Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PRE DIABETES MELLITUS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan DM 1

Dosen Pengampu :

Ns. Harmilah,S. Pd. S.Kep, M.Kep, Sp. MB

Disusun Oleh :

1. Hima Yunita P07120218004


2. Purwanti Nurindah Sari P07120218027
3. Pascana Kurnia An-Nafisati P07120218041
4. Agusta Adhie Pradana P07120218048

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan
metabolisme, karbohidrat, protein, dan lemak. Hal ini diakibatkan oleg kurangnya
sensitivitas otot ataupun jaringan terhadap insulin, yang disebut dengan resistensi
insulin atau pun oleh kurangnya hormon insulin atau disebut dengan defisiensi insulin
(Guyton & Hall, 2007). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Syahbudin, 2009). Bahaya diabetes
sangat besar dan dapat memungkinkan penderita menjadi lemah ginjal, buta,
menderita penyakit bagian kaki, dan banyak komplikasi serius, serta menyebabkan
tingkat kematian tinggi. Penderita DM menghadapi bahaya setiap harinya karena
kadar gula darah yang tidak terkontrol. Glukosa darah mengandung kadar yang
berubah-ubah sepanjang hari terutama pada saat makan dan beraktifitas.
Diabetes Mellitus adalah salah satu bagian dari penyakit tidak menular.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula
darah akibat gangguan pada pankreas dan insulin. Empat jenis penyakit tidak menular
utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskulair (Penyakit Jantung Koroner dan
Stroke), Kanker, Penyakit Pernafasan Kronis (Asma Dan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis), dan Diabetes Mellitus (Depkes, 2012).
Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula dalam darah sudah melebihi batas
normal namun belum dikategorikan ke diabetes tipe 2. Meski demikian, penderita
prediabetes bisa mengalami diabetes tipe 2 jika tidak segera mengubah gaya
hidupnya.
Tercatat kenaikan populasi prediabetes dari 11.6% pada tahun 2003 menjadi
35.3% pada tahun 2011. Sebanyak 36.2% orang dewasa di Amerika Serikat dan
50.1% di Cina tergolong ke dalam kelompok prediabetes.[2-5] Tidak jarang pasien-
pasien dengan status prediabetes mendapatkan intervensi nonfarmakologis dan
farmakologis. Hal ini dapat bermanfaat mengurangi angka DM dan komplikasinya,
tetapi juga dinilai dapat menyebabkan overdiagnosis dan overterapi serta membuat
pasien terpapar efek samping obat yang tidak diperlukan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pasien dengan
pre diabetes
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memperoleh gambaran dan mampu menjelaskan tentang :
a. Pengertian pre dm
b. Etiologi pre dm
c. Tanda dan gejala pre dm
d. Patofisologi dan pathway pre dm
e. Penatalaksanaan pre dm
f. Konsep asuhan keperawatan pre dm
g. Asuhan keperawatan pre dm

C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh adalah mahasiswa mampu memahami tentang :
a. Pengertian pre dm
b. Etiologi pre dm
c. Tanda dan gejala pre dm
d. Patofisologi dan pathway pre dm
e. Penatalaksanaan pre dm
f. Konsep asuhan keperawatan pre dm
g. Asuhan keperawatan pre dm
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian pre dm

Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula dalam darah sudah melebihi
batas normal namun belum dikategorikan ke diabetes tipe 2. Meski demikian,
penderita prediabetes bisa mengalami diabetes tipe 2 jika tidak segera
mengubah gaya hidupnya.
Tercatat kenaikan populasi prediabetes dari 11.6% pada tahun 2003
menjadi 35.3% pada tahun 2011. Sebanyak 36.2% orang dewasa di Amerika
Serikat dan 50.1% di Cina tergolong ke dalam kelompok prediabetes.[2-5]
Tidak jarang pasien-pasien dengan status prediabetes mendapatkan intervensi
nonfarmakologis dan farmakologis. Hal ini dapat bermanfaat mengurangi
angka DM dan komplikasinya, tetapi juga dinilai dapat menyebabkan
overdiagnosis dan overterapi serta membuat pasien terpapar efek samping obat
yang tidak diperlukan.

B. Etiologi pre dm

Prediabetes terjadi saat gula (glukosa) mulai menumpuk dalam aliran


darah karena tubuh tidak bisa mengolahnya dengan baik. Glukosa berasal dari
makanan, dan akan masuk ke aliran darah saat makanan dicerna. Agar glukosa
bisa diolah menjadi energi, tubuh membutuhkan bantuan hormon insulin yang
dihasilkan oleh pankreas.

Pada penderita prediabetes, proses tersebut terganggu. Glukosa yang


seharusnya masuk ke sel tubuh untuk diolah menjadi energi, semakin
menumpuk di aliran darah. Hal tersebut terjadi karena pankreas tidak banyak
menghasikan insulin, atau karena resistensi insulin, yaitu ketika sel tubuh tidak
bisa memanfaatkan insulin dengan seharusnya. Jika kondisi ini terus berlanjut,
kadar gula dalam darah akan terus meningkat, sehingga penderita prediabetes
akan terserang diabetes tipe 2.

Faktor risiko pada prediabetes sama seperti faktor risiko pada diabetes tipe 2.
Hal ini karena umumnya penderita diabetes tipe 2 sebelumnya mengalami
kondisi prediabetes. Faktor risiko tersebut, antara lain:
a. Berusia di atas 45 tahun.

b. Terlalu banyak mengonsumsi soda, makanan kemasan, daging merah


dan minuman manis.

c. Merokok.

d. Aktivitas fisik kurang.

e. Hipertensi.

f. Kolesterol tinggi.

g. Berat badan lahir rendah.

h. Obesitas.

i. Menderita diabetes saat kehamilan (diabetes gestasional).

j. Menderita PCOS.

C. Tanda dan gejala pre dm


Prediabetes umumnya tidak menunjukkan gejala tertentu. Meski demikian,
agar dapat lebih waspada, seseorang yang kadar gula dalam darahnya melebihi
batas normal harus mengetahui gejala pada penderita diabetes tipe 2, seperti:
a. Mudah lelah.
b. Penglihatan menjadi kabur.
c. Sering merasa haus dan lapar.
d. Lebih sering buang air kecil.
e. Berat badan menurun.
D. Patofisiologi dan Pathway Pre dm
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRE DIABETES MELLITUS

1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit. (Marilyn E. 2012)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang bisa diambil pada klien dengan
Pre-DM yaitu :
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan glukosa
darah puasa.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
c. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer
(kerusakan integritas kulit).
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
f. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang manajemen diabetes.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan criteria hasil


No Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
1. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
gula darah tindakan asuhan Observasi :
berhubungan dengan keperawatan selama … 1) Identifkasi kemungkinan
resistensi insulin. x24 jam, penyebab hiperglikemia
Luaran : Kestabilan Gula 2) Identifikasi situasi yang
Darah menyebabkan kebutuhan
Ekspetasi : meningkat insulin meningkat (mis.
Kriteria hasil : penyakit kambuhan)
1. Kadar glukosa dalam 3) Monitor kadar glukosa darah,
darah meningkat jika perlu
2. Rasa lelah/lesu 4) Monitor tanda dan gejala
menurun hiperglikemia (mis. poliuri,
3. Rasa haus menurun polidipsia, polifagia,
4. Keluhan lapar kelemahan, malaise,
menurun pandangan kabur, sakit kepala)
5) Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik :
1) Berikan asupan cairan oral
2) Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Edukasi :
1) Anjurkan olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
2) Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
3) Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
4) Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
5) Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan professional
kesehatan)
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
2) Kolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu
3) Kolaborasipemberian kalium,
jika perlu

2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


berhubungan dengan tindakan asuhan Observasi :
ketidakmampuan keperawatan selama … 1) Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi nutrient. x24 jam, 2) Identifikasi alergi dan
Luaran : Status nutrisi intoleransi makanan
Ekspetasi : Membaik 3) Identifikasi kebutuhan kalori
Kriteria Hasil : dan jenis nutrient
1. Berat badan membaik 4) Identifikasi perlunya
2. Indeks massa tubuh penggunaan selang nasogastrik
membaik 5) Monitor asupan makanan
3. Pengetahuan tentang 6) Monitor berat badan
pilihan makanan 7) Monitor hasil pemeriksaan
sehat meningkat laboratorium
4. Verbalisasi keinginan Terapeutik :
untuk meningkatkan 1) Lakukan oral hygiene sebelum
nutrisi meningkat makan, jika perlu
5. Porsi makanan yang 2) Sajikan makanan secara
dihabiskan meningkat menarik dan suhu yang sesuai
3) Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
4) Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
5) Berikan suplemen makanan,
jika perlu
6) Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi :
1) Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan
Observasi :
1) Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
2) Monitor adanya mual dan
muntah
3) Monitor berat badan
Terapeutik :
1) Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan,
jika perlu
2) Sediakan makan yang tepat
sesuai kondisi pasien( mis.
Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblander,
makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau Gastrostomi,
total perenteral nutritition sesui
indikasi)
3) Hidangkan makan secara
menarik
4) Berikan suplemen, jika perlu
5) Berikan pujian pada pasien
atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi :
1) Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
2) Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
3. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
efektif berhubungan tindakan asuhan Observasi :
dengan hiperglikemia keperawatan selama … 1) Periksa sirkulasi perifer (mis.
x24 jam, Nadi perifer, edema, pengisian
Luaran : Perfusi Perifer kapiler, warna, suhu, ankle-
Ekspetasi : Meningkat brachial index)
Kriteria Hasil : 2) Identifikasi factor risiko
1. Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi (mis.
meningkat Diabetes, perokok, orang tua,
2. Sensasi meningkat hipertensi, dan kadar
3. Warna kulit pucat kolesterol tinggi)
menurun 3) Monitor panas, kemerahan,
4. Nyeri ekstremitas nyeri atau bengkak pada
menurun ekstremitas
5. Pengisian kapiler Terapeutik :
membaik 1) Hindari pemasangan infuse
6. Turgor kulit atau pengambilan darah di area
membaik keterbatasan perfusi
2) Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3) Lakukan pencegahan infeksi
4) Lakukan perawatan kaki dan
kuku
5) Lakukan hidrasi
Edukasi :
1) Anjurkan berhenti merokok
2) Anjurkan berolahraga rutin
3) Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
ikan OMEGA 3)
4) Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
5) Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
tinggi secara teratur

Manajemen Sensasi
Observasi :
1) Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
2) Periksa perbedaan benta tajam
atau tumpul
3) Periksa perbedaan sensasi
panas atau dingin
4) Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi dan
tekstur benda
5) Monitor perubahan kulit
Terapeutik :
1) Hindari pemakaian benda-
benda yang berlebihan suhunya
(terlalu panas atau dingin)
Edukasi :
1) Anjurkan penggunaan
thermometer untuk menguji
suhu air
2) Anjurkan penggunaan sarung
tangan termal saat memasak
3) Anjurkan memakai sepatu
lembut dan bertumit rendah
4) Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
5) Kolaborasi pemberian
Kortikosteroid.jika perlu
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
berhubungan dengan tindakan asuhan Observasi :
ketidakadekuatan keperawatan selama … 1) Monitor tanda dan gejala infeki
pertahanan primer x24 jam, local dan sistemik
(kerusakan integritas Luaran : Terapeutik :
kulit) - Tingkat infeksi 1) Batasi jumpah pengunjung
menurun (luaran utama) 2) Cuci tangan sesudah dan
- Kontrol risiko sebelum kontak dengan pasien
meningkat (luaran dan lingkungan pasien
tambahan) 3) Pertahankan teknik aseptic
Kriteria Hasil : pada pasien berisiko tinggi
1. Kemampuan klien Edukasi :
mencari informasi 1) Ajarkan cara cuci tangan
tentang factor risiko dengan benar
meningkat 2) Anjurkan meningkatkan
2. Kemampuan klien asupan nutrisi
mengidentifikasi Manajemen lingkungan
factor risiko Observasi :
meningkat 1) Identifikasi keamanan dan
3. Kemampuan klien kenyamanan lingkungan
melakukan strategi Terapeutik :
kontro risiko 1) Sediakan ruang berjalan yang
meningkat cukup dan aman
4. Kadar sel darah putih 2) Sediakan tempat tidue dan
membaik lingkungan yang bersih dan
5. Kultur area luka aman
membaik Edukasi :
1) Jelaskan cara membuat
lingkungan rumah yang aman
2) Ajarkan pasien dan
keluarga/pengunjung tentang
upaya pencegahan infeksi
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan tindakan asuhan Observasi :
kelemahan. keperawatan selama … 1) Identifkasi gangguan fungsi
x24 jam, tubuh yang mengakibatkan
Luaran : Toleransi kelelahan
aktivitas 2) Monitor kelelahan fisik dan
Ekspetasi : Meningkat emosional
Kriteria hasil : 3) Monitor pola dan jam tidur
1. Keluhan lelah 4) Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
2. Perasaan lemah melakukan aktivitas
menurun Terapeutik
3. Frekuensi nadi 1) Sediakan lingkungan nyaman
meningkat dan rendah stimulus (mis.
4. Saturasi oksigen cahaya, suara, kunjungan)
meningkat 2) Lakukan rentang gerak pasif
5. Frekuensi napas dan/atau aktif
membaik Edukasi :
6. Tekanan darah 1) Anjurkan tirah baring
membaik 2) Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3) Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Terapi Aktivitas
Observasi :
1) Identifikasi deficit tingkat
aktivitas
2) Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
3) Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
4) Monitor respon emosional,
fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik :
1) Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit
yang dialami
2) Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
3) Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan
fisik, psikologis, dan social
4) Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
5) Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
6) Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas
yang dipilih
7) Fasilitasi aktivitas fisik rutin
(mis. ambulansi, mobilisasi,
dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
8) Libatkan kelarga dalam
aktivitas, jika perlu
9) Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan
10) Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
11) Berikan penguatan positfi atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi :
1) Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
2) Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, social, spiritual, dan
kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
3) Anjurkan keluarga untuk
member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi :
1) Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
6. Risiko ketidakstabilan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
kadar gula darah tindakan asuhan Observasi :
berhubungan dengan keperawatan selama … 1) Identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar x24 jam, kemampuan menerima
informasi tentang Luaran : informasi
manajemen diabetes - Kontrol risiko menurun Terapeutik :
mellitus. (luaran tambahan) 1) Sediakan materi dan media
- Tingkat Pengetahuan pendidikan kesehatan terkait
meningkat (luaran penyakit DM
tambahan) 2) Jadwalkan pendidikan
Kriteria hasil : kesehatan sesuai kesepakatan
1. Kemampuan klien 3) Berikan kesempatan untuk
mencari informasi bertanya
tentang factor risiko Edukasi :
meningkat 1) Jelaskan factor risiko penyakit
2. Kemampuan klien DM yang dapat mempengaruhi
mengidentifikasi kesehatan
factor risiko 2) Ajarkan perilaku hidup bersih
meningkat dan sehat
3. Perilaku klien sesuai 3) Ajarkan strategi yang dapat
anjuran meningkat digunakan untuk meningkatkan
4. Verbalisasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat
belajar tentang
Diabetes Mellitus
meningkat
5. Kemampuan klien
menjelaskan
pengetahuan tentang
Diabetes Mellitus
meningkat
6. Persepsi klien yang
keliru terhadap
manajemen Diabetes
Melitus menurun

4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga
dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan
fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi
ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perencanaan dan


Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI

https://www.semanticscholar.org/paper/One-step-from-prediabetes-to-diabetes%3A
hypothalamic-Cai/edd7214e88ef8461185eaa7571f0d0854bf021b0 / diakses pada
tanggal 20 Agustus 2020 pukul 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai