ILEUS OBSTRUKTIF
SURAKARTA
Disusun oleh :
17160007
2017
LEMBAR PENGESAHAN
ILEUS OPSTRUKTIF
SURAKARTA
Di Susun Oleh :
Aprilia Dewi Nurlitasari
17160007
(…………………………) (………………………)
LAPORAN PENDAHULUAN
ILEUS OBSTRUKTIF
A. Definisi
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi
usus terdiri dari akut dan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya
mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total
usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan
tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua
tipe obstruksi, yaitu:
1. Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat
usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik.Ileus obstruktif ini dapat
akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma
stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan
abses. (Kowalak, 2012)
B. Etiologi
Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen,
tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan risiko
terjadinya ileus, diantaranya sebagai berikut :
1. Sepsis
2. Obat-obatan (misalnya : opioid, antasid, coumarin, amitriptyline,
chlorpromazine)
3. Gangguan elektrolit dan metabolic (misalnya hipokalemia,
hipomagnese-mia, hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Trauma (misalnya : patah tulang iga, cedera spina)
7. Bilier dan ginjal kolik
8. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf
9. Inflamasi intra abdomen dan peritonitis
10. Hematoma retroperitoneal
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada :
1) proses intra abdominal seperti pembedahan perut dan saluran cerna
atau iritasi dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis, perdarahan);
2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang
memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes
ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia,
hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia)
3) obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid,
antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus biasanya
pertama kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung
(24-48 jam) dan kolon (48-72 jam). Ileus terjadi karena hipomotilitas
dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus mekanik. Diduga,
otot dinding usus terganggu dan gagal untuk mengangkut isi usus.
Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi
gas dan cairan dalam usus.
Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi
adalah keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. Memang,
ileus merupakan konsekuensi yang diharapkan dari pembedahan perut.
Fisiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2-3 hari, setelah
motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang berlangsung selama lebih
dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus
paralitik pascaoperasi. Sering,ileus terjadi setelah operasi
intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan
retroperitoneal dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus
tercatat terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus
dikaitkan dengan jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi
kolon ileus terbuka. Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat
mendalam. Pasien dengan ileus merasa tidak nyaman dan sakit, dan
akan meningkatkan risiko komplikasi paru. Ileus juga meningkatkan
katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan, ileus
meningkatkan biaya perawatan medis karena memperpanjang rawat
inap di rumah sakit. Penyakit/keadaan yang menimbulkan ileus
paralitik dapat diklasifikasikan seperti yang tercantum dibawah ini:
1. Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan
ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.
2. Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama
hipokalemia), uremia, komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE,
sklerosis multiple.
3. Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin,
antihistamin.
4. Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi
sistemik berat lainnya.
5. Iskemia usus.
C. Anatomi fisiologi organ terkait
Anatomi :
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu:
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara
gusi, bibir dan pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris
disebelah belakang bersambung dengan faring.
c. Faring.
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas
tulang belakang
2. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan
tulang punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk
kedalam abdomen ke lambung.
3. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung
antara lain:
a. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak
disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan
pada bagian bawah notura minor.
c. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal
membentuk spinkter pilorus.
d. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri
dari osteum kordi samapi pilorus.
4. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari
sisi kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan
sampai ke pilorus anterior.
Fungsi lambung :
Menampung makanan.
Getah cerna lambung yang dihasilkan pepsin, asam garam,
renin dan lipak.
5. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan
obstruksi hasil pencernaan makanan.
a. Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu
kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas.
Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
nambulir disebut papila vateri.
b. Yeyunum dan ileum
Panjangnya sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyunum dengan ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4-5
meter. Lekukan yeyunum dan ileum melekat pada dinding
abdomen fasterior dengan perantara lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas disebut mesentrium.
6. Mukosa usus halus
Permukaan epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan
makro villi memudahkan penernaan dan absorpasi
Fungsi usus halus:
Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk
diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
Karbohirat diserap dalam bentuk monosakarida didalam
usus halus.
7. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri
atas 7 bagian:
1) Sekum.
2) Kolon asenden.
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum
sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm.
3) Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4) Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang ± 28 cm.
5) Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke
bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
6) Kolon sigmoid
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf
“S” ujung bawah `berhubungan dengan rektum.
7) Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.
8) Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar.
Fisiologi :
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan
dan absorbsi bahan – bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral.
Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja
ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk.
Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim –
enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi zat – zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat
dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan
memberikan pH optimal untuk kerja enzim – enzim. Sekresi
empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang
lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim
dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim –
enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat –
zat makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus
akan mencampur zat –zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan peristaltik mendorong
isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan kecepatan yang
sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.
Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan
limfe untuk digunakan oleh sel – sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit
dan vitamin juga diabsorbsi.
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan
absorbsi bahan–bahan makanan dapat berlangsung secara
maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari :
1. Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan
segmentasi yang mencampur makanan dengan enzim – enzim
pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi
2. Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang
mendorong makanan ke arah usus besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos
usus halus yang terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan otot
longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang terutama
berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan
adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh
makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal.
Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1 – 4
cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi
mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai
kontraksi, demikian seterusnya. Bila usus halus berelaksasi,
makanan akan kembali ke posisinya semula. Gerakan ini
berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan
enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan mukosa
usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya
gelombang lambat yang merupakan basic electric rhytm (BER)
dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi
berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan sekitar
7 kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus
mendorong makanan menuju ke arah kolon dengan kecepatan
0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih
cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini sangat
lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar 3
sampai 5 cm
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi
terutama diatur oleh adanya gelombang lambat yang
menghasilkan potensial aksi yang disebabkan oleh adanya sel –
sel pace maker yang terdapat pada dinding usus halus, dimana
aktifitas dari sel–sel ini dipengaruhi oleh sistem saraf dan
hormonal.
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan.
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh masuknya makanan ke
duodenum sehingga menimbulkan refleks peristaltik yang akan
menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon gastrin,
CCK, serotonin, dan insulin juga meningkatkan pergerakan
usus halus. Sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat
pergerakan usus halus.
Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan kadang –
kadang terhambat selama beberapa jam sampai seseorang
makan lagi. Pada saat tersebut, refleks gastrileal meningkatkan
aktifitas peristaltik dan mendorong makanan melewati katup
ileocaecal menuju ke kolon. Makanan yang menetap untuk
beberapa lama pada daerah ileum oleh adanya sfingter
ileocaecal berfungsi agar makanan dapat diabsorbsi pada
daerah ini. Katup ileocaecal berfungsi untuk mencegah
makanan kembali dari caecum masuk ke ileum.
Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan
balik. Bila tekanan di dalam caecum meningkat sehingga terjadi
dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal akan meningkat dan
gerakan peristaltik ileum akan berkurang sehingga
memperlambat pengosongan ileum. Bila terjadi peradangan
pada caecum atau pada appendiks maka sfingter ileocaecal akan
mengalami spasme, dan ileum akan mengalami paralisis
sehingga pengosonga ileum sangat terhambat.
D. Consep map
F. Pemeriksaan penunjang
G. Komplikasi
1. Nekrosis usus.
2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu
3. lama pada organ intra abdomen.
Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium
4. sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra
abdomen.
5. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan
baik dan cepat.
6. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma.
7. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
8. Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
9. Gangguan elektrolit, refluk muntah dapat terjadi akibat distensi
abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium
dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam
darah.
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Penderita dirawat di rumah sakit.
b. Penderita dipuasakan
c. Kontrol status airway, breathing and circulation.
d. Dekompresi dengan nasogastric tube.
e. Intravenous fluids and electrolyte
f. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
2. Farmakologis
a. Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
b. Analgesik apabila nyeri.
3. Operatif
a. Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah
kecuali
disertai dengan peritonitis
b. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi
nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.
c. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul
dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil
explorasi melalui laparotomi.
I. Pengkajian keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan yang
dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan
klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus
menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen tegang
dan kaku.
Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan
PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang,
timbul atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul,sekaligus factor yang memperberat
dan memperingan keluhan.
Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada
sistem pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem
pencernaan.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama dengan klien.
3. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,
bagaimana mood pasien.
Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen,
anuria/oliguria, jika syok hipovolemik
Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau
tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus.
Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
Sistem integument
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi