Disusun Oleh:
Cynthia Isra M
Faradina Santi
Ilham Irvianda
Isnani Kurniyanti
M. Rizki Pernadi
Nur Ulfah P
Pramita Rukmana
Sonya Andzil M Tori
Wahyuli Armi
Pembimbing:
dr. Edy Fakhrizal, Sp.OG (K)
dr. Rika Effendy, Sp.OG
PENDAHULUAN
yang secara anatomis dan fisiologis tidak dirancang untuk menerima konsepsi
kelahiran hidup.3 Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi pada tuba fallopi, dengan
0,05% namun kualitas diagnosis dan tatalaksana kondisi ini masih tidak merata,
Pada kehamilan ektopik dapat dijumpai trias klasik berupa menstruasi yang
tertunda, nyeri, dan perdarahan dari jalan lahir/ spotting. Saat terjadi ruptur
ILUSTRASI KASUS
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan utama
Pasien datang ke VK IGD RSUD Arifin Achmad dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah yang memberat sejak 3 jam SMRS.
Riwayat haid
Menarche usia 14 tahun, siklus teratur 28 hari, lama haid 5-6 hari, ganti pembalut
2-3x/hari, jumlah haid normal kira-kira…….. nyeri haid (-), HPHT 5 Juni 2020.
Riwayat perkawinan
Menikah 1 kali, tahun 2010
Riwayat persalinan
1. Tahun 2010/ persalinan aterm /SCa/i gemelli/perempuan hidup sehat dan
laki-laki/ BBL:3100 g dan 2700 /RS Eria Bunda/ hidup.
Tahun 2010/aterm /laki-laki/2700 g/SC a/i gemelli aterm/ SpOG/RS Eria
Bunda/
hidup.
2. Hamil saat ini
Screening covid-19
Neutrofil limfosit ratio : 10,73 (↑)
Absolut limfosit count : 1.590/Ul
Hemostasis
PT : 14,5 detik
INR : 1,02
APTT : 31,8 detik
2.10 Prognosis
Laporan Laparatomi
• Setelah diyakini tidak ada perdarahan lagi, alat dan kassa lengkap, abdomen
ditutup lapis demi lapis
• Tindakan selesai
• Perdarahan intra op ± 500 cc, urin ± 100 cc jernih
Diagnosis Post Operasi
P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
Instruksi Post Op :
• Mobilisasi bertahap
2.12 Follow Up
O Kesadaran : CM Abdomen :
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
• Mobilisasi bertahap
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : timpani
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
• Cek DPL + PT APTT ulang 24 jam post cek Hb pertama (pukul 15.00 WIB)
O Kesadaran : CM Abdomen :
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
• Cek DPL + PT APTT ulang 24 jam post cek Hb pertama (pukul 15.00 WIB)
O Kesadaran : CM Abdomen :
RR : 20 x/m Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskular(-)
T : 36,5 °C
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
• Aff infus
• Aff DC
• Cefadroxil tab 500 mg 2x1
• Cek DPL + PT APTT ulang 24 jam post cek Hb pertama (pukul 15.00 WIB)
Abdomen :
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : timpani
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
P • Observasi KU, TTV, perdarahan, tanda-tanda akut abdomen
O Kesadaran : CM Abdomen :
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
O Kesadaran : CM Abdomen :
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
• Rencana transfusi PRC 3 labu (sudah masuk PRC ke-I pukul 08.30 WIB)
O Kesadaran : CM Abdomen :
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
• Rencana transfusi PRC 3 labu (sudah masuk PRC ke-II pukul 18.00 WIB)
T : 37,3 °C
Abdomen :
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : timpani
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra + BSC 1x
• Aff infus
• Cek PT APTT
KU : TSS PT : 14 detik
RR : 20 x/m
T : 36,8 °C
Abdomen :
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : timpani
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
O Kesadaran : CM Abdomen :
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
O Kesadaran : CM Abdomen :
A P1A1H2 post salpingektomi dekstra a/i ruptur tuba pars ampularis dekstra +
BSC 1x
P Pasien dipulangkan
Terapi pulang :
• Cefadroxil tab 2x500mg
• Lansoprazole tab 1x30mg
• Hemafort tab 1x1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
uteri. Lebih dari 98% implantasi terjadi di tuba fallopi. Kehamilan ektopik dapat
3.2 Epidemiologi
Sebanyak 95% kehamilan ektopik terjadi di tuba fallopi. Penelitian oleh Kharat
tahun 2017 di India mendapatkan kelompok usia terbanyak pada pasien dengan
kehamilan tuba adalah 26-30 tahun sebesar 62,9%, 82,5% dari kelompok tersebut
adalah multipara dan 88,1% berasal dari kelompok sosial ekonomi yang rendah. 6
Kematian ibu pada kehamilan trimester pertama terjadi sebesar 10-15% di seluruh
3.3 Klasifikasi
1. Kehamilan tuba (>95%) yang terdiri dari pars ampula, pars ismika, pars
2. Kehamilan ektopik lain (<5%) anatara lain di serviks uterus, ovarium, atau
abdominal
3. Kehamilan intraligamenter
4. Kehamilan heterotopik yaitu kehamilan ganda yang terjadi pada cavum uteri
Operasi pada kehamilan tuba sebelumnya, untuk pemulihan kesuburan, atau untuk
kehamilan ektopik sebesar 5 kali lipat. Faktor lainnya yaitu penyakit menular
seksual dan infeksi tuba lainnya yang dapat merusak anatomi tuba. Satu episode
selain itu, Bolaji tahun 2015 mengemukakan salpingitis isthmica nodosa, yang
ektopik. Perkins tahun 2015 menemukan dengan ART, tingkat kehamilan ektopik
terjadi.2
ektopik meskipun mekanisme yang mendasari tidak jelas. Dengan segala bentuk
dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), baik yang mengandung tembaga
3.5 Patofisiologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama dengan halnya di cavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian
diresorpsi.8
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen
mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot
dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. 8
graviditas dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek. Endometrium dapat
pula berubah menjadi desidua. Setelah janin mati, desidua dalam uterus
mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping atau
ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang
degeneratif. 8
sehingga tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah
ini disebabkan oleh lumen pars ampularis yang lebih luas sehingga dapat
retrouterina.8
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
trauma ringan. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium
tuba abdominal. Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi.
Dalam hal ini, dinding tuba yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah
ligamentum tersebut.8
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,
tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan
kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi
terus dalam rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektopik lanjut atau
dan usus.8
3.6 Diagnosis
1. Anamnesis
pada awalnya, hingga akut abdomen dan gejala hemodinamik yang tidak
abdomen bawah yang dapat menyebar ke seluruh perut.9 Saat terjadi ruptur
nyeri perut bawah dan nyeri pelvis umumnya dirasakan tajam dan seperti
2. Pemeriksaan fisik
Nyeri bahu atau leher dapat dijumpai akibat iritasi diafragma terutama saat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah rutin
dapat terlihat setelah 24 jam.8 Kurang lebih pada setengah dari total
ektopik. Saat ini tes yang digunakan adalah enzyme link immunosorbent
assays (ELISAs) untuk subunit beta hCG dengan batas kadar minimal
deteksi pada urin sebesar 20-25 mIU/ml dan ≤5 mIU/ml pada serum.
Keluhan perdarahan atau nyeri yang disertai hasil tes kehamilan positif,
pada kehamilan ektopik. Connolly dkk pada tahun 2013 menyatakan pada
minggu dan yolk sac terlihat pada kehamilan 5-6 minggu. USG
gestational sac dengan yolk sac, atau embrio, atau keduanya terlihat di
d. Kuldosentesis
dilakukan di masa lalu dan saat ini sudah banyak yang beralih ke TVU.
berisi fragmen bekuan lama atau darah yang tidak membeku mengarahkan
yang cepat.2
Gambar 3. Kuldosentesis8
ruptur kista/ folikel ovarium, mioma nekrotik, salpingitis, dan abses tuba-ovarium.
