ILEUS OBSTRUKSI
OLEH
Segala syukur dan puji hanya bagi TUHAN YESUS KISTUS, oleh karena
anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar
akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul: “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN ILEUS OBSTRUKTIF”.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................4
Tujuan..........................................................................................................4
Manfaat........................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN
TEORI.......................................................................................................5
Pengertian......................................................................................................5
Anatomidan Fisiologi.....................................................................................5
Etiologi...........................................................................................................6
Patofisiologi...................................................................................................6
Manifestasi klinis...........................................................................................6
pemeriksaan diagnostik.................................................................................7
Komplikasi.....................................................................................................7
BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN..................................................................................8
Pengkajian...........................................................................................................8
Diagnosa keperawatan...................................................................................8
Intervensi............................................................................................................9
BAB III
PENUTUP....................................................................................12
Kesimpulan.........................................................................................12
Saran...................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang.
Obstruksi intestinal merupakan kegawatdaruratan dalam
bedah abdominalis yang sering di jumpai,merupakan 60/70% dari
seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendiksitis akut. Penyebab
yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng,
sedangkan di ketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi
obstetri-ginekologik makin sering di laksanakan yang terutama di
dukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.
Ileus obteruktif adalah salah satu penyumbatan mekanis pada
usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup
atau mengganggu jalannya isi usus. ( Sabara, 2007 ). Setiap tahunnya
satu dari seribu penduduk dari segala usia di diagnosa ileus (Davidson
2006 ).
Di amerika di perkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita
ileus setiap tahunnya ( Jeekel, 2003 ). Di indonesia tercatat 7.059
kasus ileus paralitik dan obstruksif tampah hernia yang di rawat inap
dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut BANK data
departement kesehatan indonesia.
Ada 3 hal yang harus di ketahui tentang obtruksi ileus ialah:
a. Makin meningkatnya keterdapatan ileus obstruksi.
b. Diagnosa ileus obstruksi sebenarnya mudah dan bersifat
universial, tetapi untuk mengetahui proses patologik yang
sebernya di dalam rongga abdomen tetap merupakan hal yang
sulit.
c. Bahaya strangmulasi yang amat di takuti sering tidak di sertai
gambaran klinis khas yang dapat mendukungnya.
Manfaat.
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan
pertolongan atau tindakan( Wijaya C. Jakarta: EGC, 1994)
Ileus obstruksi adalah penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
mengganggu jalannya isi usus.
( sabara, 2007 ).
Ileus obstruksi adalah blok saluran usus yang manghambat
cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau
fungsional ( Inayah, 2004 ).
Ileus obstruksi adalah penghambatan motilitas usus, akibat
sebab mekanis seperti hernia, volvulus dan sebagainya ( Poppy
Kumala, 1998 ).
c. Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 1/2 meter,
lebarnya 5-6 cm. Lapiasn – lapisan usus besar dari dalam
keluar; selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memamnjang, jaringan ikat.
Bagian – bagian usus besar:
1) Sekum
Dibawa sekum terdapat appendiks vermivormis yang
berbentuk seperti cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya
tertutup oleh peritonium mudah bergerak walapun tidak
mempunyai mesenterium dan dapat di raba oleh dinding
abdomen pada orang yang masi hidup.
2) Colon
Colon adalah bagian usus besar yang memenjang dari
sekum sampai rektum.
Colon terdiri dari:
a) Colon asendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawa abdomen sebelah
kanan, membujur keatas dari ilem kebawa hati.
Dibawah hati melengkung kekiri, lengkungan ini
disebut fleksura hepatica.
b) Colon transfersum
Panjangnya ± 38 cm membujur dari kolon asenden
samapai ke kolon desendens berda dibawa abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah
kiri terdapat fleksura lienalis.
c) Colon desendens
Panjangnya ±25 cm terletak dibawah abdoomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura
lienalis sampai kedepan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.
d) Colon sigmoid
Colon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon
desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah
kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum.
Fungsi usus besar adalah:
1) Menyerap air dari makanan
2) Tempat tinggal bakteri koli
3) Sebagai tempat feses
3. Etiologi
Secara garis besar, obstruksi usus disebabkan oleh faktor:
a. Mekanis
1) Adhesi/ perlengketan pasca bedah
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara
lambat atau pada jaringan paru setelah pembedahan abdomen,
keadaan ini menghasilkan perputaran lengkung usus.
2) Tumor
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau
tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus,
akibatnya usus menjadi tersumbat sebagian; bila tumor tidak
diangkat mengakibatkan obstruksi lengkap.
3) Volvulus
Usus memutar dan kembali kekaadaan semula, akibatnya lumen
usus menjadi tersumbat. Gas dan cairan berkumpul dalam usus
yang terjebak.
4) Intususepsi
Salah satu bagian dari usus menyusut kedalm bagian lain yang
ada dibawahnya, akibatnya penyumbatan lumen usus.
5) Hernia
Prutusi usus melalui area lemah dalam usus atau dining atau
otot abdomen.
b. Fungsional
Obstruksi non-mekanis atau fungsional sering terjadi setelah
pembedahan abdomen karena adanya refleks penghambatan
peristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Refleks
penghambatan peristaltik ini sering disebut sebagai ileus paralitik,
walaupun paralisis peristaltik ini tidak terjadi secara total. Keadaan
lain yang sering menyebabkan terjadinya ileus adinamik adalah
peritonitis. Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai
berbagai kondisi traumatik, terutama setelah fraktur iga, trauma
medula spinalis, dan fraktur tulang belakang.
4. Patofisiolgi
A Ada kira-kira 7 – 10 liter cairan yang kaya dengan
elektrolityang disekresi kedalam usus halus tiap hari. Hanya sekitar
600 – 800 ml cairan ini yang tidak direabsopsi. Sekitar 200 ml hilang
melalui kotoran tiap hari. Apabila ada obstruksi, cairan dan gas akan
terkumpul pada bagian proximal dari kotoran tiap hari. Apabila ada
obstruksi, cairan dan gas akan terkumpul pada bagian proximal dari
obstruksi. Pada permulaan, gerakan peristaltic meningkat untuk
mendorong isi usus melewati obstruksi dorongan ini dirasakan pasien
sebagai nyeri kolik. A
Akumulasi isi usus, cairan dan gas terjadi di daerah atau usus
yang mengalami obstruksi ( tumor, volvulus, hernia, adhesi atau
perlengketan pasca bedah dan intususepsi ). Distensi dan ritensi
cairan mengurangi absorbsi cairan dan merangsang lebih banyak
sekresi lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan lumen usus
yang meningkat menyebakan tekanan kapiler vena dan arteola. Pada
giliranya hal ini akan menyebabkan kongesti, edema, nekrosis dan
akhinya rupture atau perforasi dari dinding usus, dengan akibat
peritonitis. Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen.
Muntah kehilangan ion nitrogen dan kalium dalam darah, yang
akhirnya mencetuskan alkalosis metabolik. Dehidrasi dan asidosis
yang terjadi kemudian disebabkan karna hilangnya cairan dan
natrium. Dengan kehilangan cairan akut, syok hipofolemik dapat
terjadi dengan penurunan aliran darah ginjal dan serebral. Karna
cairan hilang tapi sel darah tidak maka hematokrit dan hemaglobin
meningkat, jadi meningkatnya potensi terhadap vaskuler seperti
vaskuler trombosit coroner, serebral dan mesentrika.
PATHWAY
5. Manifestasi Klinik G
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik
abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar
(obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak
tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang
dominant adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat
dilatasi, peningkatan bising usus ( awal obstruksi ), penurunan bising
usus ( lanjut ) Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus
meningkat untuk melawan adanya hambatan. Peristaltik yang terus
berlanjut menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana frekuensinya
tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan
terjadi peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari
usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi
tidak teratur dan hilang. Demam sering terjadi, terutama bila dinding
usus mengalami perforasi.
Jika ileus iobstruktif usus besar, maka muntah timbul lambat dan setelah
muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen)
sebagai hasil pertumbuhan bakteriberlebihan sekunder terhadap
stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isidemikian, maka
muntah tidak mendekompresi total usus di atas obstruksi. Distensi
pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan
makinmembesar bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik
terkadang dapatdilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus
besar dan bisa minimal atauabsen pada keadaan oklusi pembuluh
darah mesen
8. Komplikasi
7. Penatalaksanaan Medis P
Penatalaksanaan untuk ileus obstruksi adalah pemasangan selang usus
halus ( dekompresi usus ) atau nasogastrik. Apabila usus tersumbat
secara lengkap, maka stragulasi yang terjadi memerlukan intervensi
bedah dibagi menjadi 2 bagian yaitu penatalaksanaan pre operasi dan
post operasi:
a. Pre operasi
Sebelum lakukan tindakan operasi pada pasien dengan ileus
obstruksi maka eberapa hal yang perlu diperhatikan dan diberikan
pada pasien:
1) Puasa
2) NGT
3) Cairan parenteral dengan elektrolit
4) Antibiotik, vitamin, analgetik.
5) Terapi O2
6) Pemasangan cateter
b. Post operasi
Setelah dilakukan tindakan operasi, ada beberapa pengobatan yang
sangat penting diberikan pada pasien yakni:
1) Cairan parenteral dengan elektrolit
2) NGT
3) Cateter
4) Diet yang diprogramkan
5) Analgetik, antibiotik, vitamin, ulcuser
6) Terapi O2
7) Colostolol
BAB 2
BAB 2.
1. Pengkajian
a. Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
DS: Pasien mengatakan memiliki riwayat penbedahan
abdomen, jarang mengonsumsi makanan berserat, sering
mengalami nyeri perut, tidak pernah melakukan
pemeriksaan.
DO: Tidak mengetahui penyakit yang dialami
b. Nutrisi dan metabolik
DS: Anoreksia, mual, muntah, perut kembung dan penurunan
berat badan.
DO: Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah, pucat,
tampak kurus, demam.
c. Eliminasi
DS: Konstipasi, pada awal obstruksi pasien mengeluh diare,
pasien tidak flatus.
DO: Bising usus sampai tidak ada, diare, pasien tidak falatus,
dehidrasi.
d. Aktivitas latihan
DS: Merasa lemah, ketrbatasn dalam beraktifitas
DO: Pasien tampak gelisah.
e. Tidur dan istirahat
DS: susah tidur atau insomia, kelemahan
DO: pasien tampak gelisah
f. Persepsi Kognitif
DS: Nyeri pada abdomen dan rasa tidak nyaman
DO: Terjadi perubahan kesadaran, meringis, cemas.
. ANALISA DATA
DO :
DS:
2. Perubahan
nutrisi
kurang
dari
DO: kebutuhan
tubuh
DS:
DS:
-Keadaan lemah
-Tampak pasien hanya
berbaring di tempat tidur
saja.
-Tampak semua
kebutuhan pasien di
bantu oleh perawat dan
keluarga.
-Tampak pasien
menggunakan alat bantu
seperti infus, pampers,
NGT, chateter urine dan
verban pada luka op.
-Kekuatan otot
- Aktifitas harian
Makan :2
Mandi :2
Pakainan :2
Kerapihan :2
BAB :2
BAK :3
Mobilisasi tempat tidur :
2
Kelemahan fisik
3. Defisit
perawatan
diri
2. Diagnosa Keperawatan a.
Diagnosa keperawatan pre-operasi
1) Konstipasi b/d adanya obstruksi pada usus.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kehilanagan
banyak cairan melalui banyak rute normal.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien.
4) Nyeri b/d distensi abdomen.
5) Ansietas b/d rencana pembedahan.
6) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kesalahan interpetasi informasi.
b. Diagnosa keperawatan post operasi 1)
Kerusakan integritas kulit b/d adanya sfingter stoma.
2) Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat
pembedahan. 3)
Kekurangan volume cairan tubuh b/d gangguan absorbsi
cairan, kehilangan fungsi colon.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi.
1) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif insisi
bedah.
2) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis
kebutuhan belajar b/d salah interpertasi informasi.
7) Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik.
5. Discharge Planning
A. EVALUASI
1. Nyeri akut b/d terputusnya kontuinitas jaringan akibat
tindakan pembedahan.
Hasil: tanda adanya nyeri pada daerah operasi mulai
berkurang diamana skala nyeri 2 dan pasien tampak rileks,
luka operasi tampak kering. Masalah nyeri pasien teratasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang tidak adekuat.
Hasil: pasien belum diperbolehkan makan, kebutuhan
nutrisi diberikan melalui infus.
Jadi kebutuhan nutrisi tubuh belum terpenuhi, karena
kemampuan usus untuk mencerna makanan belum
berfungsi baik ditandai dengan belum terdengarnya bising
usus.
3. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan
operasi.
Hasil: pasien mampu menggosok gigi sendiri dan dibantu
perawat dalam hal mandi.
Jadi perawatan diri pasien terpenuhi tapi masih sebagian,
karena pasien masih merasakan tubuhnya lemah.
DAFTAR PUSTAKA