HIPERTENSI
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan III
Disusun Oleh
Mahendra Dwi Hermawan
NIM : S18243
HIPERTENSI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut
darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal
ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah
(Udjianti, 2010). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortilitas).Tekanan darah dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah 140/90 mmHg (Triyanto, 2014).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hipertensi
adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg atau diastolik 90 mmHg. Hipertensi juga merupakan suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian (mortilitas).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut Irianto (2014), Padila (2013), Syamsudin (2011), Udjianti
(2011) :
3. Manifestasi Klinik
Ardiansyah (2012) menyebutkan bahwa sebagian manifestasi
klinis timbul setelah klien mengalami hipertensi selama bertahun-tahun.
Gejalanya berupa :
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai
dampak dari hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan
saraf pusat
d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
Gejala yang dialami klien dengan kasus hipertensi berat antara lain
sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea,
muntahmuntah, kegugupan, keringat berlebihan, tremor otot, pandangan
kabur atau ganda, tinnitus (telinga mendenging), serta kesulitan tidur.
Sementara menurut Kurniadi & Nurrahmani (2014) banyak klien
dengan hipertensi tidak mempunyai tanda-tanda yang menunjukkan
tekanan darah meninggi dan hanya akan terdeteksi pada saat pemeriksaan
fisik. Sakit kepala di tengkuk merupakan ciri yang sering terjadi pada
hipertensi berat. Gejala lainnya adalah pusing, palpitasi (berdebar-debar),
dan mudah lelah. Namun, gejala-gejala tersebut kadang tidak muncul
pada beberapa klien, bahkan pada beberapa kasus klien dengan tekanan
darah tinggi biasanya tidak merasakan apa-apa. Peninggian tekanan darah
kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala
baru akan muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau
jantung.
4. Klasifikasi
Menurut WHO (2015), batas normal tekanan darah adalah tekanan
darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang
dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Berdasarkan The Joint National Commite VIII (JNC-8) (2014) tekanan
darah dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu.
Diantaranya adalah:
Tabel 1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite
VIII Tahun 2014
5. Komplikasi
Hipertensi merupakan penyakit yang bisa di kontrol dan tidak bisa
diobati.Jika hipertensi tidak di control dengan benar atau tidak menjalani
prosedur perawatan dan pengobatan sesuai program. Maka, akan
berdampak pada komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan
gangguan keseimbangan dan gerak, kerusakan ginjal, kematian (Maryam,
2010)
Penyakit hipertensi akan meningkat dengan adanya penyakit
kronis. Penyakit lain yang dapat meninngkatkan derajat hipertensi atau
komplikasi hipertensi akan menyebabkan hipertensi lebih sulit
dikendalikan. Berikut beberapa komplikasi penyebab hipertensi antara
lain :
a. Stroke Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteriarteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklorosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma.
b. Infark miokard Infark miorkard dapat terjadi apabila arteri koroner
yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut
c. Gagal ginjal Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan
rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik.
d. Apnea pada saat tidur Apnea adalah gangguang tidur berupa
kesulitan bernafas yang terjadi berulang kali pada saat tidur.
Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan antara pernafasan
yang terhenti dan berkurang nya pasokan oksigen untuk sementara
waktu yang menyertai apnea saat terjadinya hipertensi. Apnea pada
saat tidur tidak selalau terlihat jelas. Namun, jika seseorang sering
tidak tadap tidur nyenyak sepanjang malam dan selalu mengantuk
pada siang hari sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Pengobatan
dilakukan dengan cara memberikan oksigen pada saat tidur. Cari ini
dapat menurunkan tekanan darah sedikit demi sedikit (Riyanto,
2014).
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertensi
Perubahan
struktur
Penyumbatan pembuluh
darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Retensi
Na
Edem
a
(Sumber : (WOC) dengan menggunakan diagnosis standar keperawatan Indonesia
Dalam PPNI, 2017)
7. Penatalaksanaan
a. Medis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar klien bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup klien. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure, USA) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan klien dan
penyakit lain yang ada pada klien (Padila,2013). Terapi Medis: terapi
yang telah diberikan oleh tenaga medis baik perawat, dokter, ahli gizi
dan tenaga medis lain,missal: cairan iv, obat peroral, obat topical dsb.
b. Keperawatan
Langkah awal secara nonfarmakologis biasanya adalah dengan
mengubah pola hidup klien, yakni dengan cara (Ardiansyah,2012) :
1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
2) Mengubah pola makan pada klien dengan diabetes, kegemukan,
atau kadar kolesterol darah tinggi
3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan
asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup)
4) Mengurangi konsumsi alkohol
5) Berhenti merokok
6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (klien dengan hipertensi
essensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali).
Pengaturan menu bagi klien dengan hipertensi selama ini
dilakukan dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah
kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet rendah energi
(bagi yang kegemukan). Kini, bertambah satu cara diet pada klien
hipertensi yang disebut dengan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension). Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu
makanan dengan gizi seimbang yang terdiri atas buah-buahan, sayuran,
produk-produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas,
biji-bijian, dan kacangkacangan (Puspitorini, 2010)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pasien untuk menunjang dalam tindakan medis, atau tindakan
pengobatan.
b. Pemeriksaan diagnostic: pemeriksaan yang dapat menunjang dalam
pemberian terapi terhadap pasien
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnese (Data subyektif)
Identitas Pasien : Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, jenis
kelamin, usia, agama, suku bangsa, Pendidikan nomor registrasi, dan
penanggung jawab (YudiElyas 2013).
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh klien yang mejadi
alasan pasien mencari pengobatan. (Utomo, 2017).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apa yang dikeluhkan pasien saat ini, sudah berapa lama keluhan
dirasakan, dan apakah sebelumnya sudah menjalani pengobatan
(Utomo, 2017).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada pasien mengenai penyakit yang dahulu pernah diderita
(Elyas, 2013).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat kesehatan keluarga, apakah keluarga memiliki riwayat
penyakit yang sama dan menurun (Elyas, 2013)
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi Kesehatan Persepti terhadap adanya arti kesehatan,
penatalaksanaan kesehatan serta pengatahuan tentang praktek
kesehatan.
4) Pola latihan-aktivitas
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan SDKI :
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral(D.0077)
b. Resiko perfungsi serebral tidak efektif berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah(D.0017)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output(D.0056)
d. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala(D.0055)
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. (2014). High blood pressure. from American Heart
Association: http://www.heart.org/HEARTORG.
Dewi, S. & Familia. (2010). Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. A Plus Books.
Jakarta