Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN HEPATITIS

Dosen Pengampu :
Yanti Anggraini Aritonang, S.Kep., Ners., M.Kep
Ns. Hasian Leniwita, M.Kep

Disusun Oleh :
Ronauli Valentina Sihombing (2163030014)
Ezra Silalahi (2163030016)
Magdalena Sri Febiolita Tambunan (2163030030)

Fakultas Vokasi Program Studi Diploma III Keperawatan


Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberikan
kita nikmat berupa nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga kami selaku penyusun bisa
menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Terimakasih kepada Yanti Anggraini Aritonang, S.Kep., Ners., M.Kep yang telah
membimbing kami dalam membuat makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-
phak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini khususnya bagi anggota-anggota yang saling
membantu dalam proses pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga makalah selanjutnya bisa
tersusun lebih baik.

Jakarta, 31 Maret 2023

Tim Penyusun
BAB I
LATAR BELAKANG

Hepatitis merupakan penyakit yang banyak ditemukan di dunia dan dianggap sebagai
persoalan manusia yang harus diselesaikan. Hal ini karena selesai prevalensinya tinggi, virus
hepatitis dapat menimbulkan problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirroshis hepatitis dan
karsinoma hepatoseluler primer. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis akan menjadi kronik
20% penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis
hepatitis dan hepatoseluler (hepatoma). Kemungkinan akan mejadi kronik yang lebih tinggi bila
infeksi terjadi pada usia balita dimana respon imun belum berkembang secara sempurna
(Helilintar,R,et al, 2017). Hepatitis merupakan penyakit yang berbahaya dan mudah menular yang
menjadi masalah kesehatan besar di masyarakat, karena penularannya yang telative mudah baik
secara horizontal maupun vertikal, seseorang yang menderita penyakit ini lebih banyak tidak
menunjukkan gejala yang khas, sehingga penderita akan mengalami keterlambatan diagnosis.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia (Harahap, R. A, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) virus hepatitis menyebabkan banyak korban
jiwa, masyarakat dan sistem kesehatan bertanggung jawab atas 2 sekitar 1,4 juta kematian per tahun
akibat infeksi akut dan penyakit hati seperti Hepatitis dan hal ini sebanding dengan angka kematian
akibat HIV dan TBC. Sekitar dua miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus Hepatitis dan 360
juta orang di antaranya terinfeksi kronis yang akan berpotensi menjadi sirosis dan karsinoma
hepatoselular dengan angka kematian sebesar 250.000 per tahun. Hasil pemeriksaan biomedis
menunjukkan prevalensi Hepatitis sebesar 9,7% pada pria dan 9,3% pada wanita, dengan angka
tertinggi pada kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11,9% (WHO,2018). Di Indonesia, berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2017, menunjukkan bahwa prevalensi HBV adalah 21,8% atau setara
18 juta jiwa, hal ini sejalan dengan adanya peningkatan prevalensi hepatitis di semua kelompok usia,
yakni dari 0,6% (2007) menjadi 1,2% (2017). Dari prevalensi tersebut, 50% diantaranya memiliki
penyakit hati yang berpotensi kronis dan 10% berpotensi menuju fibrosis hati yang dapat
menyebabkan kanker hati (Riskesdas, 2018).
BAB II
KONSEP TEORI MEDIS

Anatomi dan Fisiologi


Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat kurang lebih 1500 gr
(Junqueira dkk., 2017). Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga
(Sloane, 2015). Hati bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di
bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra dan
hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hati terbentang
ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2016). Hati tersusun atas lobuli
hepatis. Vena centralis pada masing-masing lobulus bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan
antara lobulus-lobulus terdapat canalis hepatis yang berisi cabangcabang arteria hepatica, vena
portae hepatis, dan sebuah cabang ductus choledochus (trias hepatis). Darah arteria dan vena
berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis (Sloane, 2015).
Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang
disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Sel hepatosit berderet secara radier
dalam lobulus hati dan membentuk lapisan 11 sebesar 1-2 sel serupa dengan susunan bata. Lempeng
sel ini mengarah dari tepian lobulus ke pusatnya dan beranastomosis secara bebas membentuk
struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara lempeng-lempeng ini mengandung kapiler yang
disebut sinusoid hati (Junquiera et al., 2017). Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan
melebar, diameternya tidak teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh. Sinusoid dibatasi
oleh 3 macam sel, yaitu sel endotel (mayoritas) dengan inti pipih gelap, sel kupffer yang fagositik
dengan inti ovoid, dan sel stelat atau sel Ito atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan
vitamin A dan memproduksi matriks ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di sinusoid berasal
dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah kaya nutrisi dari saluran
pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung (Eroschenko, 2010; Junqueira et al., 2017). Traktus
portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darah yang berasal dari vena portal
dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis. Traktus portal terdiri dari 3 struktur utama yang
disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula portal terminal yang dibatasi oleh sel
endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding yang tebal yang merupakan cabang
terminal dari arteri hepatik. Dan yang ketiga adalah duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain
ketiga struktur itu, ditemukan juga limfatik (Junqueira et al., 2017).
Aliran darah di hati dibagi dalam unit struktural yang disebut asinus hepatik. Asinus
hepatik berbentuk seperti buah berry, terletak di traktus portal. Asinus ini terletak di antara 2 atau
lebih venula hepatic terminal, dimana darah mengalir dari traktus portalis ke sinusoid, lalu ke venula
tersebut. Asinus ini terbagi menjadi 3 zona, dengan zona 1 terletak paling dekat dengan traktus
portal sehingga paling banyak menerima darah kaya oksigen, sedangkan zona 3 terletak paling jauh
dan hanya menerima sedikit oksigen. Zona 2 atau zona intermediet berada diantara zona 1 dan 3.
Zona 3 ini paling mudah terkena jejas iskemik (Junqueira et al., 2017). Menurut Guyton & Hall
(2018), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1) Metabolisme karbohidrat Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan
glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari hasil perantara
metabolisme karbohidrat.
2) Metabolisme lemak Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:
mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk
sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan
karbohidrat.
3) Metabolisme protein Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein
plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa lain dari asam
amino.

Definisi
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin
termasuk alcohol (Elizabeth J.Corwin.200:573). Hepatitis juga dapat diartikan sebagai Peradangan
Pada Organ Hati Yang Disebabkan Infeksi Bakteri, Virus, Proses Autoimun, Obat-Obatan,
Perlemakan, Alkohol Dan Zat Berbahaya Lainnya. Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan
(sel) hati. Peradangan ini ditandai dengan meningakatan kadar enzim hati. Peningkatan ini
disebabkan adanya gangguan atau kerusakan membran hati. Menurut Reeves hepatitis adalah
peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel. Ada dua faktor
penyebabnya yaitu faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor penyebab infeksi antara lain virus
hepatitis dan bakteri, sedangkan faktor penyebab non infeksius antara lain obat-obatan,bahan kimia
dan racun.
Etiologi
1. Penyebab hepatitis menurut Wening Sari(2008 )meliputi: Obat-obatan,bahan kimia,dan
racun,Menyebabkan toksik untuk hati,sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
2. Reaksi tranfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3. Infeksi virus.Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki
ukuran 42 mn.Ditularkan melaluli darah atau produk darah,saliva,semen,sekresi vagina.Ibu hamil
yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalianan,masa
inkubasi 40-180 hari dengan rata-rata 75 hari,faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerjaan
laboratorium,dokter gigi,perawat dan terapis respiratorik,staf dan pasien dalam unit
hemodialisis,para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama atau diantara mitra
seksual baik heteroseksual maupun pria homoseksual.

Patofisiologi
Kerusakan hati yang terjadi biasanya serupa pada semua tipe hepatitis virus. Cedera dan nekrosis sel
hati ditemukan dengan berbagai derajat. Ketika memasuki tubuh, virushepatitis menyebabkan cedera
dan kematian hepatosit yang bisa dengan caramembunuh langsung sel hati atau dengan cara
mengaktifkan reaksi imun serta inflamasi. Reaksi imun dan inflamasi ini selanjutnya akan
mencederai atau menghancurkan hepatosit dengan menimbulkan lisis pada sel sel yang terinfeksi
atauyang berada disekitarnya. Kemudian serangan antibody langsung pada antigen virus
menyebabkan destruksi lebih lanjut sel sel hati yang terinfeksi. Edema danpembengkakan
interstisium menimbulkan kolaps kapiler serta penurunan aliran darah,hipoksisa jaringan, dan
pembentukan parut serta fibrosis (Kowalak, 2011). Diawali dengan masuk nya virus kedalam
saluran pencernaan, kemudian masuk kealiran darah menuju hati (vena porta), lalu menginvasi ke
sel parenkim hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi yang menyebabkan sel parenkim
hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk
ke dalam ductus biliaris yang akan dieksresikan bersama feses. Sel parenkim yang telahrusak akan
merangsang reaksi inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel
kupfer yang akan menekan ductus biliaris sehinnga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian
terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus.

Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin darisel hati
sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi (direk) akan terus menumpuk dalam sel
hati yang akan menyebabkan reflux (aliran kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga akan
bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada sclera kadang disertai rasa gatal dan air
kencing seperti teh pekat akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke
ginjal dan di eksresikan melalui urin. Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan
gangguan dalam produksi asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses pencernaan lemak
terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan
regangan pada lambung sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan
teraktifasinya pusat muntah yang berada di medulaoblongata yang menyebabkan timbulnya gejala
mual, muntah dan menurunnya nafsu makan
Pathway

Pengaruh alcohol , virus hepatitis , toksin

hipertermia Inflamasi pada bagian hepar peregangan kapsula hati

gangguan suplai darah normal pada sel sel darah hepar

hepatomegali
kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktuli empedu intrahepatik

perasaan tidak nyaman


diperut

obstruksi
nyeri akut anoreksia

gangguan eksresi empedu


defisit nutrisi

retensi bilirubin

bilirubin direk meningkat

larut dalam air


eksresi kedalam kemih

bilirubinuria dan urin berwarna gelap gangguan eliminasi urin

Manifestasi klinis
Manifestasi klinik hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari 3 tahapan meliputi:
1 Fase pre Ikterik Keluhan umumnya tidak khas.Keluhan yang disebabkan ifesksi virus beralngsung
sekitar 2-7 hari.Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),nausea,vomitus,perut kanan atas (ulu
hati) dirasakan sakit.Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,bahu dan malaise,lekas capek
terutama sore hari,suhu badan meningkat sekitar 39%C berlangsung selama 2-5 hari, pusing,nyeri
persendian.Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis viris B.
2 Fase Ikterik Urine berwarana seperti teh pekat,tinja berwarna pucat,penurunan suhu badan disertai
dengan bradikard.Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu 1,kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.Kadang-kadang disertai gatal-gatal pas seluruh
badan,rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
3 Fase penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus,rasa mual,rasa sakit di ulu
hati,disusul bertambahanya nafsu makan,rata-ratsa 14-15 hari setelah timbulnya nafsu makan
ikterik.Warna urine tampak normal,penderita mulai merasa segar kembali namun lemas dan lekas
capai.
Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi
toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul
dan unit ini unik inflamasi pada hepar,pola normal pada hepar terganggu.Gangguan dan kerusakan
sel-sel hepar dan menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya,sel-sel
heoar yang menjadi rusak dibuang dari 12 tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel
hepar baru yang sehat.Oleh karenanya,sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal (Baraderu,2008). Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim
hati.Walapun jumlah billirubin yang belum mengalami konjungasi masuk kedalam hati tetap
normal,tetapi karena adanya kerusakaan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik,maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hatiselain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugas.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekresi) dan regurgitasi pada duktuli,empedu belum mengalami
konjungsi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan,konjugasi ekskresi bilirubin (Smeltezer & Bare,2002). Virus atau bakteri yang
menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawah sampai ke hati.Disini agen infeksi
menetap dan mengakibatkan perdangan dan terjadi kerusakan srl-sel hati (hal ini dapat dilihat pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT).Akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan
konjugasi bilirubin sehingga terjadi difungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik .Peradangan ini
akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehingga timbul gejala tidak nafsu makan
(anoreksia).Salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin,jika toksik yangb masuk
berlebihan atau tubuh memounyai respon hipersensivitas,maka hal ini merusak hati sendiri dengan
berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai panetral racun (Syaifuddin,2006)

Klasifikasi
Adapun 6 jenis hepatitis viral yaitu
1. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada
orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut,
mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.
Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan
hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan
kerang yang setengah matang. Minum dengaN es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah
suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa
kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko
tinggi tertular hepatitis A.
2. Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa
lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau
pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan dengan
interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi
terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu.
Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual. Mengenai hepatitis C akan kita bahas pada
kesempatan lain.
3. Hepatitis C
Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan paling sering
ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor asimtomatik, berbagi jarum dengan
pengguna obat intra vena dan cairan tubuh atau didapat dari tato.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap
dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui
hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D
bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut.
Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan,
khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi
feces.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F
merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B atau C. Tidak
menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah
jarum. Hepatitis B , dapat terjadi tanpa gejala. Namun dapat juga terjadi artalgia dan ruam
pada kulit.

Tanda dan gejala


 Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning,
keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang
berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak
seperti demam yang lainnya yaitupada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
 Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam,
sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi
penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut,
sehingga penularan kepada orang lain
menjadi lebih beresiko.
 Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak
menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun
beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit
perut, Urin menjadi gelap. Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan
enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C
justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
1) Pemeriksaan pigmen.
(1) Urobilirubin direk.
(2) Bilirubin serum total
(3) Bilirubin urine
(4) Urobilinogen urine
(5) Urobilinogen feses
2) Pemeriksaan protein
(1) Protein total serum
(2) Albumin serum
(3) Globulin serum
3) HbsAG
4) Waktu protombin 15 Respon waktu protombin terhadap vitamin K.
5) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
(1) AST dan SGOT.
(2) ALT dan SGPT.
(3) LDH.
6) Amonia serum.
2 Radiologi
1) Foto rontgen abdomen.
2) Pemindahan hati dengan preparat technetium,emas atau rose,begal yang
berlabelradiokatif.
3) Kolestogram dan kalangiogram.
4) Arteografi pembuluh darah seliaka.
3 Pemeriksaan tambahan
1) Laporaskopi
2) Biopsi hati : menunjukan diagnosis dan luasnya nekrosis

Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Hepatitis A

Perawatan Suportif

Pada periode akut dan dalam keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Aktivitas fisik yang
berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.
Manajemen khusus untuk hati dapat dapat diberikan sistem dukungan untuk mempertahankan
fungsi fisiologi seperti hemodialisis, transfusi tukar, extracorporeal liver perfusion, dan charcoal
hemoperfusion.
Rawat jalan pasien, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan menyebabkan
dehidrasi sebaiknya diinfus. Perawatan yang dapat dilakukan di rumah, yaitu :
- Tetap tenang, kurangi aktivitas dan banyak istirahat di rumah

- Minum banyak air putih untuk menghindari dehidrasi

- Hindari minum obat yang dapat melukai hati seperti asetaminofen dan obat
yang mengandung asetaminofen
- Hindari minum minuman beralkohol

- Hindari olahraga yang berat sampai gejala-gejala membaik

Perawatan Dietetik

Makanan tinggi protein dan karbohidrat, rendah lemak untuk pasien yang dengan
anoreksia dan nausea.
a. Selama fase akut diberikan asupan kalori dan cairan yang adekuat. Bila
diperlukan dilakukan pemberian cairan dan elektrolit intravena.
b. Menghindari obat-obatan yang di metabolisme di hati, konsumsi alkohol, makan-
makanan yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan, seperti makanan yang
berlemak
Medikamentosa

a. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A.

b. Obat-obatan diberikan hanya untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan,


yaitu bila diperlukan diberikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati,
antiemetik golongan fenotiazin pada mual dan muntah yang berat, serta vitamin K
pada kasus yang kecenderungan untuk perdarahan. Pemberian obat-obatan
terutama untuk mengurangi keluhan misalnya tablet antipiretik parasetamol untuk
demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi.

Penatalaksanaan Hepatitis B

Evaluasi untuk terapi


Evaluasi awal pasien dengan infeksi VHB meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik, dengan
penekanan khusus pada faktor-faktor risiko terjadinya infeksi gabungan, penggunaan alcohol,
riwayat keluar ga dengan infeksi VHB, dan kanker hati. Pemeriksaan laboratorium harus
mencakup pemeriksaan fungsi hati , pemeriksaan darah lengkap. Tes replikasi VHB seperti HBsAg
HBeAg/anti-HBe dan HBV DNA.
Pemantauan

Apabila seseorang mengalami infeksi HBV, tidak selalu perlu diterapi akan tetapi cukup dilakukan
saja pemantauan untuk menilai apakah perlu dilakukan intervensi dengan antiviral sewaktu.
Pemantauan dilakukan apabila pada pasien didapatkan keadaan :
 Hepatitis B kronik dengan HBeAg +, HBV DNA > 10 5 copies/mL, dan ALT
normal. Pada pasien ini dilakukan tes SGPT setiap 3-6 bulan. Jika kadar SGPT naik
> 1-2 kali Batas Atas Nilai Normal (BANN), maka ALT diperiksa setiap 1-3 bulan.
Jika dalam tindak lanjut SGPT naik menjadi > 2 kali BANN selama 3-6 bulan
disertai HBeAg (+) dan HBV DNA > 10 5 copies/mL, dapat dipertimbangkan untuk
biopsy hati sebagai pertimbangan untuk memberikan terapi antiviral
 Pada infeksi HBsAg inaktif (HBeAg, dan HBV DNA) dilakukan pemeriksaan ALT
setiap 6-12 bulan. Jika ALT naik menadji > 1-2 kali BANN, periksa serum HBV
DNA dan bila dapat dipastikan bukan disebabkan oleh hal yang lain maka dapat
dipertimbangkan terapi antiviral.
Terapi

Interferon α (IFN- α)

Pada pasien HBeAg + dengan SGPT yang lebih besart 3x dari BANN, respons angka keberhasilan
terapi interferon adalah sekitar 30-40% dibandingkan 10-20% pada kontrol. Pemberian interferon
4,5 mu atau 5 mu seminggu 3x selama 4-6 bulan dapat efektif. Apabila pengobatan diberikan
selama 12 bulan makan angka serokonversi HBeAg akan lebih meningkat. Pemberian monoterapi
dengan pegylated IFN- α-2a menghasilkan angka keberhasilan serokonversi HBeAg lebih tinggi
dibanding IFN- α2a konvensional.
Pada pasien dengan kadar SGPT pra-terapi yang lebih rendah (1,3-3x ULM) angka serokonversi
HBeAg lebih rendah tetapi dapat diperbaiki dengan pemberian kortikosteroid sebelum terapi
interferon. Namun demikian efek samping yang hebat pernah dilaporkan akibat penggunaan cara
ini. Bila serokonversi HBeAg ke anti HBe tercapai, maka akan menetap pada lebih dari 80% kasus.
Pasien hepatitis B kronik aktif dengan HBeAg negatif, anti HBe positif, HBV DNA positif juga
memberikan respons selama terapi interferon, tetapi biasanya terjadi relaps pada akhir terapi.
Pengobatan ulangan dengan IFN- α menunjukkan angka keberhasilan respons 20-40% baik pada
HBeAg positif maupun negative. Pada penelitian jangka panjang ditemukan bahwa serokonversi
HBeAg, baik yang diinduksi oleh terapi interferon atau secara spontan, bermanfaat untuk
kelangsungan hidup, kejadian gagal hati dan mencegah HCC. Pengobatan interferon biasanya
berhubungan dengan efek samping seperti flulike symptoms, neutropenia, trombositopenia, yang
biasanya masih dapat ditoleransi, namun kadang-kadang perlu dilakukan modifikasi dosis. Terapi
interferon yang menginduksi hepatitis flare dapat menyebabkan dekompensasi pada pasieen
dengan sirosis dan dapat berbahaya bagi pasien dengan dekompensasi hati. Lama terapi interferon
standar adalah 4-6 bulan sedangkan pegilated interferon adalah 12 bulan.

Lamivudine

Lamivudine efektif untuk supresi HBV DNA, normalisasi SGPT dan perbaikan secara histologist
baik pada HBeAg positif dan HBeAg negatif/HBV DNA positif. Pada pasien dengan HBeAg (+)
yang diterapi selama satu tahun dengan lamivudine (100 mg per hari) menghasilkan serokonversi
HBeAg dengan perbandingan kadar SGPT sebelum terapi : 64% (vs. 14% sebelum terapi) pada
pasien dengan SGPT dengan 5x BANN, 26% (vs. 5% sebelum terapi) pada pasein dengan SGPT 2-
5x BANN, dan hanya 5% (vs. 2% sebelum terapi) pada pasien dengan SGPT <2X BANN.
Terapi antivirus jangka panjang meningkatkan proporsi menghilangnya HBV DNA dan
serokonversi HBeAg. Pada pasien dengan SGPT sebelum terapi 2x BANN, angka keberhasilan
serokonversi HBeAg adalah 65% setelah 3 tahun, dan
77% setelah 5 tahun. Pada saat serokonversi HBeAg ke anti-HBe tercapai, hal tersebut bertahan
pada 30-80% kasus akan tetapi dapat lebih rendah jika pengobatan post-serokonversi berlangsung
kurang dari 4 bulan.
Pegylated interferon α-2a

Pegylated interferon α-2a adalah interferon α2a yang dipegilasi. Berbeda dengan interferon alfa
pegilasi generasi terdahulu (pegylated interferon α-2a), kemajuan penting dalam teknologi pegilasi
telah berhasil mengembangkan pegylated interferon α-2a dengan molekul polyethylene glycol
(PEG) generasi baru yang bercabang, berberat molekul lebih besar (40KD) serta ikatan antara
protein dan PEG yang kuat dan stabil (ikatan Amida). Implikasinya adalah:
Interferon alfa berada dalam sirkulasi darah lebih lama

Konsentrasi obat dalam plasma tetap bertahan sepanjang interval dosis (satu minggu penuh)
Besarnya variasi dalam serum sangat kecil sehingga menghasilkan profil tolerabilitas yang lebih
baik dibandingkan interferon α konvensional.

Penatalaksanaan Hepatitis C

Pengobatan Hepatitis C sedini mungkin sangatlah penting. Meskipun tubuh telah melakukan
perlawanan terhadap infeksi, tetapi hanya 20% yang berhasil, pengobatan tetap diperlukan untuk
mencegah Hepatitis C kronis dan membantu mengurangi kemungkinan hati menjadi rusak.
Senyawa-senyawa yang digunakan dalam pengobatan Hepatitis C adalah:

1. Interferon alfa

Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh manusia untuk meningkatkan sistem daya
tahan tubuh/imunitas dan mengatur fungsi sel lainnya. Obat yang direkomendasikan untuk penyakit
Hepatitis C kronis adalah dari inteferon alfa bisa dalam bentuk alami ataupun sintetisnya.

2. Pegylated interferon alfa

Dibuat dengan menggabungkan molekul yang larut air yang disebut "polyethylene glycol (PEG)"
dengan molekul interferon alfa. Modifikasi interferon alfa ini lebih lama ada dalam tubuh, dan
penelitian menunjukkan lebih efektif dalam membuat
respon bertahan terhadap virus dari pasien Hepatitis C kronis dibandingkan interferon alfa biasa.
Ada dua macam pegylated interferon alfa yang tersedia:

 Peginterferon alfa-2a
 Peginterferon alfa-2b
Meskipun kedua senyawa ini efektif dalam pengobatan Hepatitis C kronis, ada perbedaan dalam
ukurannya, tipe pegylasi, waktu paruh, rute pembersihan dari tubuh dan dosis dari kedua pegylated
interferon. Karena metode pegylasi dan tipe molekul PEG yang digunakan dalam proses dapat
mempengaruhi kerja obat dan pembersihannya dalam tubuh. Perbedaan besar antar dua pegylated
interferon adalah dosisnya. Dosis dari pegylated interferon alfa-2a adalah sama untuk semua
pasien, tidak mempertimbangkan berat dan ukuran pasien. Sedangkan dosis pegylated interferon
alfa-2b disesuaikan dengan berat tubuh pasien secara individu.

Ribavirin

Adalah obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa untuk pengobatan Hepatitis C
kronis. Ribavirin kalau dipakai tunggal tidak efektif melawan virus Hepatitis C, tetapi dengan
kombinasi interferon alfa, lebih efektif daripada inteferon alfa sendiri. Efek samping penggunaan
interferon adalah demam dan gejala-gejala menyerupai flu (nyeri otot, malaise, tidak napsu makan
dan sejenisnya), depresi dan gangguan emosi, kerontokan rambut lebih dari normal, depresi
sumsum tulang, hiperuresemia, kadang-kadang timbul tiroiditis. Ribavirin dapat menyebabkan
penurunan Hb. Untuk mengatasi efek samping tersebut, pemantauan pasien mutlak perlu
dilakukan.
Pengobatan pada hepatitis C

 Akut, keberhasilan terapi dengan interferon lebih baik dari pada pasien Hepatitis C kronik
hingga mencapai 100%. Interferon dapat digunakan secara monoterepi tanpa ribavirin dan
lama terapi hanya 3 bulan. Namun sulit untuk menentukan menentukan infeksi akut VHC
karena tidak adanya gejala akibat virus ini sehingga umumnya tidak diketahui waktu yang
pasti adanya infeksi
 Kronik adalah dengan menggunakan interferon alfa dan ribavirin. Umumnya
disepakati bila genotif I dan IV, maka terapi diberikan 48 minggu dan bila genotip II
dan III, terapi cukup diberikan 24 minggu.
Penatalaksanaan Hepatitis D

 Infeksi yang sembuh spontan

 Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi.
 Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
 Tidak ada rekomendasi diet khusus
 Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan yang
paling baik ditoleransi
 Menghindari konsumsi alcohol selama fase akut
 Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
 Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise.
 Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis D. Kortikosteroid tidak
bermanfaat.
 Obat-obat tidak perlu harus dihentikan.

Pencegahan terhadap HVD hanya efektif terhadap mereka yang masih mungkin dicegah dari
infeksi HVB, artinya yang dapat dicegah hanya koinfeksi HVD dan HVB, sedangkan untuk
mencegah superinfeksi hingga saat ini belum ditemukan cara yang efektif. Saat ini masih
dilakukan penelitian terhadap vaksinasi dengan HDAg-S.

Penatalaksanaan Hepatitis E
Kemunculan IgG anti HEV pada kontak dengan pasien hepatitis E dapat bersifat proteksi,
akan tetapi efektifitas dari immunoglobulin yang mengandung anti HEV masih belum jelas.
Pengembangan immunoglobulin titer tinggi sedang dilakukan. Vaksin HEV sedang dalam
penelitian klinis pada daerah endemic

Komplikasi
1. Enselfalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas aka menyebabkan sirosis hepatitis,penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Kompilkasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan,semakin besar jaringan parut yang
terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
4.Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan, hipoglikemi,
hipotensi dan sepsis
5.Sindroma Guilain Baire
6.Hepatitis kronik persisten
7.Hepatitis agresif
8.Perkembangan karsinoma hepato seluler

Pencegahan
Hepatitis A

Cara terbaik untuk mencegah virus adalah dengan melakukan vaksin. Vaksin dapat dilakukan
sejak usia balita hingga dewasa. Selain melakukan vaksin, beberapa cara ini dapat Anda
terapkan untuk mencegah datangnya virus hepatitis A ke dalam tubuh Anda. Cara tersebut
antara lain adalah:

 Hindari konsumsi makanan pinggir jalan yang tidak terjamin kebersihannya


 Gunakan peralatan pribadi untuk makan, minum, dan gosok gigi
 Jangan minum cocktail dengan es batu yang tidak terjamin kebersihan airnya
 Hindari produk susu dan daging serta ikan yang kurang matang.
 Biasakan untuk mencuci buah dan sayur yang Anda beli sebelum dikonsumsi
 Cuci tangan usai dari kamar mandi
 Usahakan makan dan memasak di rumah, agar terjaga kebersihan makanan.

Hepatitis B

Penyebaran virus hepatitis B umumnya melalui darah, air mani, atau cairan tubuh lain dari
seseorang yang terinfeksi. Media yang umum diketahui sebagai penyebab penyebaran adalah
melalui jarum suntik dan hubungan seksual. Sama seperti hepatitis A, vaksin adalah cara
terbaik yang dapat Anda lakukan untuk mencegah datangnya virus hepatitis B. Vaksin dapat
mulai diberikan sejak anak-anak, dan berlanjut hingga usia dewasa. Selain vaksin, ada
beberapa cara lain yang dapat Anda praktekkan guna melindungi diri dari resiko terkena virus
hepatitis B. Berikut diantaranya:

 Jangan gunakan sikat gigi atau pisau cukur yang sama


 Jangan menggunakan jarum suntik yang sama
 Jika Anda ingin memiliki tato, pastikan Anda mengetahui bagaimana pekerjanya
melakukan sterilisasi terhadap alat-alat yang digunakan.
 Gunakan proteksi saat Anda melakukan hubungan seksual

Jika Anda merasa telah terinfeksi hepatitis B dan Anda tidak pernah mendapatkan vaksinasi,
segera beritahu dokter Anda. Agar dapat mendapatkan pertolongan pertama sebelum virus
menyebar. Hepatitis B tidak akan tersebar melalui kegiatan ciuman, pelukan, atau
penggunaan alat makan yang sama. Walau begitu, Anda tetap harus waspada dan
memperhatikan kebersihan lingkungan Anda.

Mencegah Hepatitis C

Hepatitis C tidak memiliki vaksin khusus. Sebagai bentuk perlindungan diri, Anda dapat
melakukan cara-cara di bawah ini, agar Anda dapat terhindar dari resiko hepatitis C:

 Jangan menggunakan jarum suntik yang sama


 Ketahui riwayat seksual pasangan Anda. Jika menurut Anda mereka mungkin
terinfeksi, lakukan tes.
 Lakukan proteksi dengan menggunakan kondom saat Anda berhubungan seks.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1 Pengumpulan Data

1) Identitas Klien
(1) Pada penyakit hepatitis biasanya sering di temukan pada lakilaki usia produktif 40-50
tahun. Perempuan dewasa relative lebih rendah potensi terkena hepatitis karena gen di organ
hati tidak merasa perlu berganti menjadi gen maskulin untuk menghadapi kanker. Biasanya
kalau perempuan saat sedang hamil rawan terkena penyakit hepatitis. Pada tenaga medis dan
tenaga PMI lah yang sering terkena penyakit ini (Kemenkes, 2013).

2) Keluhan Utama Klien biasa datang dengan keluhan:Demam,sakit kepala,nyeri pada perut
kanan atas,mual,muntah,ikterik,lemah,letih,lesuh,dan anoreksia.

3) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan sekarang gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual
muntah, demam, nyeri perut kanan atas.

(2) Riwayat kesehatan masa lalu riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang
pernah diderita sebelumnya. Kecelakaan yang pernah dialami termasuk 19 keracunan,
prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudara-saudaranya.

(3) Riwayat kesehatan keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan dan, riwayat
penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.

4 Pemeriksan fisik

1) B1(Pernafasan Inspeksi : bentuk dada simetris,tidak menggunakan alat bantu nafas,irama


nafas teratur, tidak ada nyeri dada, sianosis tidak ada, Palapsi : gerakan dada saat bernafas
normal dan seimbang antara kiri dan kanan. Perkusi : terdengar bunyi sonor Auskultasi :
terdapat bunyi nafas tambahan ( ronkhi)

2) B2(Kardiovaskuler) Inspeksi :tidak ada nyeri dada, sianosis tidak ada. Palpasi : irama
jantung teratur, tekanan darah bisa meningkat atau menurun. Perkusi : pekak Auskultasi :
suara jantung S1 S2 tunggal 20

3) B3(Persyarafan) Inpeksi : kesadaran compomentis, orientasi baik, kejang (-), kaku kuduk),
brudinzky (-), nyeri kepala (-), pusing (-), kelainan nervous cranialis (-).

4) B4(Perkemihan) Inspeksi : urine berwarna gelap atau kuning pekat seperti teh karena
perubahan fungsi hati, menggunakan kateter Palpasi : tidak ada kelainan pada perkemihan
5) B5 (Pencernaan) Inspeksi : anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, asites,
mukosa bibir kering Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kanan,BAB warna tanah liat,tidak ada
kram abdomen dan gatal Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas Auskultasi : mungkin
terjadi peningkatan perilstatik,penambahan suara pekak pada region kuadran kanan
atas,terjadi distensi abdomen,feses pucat,dan penurunan berat badan

6) B6 (Muskuluskelektal & integumen) Inspeksi : akral hangat, oedema (+), kemampuan


gerakan terbatas,warna kulit kering Palpasi : turgor elastis, CRT < 3 detik, kekuatan otot
3,3,5,5 21

7) B7 Pengindraan Inspeksi : sklera mata tampak ikterik,konjungtiva merah muda,tidak


terdapat ptosis pertumbuhan rambut bulu mata baik,reaksi pupil terhadap cahaya
isokor,ketajasman penglihatan baik,alat bantu yang digunakan tidak ada. Hidung :
normal ,mukosa hidung lembab,tidak ada sekret,ketajaman penciuman normal Telinga :
bentuk kanan dan kiri simeris,tidak ada keluhan,ketajaman pendengaran normal,tidak ada alat
bantu Perasa : normal tidak ada masalah Peraba : baik tidak ada masalah

8) B8 Endokrin Inspeksi : gangrene (-), pus (-), bau (-) Palpasi : pembeseran kelenjar tyroid
(-), pembesaran kelenjar parotis tidak ada (Prawirohardjo, 2010).

9) Data psikososial (1) Biologis Pada klien hepatitis perubahan pada tubuhnya, aktivitas
berkurang,dan mudah lelah, maka klien harus memperbanyak istirahatnya dan membatasi
aktifitasnya.

(2) Psikologis Klien akan merasa cemas dengan penyakit yang diderita sekarang, perubahan
gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

(3) Sosiologis Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena
harus menjalani perwatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya.

(4) Spiritual Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan
keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa
nyeri dan ketidaknyamanan.

(5) Keluarga Masalah yang timbul pada keluarga adalah timbul kecemasan akan keadaan
klien, apakah akan selamat dan dapat hidup. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh
keluarga, untuk itu peran disini sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga .
Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang masalah juga bisa
timbul saat klien pulang dan tentunya keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan
klien. Hal ini tentunya menambah 23 beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik
dalam keluarga (Marthin W, 2010).

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Eliminasi Urin (D.0040) berhubungan dengan iritasi kandung kemih

2. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera biologis pada inflamasi hepar

3.Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi pada hepar)

4. Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

Intervensi keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan Paraf dan Nama


o keperawatan kriteria Jelas
hasil

1 Gangguan setelah Dukungan Perawatan Diri: Magdalena,Rona


Eliminasi dilakukan BAK (I.11349) uli , Ezra
Urin (D.0040) tindakan
Observasi
berhubungan keperawatan
dengan iritasi selama 3x24 1. Identifikasi kebiasaan
kandung jam BAB/BAK sesuai usia
kemih diharapkan 2. Monitor integritas kulit
masalah pasien
eliminasi
Terapeutik
urin dapat
teratasi 3. Buka pakaian yang
dengan diperlukan untuk
kriteria hasil memudahkan eliminasi
(L.04034) 4. Dukung penggunaan
: toilet/commode/pispot/u
1. Sensasi rinal secara konsisten
berkemih 5. Jaga privasi selama
meningkat eliminasi
(5) 6. Ganti pakaian pasien
2. Desakan setelah eliminasi, jika
berkemih perlu
(urgensi) 7. Bersihkan alat bantu
menurun BAK/BAB setelah
(5) digunakan
3. Distensi 8. Latih BAK/BAB sesuai
kandung jadwal, jika perlu
kemih 9. Sediakan alat bantu
menurun (mis. kateter eksternal,
(5) urinal), jika perlu
4. Berkemih
Edukasi
tidak
tuntas 10. Anjurkan BAK/BAB
(hesistanc secara rutin
y) 11. Anjurkan ke kamar
menurun mandi/toilet, jika perlu
(5)
Pengontrolan Infeksi
5. Volume
(I.01018)
residu
urin Observasi :
menurun
1.Identifikasi pasien-pasien
(5)
yang mengalami penyakit
6. Urin
infeksi menular
menetes
(dribbling Terapeutik :
) menurun
(5) 2.Terapkan kewaspadaan
7. Nokturia universal (mis: cuci tangan
menurun aseptic, gunakan alat pelindung
(5) diri seperti masker, sarung
8. Mengomp
tangan, pelindung wajah,
ol
pelindung mata, apron, sepatu
menurun
bot sesuai model transmisi
(5)
mikroorganisme)
9. Enuresis
menurun 3.Tempatkan pada ruang isolasi
(5) bertekanan positif untuk pasien
yang mengalami penurunan
imunitas

4.Tempatkan pada ruang isolasi


bertekanan negatif untuk pasien
dengan resiko penyebaran
infeksi via droplet atau udara

5.Sterilisasi dan desinfeksi alat-


alat, furniture, lantai, sesuai
kebutuhan

6.Gunakan hepafilter pada area


khusus (mis: kamar operasi)

7.Berikan tanda khusus untuk


pasien-pasien dengan penyakit
menular

Edukasi :

8.Ajarkan cara mencuci tangan


dengan benar

2 Nyeri Akut setelah Manajemen nyeri (I.08238) Magdalena,


(D.0077) dilakukan Ronauli , Ezra
Observasi
berhubungan tindakan
dengan agen keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
pencedera selama 3x24 karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
biologis pada jam
intensitas nyeri
inflamasi diharapkan
2. Identifikasi skala
hepar masalah
nyeri
Tingkat
3. Idenfitikasi respon
nyeri dengan
nyeri non verbal
kriteria hasil
4. Identifikasi faktor
(L.08066):
yang memperberat
1. Keluhan
dan memperingan
nyeri
nyeri
menurun
5. Identifikasi
(5)
pengetahuan dan
2. Meringis
keyakinan tentang
menurun
nyeri
(5)
6. Identifikasi
3. Sikap
pengaruh budaya
protektif
terhadap respon
menurun
nyeri
(5)
7. Identifikasi
4. Gelisah
pengaruh nyeri pada
menurun
kualitas hidup
(5)
8. Monitor
5. Kesulitan
keberhasilan terapi
tidur
komplementer yang
menurun
sudah diberikan
(5)
9. Monitor efek
6. Frekuensi
samping penggunaan
nadi
analgetik
membaik
(5)
Terapeutik :

10. Berikan Teknik


nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur,
terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
11. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat
dan tidur
13. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi :

14. Jelaskan penyebab,


periode, dan pemicu
nyeri
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
17. Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
18. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi :

19. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

3 Hipertermia setelah Manajemen Hipertermia Magdalena ,


(D.0130) dilakukan (I.15506) Ronauli , Ezra
berhubungan tindakan
Observasi
dengan proses keperawatan
penyakit selama 3x24 1. Identifikasi penyebab
(inflamasi jam hipertermia (mis:
pada hepar) diharapkan dehidrasi, terpapar
masalah lingkungan panas,
Termoregula penggunaan inkubator)
si dengan 2. Monitor suhu tubuh
kriteria hasil 3. Monitor kadar elektrolit
(L.14134) : 4. Monitor haluaran urin
1. Menggigil 5. Monitor komplikasi
menurun akibat hipertermia
(5)
Terapeutik
2. Suhu
tubuh 6. Sediakan lingkungan
membaik yang dingin
(5) 7. Longgarkan atau
3. Suhu kulit lepaskan pakaian
membaik 8. Basahi dan kipasi
(5) permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
11. Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
12. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13. Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi

14. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

15. Kolaborasi pemberian


cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

4 Defisit Nutrisi setelah Manajemen Nutrisi (I.03119) Magdalena ,Ron


(D.0019) dilakukan auli , Ezra
Observasi
berhubungan tindakan
dengan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampu selama 3x24 2. Identifikasi alergi dan
an jam intoleransi makanan
mengabsorpsi diharapkan 3. Identifikasi makanan
nutrien masalah yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien
Status
5. Identifikasi perlunya
Nutrisi
penggunaan selang
dengan
nasogastrik
kriteria hasil
6. Monitor asupan
(L.03030) :
makanan

1. nyeri 7. Monitor berat badan

abdomen 8. Monitor hasil

menurun (5) pemeriksaan


laboratorium
2. berat
Terapeutik
badan
membaik (5) 9. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
3.frekuensi
perlu
makan
10. Fasilitasi menentukan
membaik (5)
pedoman diet (mis:
4. nafsu piramida makanan)
makan 11. Sajikan makanan secara
membaik (5) menarik dan suhu yang
sesuai
12. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
13. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi

16. Ajarkan posisi duduk,


jika mampu
17. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

18. Kolaborasi pemberian


medikasi sebelum
makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
19. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

Implementasi Keperawatan

Merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana keperawatan. Sama seperti
tujuan dan hasil yang ditentukan oleh data, intervensi keperawatan ditentukan oleh tujuan dan
hasil yang diharapkan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi.

Evaluasi Keperawatan

Merupakan tahap penilaian pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam kriteria tindakan pada
kenyataannya evaluasi melihat hasil dan tindakan yang telah dilakukan terhadap
klien.Evaluasi juga dilakukan bukan hanya sekali melainkan beberapa kali sesuai target
waktu yang ditetapkan.
Kesimpulan

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai