Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

R DENGAN
GANGGUAN KOGNITIF : DIMENSIA
Diajukan guna memenuhi laporan praktik klinik: Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing : Rohanah, S.Pd, M.Kes

Disusun oleh :

Elena Widya K P27906120011


Frengki Eko Wibowo P27906120014
Gita Saski Galatia P27906120015
Halimatus Sa’diah P27906120016
Indah Sundari Siregar P27906120017
Nopiani Dwi Astuti P27906120024
Lisa Oktaviani P27906120019

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami selaku penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Laporan Praktik Klink Keperawatan Gerontik “Asuhan Keperawatan Gerontik
Pada Ny. R Dengan Gangguan Kognitif : Demensia” Yang mana dalam
pelaksanaan pengerjaan serta penyusunan makalah ini didapati dari hasil diskusi,
buku, serta pencarian di internet terkait artikel-artikel yang berhubungan dengan
Praktik Klinik Keperawatan Gerontik. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak terkait:
1. Ibu Ermawati Dalami, S.Kp., M.Kes, Selaku Koordinator Praktik Klinik
Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan
2. Ibu Rohanah, S.Pd, M.Kes, Selaku Dosen Pembimbing dalam Praktik
Klinik Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan.
3. Rekan kelompok yang telah bersama- sama mengerjakan serta menyusun
makalah ini.
Penulis buku dan penulis artikel lepas, dimana tulisannya menjadi sumber
referensi serta bahan penyusunan makalah ini. Penulis berusaha sebaik mungkin
menyusun makalah ini. Namun dalam berbagai sisi tentu banyak kekuragan yang
harus dibenahi. Sekiranya satu dua kalimat dalam bentuk kritik dan saran yang
membangun agar lebih baik lagi ke depannya. Terimakasih.

Tangerang, 15 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
C. Sistematika Penulisan............................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar Menua...............................................................................4
1. Pengertian Menua ........................................................................4
2. Klasifikasi.....................................................................................4
3. Teori Proses Menua......................................................................5
4. Perubahan yang terjadi pada lansia..............................................8
B. Konsep Demensia
1. Pengertian Demensia....................................................................13
2. Penyebab Demensia.....................................................................14
3. Klasifikasi Demensia....................................................................16
4. Patofisiologi..................................................................................19
5. Manifestasi Klinis.........................................................................19
6. Komplikasi...................................................................................20
7. Penatalaksanaan............................................................................20
8. Pemeriksaan Penunjang................................................................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................21
D. Kasus Asuhan Keperawatan ....................................................................33

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................................49
B. Saran.........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA

ii
3
4
[Type text]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan dan pasti
akan terjadi pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit
melainkan proses berangsur-angsur dan berakibat pada perubahan biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Nugroho, 2015). Upaya pemerintah dalam
pembangunan nasional berdampak pada tingginya angka harapan hidup
penduduk. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat
(Suardiman, 2011). Peningkatan jumlah lansia menimbulkan masalah dalam
berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek kesehatan. Pada lansia terjadi
penurunan struktur dan fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan
terhadap berbagai penyakit baik degeneratif maupun infeksi (Darmojo dan
Martono, 2010). Proporsi penyebab kematian pada lansia paling tinggi adalah
stroke (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Demensia adalah sebuah sindrome karna penyakit otak, bersifat kronis
atau progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi
termasuk : memori, berfikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,
kemampuan dan penilaian kesadaran tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif yg biasa di tandai, kadang kadang di dahului
oleh penurunan dalam pengendalian emosi, perilaku social atau motivasasi.
Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer di penyakit serebrovaskuler dan
dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak. (Durand
dan barlow 2006).
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia
seringkali terjadi pada usia lanjut yg telah berumur kurang lebih 60 tahun
demensia tersebut dapat di bagi menjadi 2 bagian yaitu: Demensia senilis dan
Demensia pra senilis sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam bentuk
demensia Alzheimer (4% dialami lansia yg telah berusia 75 tahun, 16% pada

1
[Type text]

usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan 30
juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai sebab.
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi
tetapi bisa saja bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan
emosi atau perubahan kepribadian lainya. Terjadi perubahan ringan dalam
pola berbicara, penderita menggunakan kata kata yg lebih sederhana
menggunakan kata kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata
kata tepat, ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan
kesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak
dapat menjalankan fungsi social.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gerontik pada
lansia dengan gangguan kognitif : Demensia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep menua dan demensia
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan gerontik pada lansia
dengan gangguan kognitif : demensia
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan
gangguan kognitif : demensia

C. Metode Penulisan
Data dan informasi yang mendukung penulisan makalah dikumpulkan
dengan melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang
relevan, dan pencarian.

D. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran penulisan makalah ini, maka penulis
memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

2
[Type text]

BAB II Tinjauan Pustaka


BAB III Penutup

BAB II

3
[Type text]

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Proses Menua


1. Pengertian

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan


manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di
mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah


melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-
gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho,
2008).

2. Klasifikasi
a. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
berikut:
1) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada 4 tahapan yaitu :
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (eldery) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d) Usia sangat usia tua (very old) usia >90 tahun
2) Menurut Burnside dalam Buku Keperawatan Gerontik & Geriatrik
Edisi 3, 2008 :
a) Young old (Usia 60-69 tahun)
b) Middle age old (Usia 70-79 tahun)
c) Old-old (Usia 80-89 tahun)
d) Very old-old (Usia 90 tahun ke atas)

4
[Type text]

3) Menurut Bee dalam Buku Kperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi


3, 2008 :
a) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
b) Masa dewasa awal (usia 70-79 tahun)
c) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)
d) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)
e) Masa dewasa sangat lanjut usia (usia >75 tahun)
b. Berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia :
1) Pralansia Seseorang yang berusiaantara 45-59 tahun.
2) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
4) Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
5) Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung dengan orang lain (Depkes RI,
2003).

3. Teori Proses Menua

Proses menua bersifat individual : Dimana proses menua pada


setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, setiap lanjut usia
mempunyai kebiasaan atau style yang berbeda, dan tidak ada satu faktor
pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. Teori-teori itu dapat
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu :

a. Teori Biologis

Menurut Hay ick dalam Buku Keperawatan Gerontik, 2013


secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam ini sel

5
[Type text]

dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi


mitosis.

1) Teori cross-linkage (rantai silang)


Kolagen merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
moleculer, lam kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak
elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel sel yang sudah tua
dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat
2) Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan
kerusakan dan kemunduran secara fisik.
3) Teori genetic
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic untuk
spesies spesies terrtentu. Menua bisa terjadi perubahan biokimia
yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA dan seiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
4) Teori immunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.System imun menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas.
5) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.
6) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai)
b. Teori psikososial

6
[Type text]

1) Teori integritas ego


Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus
dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Hasil akhir yang dicapai
dari penyelesaian integrias ego dan keputusan adalah kebebasan.
2) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan
tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua
bisa jadi mengindikasikan penyakit otak.
3) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta
dalam kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
c) Ukuran optimum (polahidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara system social dan invidu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai usia lanjut usia.
4) Teori kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Identitas pada lansia yang sudah mantap memudahkan
dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri
dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan
interpersonal. Pada teori ini terjadi pada seseorang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
5) Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)
Pokok-pokok dalam disengagement theory

7
[Type text]

a) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa


pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam
keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa
dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
b) Menurut (Nugroho, 2008) menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai
melepaskan diri dari kehidupan social nyata untuk menarik
diri dari pergaulan sekitarnya.
c) Ada tiga aspek utama dalam teori ini :

- Kehilangan peran (loss of role)

- Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and


relationships).

- Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social


mores and values)

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


a. Perubahan Fisik dan Fungsi :

1) Sel : Jumlah sel menurun/lebih sedikit, ukuran sel lebih besar,


jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, Proporsi
protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menurun, jumlah sel
otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu.
2) Sel persarafan : Menurun hubungan persarafan, beratotak menurun
10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya),
respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress, saraf panca indra mengecil, penglihatan berkurang,
pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil,
lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan rendahnya

8
[Type text]

pertahanan terhadap dingin, kurang sensitive terhadap sentuhan,


deficit memori.
3) Sistem pendengaran : membrane timpani atrofi sehingga terjadi
gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan.
4) Sistem penglihatan : Lapang pandang menurun, luas pandangan
berkurang, adaptasi terhadap gelap menurun, dan katarak.
5) Sistem kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan menjadi kaku,
elastisitas dinding aorta menurun, kemampuan jantung untuk
memompa darah menurun, curah jantung menurun (isi semenit
jantung menurun), serta meningkatnya resitensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh : Temperature tubuh menurun
(hipotermia) dapat mengakibatkan metabolisme yang menurun,
merasa kedinginan, pucat dan gelisah.
7) Sistem pernafasan : Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat
atrofi, kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku, aktivitas silia
menurun, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik napas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dalam kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli
melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang,
berkurangnya elastisitas bronkus.
8) Sistem pencernaan : Kehilangan gigi, indra pengecapan menurun,
adanya iritasi selaput lendir yang kronis, esophagus melebar, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun, peristaltic lemah dan biasanya
timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah.
9) Sistem reproduksi: Perubahan system reproduksi lansia ditandai
dengan menciutnya ovari dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

9
[Type text]

adanya penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan untuk


melakukan seksual menteap sampai usia diatas 70 tahun (asal
kondisi masih baik), yaitu dengan kehidupan seksual dapat
diupayakan sampai masa lanjut usia. Pada wanita selaput lendir
vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, dan reaksi sifatnya menjadi alkali.

b. Perubahan social

1) Peran : Post power syndrome, single women, dan single parent.


2) Keluarga (emptiness) : Kesendirian, kehampaan.
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan
kapan akan meninggal.berada di rumah terus-menerus akan cepat
pikun (tidak berkembang).

4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal


(dicubit, tidak diberi makan).

5) Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan asset dan


kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

6) Pensiun : Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun).


Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.

7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok


bagi lansia.

8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.


9) Keamaaan : Jatuh, terpeleset.
10) Transportasi : Kebutuhan akan system transportasi yang
cocok bagi lamsia

11) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan


memberikan, masukan dalam system politik yang berlaku.

10
[Type text]

12) Pendidikan : Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan


kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

13) Agama : Melaksanakan ibadah.

14) Panti Jompo : Merasa dibuang/diasingkan.

c. Perubahan Psikologis Dalam psikologi perkembangan, lanisa dan


prubahan yang dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh
hal-hal berikut :

1) Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia


a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus
bergantung pada orang lain.

b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup untuk


beralasan untu melakukan berbagai perubahan besar dalam
pola hidupnya.

c) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan


status ekonomi dan kondisi fisik.

d) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang


telah yang telah meninggal atau pergi jauh/ cacat.

e) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang


yang semakin bertambah.

f) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai


orang dewasa.

g) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus


direncanakan untuk orang dewasa

h) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk


lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama
yang berat dengan yang lebih cocok.

11
[Type text]

i) Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para penjual obat,


buaya darat, dan kriminalitas karena mereka tidak sanggup lagi
untuk mempertahankan diri.

2) Perubahan umum fungsi panca indra pada lansia


a) Sistem penglihatan : lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot
penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya
akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang, penggunaan
kacamata dan penerangan yang baik dapat digunakan.

b) Sistem pendengaran : orang usia lanjut kehilangan


kemampuan mendengar pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas 60
tahun.

c) Sistem perasa : perubahan penting dalam alat perasa pada usia


lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan
tunas terasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian
dalam pipi.

d) Sistem penciuman : daya penciuman menjadi kurang tajam


sejalan dengan bertambahnya usia, sebagian karena
pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan sebagian lagi
karena semakin lebatnya bulu di dalam hidung.

e) Sistem integument : pada lansia kulit mengalami atrofi,


kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbecak, maka
indra peraba di kulit semakin peka.

3) Perubahan umum kemampuan motorik pada lansia

12
[Type text]

a) Kekuatan motorik : penurunan kekuatan yang paling nyata


adalah pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-
otot yang menopang tegaknya tubuh.

b) Kecepatan motorik : penurunan kecepatan dalam bergerak bagi


lansia dapat dilihat dari tes terhadap tes terhadap waktu, reaksi,
dan keterampilan dalam bergerak tampak sangat menurun
setelah usia 60 tahunan.

c) Belajar keterampilan baru : bahkan pada waktu orang berusia


lanjut percaya bahwa belajar keterampilan baru akan
menguntungkan pribadi mereka, mereka lebih lambat dalam
belajar dibandingkan orang yang lebih muda dan hasil
akhirnya cenderung kurang memuaskan.

d) Kekuatan motorik : lansia cenderung menjadi canggung dan


kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan
dipegangnya tertumpuh dan terjatuh.

4) Perubahan kognitif
a) Memory (Daya Ingat, Ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu
fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami
penurunan. Ingatan jangka panjang (Long term memory)
kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka
pendek (short term memory) atau seketika 0-10 menit
memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan
kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik
perhatiannya dan informasi baru.

b) IQ (Intellegent Quocient)

13
[Type text]

Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi


matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan verbal.
Tetapipenampilan persepsi dan keterampilan psikomotor
menurun. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan factor waktu.

c) Perubahan spiritual
- Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam
kehidupan.

- Lanjut usia semakin dapat dilihat dalam berfikir dan


bertindak sehari-hari.

- Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurun


menurut Folwer, universal, perkembangan yang dicapai
pada tingkat ini adalah berfikir dengan cara member
contoh cara mencintai dan keadilan (Nugroho, 2008).

B. Konsep Demensia
1. Pengertian Demensia

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian


beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas
sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan
hilangnya fungsi intelektual, kemunduran memori (pelupa) serta daya
pikir lain. Demensia berkaitan erat dengan usia lanjut (Nugroho, 2012).
Grayson (2004) dalam Aspiani (2014) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu. Kumpulan gejalanya
ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood, serta perubahan
tingkah laku.

14
[Type text]

2. Penyebab Demensia
Menurut Aspiani (2014) penyebab demensia dibedakan menjadi dua :
a. Penyebab demensia yang reversible
1) Drugs (obat)

Misalnya obat sedative, obat penenang, obat anti


konvulsan, obat anti hipertensi, obat anti aritmia. Menurut Sharon
semua obat memiliki efek samping yang potensial misalnya
depresi, disorientasi, dan demensia, termasuk obat yang kita kira
tidak berbahaya seperti penghilang rasa sakit, obat batuk dan obat
pencahar. Sirkulasi darah yang buruk, metabolisme umum yang
menurun, sembelit dan penurunan fungsi detoksifikasi
(menetralisirkan racun) hati dapat menjadi penyebab keracunan
obat pada segala usia.

2) Emotional (emosional)
Gangguan emosional misalnya depresi. UNHAS, (2016)
menyatakan riwayat pasien yang mendukung demensia adalah
kerusakan bertahap seperti tangga (stepwise) misalnya depresi
yang menyebabkan kehilangan memori dan kesukaran membuat
keputusan diikuti oleh periode yang stabil dan kemudian akan
menurun lagi. Awitan dapat perlahan atau mendadak.
3) Metabolic dan endokrin

Misalnya adalah diabetes melitus, hipoglikemia, gangguan


tiroid, gangguan elektrolit. Menurut (Robert,R. 2008) dalam
Waluyan (2016) keadaan hiperglikemi dan resistensi insulin dapat
mengakibatkan komplikasi kronis pada penderita dengan
pengobatan jangka panjang yaitu komplikasi makrovaskular,
mikrovaskular dan komplikasi neuropati. Komplikasi diabetes
mellitus tipe 2 menyebabkan terjadinya perubahan dan gangguan di
berbagai sistem, termasuk sistem saraf pusat, dan hal ini
berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif.

15
[Type text]

4) Eye and ear


Disfungsi mata dan telinga.
5) Nutritional

Kekurangan vitamin B6 (pellagra), vit B1 (sindrom


wernicke), vitamin B12 (anemia pernisiosa), asam folat dan asam
lemak omega-3. Asam lemak omega-3 merupakan komponen
penting dari membran sel dari semua sel di dalam tubuh.
Kekurangan asam lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko
penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia atau demensia.
Para ilmuan percaya bahwa asam lemak omega-3 DHA adalah
perlindungan terhadap penyakit demensia (Sumbono, 2016)

6) Tumor dan trauma

Tumor otak terutama tumor metastatik (dari payudara dan


paru) dan meningioma akan mengganggu keseimbangan antara
neurotransmitter di otak (Tomb, 2004).

7) Infeksi

Ensefalitis oleh virus misalnya herpes simplek, bakteri


misalnya pneumococcus, TBC, parasit, fungus, abses otak,
neurosifilis. Menurut Almeida (2005) dalam Harahap (2015)
penyebab demensia terkait infeksi adalah semua agen penyebab
infeksi pada SSP dapat secara tunggal atau bersama-sama
menyebabkan terjadinya infeksi dengan memanfaatkan faktor
virulensi yang dimilikinya. Dengan faktor virulensi tersebut, agen
infeksi mampu menginduksi respon inflamasi di otak dengan
akibat terjadinya proses neurodegenerasi, suatu proses yang
mengakibatkan terjadinya demensia.

8) Arterosklerosis

16
[Type text]

Komplikasi penyakit arterosklerosis adalah infark miokard


dan gagal jantung. Menurut Sharon jantung dan paru-paru
berhubungan dengan berat ringannya kekurangan oksigen di otak.
Kekurangan oksigen ini pada gilirannya dapat menyebabkan
episode akut kebingungan dan dapat menyebabkan demensia
kronis.

b. Penyebab demensia yang non reversible


1) Penyakit degeneratif
Misalnya penyakit alzheimer, penyakit huntington, kelumpuhan
supranuklear progresif, penyakit parkinson.
2) Penyakit vaskuler
Misalnya penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi-
infark), embolisme serebral, arteritis, anoksia sekunder akibat
henti jantung, gagal jantung.
3) Demensia traumatik
Misalnya perlukaan kranio-serebral, demensia pugi-listika.
4) Infeksi
Misalnya sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS), infeksi
opportunistik, demensia pasca ensefalitis.

3. Klasifikasi Demensia
Demensia dibagi menjadi 3 tipe (Lumbantobing, 2008)
a. Demensia kortikal dan sub-kortikal
1) Demensia korkikal Yaitu demensia yang muncul dari kelainan
yang terjadi pada korteks serebri substansia grisca yang berperan
penting terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal
adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit Vaskular, Sindroma
Korsakoff, Penyakit Pick.

17
[Type text]

2) Demensia sub-kortikal Yaitu demensia yang termasuk non-


Alzheimer, muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks serebri
substansia alba. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
demensia subkortikal adalah penyakit Huntington, hipotiroid,
Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, hiperkalsemia,
hipoglikemia, AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dan lain-lain.
b. Demensia reversible dan non-reversible
1) Demensia reversible Yaitu demensia dengan factor penyebab yang
dapat diobati. Yang termasuk factor penyebab yang dapat bersigat
reversible adalah keadaan/penyakit yang muncul dari proses
inflamasi atau dari proses keracunan, gangguan metabolik, dan
nutrisi.
2) Demensia non-reversible Yaitu demensia dengan faktor penyebab
yang tidak dapat diobati dan bersifat kronik progresif.
3) Demensia pre-senilis dan senilis
a. Demensia pre-senilis merupakan terjadi pada golongan umur
lebih muda yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh
berbagai kondisi medis yang mempengaruhi jaringan fungsi
otak dan anoksia.
b. Demensia senilis Merupakan demensia yang muncul setelah
umur 65 tahun terjadi akibat perubahan dan denegerasi
jaringan otak yang diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi
mental.
c. Demensia Alzheimer Adalah penyakit degeneratif otak
progresif yang mengakibatkan sel otak menjadi mati dan
menurunnya daya ingat kemampuan berfikir, dan perilaku
perubahan. Penderita Alzheimer mengalami gangguan
memori, kemampuan dalam mebuat keputusan, dan juga
penurunan proses berfikir. Ada sekitar 50-60% penderita yang
mengalami demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer.

18
[Type text]

Gejala klasik dalam penyakit Demensia Alzheimer adalah


kehilngan proses daya ingat yang terjadi secara bertahap
termasuk : Kesulitan dalam menemukan atau menyebutkan
kata yang tepat, tidak mampu mengenal objek, suasana hati
dan kepribadian dapat berubah.
Adapun Stadium Demensia Alzheimer
1) Stadium Awal (stadium amnesia-berlangsung 2-4 tahun)
a) Kesulitan dalam berbahasa
b) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
c) Disoreintasi waktu dan tempat
d) Kesulitan membuat keputusan
e) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas
2) Stadium menengah (stadium bingung-berlangsung 2-10
tahun)
Klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari gejala sebagai berikut :
a) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang
baru dan nama orang
b) Tidak dapat menelola kehidupan sendiri tanpa timbul
masalah
c) Sangat bergantung pada orang lain
d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri
e) Terjadi perubahan perilaku
f) Adanya gangguan kepribadian
g) Dapat menunjukan halusinasi
d. Demensia Vascular Adalah demensia yang disebabkan oleh
disfungsi otak yang diakibatkan oleh penyakit serebrovaskuler
(stroke) sering identik dengan demensia multi-infrak, karena
sebagian terbesar penyakit serebrovaskuler atau stroke.

19
[Type text]

Penyebab kedua paling sering Demensia pada lansia, setelah


penyakit Alzheimer, Stroke juga dapat mengakibatkan
berbagai lesi diotak, infark dapat terjadi di kortikal atau
subkortikal, dapat tunggal atau multipel, dapat kecil sedang
atau besar. (Nugroho, 2008)

4. Patofisiologi

20
[Type text]

5. Manifestasi klinis
Menurut John (1994) dalam Aspiani (2014) bahwa lansia yang
mengalami demensia juga akan mengalami keadaan yang sama seperti
orang depresi yaitu akan mengalami defisit aktivitas kehidupan sehari-
hari (AKS), gejala yang sering menyertai demensia adalah :
a. Gejala awal Kinerja mental menurun; fatique; mudah lupa; gagal
dalam tugas.
b. Gejala lanjut Gangguan kognitif; gangguan afektif; gangguan
perilaku.
c. Gejala umum Mudah lupa; ADL terganggu; disorientasi; cepat marah;
kurang konsentrasi; resiko jatuh.

6. Komplikasi
Demensia yang semakin memburuk seiring waktu dapat menimbulkan
komplikasi, di antaranya adalah:
a. Kekurangan nutrisi. Kondisi terjadi karena pasien lupa untuk makan
dengan baik, atau mungkin tidak bisa menelan dan mengunyah.
b. Pneumonia (radang paru-paru). Kesulitan menelan meningkatkan
risiko tersedak atau menyedot makanan ke dalam paru-paru, yang
dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
c. Tidak bisa merawat diri. Ketidakmampuan untuk melakukan
perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi,
menggunakan toilet sendiri, dan minum obat secara akurat.
d. Kematian. Demensia stadium akhir menyebabkan koma dan kematian,
seringkali karena infeksi.

7. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi untuk pasien Demensia : Anti-oksidan : vitamin
E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur, margarin, kacang-
kacangan, minyak sayur, biasa menurunkan resiko demenisa

21
[Type text]

alzheimer. Vitamin C dapat mengurani radikal bebas (mis. Sayuran,


stroberi, melon, tomat, brokoli).
b. Terapi non-farmakologi meliputi :
1) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga.
2) Program harian untuk pasien.
3) Istirahat yang cukup.
4) Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas.
5) Validasi/rehabilitasi/reminiscence.
6) Terapi music.
7) Terapi rekreasi. (Nugroho, 2008).

8. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan atau MRI
Merupakan suatu loncatan dalam kemajuan menegakkan diagnosis
etiologi Demensia. Neoplasma, besar dan kecil, tunggal atau multiple,
primer atau metastik dengan mudah dapat dideteksi dengan CT-Scan
atau MRI. Demikian juga halnya dengan hematoma subdural,
hidrosefalus. Infark diotak, tunggal atau multiple, letaknya kortikal
atau subkortikal, dengan mudah dapat diketahu, dan dapat membantu
menegakkan diagnosis Demensia vaskuler.
b. EEG
Bila gambaran EEG-nya teratur dan normal, maka kemungkinan
gangguan kortikal lebih sedikit.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian pada kelompok lansia di panti atau di masyarakat dilakukan
dengan melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh
masyarakat, dan petugas kesehatan (Maryam, 2008). Menurut Aspiani,
(2014) pengkajian pada asuhan keperawatan lansia demensia meliputi :

22
[Type text]

a. Identitas klien Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan
demensia adalah usia (tempat/ tanggal lahir) karena banyak klien
lansia yang mengalami demensia. Identitas lainnya yang perlu
ditanyakan adalah nama lengkap, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, diagnosis medis (bila ada),
alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial demensia adalah klien kehilangan ingatan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat
ini mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai dilakukan
pengkajian.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah
psikososial sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami
gangguan psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya
penyakit genetik yang mempengaruhi psikososial.
f. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan


auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi system tubuh
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head
to toe (dari ujung kepala sampai ke ujung kaki) dan system tubuh
3) Pengkajian dasar
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat
mendasar pada psoses menua yang meliputi seluruh organ tubuh,
dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan pertimbangan
khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua system,
status gizi, dan aspek psikososialnya.

23
[Type text]

a) Temperature/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC

24
[Type text]

b. Lebih teliti diperiksa di sublingual


b) Denyut nadi
a. Kecepatan, irama, volume
b. Apical, radial, pedal
c) Respirasi (pernapasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman
b. Pernapasan tidak teratur
d) Tekanan darah
a. Saat berbaring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat posisi tubuh
e) Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir
f) Tingkat orientasi
g) Memori (ingatan)
h) Pola tidur
i) Penyesuaian psikososial
System persarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
a. Jangan diuji didepan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran

25
[Type text]

a. Apakah menggunakan alat bantu dengar


b. Tinnitus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri

System Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema

System Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Asupan diet
3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
4. Mengunyah, menelan
5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi

System Genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)
2. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat
menahan untuk buang air)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Dysuria

26
[Type text]

6. Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas
seksual
Sistem Kulit
1. Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan

27
[Type text]

3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis

g. Pola fungsi kesehatan


Yang perlu dikaji adalah aktivtias apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia.
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Klien mengalami
gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam memelihara
dan menangani masalah kesehatan.
2) Pola nutrisi Klien dapat mengalami makan berlebih/ kurang
karena kadang lupa apakah sudah makan atau belum.
3) Pola eliminasi
Tidak ada masalah terkait pola eliminasi
4) Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami insomnia
5) Pola aktivitas dan istirahat
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
karena penurunan minat.
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
7) Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam
melaksanakan tugas, cepat marah, disorientasi.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan persepsi,
tidak mengalami gangguan konsep diri.
9) Pola seksual dan reproduksi

28
[Type text]

Klien mengalami penurunan minat.


10) Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialaminya
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
2. Diagnosis keperawatan
Sesuai dengan standar diagnosa keperawatan Indonesia oleh PPNI (2016)
masalah keperawatan pada klien demensia adalah sebagai berikut:
a. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan demensia; disfungsi
sistem keluarga
b. Gangguan memori b.d proses penuaan, efek agen farmakologis,
ketidakadekuatan stimulasi intelektual ditandai dengan melaporkan
pernah mengalami pengalaman lupa, tidak mampu mempelajari
ketrampilan baru, tidak mempu mengingat informasi faktual, tidak
mampu mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan, tidak
mampu mengingat peristiwa, tidak mampu melakukan kemampuan
yang dipelajari sebelumnya, merasa mudah lupa
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan demensia,
hambatan kognitif, keterampilan motorik halus/ kasar
d. Defisit perawatan diri b.d demensia, kelemahan, gangguan psikologis/
psikotik, penurunan motivasi atau minat ditandai dengan tidak mampu
mandi atau mengenakan pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias secara
mandiri, minat melakukan perawatan diri berkurang.
e. Risiko jatuh b.d usia ≥ 65 tahun pada dewasa dan ≤2 tahun pada anak,
riwayat jatuh, perubahan fungsi kognitif, demensia.

