R DENGAN
GANGGUAN KOGNITIF : DIMENSIA
Diajukan guna memenuhi laporan praktik klinik: Keperawatan Gerontik
Disusun oleh :
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami selaku penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Laporan Praktik Klink Keperawatan Gerontik “Asuhan Keperawatan Gerontik
Pada Ny. R Dengan Gangguan Kognitif : Demensia” Yang mana dalam
pelaksanaan pengerjaan serta penyusunan makalah ini didapati dari hasil diskusi,
buku, serta pencarian di internet terkait artikel-artikel yang berhubungan dengan
Praktik Klinik Keperawatan Gerontik. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak terkait:
1. Ibu Ermawati Dalami, S.Kp., M.Kes, Selaku Koordinator Praktik Klinik
Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan
2. Ibu Rohanah, S.Pd, M.Kes, Selaku Dosen Pembimbing dalam Praktik
Klinik Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan.
3. Rekan kelompok yang telah bersama- sama mengerjakan serta menyusun
makalah ini.
Penulis buku dan penulis artikel lepas, dimana tulisannya menjadi sumber
referensi serta bahan penyusunan makalah ini. Penulis berusaha sebaik mungkin
menyusun makalah ini. Namun dalam berbagai sisi tentu banyak kekuragan yang
harus dibenahi. Sekiranya satu dua kalimat dalam bentuk kritik dan saran yang
membangun agar lebih baik lagi ke depannya. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
C. Sistematika Penulisan............................................................................... 2
ii
3
4
[Type text]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan dan pasti
akan terjadi pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit
melainkan proses berangsur-angsur dan berakibat pada perubahan biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Nugroho, 2015). Upaya pemerintah dalam
pembangunan nasional berdampak pada tingginya angka harapan hidup
penduduk. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat
(Suardiman, 2011). Peningkatan jumlah lansia menimbulkan masalah dalam
berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek kesehatan. Pada lansia terjadi
penurunan struktur dan fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan
terhadap berbagai penyakit baik degeneratif maupun infeksi (Darmojo dan
Martono, 2010). Proporsi penyebab kematian pada lansia paling tinggi adalah
stroke (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Demensia adalah sebuah sindrome karna penyakit otak, bersifat kronis
atau progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi
termasuk : memori, berfikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,
kemampuan dan penilaian kesadaran tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif yg biasa di tandai, kadang kadang di dahului
oleh penurunan dalam pengendalian emosi, perilaku social atau motivasasi.
Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer di penyakit serebrovaskuler dan
dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak. (Durand
dan barlow 2006).
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia
seringkali terjadi pada usia lanjut yg telah berumur kurang lebih 60 tahun
demensia tersebut dapat di bagi menjadi 2 bagian yaitu: Demensia senilis dan
Demensia pra senilis sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam bentuk
demensia Alzheimer (4% dialami lansia yg telah berusia 75 tahun, 16% pada
1
[Type text]
usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan 30
juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai sebab.
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi
tetapi bisa saja bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan
emosi atau perubahan kepribadian lainya. Terjadi perubahan ringan dalam
pola berbicara, penderita menggunakan kata kata yg lebih sederhana
menggunakan kata kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata
kata tepat, ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan
kesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak
dapat menjalankan fungsi social.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gerontik pada
lansia dengan gangguan kognitif : Demensia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep menua dan demensia
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan gerontik pada lansia
dengan gangguan kognitif : demensia
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan
gangguan kognitif : demensia
C. Metode Penulisan
Data dan informasi yang mendukung penulisan makalah dikumpulkan
dengan melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang
relevan, dan pencarian.
D. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran penulisan makalah ini, maka penulis
memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
2
[Type text]
BAB II
3
[Type text]
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
a. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
berikut:
1) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada 4 tahapan yaitu :
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (eldery) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d) Usia sangat usia tua (very old) usia >90 tahun
2) Menurut Burnside dalam Buku Keperawatan Gerontik & Geriatrik
Edisi 3, 2008 :
a) Young old (Usia 60-69 tahun)
b) Middle age old (Usia 70-79 tahun)
c) Old-old (Usia 80-89 tahun)
d) Very old-old (Usia 90 tahun ke atas)
4
[Type text]
a. Teori Biologis
5
[Type text]
6
[Type text]
7
[Type text]
8
[Type text]
9
[Type text]
b. Perubahan social
10
[Type text]
11
[Type text]
12
[Type text]
4) Perubahan kognitif
a) Memory (Daya Ingat, Ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu
fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami
penurunan. Ingatan jangka panjang (Long term memory)
kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka
pendek (short term memory) atau seketika 0-10 menit
memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan
kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik
perhatiannya dan informasi baru.
b) IQ (Intellegent Quocient)
13
[Type text]
c) Perubahan spiritual
- Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam
kehidupan.
B. Konsep Demensia
1. Pengertian Demensia
14
[Type text]
2. Penyebab Demensia
Menurut Aspiani (2014) penyebab demensia dibedakan menjadi dua :
a. Penyebab demensia yang reversible
1) Drugs (obat)
2) Emotional (emosional)
Gangguan emosional misalnya depresi. UNHAS, (2016)
menyatakan riwayat pasien yang mendukung demensia adalah
kerusakan bertahap seperti tangga (stepwise) misalnya depresi
yang menyebabkan kehilangan memori dan kesukaran membuat
keputusan diikuti oleh periode yang stabil dan kemudian akan
menurun lagi. Awitan dapat perlahan atau mendadak.
3) Metabolic dan endokrin
15
[Type text]
7) Infeksi
8) Arterosklerosis
16
[Type text]
3. Klasifikasi Demensia
Demensia dibagi menjadi 3 tipe (Lumbantobing, 2008)
a. Demensia kortikal dan sub-kortikal
1) Demensia korkikal Yaitu demensia yang muncul dari kelainan
yang terjadi pada korteks serebri substansia grisca yang berperan
penting terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal
adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit Vaskular, Sindroma
Korsakoff, Penyakit Pick.
17
[Type text]
18
[Type text]
19
[Type text]
4. Patofisiologi
20
[Type text]
5. Manifestasi klinis
Menurut John (1994) dalam Aspiani (2014) bahwa lansia yang
mengalami demensia juga akan mengalami keadaan yang sama seperti
orang depresi yaitu akan mengalami defisit aktivitas kehidupan sehari-
hari (AKS), gejala yang sering menyertai demensia adalah :
a. Gejala awal Kinerja mental menurun; fatique; mudah lupa; gagal
dalam tugas.
b. Gejala lanjut Gangguan kognitif; gangguan afektif; gangguan
perilaku.
c. Gejala umum Mudah lupa; ADL terganggu; disorientasi; cepat marah;
kurang konsentrasi; resiko jatuh.
6. Komplikasi
Demensia yang semakin memburuk seiring waktu dapat menimbulkan
komplikasi, di antaranya adalah:
a. Kekurangan nutrisi. Kondisi terjadi karena pasien lupa untuk makan
dengan baik, atau mungkin tidak bisa menelan dan mengunyah.
b. Pneumonia (radang paru-paru). Kesulitan menelan meningkatkan
risiko tersedak atau menyedot makanan ke dalam paru-paru, yang
dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
c. Tidak bisa merawat diri. Ketidakmampuan untuk melakukan
perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi,
menggunakan toilet sendiri, dan minum obat secara akurat.
d. Kematian. Demensia stadium akhir menyebabkan koma dan kematian,
seringkali karena infeksi.
7. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi untuk pasien Demensia : Anti-oksidan : vitamin
E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur, margarin, kacang-
kacangan, minyak sayur, biasa menurunkan resiko demenisa
21
[Type text]
8. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan atau MRI
Merupakan suatu loncatan dalam kemajuan menegakkan diagnosis
etiologi Demensia. Neoplasma, besar dan kecil, tunggal atau multiple,
primer atau metastik dengan mudah dapat dideteksi dengan CT-Scan
atau MRI. Demikian juga halnya dengan hematoma subdural,
hidrosefalus. Infark diotak, tunggal atau multiple, letaknya kortikal
atau subkortikal, dengan mudah dapat diketahu, dan dapat membantu
menegakkan diagnosis Demensia vaskuler.
b. EEG
Bila gambaran EEG-nya teratur dan normal, maka kemungkinan
gangguan kortikal lebih sedikit.
22
[Type text]
a. Identitas klien Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan
demensia adalah usia (tempat/ tanggal lahir) karena banyak klien
lansia yang mengalami demensia. Identitas lainnya yang perlu
ditanyakan adalah nama lengkap, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, diagnosis medis (bila ada),
alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial demensia adalah klien kehilangan ingatan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat
ini mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai dilakukan
pengkajian.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah
psikososial sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami
gangguan psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya
penyakit genetik yang mempengaruhi psikososial.
f. Pemeriksaan fisik
23
[Type text]
a) Temperature/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC
24
[Type text]
25
[Type text]
System Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema
System Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Asupan diet
3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
4. Mengunyah, menelan
5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi
System Genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)
2. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat
menahan untuk buang air)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Dysuria
26
[Type text]
6. Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas
seksual
Sistem Kulit
1. Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
27
[Type text]
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
28
[Type text]
29
[Type text]
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. (D.0062) (L.09081) “Orientasi (I.06188)
Gangguan Kognitif” “Latihan Memori”
memori b.d
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi masalah
proses penuaan, diharapkan kemampuan memori yang dialami
mengidentifikasi orang, 2. Identifikasi kesalahan
efek agen
tempat, dan waktu secara terhadap orientasi
farmakologis, akurat dengan Kriteria 3. Monitor perilaku dan
hasil : perubahan memori
ketidakadekuatan
a. Identifikasi diri secara terapi
stimulasi sendiri (5,
meningkat) Terapeutik
intelektual
b. Identifikasi orang 1. Rencanakan metode
ditandai dengan terdekat (5, mengajar sesuai
meningkat) kemampuan pasien
melaporkan
c. Identifikasi tempat 2. Stimulasi memori
pernah saat ini (5, dengan mengulang
meningkat) pikiran yang terakhir
mengalami
d. Identifikasi hari (5, kali diucapkan, jika
pengalaman lupa, meningkat) perlu
e. Identifikasi bulan 3. Koreksi kesalahan
tidak mampu
(5, meningkat) orientasi
mempelajari f. Identifikasi tahun 4. Fasilitasi mengingat
(5, meningkat) kembali pengalaman
ketrampilan baru,
g. Identifikasi masa lalu, jika perlu
tidak mempu peristiwa penting 5. Fasilitasi tugas
(5, meningkat) pembelajaran (mis.
mengingat
Mengingat informasi
informasi faktual, verbal dan gambar)
tidak mampu 6. Fasilitasi kemampuan
kosentrasi (mis.
mengingat Bermain kartu
perilaku tertentu pasangan), jika perlu
7. Stimulasi
yang pernah menggunakan memori
dilakukan, tidak pada peristiwa yang
baru terjadi (mis.
mampu Bertanya ke mana saja
mengingat ia pergi akhir-akhir
ini), jika perlu
peristiwa, tidak
30
[Type text]
mampu Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
melakukan
prosedur latihan
kemampuan yang 2. Ajarkan teknik
memori yang tepat
dipelajari
(mis. Imajinasi visual,
sebelumnya, perangkat mnemonik,
permainan memori,
merasa mudah
isyarat memori, teknik
lupa asosiasi, membuat
daftar, komputer,
papan nama)
Kolaborasi
1. Rujuk pada terapi
okupasi, jika perlu
(I.09297)
“Orientasi Realita”
Observasi
1. Monitor perubahan
orientasi
2. Monitor perubahan
kognitif dan perilaku
Terapeutik
1. Perkenalkan nama saat
memulai interaksi
2. Orientasikan orang,
tempat, dan waktu
3. Hadirkan realita (mis.
Beri penjelasan
alternatif, hindari
perdebatan)
4. Sediakan lingkungan
dan rutinitas secara
konsisten
5. Atur stimulus sensorik
dan lingkungan (mis.
Kunjungan,
pemandangan suara,
pencahayaan, bau dan
sentuhan)
6. Gunakan simbol dalam
mengorientasikan
lingkungan (mis.
Tanda, gambar, warna)
31
[Type text]
Edukasi
1. Anjurkan perawatan
diri secara mandiri
2. Anjurkan penggunaan
alat bantu (mis.
Kacamata, alat bantu
dengar, gigi palsu
3. Ajarkan keluarga
dalam perawatan
orientasi realita
2. ( D.0109 ) L.11103 Dukungan perawatan diri :
Defisit perawatan Setelah dilakukan mandi
tindakan keperawatan Observasi
diri b.d demensia,
diharapkan kemampuan i. Identifikasi usia dan
kelemahan, perawatan diri meningkat budayadalam
dengan Kriteria hasil : membantu kepersihan
gangguan
1. Perawatan diri : diri
psikologis/ aktivitas kehidupan ii. Identifikasi jenis
seharihari (ADL) bantuanyang
psikotik,
mampu untuk dibutuhkan
penurunan melakukan aktivitas iii. Monitor
perawatan fisik kebersihantubuh
motivasi atau
secara mandiri atau iv. Monitor integritaskulit
minat ditandai dengan alat bantu
2. Perawatan diri Terapeutik
dengan tidak
mandi: mampu untuk 1. Sediakan
mampu mandi membersihkan diri peralatanmandi
secara mandiri 2. Sediakan lingkungan
atau mengenakan
dengan atau tanpa yang amandan nyaman
pakaian/ makan/ alat bantu 3. Fasilitasi mandi
3. Membersihkan dan sesuaikebutuhan
ke toilet/ berhias
mengeringkan tubuh 4. Pertahankan kebiasaan
secara mandiri, kebersihandiri
5. Berikan bantuan
minat melakukan
sesuaitingkat
32
[Type text]
33
[Type text]
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
c. Mengukur pencapaian tujuan,
d. Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan,
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila
perlu
34
[Type text]
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama Lengkap : Ny. R
Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen, 12 Juli 1933
Jenis Kelamin : perempuan
Status Perkawinan : Janda
Pendidikan Terakhir : tamat SD
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Golongan Darah : O+
Diagnosa Medis (bila ada) : -
TB/BB : 147 cm / 45 kg
Alamat : Asrama Polisi Kemayoran RT/RW 01/09
No.Telepon : 021847XXX
35
[Type text]
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Pada saaat didesa klien memiliki hobi berkebun dan menggembala
kambing dan sapi, tetapi semenjak pindah ke Jakarta klien hanya bisa
melakukan hobi berkebun saja.
Berpergian/Wisata : klien hanya berpergian ke rumah saudara dan
anaknya.
Keanggotaan Organisasi : klien pernah menjadi anggota ibu bhayangkari.
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung : Klien memiliki 8 saudara kandung namun 3
saudaranya sudah meninggal.
b. Riwayat Kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang meninggal dalam 1
tahun terakhir.
c. Kunjungan Keluarga : Anak dan cucunya akan berkunjung sebulan
sekali atau tiga bulan sekali
d. Genogram
36
[Type text]
37
[Type text]
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan Waktu : ± 6x sehari
Keluhan BAK pada malam hari : Tidak ada keluhan
Keluhan : Tidak ada kesulitan buang air kecil hanya tidak bisa
menahan pipis
b. BAB Frekuensi dan Waktu : 2x sehari
Konsistensi : Lunak dan padat
Keluhan : tidak ada keluhan BAB
Pengalaman memakai : klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
obat pencahar.
3. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi dan Waktu mandi : 2x sehari, waktu mandi pagi dan sore
Pemakaian Sabun : klien mengatakan mandi menggunakan sabun
b. Oral Hygiene
Frekuensi dan Waktu Gosok Gigi : Frekuensi 2 x sehari pada pagi dan
sore
Menggunakan Pasta Gigi : untuk membersihkan mulut klien hanya
kumur dengan obat kumur karena giginya sisa 2.
c. Cuci Rambut
Frekuensi : setiap hari
Penggunaan Shampo : klien cuci rambut menggunakan sampo
d. Kuku dan Tangan
Frekuensi Gunting Kuku : seminggu sekali
Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun : Mencuci Tangan
Menggunakan Sabun.
38
[Type text]
39
[Type text]
d. Mata :
Mata simetris, fungsi penglihatan normal, pupil isokor, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.
40
[Type text]
e. Telinga :
Letak telinga simetris, fungsi pendengaran klien sedikit berkurang,
telinga bersih tidak terdapat serumen.
g. Dada :
Dada simetris, jenis pernapasan : pernapaan dada, irama nafas
vesikuler dengan RR: 20x/menit. Suara jantung S1 dan S2, tidak ada
suara tambahan murmur dan gallop.
h. Abdomen :
Perut klien tampak rata, tidak terdapat lesi, bisiung usus 10x/menit,
auskultasi tympani.
i. Kulit :
Kulit klien tampak keriput sesuai dengan perjalanan usia, kulit
tampak kering, tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema.
j. Ekstermitas Atas :
Bentuk ektremitas atas normal, klien mampu melakukan aktifitas
ringan, kekuatan otot 4444 4444
k. Ekstermitas Bawah :
Bentuk ektremitas bawah normal, tidak terdapat kelainan, klien
mampu berjalan jalan sekitar rumah, tidak terdapat edema, terdapat
varises, kekuatan otot otot
41
[Type text]
4444 4444
G. Data Penunjang
Tidak ada data penunjang
42
[Type text]
ANALISA DATA
DO :
DO :
A. Prioritas Masalah
43
[Type text]
Edukasi
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
latihan
44
[Type text]
(I.09297)
“Orientasi Realita”
Observasi
3. Monitor perubahan orientasi
4. Monitor perubahan kognitif
dan perilaku
Terapeutik
10. Perkenalkan nama saat
memulai interaksi
11. Orientasikan orang, tempat,
dan waktu
12. Hadirkan realita (mis. Beri
penjelasan alternatif, hindari
perdebatan)
13. Sediakan lingkungan dan
rutinitas secara konsisten
14. Atur stimulus sensorik dan
lingkungan (mis. Kunjungan,
pemandangan suara,
pencahayaan, bau dan
sentuhan)
15. Gunakan simbol dalam
mengorientasikan lingkungan
(mis. Tanda, gambar, warna)
16. Libatkan dalam terapi
kelompok orientasi
17. Berikan waktu istirahat tidur
yang cukup, sesuai kebutuhan
18. Fasilitasi akses informasi
(mis. Televisi, surat kabar,
radio), jika perlu
Edukasi
4. Anjurkan perawatan diri
45
[Type text]
secara mandiri
5. Anjurkan penggunaan alat
bantu (mis. Kacamata, alat
bantu dengar, gigi palsu
Ajarkan keluarga dalam perawatan
orientasi realita
Edukasi :
46
[Type text]
C. Implementasi Keperawatan
47
[Type text]
48
[Type text]
D. Evaluasi Keperawatan
O:
49
[Type text]
P : Lanjutkan intervensi.
O:
P : lanjutkan intervensi
BAB IV
50
[Type text]
PENUTUP
A. Kesimpulan
komprehensif. Sehingga setiap detail kondisi pada lansia dapat kita temukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini perawat harus
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
51
[Type text]
Maryam, S., Ekasari, M. F., dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
52