ILEUS
Penyusun :
Pembimbing :
Etiologi7
Berdasarkan lokasi obstruksi:
Usus halus
Penyebab tersering adalah adesi yang terbentuk pada saat post-operasi. Adesi akan
membuat perlengketan dan akhirnya akan membentuk obstruksi. Etiologi lain, dapat
diakibatkan oleh kanker yang menyumbat atau hernia yang akhirnya menjepit segmen
usus.
Usus Besar
Penyebab tersering adalah adenokarsinoma, diikuti oleh diventrikulitis, volvulus,
hirschprung disease.
2.3 Patofisiologi
Ileus diduga merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara aktivitas motorik simpatis dan
parasimpatis, menghasilkan atonia usus. Ileus obstruksi ataupun ileus paralitik memiliki
gambaran yang sama, yaitu kolaps pada distal dan dilatasi pada proksimal usus. Perbedaan dapat
ditemukan pada pemeriksaan auskultasi, dimana pada ileus obstruksi akan terdapat peningkatan
peristaltik sebagai mekanisme usus untuk mendorong keluar dan pada akhirnya terjadi
kelemahan dan akhirnya berhenti. Sedangkan pada ileus paralitik tidak memiliki gerakan
peristaltik sejak awal, sehingga ditemukan bising usus yang menurus atau bahkan hilang.
Dilatasi pada usus merupakan akumulasi dari gas dan cairan pada lumen usus, yang
mengakibatkan distensii abdomen. Distensi yang terjadi akan naik ke proksimal dan jika sudah
menyeluruh akan mengakibatkan iskemik sampai berujung kepada perforasi. Anatomi dinding
dari usus halus lebih tebal dan kuat dibandingkan dengan usus besar.
Hal ini dikarenakan pada usus besar memiliki fungsi utama sebagai tempat penyimpanan
feses. Maka dari itu ruptur sering kali terjadi pada usus besar dibandingkan dengan usus halus.
Ceacum merupakan bagian tertipis yang jika terjadi distensi berlebihan mengakibatkan perforasi
yang akan memperburuk keadaan pasien.8,9
2.5 Radiologi11
1) Periksaan pemeriksaan foto polos
Ileus merupakan suatu keadaan kegawat darutan, maka dari itu perlu dikenali dengan
segera. Pemeriksaan awal dengan foto polos akan sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis ileus.
Pemeriksaan abdomen biasa nya memerlukan beberapa posisi untuk menemukan
kelainan pada abdomen:
1. Posisi terlentang (Supine): Pada posisi ini sinar akan diarahkan secara ventrikal dengan
proyeksi AP, yang dapat dinilai pada posisi ini adalah:
Dinding abdomen apakah terdapat preperitoneal fat line nampak atau menghilang.
Psoas line baik atau menghilang.
Kontur kedua ginjal dan apakah terdapat lesi radioopak atau tidak.
Gambaran udara apakah distribusi dan sebarannya normal atau tidak.
2. Posisi berdiri, duduk, atau (Erect): Pada posisi ini sinar akan diarahkan secara horizontal
dengan proyeksi AP. Tujuannya adalah untuk menilai apakah terdapat gambaran udara
bebas di bawah diafragma.
3. Posisi terlentang menghadap ke kiri (Left lateral decubitus): Posisi ini sinar akan diarahkan
secara horizontal, tujuannya untuk menilai gambaran udara bebas antara hati dan dinding
abdomen.
Pemeriksaan radiografi ileus
1. Posisi supine didapatkan gambaran dilatasi usus pada proksimal sumbatan. Gambaran
Herring bone appearance, yang terjadi akibat gambungan dinding usus yang membentuk
seperti vertebra ikan dan muskulus yang berbentuk sirkuler yang membentuk kostanya.
2. Posisi Erect didapatkan gambaran Air-fluid levels, gambaran Air-fluid levels yang
pendek dan membentuk seperti anak tangga (Stepladder sign) menandakan bahwa terjadi
obstruksi pada usus halus.
3. Posisi LLD jika didapatkan gambaran Air-fluid levels, kemungkinan sudah terjadi
perforasi usus. Kemudian jika ditemukan Air-fluid levels bentuk pendek menandakan
terjadi pada usus halus sedangkan jika ditemukan berbentuk panjang menandakan terjadi
pada usus besar. Selain Air-fluid levels, juga dapat ditemukan gambaran udara bebas di
infra diafragma.
Multiple air-fluid level dengan dilatasi usus yang terbatas pada sentral abdomen.
Biasanya berawal dari kiri atas.
Semakin tinggi sumbatan semakin sedikit loop yang terlihat, begitupun sebaliknya.
Lipatan sirkuler mukosa usus (valvula koniventes) membentuk gambaran coil spring
appearance.
Tidak adanya udara di usus besar atau hanya ditemukan sedikit udara.
Gambar 2. Obstruksi Usus Kecil. Terlentang telungkup (kiri) menunjukkan beberapa loop melebar usus kecil di
perut bagian atas (panah merah). Usus kecil melebar secara tidak proporsional dibandingkan dengan usus besar yang
kolaps. Tidak ada udara di rectosigmoid (panah putih). Pandangan tegak (kanan) menunjukkan beberapa level cairan
udara dalam loop yang melebar dari obstruksi usus halus.
Gambar 3. Obstruksi usus besar menyamar sebagai obstruksi usus kecil. Ada lingkaran usus kecil yang berisi udara
dan melebar (panah putih solid) pada pasien ini yang sebenarnya mengalami obstruksi usus besar mekanis dari
karsinoma kolon middescending. Tekanan di usus besar cukup untuk membuka katup ileocecal, yang kemudian
memungkinkan banyak gas di usus besar untuk terdekompresi mundur ke dalam usus kecil. Sekum masih
mengandung udara (panah putih putus-putus) dan melebar, sebuah petunjuk bahwa ini benar-benar merupakan
sumbatan usus besar.
Ileus paralitik
Gambaran ileus paralitik dapat dibagi menjadi 2, yaitu ileus lokalisata dan generalisata
Ileus lokalisata
Ileus lokalisata sering kali menunjukan gambaran sentinel loops, yang merupakan
segmen pendek usus yang adinamik didekat proses inflamasi intra-abdomen. Tanda ini dapat
membantu untuk melokalisir sumber peradangan. Ileus lokalisata lebih sering mengenai usus
halus dibandingkan dengan usus besar
Ciri yang dapat ditemukan:
Sentinel loops.
Dilatasi 1-2 loops usus yang selalu ada meskipun terjadi perpindahan posisi.
Dilatasi usus yang > 3 cm, namun biasanya lebih kecil dibandingan dengan obstruksi
Bisa terdapat Air-fluid level.
Terdapat udara pada rectum dan sigmoid.
Gambaran ileus lokalisata dengan obstruksi usus letak tinggi sering kali tidak dapat dibedakan,
maka dari itu klinis, laboratorium, dan CT dapat digunakan untuk membedakan.
Gambar 4. Sentinel loop dari pankreatitis. Satu loop usus kecil yang dilatasi terus-menerus terlihat di kuadran kiri
atas (panah putih) pada radiografi telentang (A) dan rawan (B) pada perut yang mewakili loop sentinel atau ileus
lokal. Ileus terlokalisasi disebut loop sentinel karena sering memberi sinyal adanya proses iritasi atau inflamasi yang
berdekatan. Pasien ini menderita pankreatitis akut.
Ileus generalisata
Ileus generalisata adalah aperistaltik atau hipoperistaltik pada seluruh usus. Udara yang
tertelan melebar, dan cairan mengisi sebagian besar loop usus besar dan kecil. Ileus adinamik
umum hampir selalu merupakan hasil dari operasi perut atau panggul, di mana usus dimanipulasi
selama operasi.
Ciri yang dapat ditemukan:
Seluruh usus biasanya mengandung udara dan melebar; ini termasuk usus besar dan kecil.
Perut bisa melebar juga.
Tidak adanya peristaltik dan berlanjutnya produksi sekresi usus biasanya menghasilkan
banyak tingkat cairan udara dalam usus.
Karena ini bukan obstruksi mekanis, harus ada gas di rektum atau sigmoid. Tidak ada
titik transisi yang diidentifikasi pada CT abdomen.
Bunyi usus sering tidak ada atau hipoaktif.
Gambar 5. Ileus generalisata, terlentang (A) dan perut tegak (B). Ada lingkaran dilatasi usus besar (panah putih
solid) dan kecil (panah putih putus-putus) dengan gas terlihat ke bawah dan termasuk rektum (panah hitam pekat).
Pasien mengalami bising usus dan tidak menjalani operasi usus besar sehari sebelumnya.
2) Colon in loop
Pemeriksann colon in loop merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukan
media kontras (barium sulfat) ke dalam colon pasien. Studi kontras sangat membantu dalam
membedakan antara obstruksi dan ileus, mengidentifikasi tempat obstruksi, dan membedakan
antara obstruksi parsial dan lengkap. Jika obstruksi kolon telah dikesampingkan atau dianggap
sangat tidak mungkin, barium sulfat dapat diberikan secara oral untuk studi kontras antegrade
karena sekresi bersih dalam lumen usus menjaga barium dalam larutan. Zat kontras yang larut
dalam air seperti diatrizoat meglumine (Gastrografin) biasanya terdilusi (karena jumlah besar
cairan yang ada dalam usus yang tersumbat) dan mencegah definisi obstruksi distal. Jika
dicurigai adanya obstruksi kolon, Gastrografin atau barium enema harus dilakukan sebagai tes
pertama. Perawatan diambil untuk menghindari mendapatkan sejumlah besar barium di atas
obstruksi, yang dapat menjadi inspirasi karena penyerapan cairan bersih dalam usus besar, dan
yang dapat dihapus hanya pada saat operasi.
3) CT-Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan
dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari
obstruksi.
1. Obstruksi letak tinggi
Dilatasi usus kecil yang berisi cairan (berdiameter 2,5 cm) proksimal dari titik obstruksi.
Identifikasi titik transisi, di mana kaliber usus berubah dari normal menjadi dilatasi, yang
menunjukkan lokasi obstruksi. Dengan tidak adanya identifikasi massa atau penyebab
obstruktif lainnya pada titik transisi, penyebabnya hampir pasti adalah adhesi
Kolaps nya usus kecil dan atau usus besar distal dari titik obstruksi.
Small bowel feces sign. Proksimal dari obstruksi dapat terkumpul puing-puing usus dan
cairan dapat menumpuk, menghasilkan penampilan bahan tinja di usus kecil.
Close-loop obstruksi, terjadi ketika dua titik dari loop usus yang sama terhambat pada
satu lokasi yang sama. Loop tertutup biasanya tetap melebar dan dapat membentuk
struktur berbentuk U atau C.
Strangulasi, pembuluh darah yang tertekan dapat diidentifikasi dengan penebalan
melingkar dinding usus dengan (sering) tidak adanya peningkatan warna dinding setelah
pemberian kontras intravena. Mungkin ada edema terkait mesenterium dan asites.
2.6 Tatalakasana
Tatalaksana umum: Pemasangan NGT, untuk mencegah terjadinya perforasi. Setelah itu pasien
dipuasakan dan di berikan resusitasi dan elektrolit. Pemberian antibiotik juga disarankan untuk
melindungi terhadap organisme gram negatif dan anaerob.
Selanjutnya jika terdapat tanda peritonitis, perforasi ataupun setelah observasi selama 72 jam
tidak terdapat perbaikan dapat dilakukan laparoskopi. Pada Ileus letak tinggi: dapat
menggunakan media kontral oral larut air, namun jika tidak ada perbaikan dalam 72 jam
ataupun terdapat strangulasi dapat dilakukan laparoskopi.
2.7 Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan
perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum.12
BAB III
PENUTUP
Ileus adalah suatu keadaan yang menghambat perjalanan isi usus melewati lumen
usus akibat kelumpuhan atau obstruksi pada lumen usus. Hal ini dapat menyebabkan
akumulasi isi usus proksimal ke lokasi penyumbatan. Berdasarkan penyebabnya
dibedakan menjadi obstruksi dan paralitik. Gejala yang paling sering didapatkan adalah
nyeri abdomen dapat disertai dengan distensi abdomen, dan muntah bilier. Pemeriksaan
fisik penting dalam membedakan penyebab terjadinya ileus.
Pemeriksaan radiologi dapat berperan penting dalam membantu menegakan
diagnosis ileus. Hasil yang dapat ditemukan mulai dari tidak adanya udara pada rectum
yang menandakan adanya obstruksi, dan gambaran khas yang dapat ditemui dalam
membedakan letak obstruksi. Selain dari radiologi, dapat dilakukan colon in loop yang
sangat berguna dalam mendiagnosis obstruksi letak rendah.
Ct-scan memiliki sensivitas yang sangat tinggi untuk mendiagnosis ada nya
obstruksi pada usus. Dengan didapatkannya dilatasi dari usus dan titik point transisi dari
dilatasi proksimal dan kolaps pada distal sumbatan.
Tatalaksana umum untuk kegawat daruratan ileus adalah dekompresi untuk
mencegah terjadinya perforasi pada usus. Selanjutnya Tindakan laparoskopi adalah terapi
terbaik dalam mengatasi ileus.
Daftar Pustaka
1. Smith D, Nehring S. Bowel Obstruction. StatPearls; 2018. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28846346
2. Surya Pridanta, I., Kholili, U., Nusi, I., Setiawan, P., Purbayu, H., Sugihartono, T.,
Maimunah, U., Widodo, B., Vidyani, A., Miftahussurur, M. and Thamrin, H. Recent
Pathophysiology and Therapy for Paralytic Ileus. In Proceedings of Surabaya
International Physiology Seminar (SIPS 2017), pages 477-481
3. Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
4. Lopez PP, Gogna S, Khorasani-Zadeh A. Anatomy, Abdomen and Pelvis, Duodenum.
In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
5. Azzouz LL, Sharma S. Physiology, Large Intestine. [Updated 2020 Apr 25]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
6. Hill J. Intestinal obstruction. In: Williams NS, Connell PRO, Mc Caskie AW, eds. Bailey
and Love Short Practice of Surgery. 27th edition. Arnold International; 2018:1280.
7. Smith DA, Kashyap S, Nehring SM. Bowel Obstruction. [Updated 2020 Apr 21]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan
8. Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction by Means of
DirectRadiography. Volume XXII No. 253.
9. Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica . Yogyakarta : Tosca Enterprise. pp : 32-26.
10. Sinicrope FA. Ileus and Bowel Obstruction. In: Kufe DW, Pollock RE, Weichselbaum
RR, et al., editors. Holland-Frei Cancer Medicine. 6th edition. Hamilton (ON): BC
Decker; 2003.
11. Wiliam H. 2017. Learning Radiology: Recognizing the basic. United States of America.
Elsevier.
12. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2. Jakarta :
EGC. Hal: 623.