29
[Type text]

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. (D.0062) (L.09081) “Orientasi (I.06188)
Gangguan Kognitif” “Latihan Memori”
memori b.d
Setelah dilakukan  Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi masalah
proses penuaan, diharapkan kemampuan memori yang dialami
mengidentifikasi orang, 2. Identifikasi kesalahan
efek agen
tempat, dan waktu secara terhadap orientasi
farmakologis, akurat dengan Kriteria 3. Monitor perilaku dan
hasil : perubahan memori
ketidakadekuatan
a. Identifikasi diri secara terapi
stimulasi sendiri (5,
meningkat)  Terapeutik
intelektual
b. Identifikasi orang 1. Rencanakan metode
ditandai dengan terdekat (5, mengajar sesuai
meningkat) kemampuan pasien
melaporkan
c. Identifikasi tempat 2. Stimulasi memori
pernah saat ini (5, dengan mengulang
meningkat) pikiran yang terakhir
mengalami
d. Identifikasi hari (5, kali diucapkan, jika
pengalaman lupa, meningkat) perlu
e. Identifikasi bulan 3. Koreksi kesalahan
tidak mampu
(5, meningkat) orientasi
mempelajari f. Identifikasi tahun 4. Fasilitasi mengingat
(5, meningkat) kembali pengalaman
ketrampilan baru,
g. Identifikasi masa lalu, jika perlu
tidak mempu peristiwa penting 5. Fasilitasi tugas
(5, meningkat) pembelajaran (mis.
mengingat
Mengingat informasi
informasi faktual, verbal dan gambar)
tidak mampu 6. Fasilitasi kemampuan
kosentrasi (mis.
mengingat Bermain kartu
perilaku tertentu pasangan), jika perlu
7. Stimulasi
yang pernah menggunakan memori
dilakukan, tidak pada peristiwa yang
baru terjadi (mis.
mampu Bertanya ke mana saja
mengingat ia pergi akhir-akhir
ini), jika perlu
peristiwa, tidak

30
[Type text]

mampu  Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
melakukan
prosedur latihan
kemampuan yang 2. Ajarkan teknik
memori yang tepat
dipelajari
(mis. Imajinasi visual,
sebelumnya, perangkat mnemonik,
permainan memori,
merasa mudah
isyarat memori, teknik
lupa asosiasi, membuat
daftar, komputer,
papan nama)
 Kolaborasi
1. Rujuk pada terapi
okupasi, jika perlu

(I.09297)
“Orientasi Realita”
 Observasi
1. Monitor perubahan
orientasi
2. Monitor perubahan
kognitif dan perilaku

 Terapeutik
1. Perkenalkan nama saat
memulai interaksi
2. Orientasikan orang,
tempat, dan waktu
3. Hadirkan realita (mis.
Beri penjelasan
alternatif, hindari
perdebatan)
4. Sediakan lingkungan
dan rutinitas secara
konsisten
5. Atur stimulus sensorik
dan lingkungan (mis.
Kunjungan,
pemandangan suara,
pencahayaan, bau dan
sentuhan)
6. Gunakan simbol dalam
mengorientasikan
lingkungan (mis.
Tanda, gambar, warna)

31
[Type text]

7. Libatkan dalam terapi


kelompok orientasi
8. Berikan waktu
istirahat tidur yang
cukup, sesuai
kebutuhan
9. Fasilitasi akses
informasi (mis.
Televisi, surat kabar,
radio), jika perlu

 Edukasi
1. Anjurkan perawatan
diri secara mandiri
2. Anjurkan penggunaan
alat bantu (mis.
Kacamata, alat bantu
dengar, gigi palsu
3. Ajarkan keluarga
dalam perawatan
orientasi realita
2. ( D.0109 ) L.11103 Dukungan perawatan diri :
Defisit perawatan Setelah dilakukan mandi
tindakan keperawatan Observasi
diri b.d demensia,
diharapkan kemampuan i. Identifikasi usia dan
kelemahan, perawatan diri meningkat budayadalam
dengan Kriteria hasil : membantu kepersihan
gangguan
1. Perawatan diri : diri
psikologis/ aktivitas kehidupan ii. Identifikasi jenis
seharihari (ADL) bantuanyang
psikotik,
mampu untuk dibutuhkan
penurunan melakukan aktivitas iii. Monitor
perawatan fisik kebersihantubuh
motivasi atau
secara mandiri atau iv. Monitor integritaskulit
minat ditandai dengan alat bantu
2. Perawatan diri Terapeutik
dengan tidak
mandi: mampu untuk 1. Sediakan
mampu mandi membersihkan diri peralatanmandi
secara mandiri 2. Sediakan lingkungan
atau mengenakan
dengan atau tanpa yang amandan nyaman
pakaian/ makan/ alat bantu 3. Fasilitasi mandi
3. Membersihkan dan sesuaikebutuhan
ke toilet/ berhias
mengeringkan tubuh 4. Pertahankan kebiasaan
secara mandiri, kebersihandiri
5. Berikan bantuan
minat melakukan
sesuaitingkat

32
[Type text]

perawatan diri kemandirian


berkurang.
Edukasi
1. Jelaskan manfaat
mandi dandampak
tidak mandi
terhadapkesehatan
2. Ajarkan kepada
keluargacaramemandik
an pasien (jika perlu)
3. D.0117 Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
tindakan keperawatan Observasi:
Pemeliharaan
diharapkan pemeliharaan 1. Identifikasi kesiapan dan
kesehatan tidak kesehatan meningkat kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : informasi
efektif
1. Menunjukkan 2. Identifikasi faktor-faktor
berhubungan perilaku adaptif yang dapat meningkatan
meningkat (5) dan menurunkan
dengan demensia,
2. Menunjukkan
motivasi perilaku hidup
hambatan pemahaman
bersih dan sehat
perilaku sehat
kognitif, Terapeutik
Meningkat (5)
keterampilan 3. Kemampuan 1. Sediakan materi dan
menjalankan media pendidikan
motorik halus/ kesehatan
perilaku sehat
kasar meningkat (5) 2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi:
1. Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

33
[Type text]

4. Implementasi keperawatan

Menurut Kholifah (2016) tindakan keperawatan gerontik adalah


realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya
bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada lansia, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari
lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan
keperawatan diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu
mandiri dan produktif.

5. Evaluasi keperawatan

Kholifah (2016) menjelaskan bahwa evaluasi keperawatan gerontik


adalah penilaian keberhasilan rencana dan pelaksanaan keperawatan
gerontik untuk memenuhi kebutuhan lansia. Beberapa kegiatan yang harus
dilakukan oleh perawat dalam evaluasi keperawatan antara lain:

a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
c. Mengukur pencapaian tujuan,
d. Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan,
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila
perlu

34
[Type text]

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. R DENGAN


GANGGUAN KOGNITIF : DEMENSIA

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama Lengkap : Ny. R
Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen, 12 Juli 1933
Jenis Kelamin : perempuan
Status Perkawinan : Janda
Pendidikan Terakhir : tamat SD
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Golongan Darah : O+
Diagnosa Medis (bila ada) : -
TB/BB : 147 cm / 45 kg
Alamat : Asrama Polisi Kemayoran RT/RW 01/09
No.Telepon : 021847XXX

2. Keluarga atau Orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi


Nama : Ny. E
Alamat : Asrama Polisi Kemayoran RT/RW 01/09
Hubungan dengan klien: Anak kandung
No. Telepon : 08797XXX

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


Pekerjaan Saat ini : Tidak bekerja

35
[Type text]

Pekerjaan Sebelumnya : Ibu Rumah Tangga


Sumber Pendapatan : Dana Pensiunan dan uang hasil sewa kontrakan
Kecukupan pendapatan : Pendapatan cukup dari dana pensiunan dan uang
hasil kontrakan

4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Pada saaat didesa klien memiliki hobi berkebun dan menggembala
kambing dan sapi, tetapi semenjak pindah ke Jakarta klien hanya bisa
melakukan hobi berkebun saja.
Berpergian/Wisata : klien hanya berpergian ke rumah saudara dan
anaknya.
Keanggotaan Organisasi : klien pernah menjadi anggota ibu bhayangkari.

5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung : Klien memiliki 8 saudara kandung namun 3
saudaranya sudah meninggal.
b. Riwayat Kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang meninggal dalam 1
tahun terakhir.
c. Kunjungan Keluarga : Anak dan cucunya akan berkunjung sebulan
sekali atau tiga bulan sekali
d. Genogram

36
[Type text]

B. Pemahaman dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan


Klien hanya merasa sudah tua dan sering kesulitan untuk mengingat. Klien
tidak memahami kondisinya saat ini, klien juga tidak pernah mengkonsumsi
obat – obatan. Keluarga klien selalu mendorong klien untuk melakukan cek
rutin.

C. Pola Kebiasaan Sehari – Hari


1. Nutrisi
Frekuensi Makan : 6x sehari
Nafsu Makan : klien tidak nafsu makan hanya menghabiskan 5 sendok.
Jenis Makanan : nasi, lauk pauk, sayur
Kebiasaan Sebelum Makan : tidak ada kebiasaan sebelum makan
Makanan yang tidak disukai : tidak ada makanan yang tidak disukai
Alergi Terhadap Makanan : udang dan ikan
Pantangan Makanan : tidak ada pantangan makan
Keluarga yang berhubungan dengan makan : anak yang memasak

37
[Type text]

2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan Waktu : ± 6x sehari
Keluhan BAK pada malam hari : Tidak ada keluhan
Keluhan : Tidak ada kesulitan buang air kecil hanya tidak bisa
menahan pipis
b. BAB Frekuensi dan Waktu : 2x sehari
Konsistensi : Lunak dan padat
Keluhan : tidak ada keluhan BAB
Pengalaman memakai : klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
obat pencahar.

3. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi dan Waktu mandi : 2x sehari, waktu mandi pagi dan sore
Pemakaian Sabun : klien mengatakan mandi menggunakan sabun
b. Oral Hygiene
Frekuensi dan Waktu Gosok Gigi : Frekuensi 2 x sehari pada pagi dan
sore
Menggunakan Pasta Gigi : untuk membersihkan mulut klien hanya
kumur dengan obat kumur karena giginya sisa 2.
c. Cuci Rambut
Frekuensi : setiap hari
Penggunaan Shampo : klien cuci rambut menggunakan sampo
d. Kuku dan Tangan
Frekuensi Gunting Kuku : seminggu sekali
Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun : Mencuci Tangan
Menggunakan Sabun.

4. Istirahat dan Tidur


Lama Tidur Malam : ±4-5 jam

38
[Type text]

Tidur Siang : ±2 jam


Keluhan yang berhubungan dengan tidur : tidak ada

5. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang


Olahraga : klien mengatakan tidak pernah melakukan olahraga
Nonton TV : Klien senang menonton berita
Berkebun/Memasak : klien senang berkebun seperti menanam cabe,
pohon kunyit, dll
Lain – Lain : klien mengatakan suka merapikan rumah.

6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan


Merokok (Ya/Tidak) : tidak
Minuman Keras (Ya/Tidak) : tidak
Ketergantungan Terhadap Obat (Ya/Tidak) : tidak

7. Uraian Kronologis Kegiatan Sehari – Hari


Jenis Kegiatan : Lama Waktu untuk Setiap Kegiatan
a. Mandi : ± 10 menit
b. Merapikan rumah : ± 30 menit
c. Sarapan pagi : ± 10 menit
d. Menyiram tanaman : ±15 menit
e. Makan siang : ± 10 menit
f. Tidur siang : ± 2 jam
g. Mandi : ± 10 menit
h. Merapikan rumah : ± 30 menit
i. Makan malam : ± 10 menit
D. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat ini
Keluhan Utama Dalam 1 tahun terakhir :
Gejala yang dirasakan : klien mengatakan sekarang sering lupa, tekanan
darahnya tinggi dan penglihatan tampak berkabut

39
[Type text]

Faktor Pencetus : klien mengatakan karena sudah tua


Timbulnya Keluhan : Bertahap
Waktu Timbulnya Keluhan : klien tidak ingat waktu timbulnya keluhan
Upaya Mengatasi : klien dibawa ke rumah sakit untuk dicek kesehatannya

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Penyakit yang Pernah diderita : klien mengatakan pernah mengalami
BAB darah
Riwayat Alergi (Obat, Makanan,Debu dll) : udang dan ikan
Riwayat Kecelakaan : keluarga klien mengatakan klien sering terjatuh di
kamar mandi, dan pernah jatuh di kamar tidur sampai kepalanya berdarah
Riwayat dirawat di Rumah Sakit : klien pernah dirawat di rumah sakit
polri
Riwayat Pemakaian Obat : tidak ada

3. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik (Observasi, Pengukuran, Auskultasi,


Perkusi dan Palpasi)
a. Keadaan Umum : baik
Kesadaran Kompos Mentis (GCS 15)
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/Menit
Suhu : 36,5°c
Respirasi : 20x/Menit
b. BB/TB : 45 Kg / 147 cm
c. Rambut :
Warna Rambut klien putih beruban, tampak berminyak, mudah
dicabut, distribusi merata, rambut bersih.

d. Mata :
Mata simetris, fungsi penglihatan normal, pupil isokor, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.

40
[Type text]

e. Telinga :
Letak telinga simetris, fungsi pendengaran klien sedikit berkurang,
telinga bersih tidak terdapat serumen.

f. Mulut, gigi dan bibir :


Mukosa bibir tampak lembab, warna bibir pucat, gigi klien berjumlah
2 buah, tidak terdapat gigi palsu, terdapat caries, tidak terdapat
stomatitis, klien berkumur 2 kali/sehari pada pagi dan sore hari.

g. Dada :
Dada simetris, jenis pernapasan : pernapaan dada, irama nafas
vesikuler dengan RR: 20x/menit. Suara jantung S1 dan S2, tidak ada
suara tambahan murmur dan gallop.

h. Abdomen :
Perut klien tampak rata, tidak terdapat lesi, bisiung usus 10x/menit,
auskultasi tympani.

i. Kulit :
Kulit klien tampak keriput sesuai dengan perjalanan usia, kulit
tampak kering, tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema.

j. Ekstermitas Atas :
Bentuk ektremitas atas normal, klien mampu melakukan aktifitas
ringan, kekuatan otot 4444 4444

k. Ekstermitas Bawah :
Bentuk ektremitas bawah normal, tidak terdapat kelainan, klien
mampu berjalan jalan sekitar rumah, tidak terdapat edema, terdapat
varises, kekuatan otot otot

41
[Type text]

4444 4444

E. Hasil Pengkajian Khusus


1. Masalah Kesehatan Kronis : klien tidak mempunyai masalah kesehatan
kronis. Hasil pengkajian kesehatan kronis memperoleh skor : 16
2. Fungsi Kognitif : fungsi kognitif klien mengalami gangguan kognitif.
Hasil pengkajian Mini Mental State Exam (MMSE) memperoleh skor : 15
3. Status Fungsional : hasil pengkajian status fungsional klien yaitu
ketergantungan ringan dengan skor : 95
4. Status Psikologis : hasil pengkajian skala depresi geriatri yaitu normal
(tidak depresi) dengan skor :6
5. Dukungan Keluarga : klien mendapatkan dukungan dari keluarga baik
secara kebersamaan dan kesehatan

F. Lingkungan Tempat Tinggal (Rumah)


1. Kebersihan dan Kerapihan Ruangan : rumah tampak kotor dan berantakan
2. Penerangan : Penerangan rumah klien cukup, tidak perlu menyalakan
lampu pada siang hari.
3. Sirkulasi Udara : Sirkulasi udara dirumah klien baik dengan banyaknya
ventilasi dan jendela yang terbuka pada siang hari.
4. Keadaan Kamar Mandi & WC : kamar mandi tampak kotor, lantai lincin,
tidak ada pegangan dikamar mandi, menggunakan WC jongkok
5. Pembuangan Air Kotor : Klien membuang air kotor dalam saluran
pembuangan
6. Sumber Air Minum : Klien menggunakan air galon
7. Pembuangan Sampah : Klien menggunakan fasilitas pengangkutan
sampah yang ada di komplek.

G. Data Penunjang
Tidak ada data penunjang

42
[Type text]

ANALISA DATA

NO DATA INTERPRETASI Masalah


(Sign/Symptom) (Etiologi) (Problem)

1 DS : Proses penuaan Gangguan Memori


(D.0062)
- klien mengatakan sekarang sering
lupa

DO :

- Terlihat sering lupa


- Sering mengulang pertanyaan
- Tidak mengenal waktu, tempat
dan sekitarnya
- Score MMSE 15

2 DS : Lingkungan tidak aman Risiko jatuh


(D.0143)
- keluarga klien mengatakan klien
sering terjatuh di kamar mandi, dan
pernah jatuh di kamar tidur sampai
kepalanya berdarah.

DO :

- Klien berjalan dengan berpegangan


pada benda-benda sekitar.
- Klien berjalan menggunakan walker
- kamar mandi tampak kotor, lantai
lincin, tidak ada pegangan dikamar
mandi

A. Prioritas Masalah

43
[Type text]

1. Gangguan Memori b.d Proses penuaan (D. 0062)


2. Risiko jatuh b.d Lingkungan tidak aman (D. 0143)

B. Proses Keperawatan (Intervensi)


No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1 Gangguan Memori (L.09079) “Memori” (I.06188)


“Latihan Memori”
b.d Proses penuaan
Setelah dilakukan tindakan  Observasi
(D. 0062) 4. Identifikasi masalah memori
keperawatan selama 2 kali yang dialami
kunjungan diharapkan 5. Identifikasi kesalahan terhadap
orientasi
kemampuan mengingat 6. Monitor perilaku dan
beberapa informasi / perilaku perubahan memori secara
terapi
meningkat dengan Kriteria hasil
:  Terapeutik
8. Rencanakan metode mengajar
1. Verbalisasi kemampuan sesuai kemampuan pasien
9. Stimulasi memori dengan
mempelajari hal baru (5, mengulang pikiran yang
meningkat) terakhir kali diucapkan, jika
perlu
2. Verbalisasi kemampuan 10. Koreksi kesalahan orientasi
mengingat informasi 11. Fasilitasi mengingat kembali
pengalaman masa lalu, jika
faktual (5, meningkat) perlu
3. Melakukan apa yang 12. Fasilitasi tugas pembelajaran
(mis. Mengingat informasi
dipelajari (5, meningkat) verbal dan gambar)
4. Verbalisasi lupa jadwal (5, 13. Fasilitasi kemampuan
kosentrasi (mis. Bermain
menurun) kartu pasangan), jika perlu
5. Verbalisasi mudah lupa 14. Stimulasi menggunakan
memori pada peristiwa yang
menurun (5, menurun) baru terjadi (mis. Bertanya ke
mana saja ia pergi akhir-akhir
ini), jika perlu

 Edukasi
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
latihan

44
[Type text]

4. Ajarkan teknik memori yang


tepat (mis. Imajinasi visual,
perangkat mnemonik,
permainan memori, isyarat
memori, teknik asosiasi,
membuat daftar, komputer,
papan nama)
 Kolaborasi
2. Rujuk pada terapi okupasi,
jika perlu

(I.09297)
“Orientasi Realita”
 Observasi
3. Monitor perubahan orientasi
4. Monitor perubahan kognitif
dan perilaku

 Terapeutik
10. Perkenalkan nama saat
memulai interaksi
11. Orientasikan orang, tempat,
dan waktu
12. Hadirkan realita (mis. Beri
penjelasan alternatif, hindari
perdebatan)
13. Sediakan lingkungan dan
rutinitas secara konsisten
14. Atur stimulus sensorik dan
lingkungan (mis. Kunjungan,
pemandangan suara,
pencahayaan, bau dan
sentuhan)
15. Gunakan simbol dalam
mengorientasikan lingkungan
(mis. Tanda, gambar, warna)
16. Libatkan dalam terapi
kelompok orientasi
17. Berikan waktu istirahat tidur
yang cukup, sesuai kebutuhan
18. Fasilitasi akses informasi
(mis. Televisi, surat kabar,
radio), jika perlu

 Edukasi
4. Anjurkan perawatan diri

45
[Type text]

secara mandiri
5. Anjurkan penggunaan alat
bantu (mis. Kacamata, alat
bantu dengar, gigi palsu
Ajarkan keluarga dalam perawatan
orientasi realita

2 Risiko jatuh b.d (L.14126) “Keamanan Pencegahan Jatuh (I.14540)


Lingkungan tidak Lingkungan Rumah”
Observasi :
aman (D. 0143)
Setelah dilakukan tindakan
 Identifikasi faktor risiko jatuh
keperawatan selama 2 kali (mis. Usia >65 tahun,
kunjungan diharapkan penurunan tingkat kesadaran,
defisit kognitif, hipotensi
Keamanan Lingkungan Rumah ortostatik, gangguan
meningkat dengan Kriteria keseimbangan, gangguan
penglihatan, neuropati) .
Hasil :  Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan risiko jatuh
1. Pemeliharaan rumah (5, (mis. Lantai licin, penerangan
meningkat) kurang)
2. Kebersihan hunian (5,
meningkat)
3. Pemasangan pegangan (5, Terapeutik :
meningkat)
 Gunakan alat bantu berjalan
(mis. Kursi roda, walker)

Edukasi :

 Anjurkan memanggil keluarga


jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
 Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
 Anjurkan melebarkan jarak kaki
untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri

46
[Type text]

C. Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosis Implementasi Keperawatan TTD


, Pukul Keperawatan

1 Selasa, 13 I 1. Meperkenalkan nama saat memulai interaksi


Hasil : Ny. R sudah mengenal dan mengetahui
april 2021
perawat tetapi sesaat klien langsung lupa.
09.00
2. Mengorientasikan orang, tempat, waktu, dan
09.05 I
kegiatan yang sudah dilakukan
Hasil : Klien mengetahui tempat waktu dan
orang ketika diberitahu perawat

09.15 I 3. Menstimulasi memori dengan mengulang


pikiran yang terakhir kali diucapkan
Hasil : Ny. R masih mengulang pertanyaan
yang sudah diberikan

4. Mengoreksi kesalahan orientasi


09.25 I Hasil : Ny.R mulai mengingat perkataan
sebelumnya walaupun hanya beberapa saat

5. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan senam


otak
09.35 I
Hasil: Ny.R mengerti tujuan dan prosedur
melakukan latihan senam otak

6. mengajarkan senam otak


09.45 I Hasil : Ny. R sudah dapat melakukan senam
otak walau masih dibantu

10.05 I 7. Menghadirkan realita (mis. Beri penjelasan


alternatif, hindari perdebatan)
Hasil : perawat memberikan gambaran bahwa
Ny. R sedang berada dirumahnya dengan
menghadirkan sosok anaknya, dan Ny.R
mengingatnya

8. menggunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi


10.15 II
roda, walker)
Hasil : Ny. R tampak menggunakan walker
untuk berjalan

9. Menganjurkan memanggil keluarga jika

47
[Type text]

10.25 II membutuhkan bantuan untuk berpindah


Hasil: Keluarga selalu membantu klien saat
melakukan perawatan diri ataupun kebutuhan
sehari-hari

10. Menganjurkan menggunakan alas kaki yang


tidak licin
Hasil : Keluarga mengatakan akan memberikan
alas kaki kepada Ny.R
10.35 II
11. Menganjurkan keluarga untuk memasang
pegangan tangan dikamar mandi
Hasil : keluarga klien mengatakan belum bisa
memasang pegangan tangan dikamar mandi,
karena masih sibuk dengan kerjaan.
10.50 II
12. Menganjurkan keluarga untuk membersihkan
lantai kamar mandi
Hasil : keluarga klien mengatakan akan segera
membersihkan lantai kamar mandi
II
11.00

2 Rabu, 14 april I 1. Mengorientasikan orang, tempat, waktu, dan


kegiatan yang sudah dilakukan
2021
Hasil : Klien mengatakan sudah sedikit
09.00 mengingat orang, tempat, waktu, dan kegiatan
yang sudah dilakukan. Klien sudah dapat
mengingat orang, tempat, waktu dan kegiatan
yang sudah dilakukan dengan waktu lebih dari
30 detik.

2. Menstimulasi memori dengan mengulang


pikiran yang terakhir kali diucapkan
09.15 I
Hasil : Ny. R masih mengulang pertanyaan
yang sudah diberikan

3. Mengoreksi kesalahan orientasi


09.25 I Hasil : Ny.R mulai mengingat perkataan
sebelumnya walaupun hanya beberapa saat

4. Melakukan senam otak


Hasil : klien mengatakan lupa gerakan senam
09.35 I
otak. Ny. R sudah dapat melakukan senam otak
walau masih dibantu

48
[Type text]

5. Menghadirkan realita (mis. Beri penjelasan


alternatif, hindari perdebatan)
09.55 I
Hasil : perawat memberikan gambaran bahwa
Ny. R sedang berada dirumahnya dengan
menghadirkan sosok anaknya, dan Ny.R
mengingatnya

6. Menganjurkan menggunakan alas kaki yang


tidak licin
10.10 II Hasil : Keluarga sudah memberikan alas kaki
yang tidak licin kepada Ny.R

7. Menganjurkan keluarga untuk memasang


pegangan tangan dikamar mandi
Hasil : keluarga klien mengatakan belum bisa
10.25 II memasang pegangan tangan dikamar mandi,
karena masih sibuk dengan kerjaan.

8. Menganjurkan keluarga untuk membersihkan


lantai kamar mandi
10.35 II
Hasil : keluarga klien sudah membersihkan
kamar mandi, lantai kamar mandi sudah tidak
licin

D. Evaluasi Keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD

1 Kamis, Gangguan Memori b.d S :


15/04/21 Proses penuaan (D. 0062)
- Klien mengatakan sudah sedikit
mengingat orang, tempat, waktu,
dan kegiatan yang sudah
dilakukan
- Klien mengatakan lupa gerakan
senam otak

O:

- Klien sudah dapat mengingat

49
[Type text]

orang, tempat, waktu dan


kegiatan yang sudah dilakukan
dengan waktu lebih dari 30 detik.
- Klien terlihat tidak bisa
mengingat gerakan senam otak.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi.

2 Kamis, Risiko jatuh b.d S :


15/04/21 Lingkungan tidak aman (D.
- keluarga klien mengatakan klien
0143)
saat ini tidak terjatuh.
- Keluarga selalu membantu klien
saat melakukan perawatan diri
ataupun kebutuhan sehari-hari

O:

- Klien berjalan menggunakan


walker
- kamar mandi tampak bersih dan
lantai sudah tidak licin
- tidak ada pegangan dikamar
mandi

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

BAB IV

50
[Type text]

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian asuhan keperawatan kepada lansia merupakan hal yang

tidak mudah. Kita harus mampu mengkaji kondisi lansia secara

komprehensif. Sehingga setiap detail kondisi pada lansia dapat kita temukan

terdapatnya masalah atau tidak.

Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini perawat harus

mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan

pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,

pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat

perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan keperawatan diarahkan untuk

mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu mandiri dan produktif.

B. Saran

1. Perawatan lansia sebaiknya di lakukan secara holistic meliputi: biologi,


psikologi, social, spiritual.
2. Perawat diharapkan selalu memberikan perhatian yang penuh kepada
lansia sehingga lansia tidak merasa sendiri dan kesepian
3. Dalam perawatan lansia sebaiknya berupaya untuk memandirikan lansia
sesuai dengan kemampuannya.

DAFTAR PUSTAKA

51
[Type text]

Ambarawati, R. F (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta :


Parama Ilmu.

Azizah, L. M (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Maryam, S., Ekasari, M. F., dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W.(2008).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Buku


Kedokteran.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Stockslager, J. L., & Schaeffer, L. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik.


Jakarta: Kedokteran EGC .

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

52

Anda mungkin juga menyukai