limpa, dan ginjal), dan penyakit perdarahan vaskular (aorta, seluruh pembuluh
darah abdomen).10
3.9 Penatalaksanaan
atau pembedahan dan harus mempertimbangkan status klinis dan hasil penunjang
1. Terapi medikamentosa
mukosa bukal dan usus, epitel saluran napas, sel kanker, dan jaringan
trofoblas.4
2. Pembedahan
merupakan pilihan untuk kerusakan tuba yang berat atau ruptur dan
pada kasus perdarahan berat di lokasi operasi.4 Jika hasil konsepsi masih
tertinggal.9
3.10 Prognosis
Pada pasien dengan riwayat kehamilan ektopik yang masih ingin memiliki
keturunan, terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi yaitu pasien tersebut
tetap infertil, pasien dapat hamil intrauterin (baik viabel atau abortus spontan) atau
pasien dapat mengalami kehamilan ektopik kembali. Hanya sekitar 33,3% wanita
yang berulang adalah kehamilan ektopik sebagai kehamilan pertama, usia kurang
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
bagian bawah seperti ditusuk-tusuk dan keluar darah dari jalan lahir yang
bergumpal-gumpal. Hal ini sesuai dengan trias gejala klasik kehamilan ektopik,
yaitu terlambatnya haid, nyeri abdomen bagian bawah kemudian keluar darah dari
jalan lahir.9
biasanya dimulai dari salah satu sisi abdomen bawah dan dengan cepat menyebar
iritan ringan sehingga sering tidak menyebabkan keluhan nyeri, namun keluhan
nyeri muncul saat terjadi inflamasi akibat peregangan oleh perdarahan akut dan
masif.12
Pada ruptur tuba dapat terjadi peluruhan desidua akibat penurunan estrogen dan
progesteron yang dihasilkan oleh trofoblas.2 Hal ini sesuai dengan teori reaksi
Arias stella pada tahun 1954 yang menemukan perubahan atipikal pada kelenjar
kehamilan ektopik.13
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan tanda akut abdomen berupa nyeri
tekan dan nyeri lepas, serta defans muskular yaitu spasme otot abdomen
terlokalisir pada segmen bersangkutan yang merupakan refleks tonik akibat iritasi
al dari OUE, cavum douglas menonjol dan pada palpasi bimanual ditemukan nyeri
goyang porsio (+). Ruptur tuba menyebabkan darah keluar dari OUE yang berasal
terjadi akibat perdarahan mengalir melalui ostium tuba uterina dan menumpuk di
cavum douglas.2
dan hematokrit yaitu Hb : 9,7 g/dl dan 28,4 %, serta peningkatan leukosit
19.410 /ul. Penurunan hemoglobin dan hematokrit terjadi sedikit pada awal
dari wanita dengan kehamilan ektopik yang ruptur, ditemukan berbagai derajat
hCG dan USG transvaginal penting untuk evaluasi diagnostik kehamilan tuba.
kehamilan tuba, pada USG dapat ditemukan uterus yang kosong disertai massa
kompleks atau massa pada area hipoekoik di adnexa yang terpisah dari ovarium.,
selain itu tampak gambaran kumpulan cairan anekoik atau hipoekoik pada cavum
esis dan didapatkan hasil positif dengan arah posterior. Kuldosentesis bertujuan
dengan kemajuan teknologi saat ini kuldosentesis sudah banyak digantikan oleh
USG transvaginal.2
Faktor risiko kehamilan ektopik yang dicurigai pada pasien ini adalah
IUD dan kehamilan ektopik telah dilaporkan pada tahun 1995 dari sebuah meta
menggunakan IUD, peningkatan kejadian yang tinggi juga terjadi pada wanita
dengan riwayat penggunaan IUD yang diduga berhubungan dengan inflamasi tuba
akibat IUD.15
4.3 Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?
peritoneum ditembus terdapat darah kurang lebih sebanyak 500 cc. Hal ini
ditelusuri didapatkan ruptur tuba pars ampularis kanan. Setelah tuba diklem,
Pada saat laparotomi, dilakukan eksplorasi pada kedua ovarium dan tuba
falopi. Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, dilakukan salfingektomi, namun jika
mempertahankan tuba. Pada pasien terjadi ruptur tuba dekstra sehingga pilihan
Kerugian dari tindakan ini adalah kehilangan tuba dan fungsinya sehingga tuba
pasien ini?
Pada pasien dengan riwayat kehamilan ektopik yang masih ingin memiliki
keturunan, terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi yaitu pasien tersebut
tetap infertil, pasien dapat hamil intrauterin (baik viabel atau abortus spontan) atau
pasien dapat mengalami kehamilan ektopik kembali. Pada pasien ini tidak
disarankan untuk hamil kembali karena hanya sekitar 33,3% wanita dengan
riwayat kehamilan ektopik yang bisa hamil intrauterin selain itu, sebanyak
ektopik sebagai kehamilan pertama, usia kurang dari 25 tahun, terdapat infeksi
salpingektomi.16
fungsi cadangan ovarium secara signifikan lebih rendah pada kelompok infertil
melakukan salfingektomi.16
BAB V
KESIMPULAN
1. Faktor resiko pada pasien ini adalah riwayat pemakaian IUD yang dapat