Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
STATUS MEDIS PASIEN

1.1

1.2

IDENTITAS PASIEN
Nama
Tempat, tanggal lahir
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Anak ke
Tanggal MRS
Nomor RM

: An. H
: Tangerang, 25 Oktober 2002
: 12 tahun 7 bulan
: Laki-laki
: Jl. Patimura Rawabadak Koja
: 1 dari 2 bersaudara
: Rabu, 03 Juni 2015
: 208079

ANAMNESIS
Anamnesis Rabu, 03 Juni 2015

Keluhan utama :
Demam sejak minggu pagi SMRS

Riwayat penyakit sekarang :


An.H demam sejak 4 hari yang lalu, demam naik turun dan demam tidak
langsung tinggi dan meningkat perlahan-lahan, keringat dingin (+), mual (-),
muntah (+) setiap kali makan dan muntah berisi cairan dan sisa makanan.
Muntah 2-3x sehari. Setelah makan piscok, buang air besar tinja hitam.
Batuk (-) pilek (-), sedikit sesak (-), menggigil (-), mimisan (+), petechi (+)
di tangan dan kaki, gusi berdarah (-). Keluhan buang air kecil tidak ada. Lalu
2 hari sebelum masuk rumah sakit anak dibawa ke bidan diberi obat penurun

panas namun tidak ada perbaikan. Lalu masuk ke UGD dengan keluhan yang

sama.
Riwayat penyakit dahulu :
An. belum pernah mengalami keluhan seperti ini. Semenjak lahir hanya
pernah sakit biasa seperti batuk, pilek dan sembuh setelah di bawa ke
Puskesmas atau klinik terdekat. Pasien tidak pernah dirawat inap
sebelumnya. Riwayat kejang (-), Riwayat TB paru (-), Riwayat Asma (-),
Riwayat Campak (-).

Riwayat penyakit keluarga :


Di keluarga tidak ada yang mengeluh sama seperti ini. Ibu dan ayah
pasien tidak menderita penyakit apapun seperti asma, kejang, TB Paru,
diabetes melitus ataupun penyakit lainnya.

Riwayat pengobatan :
An. Sudah berobat ke bidan dan diberikan obat penurun panas. Setelah
meminum obat, demam turun kemudian beberapa saat suhu An.H naik
kembali. Riwayat pengobatan jangka panjang (-).

Riwayat kehamilan ibu :


Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya di bidan dan tidak pernah
sakit. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan selama masa kehamilan, dan
tidak pernah dirawat di RS dan tidak ada perdarahan, hipertensi, muntahmuntah, kejang, bengkak selama kehamilan.
Kesan: Tidak terdapat penyulit selama kehamilan.

Riwayat persalinan :

An.H lahir secara SC ditolong oleh bidan, bayi lahir langsung menangis.
tidak ada cacat kongenital, BBL dan PBL bayi saat lahir, orang tua tidak
ingat.

Riwayat pemberian makan :


Anak makan 3 kali 1 hari dengan porsi cukup, lauk pauk yang biasa dimakan
keluarga, tahu tempe, ayam, daging. Jarang makan sayuran dan buah. Anak
suka jajan disekolah, minum es dan suka makan saus dan mie goreng. Dalam
1 hari, an.H bisa makan mie goreng 1 kali dan selalu makan pakai saus.
Kesan: Kuantitas dan kualitas makan anak harus ditingkatkan lagi

Riwayat imunisasi :
-

BCG
Polio
Hepatitis B
DPT
Campak

: 1x
: 4x
: 3x
: 3x
: 1x

Kesan : Imunisasi dasar sudah lengkap, tidak dilakukan imunisasi


ulangan.

Riwayat Perkembangan
An.H sekarang kelas 1 SMP, prestasi anak di sekolah baik dan anak dapat
mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik
Kesan

1.3

: Perkembangan anak tanpa keluhan

PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien
-

Keadaan umum

: Tampak sakit

Kesadaran

: Composmentis

Nadi

: 83 x/menit, reguler, isi kuat

Respirasi

: 24 x/menit

Suhu

: 38,2 C

Antropometri dan Status Gizi

Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi

: 41 kg
: 142 cm

IMT = BB/TB2 = 41/1,422 = 20,33


Kesan : Status gizi normal
Status Generalis
KEPALA
-

Bentuk

: Normocephal

Rambut

: Hitam distribusi rata dan tidak mudah dicabut

Kulit

: Petechi (+) di tangan dan kaki

Mata

: Kelopak mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (+/+), sklera


ikterik (-/-), isokor kanan-kiri, reflex pupil (+), edema palpebra
(-), pergerakan mata kesegala arah baik

Telinga

: Bentuk normal (normotia), darah (-/-), serumen (-/-),


pendengaran baik

Hidung

: Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan (-),
hidung bagian luar tidak ada kelainan, pernafasan cuping hidung
(-)

Mulut
Leher

: Mukosa bibir kering (-), faring hiperemis (+), stomatitis (+)

Bentuk

: Simetris

KGB

: Tidak membesar

Kaku kuduk

: (-)

Paru
Inspeksi

: simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat


bernapas, retraksi dinding dada (-), scar (-), otot bantu pernapasan (-)

Palpasi

: simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang
tertinggal saat bernapas, nyeri tekan (-)

Perkusi

: sonor pada semua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing(-/-)


Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Perkusi

: batas jantung relative dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi

: perut kembung (+), scar (-)

Palpasi

: nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan pada kuadran kanan (+),
hepatomegali (+), splenomegali (-), massa (-), turgor kulit baik

Perkusi

: timpani pada seluruh kuadran abdomen , shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus (+) meningkat


Anus dan rektum
Extremitas

: tidak ada keluhan

Atas

: akral hangat, peteki (+), udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik

Bawah : akral hangat, peteki (+), udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik

1.4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

Hemoglobin

13,4

g/dL

10,5-13,5

Leukosit

2,53

103/uL

4.0 10.0

Hematokrit

37,5

36,0-44,0

Trombosit

87

103/uL

10,5-13,5

Serologi Widal
S. Typosa O 1/80
S. Paratyphosa AO 1/160
S. Paratyphosa BO 1/320
RESUME

I. Anamnesis
-

An. H, umur 12 tahun 7 bulan, BB 41 kg, datang dengan keluhan demam sejak
minggu pagi sebelum masuk RS.

Pasien merasa demam naik turun dan demam tidak langsung tinggi dan meningkat
perlahan-lahan, keringat dingin (+), muntah (+) setiap kali makan dan muntah berisi
cairan dan sisa makanan. Muntah 2-3x sehari. Setelah makan piscok, buang air besar
tinja berwarna hitam konsisteni keras dengan frekuensi 1x.

Mimisan(+) 1x di sekolah, dan petechi (+) di tangan dan kaki.

Pasien juga mengeluhkan nyeri perut dikuadran kanan dan nyeri pada ulu hati.

II. Pemeriksaan Fisik


-

Keadaan umum

: Tampak sakit

Kesadaran

: Composmentis

Nadi

: 83 x/menit, regular, isi kuat

Respirasi

: 24 x/menit

Suhu

: 38,2 C

BB

: 41 kg

Mata

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Mulut

: Stomatitis (+), faring hiperemis (+)

Abdomen

: Nyeri tekan epigastrium (+), Nyeri perut di kuadran kanan (+),

Bising usus (+) meningkat.


-

Ekstremitas

: Akral hangat

III. Laboratorium
S. Typhosa O 1/80, S.Paratyphosa AO 1/160; S. Paratyphosa BO 1/320

IV. Diagnosis Kerja


Febris e.c demam berdarah dengue

V. Diagnosa Banding
-

Febris e.c typhoid fever

VI. Penatalaksanaan

1. Infus Ringer Laktat / NaCl 0,9%


BB 41 kg 10 x 100 = 1000
10 x 50 = 500
21 x 20 = 420 +
1920 x 20 = 38.400 = 27 tpm
20 x 60

1.440

Setiap kenaikan 1C; 38,2C - 37,5C = 0,7


12% x 1920 = 230 ml

2. Medikamentosa
Paracetamol tab 500 mg
Ranitidin inj 3x1

VII. Anjuran Pemeriksaan


-

Cek darah perifer lengkap


Cek elektrolit

VIII. Prognosa
-

Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad Functionam

: Bonam

Quo ad Sanationam

: Dubia ad bonam

XI. FOLLOW UP

Tanggal
04

Juni Demam

2015

Muntah

(Bangsal)

petekie

(+)

(+), S : 37; 39;36

Demam

(+), HR: 89; 90; 92

Berdarah

di RR: 22 x/menit

P
-

ml/kgbb/jam

Dengue
-

tangan dan kaki,

ivfd asering 6-7

dalam 1 jam
Monitor tanda

grade II
vital, nilai Ht

Akral dingin (-), Hasil lab:


dan
arteri

dorsalis Hb: 12.3 g/dL

pedis teraba kuat, Leukosit : 2600/uL


nadi

trombosit

teratur, Ht : 37%

tiap 6 jam
PCT tab

10

sesak (-), tekanan Trombosit :


darah

tidak 78.000/uL

terukur

05
2015

Juni Demam
demam

(+), Suhu: 39,7C;

Demam

naik 36,9C

Berdarah

Asering 6-7
ml/kgbb/jam
Monitor tanda

turun, nyeri perut HR : 80 x/menit

Dengue

vital, nilai Ht

+, pusing, lemas.

grade II

dan

RR : 24 x/menit

Hasil lab
Hb: 14, g/dL
Leukosit : 4300/uL
Ht : 38,5%
Trombosit :
57.000/uL

trombosit

tiap 6 jam
PCT tab
Ranitidin inj
Cek dpl 24 jam

11

06 juni

Demam

2015

masih nyeri perut HR : 82 x/menit

(bangsal)

(+),

mual

muntah
belum BAB

(-), S : 36,5C

Demam

Infus asering 6-

7 ml/kgBB/jam
Ranitidin inj

Berdarah

(-), RR: 24 x/menit

Dengue

(-), Hasil lab:

grade II

Hb: 15,8 g/dL


Leukosit : 3800/uL
Ht : 42,7%
Trombosit :

07 Juni

54.000/uL
Demam (-), mual Suhu : 36,7C

Demam

Pasien

2015

(-), muntah (-)

HR : 85 x/menit

Berdarah

diperbolehkan

RR: 20 x/menit

Dengue

pulang

Hasil lab:

grade II

persetujuan

Hb: 14,7 g/dL


Leukosit : 8700/uL
Ht : 39,6%
Trombosit :
93.000/uL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

dokter

dengan

12

A. DEFINISI
Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditransmisikan oleh nyamuk sebagai vektornya dengan karakteristik penyakit
diantaranya seperti demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, dan adanya petekie.
B. EPIDEMIOLOGI
Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000
penduduk, namun angka kematian telah menurun bermakna <2%. Morbiditas dan
mortalitas demam berdarah dengue yang dilaporkan berbagai negara bervariasi
disebabkan beberapa faktor antara lain: status umur penduduk, kepadatan vektor,
prevalensi serotipe virus dengue, tingkat penyebaran virus. Tidak terdapat perbedaan
antara jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Umur terbanyak yang terkena
infeksi dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun. walaupun makin banyak
kelompok umur lebih tua, spectrum klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi :
1) Gejala klinis paling ringan tanpa gejala (silient dengue infection)
2) Demam dengue (DD)
3) Demam berdarah dengue (DBD)

C. ETIOLOGI
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus genus Flavivirus, family Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotype yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus. Keempat serotype dengue terdapat di Indonesia, DEN-3
merupakan serotipe dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti

13

serotipe DEN-2. Virus dengue terdiri dari single-stranded RNA genom (ssRNA)
yang mempunyai polaritas positif. Genom ini dikelilingi oleh nukleocapsid
icosahedral dengan diameter 30 nm. Nukleocapsid ini ditutupi oleh suatu lipid
envelope yang tebalnya 10nm. Genom virus mengandung 3 protein struktural dan 7
protein non struktural.
Vektor
Host natural dari virus dengue adalah manusia, primata dan nyamuk. Vektor
arthropoda merupakan anggota dari genus aedes yang hidup baik di daerah perkotaan
maupun daerah pedesaan. Spesies predominan yang berperan dalam transmisi
penyakit adalah aedes aegypti dan aedes albopictus. Nyamuk betina menggigit
sepanjang hari dimana aktivitas puncaknya pada pagi dan siang hari. Di indonesia,
nyamuk aedes aegypti tersebar luas di seluruh pelosok tanah air baik kota maupun
desa kecuali di wilayah yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan
laut. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah manusia untuk
mematangkan telurnya. Umur nyamuk betina berkisar antara 2 minggu sampai 3
bulan atau rata-rat 1,5 bulan. Kekmampuan terbangnya berkisar antara 40-100 meter
dari tempat berkembang biaknya. Tempat yang disukai adalah benda-benda
tergantung yang ada di dalam rumah, seperty gorden, kelambu dan pakaian di kamar
yang gelap dan lembab. Di dalam tubuh nyamuk virus dengue akan berkembang biak
dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Ketika
nyamuk ini menggigit manusia maka virus dengue dikeluarkan bersama air liur
nyamuk.
D. PATOFISIOLOGI

14

Patofisiologi primer DBD adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang


mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
meimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus berat,
volume plasma menurun lebih dari 20%. Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus
dengue berkembang biak dalam sel retikulooendotelial yang selanjutnya diikuti
dengam viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respons imun
baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti hemaglutinin dan anti
komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada
infeksi dengue primer antibody mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar
antibody yang telah ada jadi meningkat.
Antibodi terhdapa virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam
hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ke-3, dan menghilang 6090 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetic antibody IgG harus dibedakan
antara infeksi primer dan infeksi sekunder. Pada infeksi primer antibody IgG
meningkat sekitar demam hari ke-14 sedangkan infeksi sekunder antibody IgG
meingkat pada hari ke-2. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat
ditegakkan dengan mendeteksi antibody IgM setelah sakit kelima, diagnosis infeksi
sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan
IgM yang cepat.
E. GEJALA KLINIS
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsic) berkisar antara 3
sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari

15

keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh
nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari.
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 2-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tanpa gelisah
Kriteria laboratorium:
o Trombositopenia (100.000/l atau kurang)
o Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut
standar umur dan jenis kelamin
o Dua criteria klinis pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi,
serta dikonfrimasi secara uji serologic hemaglutinasi
F. DIAGNOSIS
Anamnesis
o Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari
o Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
o Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut

16

o Diare kadang-kadang dapat ditemukan


o Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan
Pemeriksaan Fisik
o Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah, nyeri
kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di
bawah lekung iga kanan. Gejala penyerta tersebut lebih mencolok pada DD
daripada DBD
o Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada
DBD
o Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma, hipovolemik
dn syok
o Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura
dan rongga peritoneal selama 24-48 jam
o Fase khas sekitar hari ke-3 hingga hari ke-5 perjalanan penyakit pada saat ini
suhu turun, yang dapat merupakan awal penyembuhan bila infeksi ringan namun
pada DBD berat merupakan tanda awal syok
o Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena ataupun hematuria
Tanda-tanda syok:
o Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaranan, sianosis
o Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak teraba
o Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHg
o Akral dingin, capillary refill menurun
o Diuresis menurun sampai anuria
Apabila syok tidak dapat segera diatasi, akan terjadi komplikasi berupa asidosis
metabolic dan perdarahan hebat.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

17

Darah perifer, kadar hemogblobin, leukosit dan hitung jenis, hematokrit,


trombosit. Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai lomfosit plasma biru,
peningkatan 15% menunjang diagnosis DBD
Uji serologi, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesens
o Infeksi primer, serum akut <1:20, serum konvalesens naik 4 kali atau lebih
namun tidak melebihi 1:1280
o Infeksi sekunder, serum akut <<1:20, konvalesens 1:2560; atau serum akut
1:20, konvalesens naik 4x atau lebih
o Persangkaan infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive secondary
infection) : serum akut 1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau
sama
Pemeriksaan radiologis (ururtan pemeriksaan sesuai indikasi klinis)
o Pemeriksaan foto dada, dilakukan atas indikasi :

Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat


kelainan radiologis pada perembesan plasma 20-40%

Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan

18

o Kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah hilus


kanan, hemitoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri, kubah
diafragma kanan lebih tinggi dari pada kiri, dan efusi pleura
o USG : efusi pleura, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea dan
vesica urinaria
G. PENATALAKSANAAN
Terapi infeksi virus dengue dibagi menjadi 4 bagian :
1. Tersangka DBD
2. Demam Dengue (DD)
3. DBD derajat I dan II
4. DBD derajat III dan IV (DSS)
Penatalaksanaan DBD tanpa syok (derajat I dan II)
Medikamentosa
-

Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol

Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya


antasid, antiemetik) untuk mengurangi beban detosifikasi obat dalam hati

Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, apabila terdapat perdarahan


saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan

Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati

Suportif

19

Mengatasi

kehilangan

cairan

plasma

sebagai

akibat

peningkatan

permeabilitas kapiler dan perdarahan


-

Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk mengatasi masa


peralihan dari fase demam ke fase syok disebut time of fever differvesence
dengan baik

Cairan IV diperlukan, apabila anak terus-menerus muntah, tidak mau minum,


demam tinggi, dehidrasi yang dapat mempercepat terjadinya syok dan nilai
hematokrit cenderng meningkat pada pemeriksaan berkala

Penatalaksanaan DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)
-

Pergantian volume plasma segera, cairan IV larutan RL 10-20 ml/kgbb secara bolus
diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi tetap berikan RL 20
ml/kgbb ditambah koloid 20-30 ml/kgbb/jam, maksimal 1500 ml/hari

Jumlah urin 1ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik

Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok teratasi

Oksigen 2-4 l/menit pada DBD syok

Koreksi asidosis metabolic dan elektrolit pada DBD syok

Indikasi pemberian darah :


Terdapat perdarahan secara klinis
-

Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok menetap, hematokrit


turun, diduga telah terjadi perdarahan, berikan darah segar 10 ml/kgbb

20

Apabila kadar hematokrit tetap >40% , maka berikan darah dalam volume
kecil

Plasma segar beku dan suspense trombosit berguna untuk koreksi gangguan
koagulopati atau koagulasi intravascular desiminata (KID) pada syok berat
yang menimbulkan perdarahan massif

Pemberian transfuse suspense trombosit pada KID harus selalu disertai


plasma segar (berisi faktor koagulasi yang diperlukan), untuk mencegah
perdarahan lebih hebat.

Penatalaksanaan DBD Ensefalopati


Pada ensefalopati cenderung terjadi edema otak dan alkalosis, maka bila syok
telah teratasi, cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HCO3- dan jumlah
cairan segera dikurangi. Larutan RL segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) :
glukosa (5%) = 3:1
Pemantauan
Pemantauan selama perawatan
Tanda klinis, apalah syok telah teratasi dengan baik, adakah pembesaran hati,
tanda perdarahan saluran cerna, tanda ensefalopati, harus dimonitor dan dievaluasi untuk
menilai hasil pengobatan. Kadar hemoglobin, hematokrit, dan trombosit tiap 6 jam,
minimal tiap 12 jam. Balans cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis ditampung,

21

dan jumlah perdarahan. Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk persiapan
transfuse darah apabila diperlukan.
H. PROGNOSIS
Bergantung pada beberapa faktor :
-

Lama dan beratnya renjatan

Adekuat atau tidak penanganan segera

I. KOMPLIKASI
Faktor risiko terjadiya komplikasi :
-

Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan syok ataupun tanpa syok

Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal akut

Edema paru, seringkali terjadi akibat overloading cairan

J. KRITERIA MEMULANGKAN PASIEN


-

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

Nafsu makan membaik

Secara klinis tampak perbaikan

Hematokrit stabil

Tiga hari setelah syok teratasi

Jumlah trombosit >50.000/ml

Tidak dijumpai distress pernafasan

22

K. PENCEGAHAN
Melakukan perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang dapat dilakukan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam
rumah. Salah satu caranya adalah memasang kasa penolak nyamuk, selain itu bisa
juga melakukan cara lain yaitu : menggunakan mosquito repellent dan insektisida
dalam bentuk semprotan, memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak,
memasang kelambu. Pemberantasan vektor jangka panjang bisa dilakukan dengan
cara 3M, yaitu menguras, menutup dan mengubur potensi sarang nyamuk Aedes
aegypti.
1) Menguras
Menguras penampungan air dan membersihkannya secara berkala
2) Menutup
Menutup bak-bak penampungan air sehingga nyamuk tidak dapat bertelur
dan berkembang biak
3) Mengubur
Mengubur sampah plastik, kaleng, atau wadah kosong yang berisi air
sehingga nyamuk tidak dapat menemukan tempat untuk bertelur
Selain itu dapat digunakan juga usaha pemberantasan vektor dengan
menggunakan bahan kimia seperti menaburkan bubuk abate SG 1% pada tempat
penyimpanan air dengan dosis 1 ppm, 10 gram untuk 100 liter, serta melakukan fogging
dilakukan di sekitar lingkungan rumah secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai