Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

ILEUS

Penyusun :

Agus Cahyadi (11 2019 136)

Pembimbing :

dr. Komala Dewi, Sp. Rad

KEPANITERAAN ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA – RS UMUM DAERAH KOJA

(Periode 22 Juli – 1 Agustus)


JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus adalah suatu keadaan yang menghambat perjalanan isi usus melewati lumen usus
akibat kelumpuhan atau obstruksi pada lumen usus. Hal ini dapat menyebabkan akumulasi isi
usus proksimal ke lokasi penyumbatan. Berdasarkan jenisnya, ileus dibagi menjadi 2, yaitu ileus
obstruktif dan ileus paralitik. Gejala yang dapat muncul dari penyakit ini adalah nyeri abdomen,
konstipasi dan distensi abdomen, serta dapat diikuti oleh muntah yang berwarna kehijauan.1
Data statistik kejadian ileus paralitik masih belum jelas. Ini mungkin karena prognosis
yang lebih baik dibandingkan dengan obstruksi ileus. Namun, Pusat Statistik Kesehatan Nasional
Amerika Serikat 2003-2004 melaporkan 0,2% kasus ileus paralitik dalam 13 juta diagnosis. Ada
juga subjek ileus paralitik yang rentan, termasuk pasien yang menjalani operasi besar, karena ada
36% kasus yang ditemukan pada pasien yang menjalani operasi bypass jantung. Studi lain
melaporkan bahwa kekurangan cairan dalam korban kebakaran menyebabkan 9% dari kasus
ileus lumpuh pada 2.114 insiden kebakaran. Dapat disimpulkan bahwa ileus paralitik memiliki
beberapa penyebab, tetapi catatan yang lebih baik masih diperlukan tentang kemunculannya
untuk mengetahui penyebab dan epidemiologi ileus paralitik.2
Obstruksi pada neonatal terjadi pada 1/1.500 kelahiran hidup. Hasil penelitian Evans di Amerika
Serikat menunjukkan hasil ada sekitar 3.000 bayi/tahun yang dilahirkan dengan obstruksi. Di
Indonesia jumlahnya tidak jauh berbeda. Berdasarkan laporan rumah sakit di kabupaten Cirebon
pada tahun 2006, Ileus obstruktif menduduki peringkat ke-6 dari sepuluh penyakit penyebab
kematian tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun dengan proporsi 3,34%3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Anatomi Usus
Usus Halus4
Usus halus adalah bagian terpanjang dari sistem pencernaan. Memanjang dari perut (pilorus)
ke usus besar (sekum) dan terdiri dari tiga bagian: duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum
memiliki bagian intraperitoneal dan retroperitoneal, sedangkan jejunum dan ileum seluruhnya
merupakan organ intraperitoneal.
a. Duodenum adalah bagian pertama dari usus kecil, meluas dari sfingter pilorik lambung,
membungkus di sekitar kepala pankreas dengan bentuk C dan berakhir pada fleksa
duodenojejunal. Melekat pada dinding perut posterior oleh ligamen duodenum (ligamen
Treitz). Duodenum memiliki empat bagian: superior (duodenal bulb / ampula), descending,
horizontal dan ascending.
b. Jejunum adalah bagian kedua dari usus kecil, dimulai pada fleksura duodenojejunal dan
ditemukan di kuadran kiri atas abdomen. Tidak ada batas yang jelas antara jejunum dan
ileum, tetapi ada beberapa perbedaan anatomi dan histologis yang membedakannya:
-. Jejunum mewakili dua perlima proksimal dari jejunum-ileum kontinum
-. Dinding jejunum lebih tebal dan lumennya lebih lebar daripada di ileum
-. Jejunum berisi lipatan Kerckring yang lebih menonjol
c. Ileum adalah bagian terakhir dan terpanjang dari usus kecil. Ini ditemukan di kuadran
kanan bawah perut, meskipun ileum terminal dapat meluas ke rongga panggul. Ileum
berakhir di lubang ileum (persimpangan ileocecal) di mana sekum usus besar dimulai. Di
persimpangan ileocecal, lamina muscularis dari ileum menjorok ke dalam lumen cecum
yang membentuk struktur yang disebut lipatan ileocecal. Serat otot ini membentuk cincin
otot dalam lipatan yang disebut sfingter ileocecal yang mengontrol pengosongan konten
ileum ke dalam usus besar.
Usus Besar5
Usus besar merupakan bagian terakhir dari saluran pencernaan. Mencakup rongga perut
dan panggul, ia memiliki panjang sekitar 1,5 meter. Usus besar adalah tempat di mana tinja
terbentuk oleh penyerapan air dari isi usus yang lewat. Usus besar memanjang dari
persimpangan ileocecal ke anus. Sebagian besar usus besar terletak di dalam rongga perut,
dengan bagian terakhir berada di dalam rongga panggul. Beberapa bagian itu intraperitoneal
sementara yang lain retroperitoneal. Usus besar terdiri dari delapan bagian; sekum, apendiks,
kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, rektum, dan kanal anal.
Enam pertama secara kolektif membentuk usus besar.
a. Sekum adalah bagian pertama dari usus besar, berbaring di fossa iliaka kanan perut.
Sekum berada di intraperitoneal dengan berbagai lipatan dan kantong di sekitarnya.
b. Apendiks vermiformis adalah kantung limfoid yang terletak di fossa iliaka kanan yang
muncul dari sekum. Dua bagian usus besar ini dihubungkan oleh meso-appendix.
Apendiks memiliki peran dalam pemeliharaan flora usus dan imunitas mukosa.
c. Kolon asenden berjalan melalui fossa iliaka kanan, dan daerah hypochondriac kanan. Ini
berakhir di fleksikus kolik kanan (hati). Kolon asendens banyak terlibat dalam reabsorpsi
cairan dan elektrolit, yang secara bertahap membentuk feses.
d. Kolon transversum adalah bagian utama kedua dari usus besar. Ini meluas di antara
kelenturan kolik kanan dan kiri (splenic), yang mencakup daerah hypochondriac kanan,
epigastrik dan hypochondriac kiri perut.
e. Kolon desendens memanjang antara fleksikus kolik kiri dan kolon sigmoid. Ia bergerak
melalui daerah hypochondriac kiri, sayap kiri dan fossa iliaka kiri. Selokan paracolic kiri
terletak di antara kolon desendens dan dinding perut lateral.
f. Kolon sigmoid berbentuk S bergerak dari fossa iliaka kiri hingga vertebra sakral ketiga
(persimpangan rectosigmoid). Bagian usus besar ini adalah intraperitoneal.
g. Rektum membentang antara persimpangan rektosigmoid dan saluran anus. Karakteristik
khas usus besar (taenia coli, haustra, pelengkap epiploik) berubah atau bahkan berakhir di
rektum. Peran rektum termasuk penyimpanan sementara feses dan buang air besar.

Gambar 1. Anatomi usus halus dan usu besar


2.2 Ileus
Ileus adalah suatu keadaan yang menghambat perjalanan isi usus melewati lumen usus akibat
kelumpuhan atau obstruksi pada lumen usus. Hal ini dapat menyebabkan akumulasi isi usus
proksimal ke lokasi penyumbatan.
2.2.1 Ileus Obstruktif
Ileus Obstruktif adalah Obstruksi mekanik ditandai dengan penyumbatan usus (luminal,
mural, ekstramural), menghasilkan peningkatan kontraktilitas usus sebagai respon fisiologis
untuk meredakan halangan.6
Klasifikasi
B. Klasifikasi
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum
terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampai rectum).

Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,


antara lain :
1) Obstruksi sederhana ( simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
2) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan
masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
3) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangren.

Etiologi7
Berdasarkan lokasi obstruksi:
 Usus halus
Penyebab tersering adalah adesi yang terbentuk pada saat post-operasi. Adesi akan
membuat perlengketan dan akhirnya akan membentuk obstruksi. Etiologi lain, dapat
diakibatkan oleh kanker yang menyumbat atau hernia yang akhirnya menjepit segmen
usus.
 Usus Besar
Penyebab tersering adalah adenokarsinoma, diikuti oleh diventrikulitis, volvulus,
hirschprung disease.

2.2.2 Ileus Paralitik


Ileus paralitik adalah suatu kondisi gangguan transportasi dari isi usus karena penurunan
aktivitas otot polos di usus kecil atau usus besar. Ileus bukan suatu penyakit primer, namun dapat
disebabkan pasca operasi, inflamasi, metabolisme, neurogenik, dan obat-diinduksi
A. Etiologi7
Ileus paralitik dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
 Obat-obatan: e.g. opioid
 Metabolik: e.g. ggn elektrolit (hiponatremia)
 Sepsis: terutama disebabkan oleh bakteri gram-negatif
 Trauma Abdomen
 Bedah Abdomen
 Infark miokard / gagal jantung kongestif
 Trauma kepala / bedah otak
 Inflamasi intraabdomen / peritonitis
 hematoma retroperitoneal
Penyebab ileus masih dianggap kompleks dan multifaktorial dimana melibatkan
inflamasi, inhibisi rekleks neural dan peptida dari neurohormon.

B. Ileus posoperatif vs. Ileus paralitik


beberapa tingkatan dari ileus dianggap normal dan biasa didapatkan setelah
tindakan operatif, perbaikan secara konvensional / tanpa terapi tercatat sebagai berikut
 Usus halus: 0-24 hours 
 lambung: 24-48 hours
 Usus Besar : 48-72 hours
Prolong ileus posoperatif (>72 jam) telah dikategorikan sebagai ileus paralitik oleh
beberapa ahli dan perlu dievaluasi lebih lanjut terhadap adanya obstruksi usus halus,
perforeasi usus, peritonitis dan abses intraabdomen. Perbaikan terhadap ileus posoperatif
dapat digambarkan secara klinis dan radiografik, dimana secara klinis dapat dinilai dari
asupan oral dan flatus

2.3 Patofisiologi
Ileus diduga merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara aktivitas motorik simpatis dan
parasimpatis, menghasilkan atonia usus. Ileus obstruksi ataupun ileus paralitik memiliki
gambaran yang sama, yaitu kolaps pada distal dan dilatasi pada proksimal usus. Perbedaan dapat
ditemukan pada pemeriksaan auskultasi, dimana pada ileus obstruksi akan terdapat peningkatan
peristaltik sebagai mekanisme usus untuk mendorong keluar dan pada akhirnya terjadi
kelemahan dan akhirnya berhenti. Sedangkan pada ileus paralitik tidak memiliki gerakan
peristaltik sejak awal, sehingga ditemukan bising usus yang menurus atau bahkan hilang.
Dilatasi pada usus merupakan akumulasi dari gas dan cairan pada lumen usus, yang
mengakibatkan distensii abdomen. Distensi yang terjadi akan naik ke proksimal dan jika sudah
menyeluruh akan mengakibatkan iskemik sampai berujung kepada perforasi. Anatomi dinding
dari usus halus lebih tebal dan kuat dibandingkan dengan usus besar.
Hal ini dikarenakan pada usus besar memiliki fungsi utama sebagai tempat penyimpanan
feses. Maka dari itu ruptur sering kali terjadi pada usus besar dibandingkan dengan usus halus.
Ceacum merupakan bagian tertipis yang jika terjadi distensi berlebihan mengakibatkan perforasi
yang akan memperburuk keadaan pasien.8,9

2.4 Manifestasi Klinis10


Gambaran klinis obstruksi ileus atau usus tergantung pada lokasi usus yang terlibat.
Obstruksi usus halus atau letak tinggi (saluran lambung, duodenum) berhubungan dengan
muntah bilious yang persisten dan berlebihan, nyeri perut ringan, dan distensi abdomen minimal.
Sedangkan pada obstruksi usus besar (letak rendah) gejala muntah jarang terjadi pada, tetapi
nyeri dan distensi lebih sering terjadi. Kompetensi katup ileocecal penting dalam patofisiologi
obstruksi kolon karena katup yang kompeten mencegah dekompresi cairan dan gas ke dalam
usus kecil, menghasilkan obstruksi loop tertutup. Perkembangan nyeri yang terus menerus,
terlokalisasi, dan intens menunjukkan kemungkinan obstruksi strangulasi.
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan suatu hal yang penting:
1. Inspeksi
Didapatkan pembesaran abdomen dan pada pasien kurus atau sedang dapat ditemukan
darm counter (kontur usus) dan darm steifung (gerakan usus). Selain itu kita juga dapat
menilai apakah adanya hernia ataupun massa pada abdomen.
2. Palpasi
Didapatkan distensi abdomen dan juga bertujuan ingin melihat apakah adanya defans
muscular atau massa di abdomen.
3. Perkusi
Didapatkan hipersonor.
4. Auskultasi
Didapatkan peningkatan bising usus pada obstruksi yang akan menghilang ketika
berlanjut ataupun pada ileus paralitik.

2.5 Radiologi11
1) Periksaan pemeriksaan foto polos
Ileus merupakan suatu keadaan kegawat darutan, maka dari itu perlu dikenali dengan
segera. Pemeriksaan awal dengan foto polos akan sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis ileus.
Pemeriksaan abdomen biasa nya memerlukan beberapa posisi untuk menemukan
kelainan pada abdomen:
1. Posisi terlentang (Supine): Pada posisi ini sinar akan diarahkan secara ventrikal dengan
proyeksi AP, yang dapat dinilai pada posisi ini adalah:
 Dinding abdomen apakah terdapat preperitoneal fat line nampak atau menghilang.
 Psoas line baik atau menghilang.
 Kontur kedua ginjal dan apakah terdapat lesi radioopak atau tidak.
 Gambaran udara apakah distribusi dan sebarannya normal atau tidak.
2. Posisi berdiri, duduk, atau (Erect): Pada posisi ini sinar akan diarahkan secara horizontal
dengan proyeksi AP. Tujuannya adalah untuk menilai apakah terdapat gambaran udara
bebas di bawah diafragma.
3. Posisi terlentang menghadap ke kiri (Left lateral decubitus): Posisi ini sinar akan diarahkan
secara horizontal, tujuannya untuk menilai gambaran udara bebas antara hati dan dinding
abdomen.
Pemeriksaan radiografi ileus
1. Posisi supine didapatkan gambaran dilatasi usus pada proksimal sumbatan. Gambaran
Herring bone appearance, yang terjadi akibat gambungan dinding usus yang membentuk
seperti vertebra ikan dan muskulus yang berbentuk sirkuler yang membentuk kostanya.
2. Posisi Erect didapatkan gambaran Air-fluid levels, gambaran Air-fluid levels yang
pendek dan membentuk seperti anak tangga (Stepladder sign) menandakan bahwa terjadi
obstruksi pada usus halus.
3. Posisi LLD jika didapatkan gambaran Air-fluid levels, kemungkinan sudah terjadi
perforasi usus. Kemudian jika ditemukan Air-fluid levels bentuk pendek menandakan
terjadi pada usus halus sedangkan jika ditemukan berbentuk panjang menandakan terjadi
pada usus besar. Selain Air-fluid levels, juga dapat ditemukan gambaran udara bebas di
infra diafragma.

Ileus obstruksi letak tinggi


Jika terjadi obstruksi pada usus halus akan mengakibatkan dilatasi pada proksimal dan
kolpas pada distal dari sumbatan. Pada foto polos abdomen, dapat ditemukan gambaran
Stepladder sign. Usus halus dikatakan mengalamai dilatasi ketika didapatkan ukuran diameter
usus lebih dari 3 cm.
Ciri yang dapat ditemuakan:

 Multiple air-fluid level dengan dilatasi usus yang terbatas pada sentral abdomen.
Biasanya berawal dari kiri atas.
 Semakin tinggi sumbatan semakin sedikit loop yang terlihat, begitupun sebaliknya.
 Lipatan sirkuler mukosa usus (valvula koniventes) membentuk gambaran coil spring
appearance.
 Tidak adanya udara di usus besar atau hanya ditemukan sedikit udara.

Gambar 2. Obstruksi Usus Kecil. Terlentang telungkup (kiri) menunjukkan beberapa loop melebar usus kecil di
perut bagian atas (panah merah). Usus kecil melebar secara tidak proporsional dibandingkan dengan usus besar yang
kolaps. Tidak ada udara di rectosigmoid (panah putih). Pandangan tegak (kanan) menunjukkan beberapa level cairan
udara dalam loop yang melebar dari obstruksi usus halus.

Ileus obstruksi letak rendah


Pada obstruksi usus besar akan memiliki gambaran dilatasi pada bagian perifer, bebeda
dengan dengan usus halus yang terdapat pada bagian sentral. Usus esar dikatakan mengalami
dilatasi jika diameter didapatkan lebih dari 6 cm dan sekum lebih dari 9 cm.
Ciri yang dapat ditemukan:

 Terdapat haustra marking, yang merupakan oleh dilatasi usus.


 Tidak adanya udara pada rectum dan sigmoid, atau bisa sedikit ditemukan.
 Tidak adanya udara pada ileus, jika katup ileosekal masih kompeten
 Didapatkan Air-fluid levels yang Panjang.
 Terkadang didapatkan massa yang menjadi penyebab obstruksi.

Gambar 3. Obstruksi usus besar menyamar sebagai obstruksi usus kecil. Ada lingkaran usus kecil yang berisi udara
dan melebar (panah putih solid) pada pasien ini yang sebenarnya mengalami obstruksi usus besar mekanis dari
karsinoma kolon middescending. Tekanan di usus besar cukup untuk membuka katup ileocecal, yang kemudian
memungkinkan banyak gas di usus besar untuk terdekompresi mundur ke dalam usus kecil. Sekum masih
mengandung udara (panah putih putus-putus) dan melebar, sebuah petunjuk bahwa ini benar-benar merupakan
sumbatan usus besar.

Ileus paralitik
Gambaran ileus paralitik dapat dibagi menjadi 2, yaitu ileus lokalisata dan generalisata
Ileus lokalisata
Ileus lokalisata sering kali menunjukan gambaran sentinel loops, yang merupakan
segmen pendek usus yang adinamik didekat proses inflamasi intra-abdomen. Tanda ini dapat
membantu untuk melokalisir sumber peradangan. Ileus lokalisata lebih sering mengenai usus
halus dibandingkan dengan usus besar
Ciri yang dapat ditemukan:

 Sentinel loops.
 Dilatasi 1-2 loops usus yang selalu ada meskipun terjadi perpindahan posisi.
 Dilatasi usus yang > 3 cm, namun biasanya lebih kecil dibandingan dengan obstruksi
 Bisa terdapat Air-fluid level.
 Terdapat udara pada rectum dan sigmoid.

Gambaran ileus lokalisata dengan obstruksi usus letak tinggi sering kali tidak dapat dibedakan,
maka dari itu klinis, laboratorium, dan CT dapat digunakan untuk membedakan.

Gambar 4. Sentinel loop dari pankreatitis. Satu loop usus kecil yang dilatasi terus-menerus terlihat di kuadran kiri
atas (panah putih) pada radiografi telentang (A) dan rawan (B) pada perut yang mewakili loop sentinel atau ileus
lokal. Ileus terlokalisasi disebut loop sentinel karena sering memberi sinyal adanya proses iritasi atau inflamasi yang
berdekatan. Pasien ini menderita pankreatitis akut.

Ileus generalisata
Ileus generalisata adalah aperistaltik atau hipoperistaltik pada seluruh usus. Udara yang
tertelan melebar, dan cairan mengisi sebagian besar loop usus besar dan kecil. Ileus adinamik
umum hampir selalu merupakan hasil dari operasi perut atau panggul, di mana usus dimanipulasi
selama operasi.
Ciri yang dapat ditemukan:

 Seluruh usus biasanya mengandung udara dan melebar; ini termasuk usus besar dan kecil.
Perut bisa melebar juga.
 Tidak adanya peristaltik dan berlanjutnya produksi sekresi usus biasanya menghasilkan
banyak tingkat cairan udara dalam usus.
 Karena ini bukan obstruksi mekanis, harus ada gas di rektum atau sigmoid. Tidak ada
titik transisi yang diidentifikasi pada CT abdomen.
 Bunyi usus sering tidak ada atau hipoaktif.
Gambar 5. Ileus generalisata, terlentang (A) dan perut tegak (B). Ada lingkaran dilatasi usus besar (panah putih
solid) dan kecil (panah putih putus-putus) dengan gas terlihat ke bawah dan termasuk rektum (panah hitam pekat).
Pasien mengalami bising usus dan tidak menjalani operasi usus besar sehari sebelumnya.

2) Colon in loop
Pemeriksann colon in loop merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukan
media kontras (barium sulfat) ke dalam colon pasien. Studi kontras sangat membantu dalam
membedakan antara obstruksi dan ileus, mengidentifikasi tempat obstruksi, dan membedakan
antara obstruksi parsial dan lengkap. Jika obstruksi kolon telah dikesampingkan atau dianggap
sangat tidak mungkin, barium sulfat dapat diberikan secara oral untuk studi kontras antegrade
karena sekresi bersih dalam lumen usus menjaga barium dalam larutan. Zat kontras yang larut
dalam air seperti diatrizoat meglumine (Gastrografin) biasanya terdilusi (karena jumlah besar
cairan yang ada dalam usus yang tersumbat) dan mencegah definisi obstruksi distal. Jika
dicurigai adanya obstruksi kolon, Gastrografin atau barium enema harus dilakukan sebagai tes
pertama. Perawatan diambil untuk menghindari mendapatkan sejumlah besar barium di atas
obstruksi, yang dapat menjadi inspirasi karena penyerapan cairan bersih dalam usus besar, dan
yang dapat dihapus hanya pada saat operasi.

3) CT-Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan
dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari
obstruksi.
1. Obstruksi letak tinggi
 Dilatasi usus kecil yang berisi cairan (berdiameter 2,5 cm) proksimal dari titik obstruksi.
 Identifikasi titik transisi, di mana kaliber usus berubah dari normal menjadi dilatasi, yang
menunjukkan lokasi obstruksi. Dengan tidak adanya identifikasi massa atau penyebab
obstruktif lainnya pada titik transisi, penyebabnya hampir pasti adalah adhesi
 Kolaps nya usus kecil dan atau usus besar distal dari titik obstruksi.
 Small bowel feces sign. Proksimal dari obstruksi dapat terkumpul puing-puing usus dan
cairan dapat menumpuk, menghasilkan penampilan bahan tinja di usus kecil.
 Close-loop obstruksi, terjadi ketika dua titik dari loop usus yang sama terhambat pada
satu lokasi yang sama. Loop tertutup biasanya tetap melebar dan dapat membentuk
struktur berbentuk U atau C.
 Strangulasi, pembuluh darah yang tertekan dapat diidentifikasi dengan penebalan
melingkar dinding usus dengan (sering) tidak adanya peningkatan warna dinding setelah
pemberian kontras intravena. Mungkin ada edema terkait mesenterium dan asites.

2. Obstruksi letak rendah


 CT diperoleh untuk mengidentifikasi penyebab obstruksi, menilai udara bebas
intraperitoneal, dan mengidentifikasi penyakit terkait, seperti metastasis ke hati atau
kelenjar getah bening, jika obstruksi dihasilkan oleh keganasan.
 Usus besar melebar dari titik obstruksi, kemudian normal pada kaliber distal dari lesi
yang menghalangi.
 Titik obstruksi, seringkali karsinoma, biasanya dapat ditemukan pada CT sebagai massa
jaringan lunak. Hernia yang berisi usus besar juga mudah diidentifikasi pada C
 Volvulus usus besar adalah jenis obstruksi usus besar yang menghasilkan gambaran yang
mencolok dan khas (coffe bean sign).

2.6 Tatalakasana
Tatalaksana umum: Pemasangan NGT, untuk mencegah terjadinya perforasi. Setelah itu pasien
dipuasakan dan di berikan resusitasi dan elektrolit. Pemberian antibiotik juga disarankan untuk
melindungi terhadap organisme gram negatif dan anaerob.
Selanjutnya jika terdapat tanda peritonitis, perforasi ataupun setelah observasi selama 72 jam
tidak terdapat perbaikan dapat dilakukan laparoskopi. Pada Ileus letak tinggi: dapat
menggunakan media kontral oral larut air, namun jika tidak ada perbaikan dalam 72 jam
ataupun terdapat strangulasi dapat dilakukan laparoskopi.
2.7 Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan
perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum.12
BAB III
PENUTUP
Ileus adalah suatu keadaan yang menghambat perjalanan isi usus melewati lumen
usus akibat kelumpuhan atau obstruksi pada lumen usus. Hal ini dapat menyebabkan
akumulasi isi usus proksimal ke lokasi penyumbatan. Berdasarkan penyebabnya
dibedakan menjadi obstruksi dan paralitik. Gejala yang paling sering didapatkan adalah
nyeri abdomen dapat disertai dengan distensi abdomen, dan muntah bilier. Pemeriksaan
fisik penting dalam membedakan penyebab terjadinya ileus.
Pemeriksaan radiologi dapat berperan penting dalam membantu menegakan
diagnosis ileus. Hasil yang dapat ditemukan mulai dari tidak adanya udara pada rectum
yang menandakan adanya obstruksi, dan gambaran khas yang dapat ditemui dalam
membedakan letak obstruksi. Selain dari radiologi, dapat dilakukan colon in loop yang
sangat berguna dalam mendiagnosis obstruksi letak rendah.
Ct-scan memiliki sensivitas yang sangat tinggi untuk mendiagnosis ada nya
obstruksi pada usus. Dengan didapatkannya dilatasi dari usus dan titik point transisi dari
dilatasi proksimal dan kolaps pada distal sumbatan.
Tatalaksana umum untuk kegawat daruratan ileus adalah dekompresi untuk
mencegah terjadinya perforasi pada usus. Selanjutnya Tindakan laparoskopi adalah terapi
terbaik dalam mengatasi ileus.
Daftar Pustaka
1. Smith D, Nehring S. Bowel Obstruction. StatPearls; 2018. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28846346
2. Surya Pridanta, I., Kholili, U., Nusi, I., Setiawan, P., Purbayu, H., Sugihartono, T.,
Maimunah, U., Widodo, B., Vidyani, A., Miftahussurur, M. and Thamrin, H. Recent
Pathophysiology and Therapy for Paralytic Ileus. In Proceedings of Surabaya
International Physiology Seminar (SIPS 2017), pages 477-481
3. Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
4. Lopez PP, Gogna S, Khorasani-Zadeh A. Anatomy, Abdomen and Pelvis, Duodenum.
In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
5. Azzouz LL, Sharma S. Physiology, Large Intestine. [Updated 2020 Apr 25]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
6. Hill J. Intestinal obstruction. In: Williams NS, Connell PRO, Mc Caskie AW, eds. Bailey
and Love Short Practice of Surgery. 27th edition. Arnold International; 2018:1280.
7. Smith DA, Kashyap S, Nehring SM. Bowel Obstruction. [Updated 2020 Apr 21]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan
8. Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction by Means of
DirectRadiography. Volume XXII No. 253.
9. Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica . Yogyakarta : Tosca Enterprise. pp : 32-26.
10. Sinicrope FA. Ileus and Bowel Obstruction. In: Kufe DW, Pollock RE, Weichselbaum
RR, et al., editors. Holland-Frei Cancer Medicine. 6th edition. Hamilton (ON): BC
Decker; 2003.
11. Wiliam H. 2017. Learning Radiology: Recognizing the basic. United States of America.
Elsevier.
12. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2. Jakarta :
EGC. Hal: 623.

Anda mungkin juga menyukai