Anda di halaman 1dari 57

Laporan Kasus

Dibuat oleh :
dr. Anthony Suranta Surbakti
Narasumber :
dr. Wisnu Sp.B
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. M
• Usia :40 tahun
• Alamat: Lamahala
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Agama : Islam
• Status Pernikahan : sudah menikah

• Tanggal Masuk : 04 April 2020


• Tanggal Periksa : 09 April 2020
ANAMNESA

Keluhan Utama :
benjolan di buah pelir

Keluhan Tambahan :
Tidak ada
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien rujukan dari Puskesmas Lamahala dengan keluhan


buah pelir(scrotum) membesar . Keluhan ini sudah dialami
kurang lebih 1 tahun belakangan ini. Os mengatakan
terkadang benjolan pada buah pelir(scrotum) mengecil
pada saat tidak melakukan aktivitas berat, sedangkan pada
saat melakukan aktivitas berat os mengatakan buah
zakarnya kembali membesar. Sekitar 4 hari SMRS os
mengatakan buah pelir(scrotum) kembali membesar. BAB
terakhir 1 hari SMRS, dalam batas normal, pasien juga
mengaku masih sering kentut. BAK juga dalam batas
normal.
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
• Pasien tidak memiliki penyakit yang lain
RIWAYAT KELUARGA

• Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan


serupa.
RIWAYAT PENGOBATAN
• Pasien sudah berobat di puskesmas diberikan
paracetamol, domperidone namun keluhan
menetap
PEMERIKSAAN FISIK
UMUM
• Keadaan Umum : cukup
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda-tanda vital :
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Laju Nadi : 80 kali per menit
• Laju Napas : 22 kali per menit
• Suhu : 36.5 derajat Celcius
• SpO2 : 98%
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Wajah :
• Mata : Konjungtiva Anemis -/-, sklera Ikterik -/-, pupil isokor diameter
3mm/3mm
• Telinga : Tidak ada cairan yang keluar dari telinga, tidak ada deformitas
telinga, tidak ada nyeri tekan tragus
• Hidung : Tidak ada deviasi, tidak ada krepitasi, tidak ada cairan yang keluar
dari hidung
• Mulut : , mukosa oral basah, lesi (-), faring tidak hiperemis
Leher :
 Trakea ditengah
 KGB di leher tidak teraba
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
 Paru
 Inspeksi : pengembangan dada tampak simetris, statis, dan
dinamis
 Palpasi : pengembangan dada teraba simetris, fremitus taktil
kiri = kanan
 Perkusi : sonor, kiri = kanan
 Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK
• Jantung
• Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : iktus kordis tidak teraba
• Perkusi (Batas Jantung) : Kardiomegali (-)
• Batas Jantung Atas : ICS IV linea midclavicular sinistra
• Batas Jantung Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
• Batas Jantung Kanan : ICS V linea parasternalis dekstra
• Auskultasi : bunyi jantung I&II normal, murmur -, gallop –
PEMERIKSAAN FISIK

• Abdomen :
• Inspeksi : Tidak tampak cembung distensi (-). Luka post Operasi
(-), Massa (-),
• Auskultasi : bising usus (+) Normal.
• Palpasi : Defans Muscular (-), Nyeri Tekan seluruh regio
abdomen(-) , soepel (+)
• Perkusi :timpani (+) , pekak hepar (-), Shifting dullnes (-)
PEMERIKSAAN FISIK

• Punggung :
• Alignment vertebra baik, kifosis -, lordosis-, Skoliosis-,
Nyeri ketuk CVA -/-.
• Ekstremitas :
• Teraba hangat, CRT < 2 detik, edema -/-/-/-, turgor kulit
baik, KGB axial dan inguinal tidak teraba
Status lokalis genitalia

• Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat di daerah


inguinal sinistra ke skrotum sinistra berwarna seperti warna kulit
disekitarnya tidak tegang dan tidak terdapat tanda-tanda radang
• Palpasi : teraba massa dengan bentuk agak bulat dengan
ukuran ± 25 x 25 x 15 cm di daerah inguinal sinistra ke skrotum
sinistra, permukaan rata, nyeri tekan (-) massa teraba kenyal,
fluktuasi (-), tidak bisa dimasukkan, testis tidak teraba.
• Tes Transluminasi : Negatif
• Auskultasi : Bising Usus (+) lemah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
04-April-2020
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 11.0 g/dL SGOT 45 U/L
Eritrosit 3.800.000/uL SGPT 63
Leukosit 8.300/mm3
Hematokrit 38.7%
Trombosit 253.000/uL
MCV 82fl GDS 105 mg/dL
MCH 29.0pG BT 2’
MCHC 35.2g/dL CT 7’30’’
Gol Darah B
HbsAg +
Pemeriksaan Hasil

Eosinofil 0%

Basofil 0%

Netrofil Batang 0%

Netrofil 55%

Limfosit 34%

Monosit 11%
DIAGNOSIS

Working Diagnosis
• Hernia Scrotalis Sinistra reponible
Tatalaksana

• Terapi Awal IGD


• IVFD RL 20 tpm
• Ranitidine 50 mg IV
• Ondansetron 4 mg IV
• Posisi trendelenberg
• Konsul bagian Bedah untuk tatalaksana lebih lanjut
TATALAKSANA DPJP

• Observasi IGD
• 02 2 lpm NK
• IVFD RL 20 tpm
• Paracetamol 3 x 1 gram iv
• Diazepam rectal
• Posisi tredelenberg
• Observasi 1 jam setelah pemberian diazepam untuk dicoba
dimasukkan kembali(dorong)
Tatalaksana DPJP Selanjutnya..

• Pro Hernioraphy elektif


• Inj Ceftriaxon 1 gr, 30 menit sebelum incisi
DIAGNOSIS Post OPERASI

Working Diagnosis
• Hernia Scrotalis Sinistra Reponible
TATALAKSANA DPJP
• IVFD RL 20 tpm
• Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
• Inj ketorolac 30 mg/8 jam
• Diet bebas
• Rawat luka
• Observasi keluhan, Vital sign
Follow Up hari 1
Hari Subyektif Obyektif Assesment Planning
Pemantaua
n
Hari Demam (-), Tanda vital: IVFD RL 20 tpm
Post Herniotomy ec hernia
ke- Flatus (-), TD: 118/72 Suhu: Ceftriaxone 2x1 gr
1 Nyeri Perut 36,9C scrotalis sinistra reponible Inj ketorolac 30 mg/8jam/iv
Tanggal
07 April (-), sesak (-) HR: 66x/mnt Diet bebas
2020 RR: 20x/mnt Rawat luka
Cor: S1S2 tunggal reguler Evaluasi keluhan
Abd: Distensi (-), luka
operasi tetutup kassa,
BU (+) baik, NT (+)
minimal
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 11.5 g/dL Eosinofil 0%
Eritrosit 4.910.000/uL Basofil 0%
Leukosit 10.800/mm3 Netrofil Batang 0%
Hematokrit 37.0% Netrofil 92%
Trombosit 228.000/uL Limfosit 4%
MCV 75.4fl Monosit 4%
MCH 27.5pG
MCHC 36.5g/dL Albumin 3.28 gr/dL
Ureum Tap R/
Kreatinin 0.84 mg/dL
Follow Up hari 2
Hari Subyektif Obyektif Assesment Planning
Pemantaua
n
Hari Demam (-), Tanda vital: IVFD RL 20 tpm
Post Herniotomy ec hernia
ke- Flatus (+), TD: 120/80 Suhu: Ceftriaxone 2x1 gr
2 Nyeri luka 36,5C scrotalis sinistra reponible Inj antrain 1 amp/8jam/iv
Tanggal
08 April operasi (+), HR: 72x/mnt hr 2 Diet bebas
2020 sesak (-) RR: 20x/mnt Rawat luka
Pulmo: Ves/ves, Rh(-), wh Evaluasi keluhan
(-)
Cor: S1S2 tunggal reguler
Abd: Distensi (-), luka
operasi tetutup kassa,
rembesan (-),BU (+) baik,
NT (+) minimal
TEORI
TINJAUAN PUSTAKA

• Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang


normal melalui suatu defek pada fasia dan
muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara
congenital atau didapat, yang memberi jalan keluar
pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui
dinding tersebut.
• 75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal
(lipat paha)
• Pria : wanita = 9 : 1
ANATOMI
Hernia terdiri dari
BAGIAN-BAGIAN HERNIA

keterangan:
1. kulit dan jaringan subkutis
2. lapisan muskulo-aponeurisis
3. peritoneum parietal dan jaringan
preperitoneum
4. rongga perut
5. cincin atau pintu hernia (tempat
keluarnya jaringan/ organ tubuh,
yang dilalui kantong hernia)
6. kantong hernia

Isi herniaomentum,usus,
divertikulum meckel, VU,
tuba,ovarium
Embriologi
12 mingu intrauterin terjadi penonjolan peritoneum melalui
annulus inguinalis internus – kanalis inguinalis - menuju
scrotum ( prosesus vaginalis)

N: prosesus vaginalis mengalami obliterasi sempurna
Hernia kongenital: pv gagal obliterasi dan tetap terbuka
sehingga organ intraperitoneal msk kantong hernia

Jika pv terbuka tapi hanya sedikit, maka terjadi hidrokel
testis(cairan dlm rongga peritoneal melalui pv terkumpul
dlm tunika vaginalis)
Eiologi
Prosesus Vaginalis yg tetap
terbuka

Peninggian tekanan didalam rongga


perut (kegiatan fisik berlebihan, batuk
kronik)

Kelemahan dinding otot abdomen


(umur)
Patofisiologi
Tekanan intraabdominal tinggi
(angkat beban berat, BAB mengejan, batuk)

Kelemahan dinding abdomen

Penonjolan

Jika suplai darah terganggu

Gangren
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi:
Saat pasien mengedan dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan diregio
inguinalis yang berjalan dari lateral
atas kemedial bawah
Palpasi :
1. Cek adanya herniasi dengan menggunakan jari
tangan pada region inguinalis tepatnya pada
canalis inguinalis dan cincin internal dan
pasien diminta untuk batuk.

 2. Mengkompresi langsung regio inguinal untuk


determinasi herniasi, melakukan perabaan oleh
jari sepanjang spermatic cord sampai kulit
scrotum kearah tuberkulum pubicum.Lakukan
sweeping lateral untuk identifikasi cincin
eksternal.
• Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulate
Auskultasi
• Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada
hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata)
• Pemeriksaan laboratorium (strangulasi)
• Leukocytosis
• Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat
muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.
• Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari
traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat
paha.
• Nekrosis/ gangrene
Klasifikasi hernia
Berdasarkan terjadinya, hernia di bagi
menjadi atas hernia bawaan dan hernia
didapat ( hernia akuisita )

Berdasarkan sifatnya dibagi :


Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk (usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk ke
perut ).
hernia iropenibel isi kantong tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga perut. (ini
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.
Hernia inkaserata
Terjadi jika isi hernia tidak dapat keluar masuk
kerena adanya jepitan isi hernia oleh cincin
hernia sehingga timbul gejala gangguan pasase
usus

Hernia strangulata
Terjadi jika isi hernia megalami jepitan oleh
cincin hernia sehingga timbul gejala gangguan
pasase (obstruksi) dan gangguan vaskularisasi.
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi

Reponibel/bebas + - -
Ireponibel/akreta - - -
Inkarserata - + +
Strangulata - ++ +
Berdasarkan letak/lokasinya

Hernia interna
• Merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui
suatu celah kedalam rongga lain dan tanpa diliputi
kantong, contohnya :
• Hernia diafragmatika
• Hernia foramen Winslow
• Hernia mesenterium, biasanya terjadi secara iatrogenik
misalnya setelah anastomosis usus
Hernia eksterna
• Penonjolan isi suatu rongga ke arah luar seperti
dinding perut, pinggang atau perineum, contohnya:
• Hernia inguinalis
• Hernia scrotalis
• Hernia femoralis
• Hernia umbilikalis
Hernia Inguinalis

• Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia


inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui
cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik
melalui kanalis inguinalis.
• Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia
inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol melalui
dinding inguinal posterior di area yang mengalami
kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan
melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia.
Hernia fermolis
Umumnya di jumpai pada perempuan tua.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat
paha yg muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan
intra abdomen. Pintu masuk hernia femoralis
adalah annulus femoralis. Selanjutnya, isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis
yang berbentuk corong sejajar dgn
v.femoralis sepanjang ± 2 cm dan keluar
pada fosa ovalis di lipat paha
Hernia lain – lain :
Yg termasuk dalam hernia ini yaitu hernia yg
jarang terjadi :
Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis mrp hernia kongenital pd
umbilikus yg hanya tertutup peritoneum dan kulit
. Hernia ini tdpt pd kira – kira 20% pd bayi dan
lebih tinggi lagi pd bayi prematur .
Hernia para-umbilikalis
Merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di
tepi kranial umbilikalus, jarang spontan terjadi di tepi
kaudalnya .
Hernia epigastrika
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara
umbilikus dan prosesus xifoideus. Isi tdr atas penonjolan
jaringan lemak preperitoneal dgn atau tanpa kantong
peritoneum.
Hernia ventralis
Hernia ventralis adalah nama umum untuk
semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral spt hernia sikatriks. Hernia
sikatriks merp penonjolan peritoneum melalui
bekas luka operasi yg baru maupun yg lama.
Hernia spieghel
Hernia interstisial dgn atau tanpa isinya
mealui fasia Spieghel.

Hernia ventralis
Penanganan Hernia
Penanganan DI IGD
Mengurangi hernia.
• Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
• Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
• Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
• Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis.
• Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjut selama proses reduksi penonjolan
• Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan isis hernia ke atas
Konservatif
• Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
• Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi
Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas
hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada
hari berikutnya.
• Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah
direposisi dan harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah
tidak dianjurkan karena merusak kulit dan otot abdomen yang
tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
Operatif

• Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan


hernia yang rasional.
• Untuk mengembalikan (reposisi) terhadap benjolan hernia.
Herniotomi, hernioplasty→ hernioraphy
• Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang
diperlukan pemakaian bahan sintetis seperti mersilene,
prolene mesh, atau marleks untuk menutup defek.
• Tidak satupun teknik yang menjamin bahwa tidak akan
terjadi residif.
Komplikasi
 

• Perlekatan / hernia akreta


• Hernia irreponibel
• Jepitan → vaskularisasi
terganggu→iskhemi→gangren→nekrosis
• Infeksi
• Obstipasi→obstruksi atau konstipasi
• Hernia incarserata → Illeus
Prognosis

Dari hernia inguinalis lateralis, insidens residif


bergantung pada umur, letak hernia, teknik
hernioplastik atau herniotomi yang dipilih. Hernia
inguinalis indirek pada bayi sangat jarang residif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai