PADA ANAK
Oleh :
Dr. H. Irawan Anasta putra , Sp.A
Pendahuluan
Infeksi virus dengue merupakan penyakit
endemis utama di Indonesia
Di Indonesia sudah beberapa kali terjadi
kejadian luar biasa (1989 ,1993 dan 2004)
Walaupun seluruh propinsi pernah
melaporkan kasus DBD, namun angka
kematian cenderung menurun. Th. 1968
sebanyak 41,3%, saat ini sekitar 25 %
Angka kejadian
DBD sering menyerang anak usia sekolah
Bayi terkecil yang pernah dilaporkan
menderita DBD berumur 3 bulan
Proporsi kelompok < 12 bulan sekitar 3 %
Usia balita sekitar 19 %
Usia penderita DBD terbanyak antara
5 10 tahun sekitar 57 %
Usia anak yang lebih besar sekitar 23 %
Virus dengue
Termasuk kelompok Arbovirus
Virus dengue mempunyai 4 stereo tipe
yaitu den-1, den-2, den-3,den-4
Semua stereotipe ada di Indonesia, namun
dominasi stereotipe virus penyebab DBD adalah
den-2 dan den-3 yang sering menyebabkan
manifestasi klinis yang berat
Dapat terjadi reaksi silang antar stereotipe
dengan gejala klinis yang sama
Patogenesis
Sampai sekarang patogenesis DBD masih
merupakan hipotesis.
Untuk membedakan dengan demam lain
harus dibuktikan adanya kebocoran
plasma pada penderita DBD
Selain klinis, DBD harus diperkuat dengan
adanya data :
Trombositopenia < 100.000
Hematokrit meningkat sebesar 20 %
Manifestasi klinis
Demam 2 7 hari
Adanya tanda perdarahan
( Petikhe, purpura, mimisan, melena dll )
Tidak ditemukan tanda infeksi lain
Pemeriksa penunjang :
Darah rutin ( Ht dan Trombosit )
Foto toraks
Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria
WHO 1999 yang dengan adanya salah satu :
Trombositopenia dan hemokonsentrasi
Diagnosis DBD menurut WHO 1999 :
. Panas selama 2 7 hari
. Manifestasi perdarahan (kulit s/d perd. saluran
Cerna) dan tanda kegagalan sirkulasi
. Trombositopenia ( < 100.000 / ul )
. Bukti adanya kebocoran plasma ( Hematokrit )
I
II
Penatalaksanaan Syok
dan Perdarahan pada DBD
Meliputi :
1. Pengelolaan syok pada DBD
2. Therapi cairan
3. Transfusi darah dan trombosit
4. Penggunaan monitor pada DBD
5. Tatalaksana Disseminated
Intravaskuler Coagulation ( DIC ) pada
DBD ( dibahas tersendiri )
Resusitasi awal
Kristaloid 40 60 ml/KgBB (10 - 20 mnt ) atau koloid
20 30 ml/KgBB (10 20 mnt)
Cairan berikutnya adalah campuran kristaloid sampai
perfusi jaringan baik.
Pemberian cairan 60 100 ml / KgBB selama 12 jam
Apabila perfusi end organ belum tercapai , pemberian
cairan lanjutan harus hati-hati .
Bila resusitasi tahap awal gagal rawat HCU/PICU.
Pemeriksaan lengkap : elektrolit, Hb,Ht, Trombosit
Tetesan cairan dikurangi bertahap (24-48 jam) setelah
syok teratasi. Selanjutnya rumatan.
Pengelolaan :
Terapi oksigen sesuai kebutuhan
Bila perlu ventilator mekanik
Cairan koloid hiperonkotik, furosemide dan
pembatasan cairan sampai 50 %
Monitor ketat tanda vital
Cairan rumatan bila Ht < 40 %
Ht normal anak:
33 -38%
Kepustakaan :
1. A. Markum : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak ,
FKUI
2. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis , Bagian
Ilmu Kesehatan anak , FKUI
3. Buku Ajar Imunologi , Edisi 1 , FKUI
4. Journal Pediatrica Indonesia
5. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ( PKB ) ,
Bagian Ilmu Kesehatan anak , FKUI atau IDAI