Kecamatan Tegal
Jakarta ; 2007
Angus berhubungan dengan
2.Depkes RI. Pedoman Penggunaan Obat
perilaku pencarian pengobatan.
Bebas Dan Bebas Terbatas. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia , Jakarta:
2006
SARAN
3. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku
Disarankan peran serta kader dan
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta Jaya,
tokoh masyarakat setempat untuk
Jakarta; 2014
ikut mensosialisasikan tentang
4.Lannifa, M. Perilaku Mencari
perilaku perilaku pencarian
Pengobatan Penderita Kanker Payudara di
pengobatan yang baik.
Medan. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, Medan ;
2016
5.Maulana HDJ. Promosi Kesehatan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Jakarta: EGC; 2009.
6. SarwonoSolita.Sosiologi Kesehatan.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Beberapa Konsep beserta aplikasinya.
Allah SWT yang telah memberikan
Gajahmada University Press, Jogjakarta:
rahmat dan karuniaNya sehingga 2009.
penulis dapat menyelesaikan
7.Sudibyo S. Pengetahuan, Sikap dan
penyusunan penelitian ini. Dalam Perilaku Ibu Rumah Tangga terhadap Obat
kesempatan ini penulis mengucapkan
Tradisional di desa Tapos – Bogor dan
terima kasih kepada: Faktor yang Mempengaruhinya. Fakultas
1. Pihak Puskesmas Tegal Angus
Pascasarjana Universitas Indonesia,
2. Warga Desa Pangkalan, Teluk Jakarta: 2009
Naga, Tangerang Banten
8.Budijanto, Didik dan Suharmiati.
Analisis Faktor-Faktor Yang
MempengaruhiTingkat Kepuasan Penderita
Rawat Jalan Dan Rawat Inap Di Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Jakarta: 2005.
9.Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional (Surkesnas).
Substansi Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat
dan Kesehatan Lingkungan, Badan
Litbangkesn, Jakarta: 2004