Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

ILEUS OBSTRUKSI

OLEH

IGNSIUS LOYOLA MUJUR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ST.PAULUS RUTENG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi TUHAN YESUS KISTUS, oleh karena
anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar
akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul: “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN ILEUS OBSTRUKTIF”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu
demi sempurnanya makalah ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan
sumbangan pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih yang


tulus kepada : selaku dosen pengampun matakulia sistem informasi
kesehatan dan kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapakan banyak terimakasih
atas setiap bantuan dan doa yang diberikan. Semoga TUHAN berkenan
membalas kebaikan kalian.

Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat bagi


pengembangan ilmu pengetahuan.Kiranya makalah ini dapat memberikan
manfaat dan masukan bagi pembaca. Terima Kasih.

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................4
Tujuan..........................................................................................................4
Manfaat........................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN
TEORI.......................................................................................................5

Pengertian......................................................................................................5

Anatomidan Fisiologi.....................................................................................5

Etiologi...........................................................................................................6

Patofisiologi...................................................................................................6

Manifestasi klinis...........................................................................................6

pemeriksaan diagnostik.................................................................................7

Komplikasi.....................................................................................................7

BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN..................................................................................8

Pengkajian...........................................................................................................8

Diagnosa keperawatan...................................................................................8

Intervensi............................................................................................................9

BAB III
PENUTUP....................................................................................12
Kesimpulan.........................................................................................12
Saran...................................................................................................12
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang.
Obstruksi intestinal merupakan kegawatdaruratan dalam
bedah abdominalis yang sering di jumpai,merupakan 60/70% dari
seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendiksitis akut. Penyebab
yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng,
sedangkan di ketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi
obstetri-ginekologik makin sering di laksanakan yang terutama di
dukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.
Ileus obteruktif adalah salah satu penyumbatan mekanis pada
usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup
atau mengganggu jalannya isi usus. ( Sabara, 2007 ). Setiap tahunnya
satu dari seribu penduduk dari segala usia di diagnosa ileus (Davidson
2006 ).
Di amerika di perkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita
ileus setiap tahunnya ( Jeekel, 2003 ). Di indonesia tercatat 7.059
kasus ileus paralitik dan obstruksif tampah hernia yang di rawat inap
dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut BANK data
departement kesehatan indonesia.
Ada 3 hal yang harus di ketahui tentang obtruksi ileus ialah:
a. Makin meningkatnya keterdapatan ileus obstruksi.
b. Diagnosa ileus obstruksi sebenarnya mudah dan bersifat
universial, tetapi untuk mengetahui proses patologik yang
sebernya di dalam rongga abdomen tetap merupakan hal yang
sulit.
c. Bahaya strangmulasi yang amat di takuti sering tidak di sertai
gambaran klinis khas yang dapat mendukungnya.

Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita ileus


obstruksi dengan cara yang sebaik-baiknya, di perlukan konsultasi
antara disiplin yang bekerja dalam satu tim dengan tujuan untuk
mencapai 4 keuntungan.:

a. Bila penderita harus di operasi, maka operasi di jalankan pada saat


keadaan umum penderita optomal
b. Dapat mencegah strangulasi yang terlambat
c. Mencegah laparotomi negatif.
d. Penderita mendapatkan tindakan operatif yang sesuai dengan
penyebab obstruksi.
1.2Tujuan

Mengetahui lebih dalam mengenai pengertian, penyebab,


manifestasi kninis, patofisiologi,pemeriksaan diagnostik, serta
komplikasi dari penyakit ileus obstruktif.

Manfaat.

Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang pengetahuan dan


pegobatan dari penyakit ileus obstruktif.
BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Pengertian
 Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan
pertolongan atau tindakan( Wijaya C. Jakarta: EGC, 1994)
 Ileus obstruksi adalah penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
mengganggu jalannya isi usus.
( sabara, 2007 ).
 Ileus obstruksi adalah blok saluran usus yang manghambat
cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau
fungsional ( Inayah, 2004 ).
 Ileus obstruksi adalah penghambatan motilitas usus, akibat
sebab mekanis seperti hernia, volvulus dan sebagainya ( Poppy
Kumala, 1998 ).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ileus


obstruksi adalah keadaan dimana terjadi penyumbatan secara
mekanis yaitu suatu penyebab fisik yang menyumbat usus yang tidak
dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruksi ini dapat bersifat akut
dan kronis misalnya: karena tumor, volvulus, intusepsi, adhesi, hernia.
Selain itu penyumbatan juga dapat terjadi secara fungsional yaitu
obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorng isi
sepanjang usus. Contohnya karena gangguan endokrin seperti
diabetes militus , atau gangguan neorologi seperi parkinson.
2. Anatomi Fisiologi
Kasus ileus obstruksi secara garis besar dibagi menjadi tiga kelompok
menurut letak obstruksinya :
a. Usus Halus Proksimal
1) Duodenum
Merupakan ujung karnial dari intestinum tenue, pendek
dengan ukuran kira-kira 25 cm ( selebar 12 jari orang
dewasa ). Mulai disebelah kanan linea mediana dan
berakhir kurang lebih satu inchi disebelah kiri linea
mediana.
2) Jejenum
Secara keseluruhan panjang intestinum tenue adalah 5 - 8
meter, yang di pengaruhi oleh bentuk tubuh dan dua
perlima bagian proximal membentuk jejenum, panjangnya
± 23 meter adalah bagian tengah dari usus dan berlanjut
pada ileum.
3) Ileum
Tiga perlima bagian distal adalah ileum. Panjang 3,6 meter
adalah bagian akhir. Ileum bergabung dengan kolon pada
kutup ileosekal. Katup ini mengontrol aliran kedalam usus
besar dan mencegah refluks kedalam usus halus.
b. Lapisan usus halus
1) Lapisan Serosa Luar ( Tunika Serosa )
Tunika serosa dari usus merupakan peritoneum membrane
mukosa ini membatasi dinding abdomen dan rongga pelvis.
2) Lapisan otot ( Tunika Mukular )
Dibagi menjadi lapisan otot sirkulasi dalam dan longitudinal
luar.
3) Lapisan sub mukosa ( telasub mukosa )
Terdiri dari pembuluh darah, limfatik, pleksus saraf
simpatis dan kelenjar brunner ( didalam duodenum ) yang
mensekresi mukus.
4) Lapisan sub mukosa dalam ( Tunika mukosa )
Disusun dalam lipatan - lipatan yang memungkinkan
permukaan atau sekresi, perencanaan dan absorbsi.
Fungsi usus halus adalah :
1) Menerima zat - zat makanan yang sudah di cerna
untuk di serap melalui kapiler - kapiler darah dan
saluran - saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida

c. Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 1/2 meter,
lebarnya 5-6 cm. Lapiasn – lapisan usus besar dari dalam
keluar; selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memamnjang, jaringan ikat.
Bagian – bagian usus besar:
1) Sekum
Dibawa sekum terdapat appendiks vermivormis yang
berbentuk seperti cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya
tertutup oleh peritonium mudah bergerak walapun tidak
mempunyai mesenterium dan dapat di raba oleh dinding
abdomen pada orang yang masi hidup.
2) Colon
Colon adalah bagian usus besar yang memenjang dari
sekum sampai rektum.
Colon terdiri dari:
a) Colon asendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawa abdomen sebelah
kanan, membujur keatas dari ilem kebawa hati.
Dibawah hati melengkung kekiri, lengkungan ini
disebut fleksura hepatica.
b) Colon transfersum
Panjangnya ± 38 cm membujur dari kolon asenden
samapai ke kolon desendens berda dibawa abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah
kiri terdapat fleksura lienalis.
c) Colon desendens
Panjangnya ±25 cm terletak dibawah abdoomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura
lienalis sampai kedepan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.
d) Colon sigmoid
Colon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon
desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah
kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum.
Fungsi usus besar adalah:
1) Menyerap air dari makanan
2) Tempat tinggal bakteri koli
3) Sebagai tempat feses

3. Etiologi
Secara garis besar, obstruksi usus disebabkan oleh faktor:
a. Mekanis
1) Adhesi/ perlengketan pasca bedah
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara
lambat atau pada jaringan paru setelah pembedahan abdomen,
keadaan ini menghasilkan perputaran lengkung usus.
2) Tumor
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau
tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus,
akibatnya usus menjadi tersumbat sebagian; bila tumor tidak
diangkat mengakibatkan obstruksi lengkap.
3) Volvulus
Usus memutar dan kembali kekaadaan semula, akibatnya lumen
usus menjadi tersumbat. Gas dan cairan berkumpul dalam usus
yang terjebak.
4) Intususepsi
Salah satu bagian dari usus menyusut kedalm bagian lain yang
ada dibawahnya, akibatnya penyumbatan lumen usus.
5) Hernia
Prutusi usus melalui area lemah dalam usus atau dining atau
otot abdomen.

b. Fungsional
Obstruksi non-mekanis atau fungsional sering terjadi setelah
pembedahan abdomen karena adanya refleks penghambatan
peristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Refleks
penghambatan peristaltik ini sering disebut sebagai ileus paralitik,
walaupun paralisis peristaltik ini tidak terjadi secara total. Keadaan
lain yang sering menyebabkan terjadinya ileus adinamik adalah
peritonitis. Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai
berbagai kondisi traumatik, terutama setelah fraktur iga, trauma
medula spinalis, dan fraktur tulang belakang.
4. Patofisiolgi
A Ada kira-kira 7 – 10 liter cairan yang kaya dengan
elektrolityang disekresi kedalam usus halus tiap hari. Hanya sekitar
600 – 800 ml cairan ini yang tidak direabsopsi. Sekitar 200 ml hilang
melalui kotoran tiap hari. Apabila ada obstruksi, cairan dan gas akan
terkumpul pada bagian proximal dari kotoran tiap hari. Apabila ada
obstruksi, cairan dan gas akan terkumpul pada bagian proximal dari
obstruksi. Pada permulaan, gerakan peristaltic meningkat untuk
mendorong isi usus melewati obstruksi dorongan ini dirasakan pasien
sebagai nyeri kolik. A
Akumulasi isi usus, cairan dan gas terjadi di daerah atau usus
yang mengalami obstruksi ( tumor, volvulus, hernia, adhesi atau
perlengketan pasca bedah dan intususepsi ). Distensi dan ritensi
cairan mengurangi absorbsi cairan dan merangsang lebih banyak
sekresi lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan lumen usus
yang meningkat menyebakan tekanan kapiler vena dan arteola. Pada
giliranya hal ini akan menyebabkan kongesti, edema, nekrosis dan
akhinya rupture atau perforasi dari dinding usus, dengan akibat
peritonitis. Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen.
Muntah kehilangan ion nitrogen dan kalium dalam darah, yang
akhirnya mencetuskan alkalosis metabolik. Dehidrasi dan asidosis
yang terjadi kemudian disebabkan karna hilangnya cairan dan
natrium. Dengan kehilangan cairan akut, syok hipofolemik dapat
terjadi dengan penurunan aliran darah ginjal dan serebral. Karna
cairan hilang tapi sel darah tidak maka hematokrit dan hemaglobin
meningkat, jadi meningkatnya potensi terhadap vaskuler seperti
vaskuler trombosit coroner, serebral dan mesentrika.

Pada awitan obstrukisi, cairan dan udara berkumpul pada


bagian proksimal sisi yang bermasalah menyebabikan distensi.
Manifestasi terjadi lebih cepat dan lebih sempit dan secara normal
lebih aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi,
sekresi dari satu-satunya bermakna dari usus besar adalah mucus.

Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik


saat usus berusaha untuk mendorong material melalui area
tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan peristaltik berakhir dan
usus menjadi flaksi, sehingga mengurangi tekanan dalam lumen dan
memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan
tekanan dalam usus mengurangi kemampuan absorbsinya,
peningkatan retensi cairan masi tetap berlanjut. Segera tekanan
intraluminal merupakan aliran balik vena yang meningkatkan tekanan
vena kongesti dan kerapuan darah. Pada proses ini, pada waktunya
meningkatkan permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma
ekstapasase ke dalam lumen usus dan rongga peritonial peningkatan
tekanan di dalam dinding usus segera memperlambat aliran darah
arteri yang meneyebabkan nekrosis dan pada beberapa toksemia dan
peritonitis.

Stranggulasi dapat mengakibatkan penurunan suplai darah


arteri. Nekrosis dan perforasi dapat mendorong isi usus ke dalam
rongga peritonial menyebabakan peritonitis.

PATHWAY
5. Manifestasi Klinik G
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik
abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar
(obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak
tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang
dominant adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat
dilatasi, peningkatan bising usus ( awal obstruksi ), penurunan bising
usus ( lanjut ) Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus
meningkat untuk melawan adanya hambatan. Peristaltik yang terus
berlanjut menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana frekuensinya
tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan
terjadi peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari
usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi
tidak teratur dan hilang. Demam sering terjadi, terutama bila dinding
usus mengalami perforasi.

Berdasarkan letak obstruksi, tanda dan gejala ileus obstruksi


dibedakan atas 2 yaitu:

a. Obstruksi usus halus


Tanda dan gejala yang ditmukan apabila terjadi obstruksi di
usus halus adalah:
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut
sekitar umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi
partial bisa mengalami diare. Kadang-kadang dilatasi dari usus
dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala
klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus.
Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi
dan distensi abdomen. Pada obstruksi bagian proksimal usus halus
biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat
intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi
terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum
dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap.
Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan
cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan
manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh
biasanya normal tetapi kadang-kadang dapat meningkat.

b. Obstruksi usus besar


Tanda dan gejala yang ditemukan bila terjadi obstruksi di usus
besar yaitu:
Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi
komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal
mampu mencegah refluks.

Jika ileus iobstruktif usus besar, maka muntah timbul lambat dan setelah
muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen)
sebagai hasil pertumbuhan bakteriberlebihan sekunder terhadap
stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isidemikian, maka
muntah tidak mendekompresi total usus di atas obstruksi. Distensi
pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan
makinmembesar bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik
terkadang dapatdilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus
besar dan bisa minimal atauabsen pada keadaan oklusi pembuluh
darah mesen
8. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada ileus obstruksi dapat berupa:

a. Syok hypovolemik - dehidrasi


Adanya distensi dan relaksasi cairan mengurangi absobrbsi cairan
dan merangsang lebih banyak sekresi lambung yang
mengakibatkan muntah refluks. Muntah mengakibatkan kehilangan
ion hydrogen dan kalium dari lambung serta kehilangan cairan
elektrolit dengan kehilangan cairan akut maka syok hipovolemik
dapat terjadi.
b. Nekrosis usus
Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air
dan penglihatan natrium dari lumen usus ke darah. Hal ini dapat
mengakibatkan berkurang bahkan berhenti menyebabkan nekrosis
usus.
c. Perforasi usus
Adanya peningkatan permeabilitas yang disebabkan oleh nekrosis
dapat menyebabkan rupture atau perforasi dari dinding usus.
d. PeritonitisAdanya pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
nekrotik kedalam peritorium dan sirkulasi sistemik dan rupture/
perforasi dinding usus menyebabkan terjadinya peritonitis.
terikus. Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan
kemudian menjadi bersifat kolik.Ia sekunder terhadap kontraksi
peristaltik kuat pada dinding usus melawan obstruksi.

7. Penatalaksanaan Medis P
Penatalaksanaan untuk ileus obstruksi adalah pemasangan selang usus
halus ( dekompresi usus ) atau nasogastrik. Apabila usus tersumbat
secara lengkap, maka stragulasi yang terjadi memerlukan intervensi
bedah dibagi menjadi 2 bagian yaitu penatalaksanaan pre operasi dan
post operasi:

a. Pre operasi
Sebelum lakukan tindakan operasi pada pasien dengan ileus
obstruksi maka eberapa hal yang perlu diperhatikan dan diberikan
pada pasien:
1) Puasa
2) NGT
3) Cairan parenteral dengan elektrolit
4) Antibiotik, vitamin, analgetik.
5) Terapi O2
6) Pemasangan cateter

b. Post operasi
Setelah dilakukan tindakan operasi, ada beberapa pengobatan yang
sangat penting diberikan pada pasien yakni:
1) Cairan parenteral dengan elektrolit
2) NGT
3) Cateter
4) Diet yang diprogramkan
5) Analgetik, antibiotik, vitamin, ulcuser
6) Terapi O2
7) Colostolol
BAB 2

BAB 2.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
DS: Pasien mengatakan memiliki riwayat penbedahan
abdomen, jarang mengonsumsi makanan berserat, sering
mengalami nyeri perut, tidak pernah melakukan
pemeriksaan.
DO: Tidak mengetahui penyakit yang dialami
b. Nutrisi dan metabolik
DS: Anoreksia, mual, muntah, perut kembung dan penurunan
berat badan.
DO: Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah, pucat,
tampak kurus, demam.
c. Eliminasi
DS: Konstipasi, pada awal obstruksi pasien mengeluh diare,
pasien tidak flatus.
DO: Bising usus sampai tidak ada, diare, pasien tidak falatus,
dehidrasi.
d. Aktivitas latihan
DS: Merasa lemah, ketrbatasn dalam beraktifitas
DO: Pasien tampak gelisah.
e. Tidur dan istirahat
DS: susah tidur atau insomia, kelemahan
DO: pasien tampak gelisah
f. Persepsi Kognitif
DS: Nyeri pada abdomen dan rasa tidak nyaman
DO: Terjadi perubahan kesadaran, meringis, cemas.

g. Persepsi dan Konsep Diri


DS: Pasien merasa tidak berdaya, putus asa dan emosi tidak
stabil, kurang percaya diri.
DO: Murung
h. Pola Peran dan Hubungan Sesama
DS: Tidak mampu melakukan perannya, adanya perubahan
hubungan dengan keluarga atau teman, serata tidak
mampu aktif dalam kegiatan sosial
DO: ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas
DS: -
DO: Libido menurun, perubahan fisik karena pembedahan,
frekuensi seksual menurun dan menghindari aktifitas
seksual.
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres
DS : Takut cemas atas sakit yang dialami
DO : Tampak ekspresi wajah tegang
k. Pola Sistem Nilai Dan Kepercayaan
DS: Pasien tetap berdoa
DO: Tampak adanya Alkitab, Al-Quran, Tasbih, Rosario.

. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Terputusnya Nyeri
kontinuitas
- Pasien mengatakan nyeri jaringan akibat
pada abdomen ( daerah tindakan
op ) pembedahan
- Pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk.
- Pasien mengatakan nyeri
pada luka op bertambah
apabila bergerak.
- Pasien mengatakan skala
nyeri 6 ( nyeri sedang ).

DO :

- Keadan umum lemah


- Pasien tampak meringis
dan gelisah.
- Tampak luka op pada
abdomen di regio
hipocondrica kiri
kuadaran kiri atas
- Tampak nyeri tekan pada
luka op
- Tampak adanya verban
pada luka op.
- TTV
TD : 114/73 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Suhu : 37 0 c
RR : 26 x/menit

DS:

- Istri pasien mengatakan ±


3 bulan yang lalu pasien
kurang napsu
makan;mual;kembung.
- Istri passien mengatakan
passien jarang
mengkonsumsi sayur dan
buah-buahan.
- Istri pasien megatakan di
rumah pasien hanya
makan 1-2 x/hari dan
menghabiskan 1/2 .
- Istri pasien mengatakan
di R.S pasien makan
bubur saring dan
menghabiskan ¼ porsi
setiap kali makan.
- Istri passien mengatakan
sebelum sakit BB passien
53 kg dan menurun 3 kg Intake tidak
menjadi 50 kg dalam adekuat
waktu ± 3 bulan.

2. Perubahan
nutrisi
kurang
dari
DO: kebutuhan
tubuh

- Tampak pasien masih


dipuasakan.
- Tampak lidah kotor.
- Tampak mulut kotor.
- Pasien mengatakan nafsu
makannya berkurang,
karena nyeri pada perut
dan kembung.
- Tampak pasien mual.
- Tampak pasien
menggunakan NGT.
- Tampak pasien
menggunakan infus RL
dan dextrose 5 %
- BB pasien sebelum sakit
53 kg ( ± 3 bulan yang
lalu)
BB sejak sakit 50 kg.
- TB : 165 cm
IMT : 18,38
Kesimpulan : BB kurang.

DS:

- Istri pasien mengatakan ±


3 bulan yang lalu pasien
tidak mampu melakukan
aktifitas berat.
- Pasien mengatakan nyeri
pada luka op bertambah
apabila pasien bergerak.
- Pasien mengatakan
tubuhnya terasa lemah.
- Pasien mengatakan
segalah kebutuhannya
dibantu oleh perawat dan
keluarga

DS:

-Keadaan lemah
-Tampak pasien hanya
berbaring di tempat tidur
saja.
-Tampak semua
kebutuhan pasien di
bantu oleh perawat dan
keluarga.
-Tampak pasien
menggunakan alat bantu
seperti infus, pampers,
NGT, chateter urine dan
verban pada luka op.
-Kekuatan otot

- Aktifitas harian
Makan :2
Mandi :2
Pakainan :2
Kerapihan :2
BAB :2
BAK :3
Mobilisasi tempat tidur :
2
Kelemahan fisik

3. Defisit
perawatan
diri

2. Diagnosa Keperawatan a.
Diagnosa keperawatan pre-operasi
1) Konstipasi b/d adanya obstruksi pada usus.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kehilanagan
banyak cairan melalui banyak rute normal.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien.
4) Nyeri b/d distensi abdomen.
5) Ansietas b/d rencana pembedahan.
6) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kesalahan interpetasi informasi.
b. Diagnosa keperawatan post operasi 1)
Kerusakan integritas kulit b/d adanya sfingter stoma.
2) Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat
pembedahan. 3)
Kekurangan volume cairan tubuh b/d gangguan absorbsi
cairan, kehilangan fungsi colon.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi.
1) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif insisi
bedah.
2) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis
kebutuhan belajar b/d salah interpertasi informasi.
7) Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik.

5. Discharge Planning

a. Ajarkan perawatan kolostomy dengan melibatkan keluarga.


b. Ajarkan pasien tentang obat-obatan yang diresepkan ( kerja,
tujuan dan efek samping ), minum obat secara teratur.
c. Ajarkan untuk menghindari makanan/ minuman yang dapat
mengiritasi usus yang dapat menyebabkan diare ataupun konstipasi
misalnya: cuka, kopi, makanan pedas.
d. Ajarkan pasien mengobservasi adanya perdarahan, edema atau warna
yang abnormal kemudian laporkan kepada perawat atau dokter.
e. Anjurkan pasien untuk mengganti kantong colostomy atau
mengosongkan colostomy bag sesering mungkin.
f. Anjurkan pasien mengkonsumsi makanan berserat.

A. EVALUASI
1. Nyeri akut b/d terputusnya kontuinitas jaringan akibat
tindakan pembedahan.
Hasil: tanda adanya nyeri pada daerah operasi mulai
berkurang diamana skala nyeri 2 dan pasien tampak rileks,
luka operasi tampak kering. Masalah nyeri pasien teratasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang tidak adekuat.
Hasil: pasien belum diperbolehkan makan, kebutuhan
nutrisi diberikan melalui infus.
Jadi kebutuhan nutrisi tubuh belum terpenuhi, karena
kemampuan usus untuk mencerna makanan belum
berfungsi baik ditandai dengan belum terdengarnya bising
usus.
3. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan
operasi.
Hasil: pasien mampu menggosok gigi sendiri dan dibantu
perawat dalam hal mandi.
Jadi perawatan diri pasien terpenuhi tapi masih sebagian,
karena pasien masih merasakan tubuhnya lemah.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai