Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA

Dosen Pengampu :
Ns. Donny Mahendra, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Depi Febri Lutvia AfifaAzharo (2163030003)
Anna Angelica Siregar (2163030018)
Riang Hartati Waruwu (2163030023)
Magdalena Sri Febiolita Tambunan (2163030030)

Fakultas Vokasi Program Studi Diploma III Keperawatan


Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberikan kita
nikmat berupa nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga kami selaku penyusun bisa
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Kedua kalinya kami menghanturkan terima kasih serta
salam kepada Yesus Kristus. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang
benderang sehingga kita diberkahi banyak ilmu pengetahuan. Pada makalah ini akan dibahas
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diagnosa Pneumonia.

Terimakasih kepada Ns. Donny Mahendra, S.Kep., M.Kep yang telah membimbing kami dalam
membuat makalah ini . Dan Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini khususnya bagi anggota anggota yang saling membantu dalam proses
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik. Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sehingga makalah selanjutnya bisa tersusun lebih baik.

Jakarta, 24 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya adalah
bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, maupun pengaruh
tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah
Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia
adalah Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza virus, Respiratory syncytial virus (RSV) dan Para
influenza virus (Athena & Ika 2014).

Pneumonia yang sering terjadi dan bersifat serius, berkaitan dengan penyebab kematian dan
kesakitan terbayak di dunia. Insiden di Amerika Serikat (AS) terkait pneumonia komunitas. Di
sana, ada sekitar 24,8 kasus per 10 ribu orang dewasa setiap tahunnya. Dan pneumonia
komunitas itu merupakan penyebab kematian ke-8 yang terbanyak (di AS) Angka kematian
sekitar 1.4 juta pertahunnya secara global (7% penyebab kematian didunia). Angka kematian
terbanyak pada usia anak-anak dan orang tua (> 75 tahun). Angka kejadian pneumonia lebih
sering terjadi negara berkembang dibandingkan negara maju. Di Indonesia pada tahun 2010,
pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan proporsi kasus
53.95% untuk laki-laki dan 46.05% untuk perempuan, dengan crude fatality rate (CFR) 7.6%,
paling tinggi bila dibandingkan penyakit lainnya. Berdasarkan data RISKESDAS 2018
prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) adalah sekitar 2,0%
sedangkan pada tahun 2013 adalah 1.8%. Artinya dari 100 orang Indonesia itu, 2 orang itu
pernah menderita pneumonia.

B.Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Metodologi Keperawatan yang diampu
oleh Ns. Donny Mahendra, S.Kep., M.Kep

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

KONSEP DASAR MEDIS


1.DEFINISI
Penyakit Pneumonia merupakan radang paru yang diakibatkan bakteri, virus dan jamur
yang ada dimana-mana sehingga menyebabkan demam, pilek, batuk, sesak napas dan ketika
kekebalan bayi dan balita rendah maka fungsi paru terganggu sedangkan tingkat kekebalan bayi
dan balita rendah disebabkan karena asap rokok, asap/debu didalam rumah merusak saluran
napas, ASI sedikit/hanya sebentar, gizi kurang, imunisasi tidak lengkap, berat lahir rendah,
penyakit kronik dan lainnya. (Kemenkes, 2020)

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia atau
kerusakan fisik paru. Pneumonia dapat menyerang siapa aja, seperti anak-anak, remaja, dewasa
muda dan lanjut usia, namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia. Pneumonia dibagi menjadi
tiga yaitu community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas, hospital acquired
pneumonia (HAP) dan ventilator associated pneumonia (VAP), dibedakan berdasarkan darimana
sumber infeksi dari pneumonia. Pneumonia yang sering terjadi dan dapat bersifat serius bahkan
kematian yaitu pneumonia komunitas.( Perhimpunan Dokter Paru Indonesia , 2020)

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi pada anak-anak
tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis pneumonia
dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi lain (Hockenberry&Wilson, 2009).

Pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari daerah sakuran pernafasan
bagian bawah secara spesifik mempengaruhi paru-paru.(UNICEF/WHO , 2006)

5
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 1. https://images.app.goo.gl/2AZT6fB2PaxZSjHw9

Anatomi

- Trakea

Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang fungsinya untuk


mempertahankan agar trakea tetap terbuka. Trakea dilapisi oleh lendir yang terdiri
atas epitelium bersilia. Jurusan silia ini bergerak jalan ke atas ke arah laring; maka
dengan gerakan ini debu dan butir halus yang turut masuk bersama pernafasan dapat
dikeluarkan.

- Bronkus
Bronkus merupakan cabang trachea dan terdiri dari dua buah yaitu bronchus
kanan dan bronchus kiri, masing-masing akan menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru
kiri. Bronchus kanan lebih besar, pendek dan tegak dibandingkan dengan bronchus kiri,
terdiri dari 3 cabang dan tersusun atas 6-8 cincin rawan. Sedangkan bronchus kiri lebih
panjang dan langsing, terdiri dari 2 cabang dan tersusun atas 9-12 cincin rawan.

6
- Bronkiolus
Saluran udara ke bawah sampai ke tingkat bronkiolus terminalis merupakan
saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Setelah bronkiolus terdapat
asinus yang merupakan unit fungsional paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri
dari bronkiolus respiratorik, duktus alvedansi sakus. Alvedaris terminalis alveolus
dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh dinding septus atau septum. Alveolus dilapisi
oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfaktan yang dapat mengurangi tegangan
pertukaran dalam mengurangi resistensi pengembangan pada waktu inspirasi dan
mencegah katub alveolus pada ekspirasi.

- Alveolus
Saluran alveolus adalah cabang akhir dari pohon bronkial. Setiap saluran alveolar
diperbesar, seperti gelembung sepanjang panjangnya. Masing-masing pembesaan disebut
alveolus, dan sekelompok alveolar yang bersebelahan disebut kantung alveolar. Beberapa
alveoli yang berdekatan dihubungkan oleh alveolar pori-pori.

Fisiologi

Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali bernafas adalah satu kali
inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada
sumsum penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan
dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru.
Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara
alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel
jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara
dalam alveolusalveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.

7
Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan
karbon dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh
paru-paru (Mutaqqin, 2009).

3.ETIOLOGI

a. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organism gram positif :
Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative seperti
Haemophilus influenza, Klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. (Padila, 2013)

b. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.


Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. (Padila, 2013)

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. (Padila,
2013)

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya menjangkiti pasien yang


mengalami immunosupresi. (Padila, 2013)

4.KLASIFIKASI

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis

a. Pneumonia komuniti (Community Acquired Pneumonia = CAP)

8
Pneumonia Komunitas adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak menjalani rawat
inap di rumah sakit.

b. Pneumonia Nosokomial (Hospital Acquired Pneumonia)

Pneumonia Nosokomial adalah pneumonia yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit atau
sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.

c. Pneumonia Aspirasi

Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik ketika makan
atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi
infeksi karena bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab lain dari
pneumonia.

d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi pada penderita
yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.

2. Berdasarkan bakteri penyebab

a. Pneumonia tipikal

Pneumonia bacterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada semua usia. Bakteri yang
biasanya menyerang pada balita dan anakanak yaitu Streptococcus pneumonia, Haemofilus
influenza, Mycobacterium tuberculosa dan Pneumococcus.

b. Pneumonia Atipikal

Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma. Organisme atipikal
yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu :

• Mycoplasma pneumonia

• Legionella pneumophila

• Chlamydia pneumoniae

9
c. Pneumonia Virus

Virus yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu Virus parainfluenza, Virus
influenza, Adenovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan Cytomegalovirus

d. Pneumonia Jamur

Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering, merupakan infeksi sekunder, terutama pada
penderita dengan daya tahan tubuh lemah (Immunocompromised).

3. Berdasarkan letak anatomi

a. Pneumonia Lobaris

Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila
kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.

b. Bronkopneumonia

Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.

c. Pneumonia Interstitialis

Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial
serta interlobular (Wong, 2004).

5.MANIFESTASI KLINIK

Menurut Mandan (2019) tanda gejala yang timbul pada pneumonia antara lain:

a. Demam menggigil

Terjadinya gejala seperti demam menggigil merupakan sebuah tanda adanya peradangan atau
inflamasi yang terjadi didalam tubuh sehingga hipotalamus bekerja dengan memberi respon
dengan menaikan suhu tubuh. Demam pada penyakit pneumoni dapat mencapai 38,80C sampai
41,10C.

10
b. Mual dan tidak nafsu makan

Gejala mual dan tidak nafsu makan disebabkan oleh peningkatan produksi sekret dan timbulnya
batuk, sehingga dengan adanya batuk berdahak menimbulkan penekanan pada intra abdomen dan
saraf pusat menyebabkan timbulnya gejala tersebut.

c. Batuk kental dan produktif

Batuk merupakan gejala dari suatu penyakit yang menyerang saluran pernapasan, hal ini
disebabkan adanya mikroorganisme atau non mikroorganisme yang masuk ke saluran pernapasan
sehingga diteruskan ke paru-paru dan bagian bronkus maupun alveoli. Dengan masuknya
mikroorganisme menyebabkan terganggunya kinerja makrofag sehingga terjadilah proses
infeksi, jika infeksi tidak ditangani sejak dini akan menimbulkan peradangan atau inflamasi
sehingga timbulnya odema pada paru dan menghasilkan sekret yang berlebih.

d. Sesak napas

Adanya gejala sesak nafas pada pasien pneumonia dapat terjadi karena penumpukan sekret atau
dahak pada saluran pernapasan sehingga udara yang masuk dan keluar pada paru-paru
mengalami hambatan.

e. Ronchi

Ronchi terjadi akibat lendir di dalam jalur udara, mendesis karena inflamasi di dalam jalur udara
yang lebih besar.

f. Mengalami lemas/ kelelahan

Gejala lemas/ kelelahan juga merupakan tanda dari Pneumonia, hal ini disebabkan karena adanya
sesak yang dialami seorang klien sehingga kapasitas paru-paru untuk bekerja lebih dari batas
normal dan kebutuhan energi yang juga terkuras akibat usaha dalam bernapas.

g. Orthopnea

Gejala orthopnea juga dapat terjadi pada klien dengan Pneumonia. Orthopnea sendiri merupakan
suatu gejala kesulitan bernapas saat tidur dengan posisi terlentang.

11
Sedangkan Gejala klinis dari pneumonia menurut Nursalam (2016) adalah demam, menggigil,
berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir,
purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah
pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat bernapas,
takipnea, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronchi.

6.PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme penyebab pneumonia masuk ke dalam saluran pernapasan melalui


inhalasi atau aliran darah, reaksi peradangan pada dinding bronkus menyebabkan kerusakan sel
eksudat dan sel epitel, jika berlangsung lama dapat menyebabkan etelektasis. Selain itu
bronkospasme dapat terjadi saat terjadi gangguan jalan napas akibat reaksi inflamasi dalam
alveoli yang menghasilkan eksudat (Novi, 2021:9).

Infeksi pneumonia dapat terjadi di segmen paru-paru yang berbeda, dan harus dilakukan
pemeriksaan radiografi pada saat yang sama oleh ahli radiologi pediatrik untuk mengetahui letak
infeksi, selain dapat melihat lokasi infeksi juga dapat mengidentifikasi luas permukaan yang
terinfeksi (Ciftci E, et al., 2003).

Pneumonia berulang atau kekambuhan pneumonia balita dapat terjadi pada bagian paru
yang berbeda atau multiple, namun lobus tengah menjadi bagian yang paling sering terserang
karena lobus tengah relative sempit dan panjang serta saat terjadinya pembengkakan alveoli di
bagian lobus tengah maka akan terjadi penyumbatan sehingga tidak ada ventilasi kolateral atau
aliran udara antara alveolus-alveolus yang lain, ketika pembengkakan terjadi berulang di area
yang sama dapat menimbulkan kerusakan jalan nafas (Montella S, Corcione A, Santamaria F,
2017).

Surartawan IP (2019) menyatakan bahwa proses peradangan yang terjadi di paru-paru meliputi
empat stadium, yaitu :

a. Stadium I (4 – 12 Jam pertama/kongesti)


Disebut Hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi, hal tersebut ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

12
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Terjadi pembekakan serta edema antar kapiler
dan alveolus, selain itu terdapat penimbunan cairan diantara keduanya, hal tersebut
meningkatkan jarak tempuh oksigen dan karbondioksida yang berpengaruh pada
penurunan saturasi oksigen haemoglobin.
b. Stadium II (48 Jam berikutnya)
Disebut Hepatitis Merah, terjadi pada saat alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (Host) sebagai bagian dari reaksi peradangan.
Lobus yang terkena menjadi padat karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan
cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minim sehingga anak akan bertambah
sesak.
c. Stadium III (3 – 8 Hari)
Disebut Hepatitis Kelabu, terjadi pada saat sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah
paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dna kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

d. Stadium IV (7 – 12 Hari)
Disebut Resolusi, terjadi pada saat respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel
fibrin dan eksudat lisis serta diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
struktur semula.Peradangan dan infeksi akibat pneumonia berulang dikonfirmasi serta di
evaluasi melalui diagnosis radiografi, 8-12 minggu setelah episode kedua pneumonia
berulang pada umunya dilakukan evaluasi untuk menghindari pelebaran infeksi pada paru
(Patria MF, et al., 2016)

13
7.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Thoraks : gambaran infiltrate , konsolidasi lobus atau kavitas. Proyeksi yang dibutuhkan
adalah posterioranterior (PA) dan lateral

CT-Scan : dikerjakan secara klinis mendukung kearah pneumonia , namun foto toraksnya
negatif.

Laboratorium : DPL , hitung jenis , LED , glukosa darah , ureum , kreatinin , AST , ALT ,
analisis gas darah, dan elektrolit. Umumnya terdapat leukositosis (biasanya 15.000 –
30.000/mm³) dengan hitung jenis shit to the left. Leukopenia juga dapat ditemukan (prognosis
buruk).

Mikrobiologi : untuk pasien pneumonia komunitas rawat jalan , sifatnya opsional. Pada pasien
rawat inap, untuk mencari etiologi spesifik dan melihat pola resistensi.

Penanda Biologis : pemeriksaan C-reactive protein (CRP) dan prokalsitonin (PCT) untuk
diagnosis dan menilai prognosis pneumonia. Tidak rutin dilakukan

8.KOMPLIKASI

Pneumonia ektrapulmonal, 10% kasus terjadi meningitis , artritis , endokarditis , pericarditis ,


peritonitis , atau empyema

Gagal jantung : insidens pada pasien pneumonia komunitas dirawat inap adalah 14,1%

Efusi Pleura : terjadi pada 57% pasien yang di rawat inap akibat pneumonia dan 2-12% pasien
anak dengan pneumonia

Acute respiratory distress syndrome (ARDS).

14
Pneumothoraks : terjadi pada 1% pasien anak dengan pneumonia

9.PENATALAKSANAAN

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral dan
tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan melalui infus.
Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.

Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan memberikan respon
terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum
yang dapat diberikan antara lain :

a. Oksigen 1-2 L/menit.

b. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip.

d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

Tatalaksana untuk pengobatan dengan kriteria pneumonia yang berat :

1.Dirawat di ICU karena pneumonia / gagal napas

2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas mekanik / membutuhkan O2 > 35% untuk
mempertahankan saturasi O2 > 90%

3. Perubahan radiologik secara progresif, pneumonia multilobar / kaviti dari infiltrat paru

4. Terdapat sepsis dengan hipotensi dan atau disfungsi organ termasuk :

Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolic < 60 mmHg)

15
Memerlukan vasopresor > 4 jam

Jumlah urin < 20 mm/jam atau jumlah urin 80 ml/4 jam

Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialysis

10.PENCEGAHAN

Terdapat beberapa vaksin pneumonia yang ditujukan untuk mencegah pneumonia, namun tidak
bisa mencegah pneumonia yang sedang outbreak saat ini. Beberapa vaksin tersebut yaitu sebagai
berikut :

Vaksin Pneumokokus (atau PCV : Pneumococcal Conjugate Vaccine)

Vaksin PCV13 (merek dagang Prevnar®) memberikan kekebalan terhadap strain bakteri
Streptococcus pneumoniae, yang paling sering menyebabkan penyakit pneumokokus pada
manusia. Masa perlindungan sekitar 3 tahun. Vaksin PCV13 utamanya ditujukan kepada bayi
dan anak di bawah usia 2 tahun.

Vaksin Pneumokokus PPSV23

Vaksin PPSV23 (nama dagang Pneumovax 23®) memberikan proteksi terhadap 23 strain bakteri
pneumokokus. Vaksin PPSV23 ditujukan kepada kelompok umur yang lebih dewasa. Mereka
adalah orang dewasa usia 65 tahun ke atas, atau usia 2 hingga 64 tahun dengan kondisi khusus.

Vaksin Hib

Di negara berkembang, bakteri Haemophilus influenzae type B (Hib) merupakan penyebab


pneumonia dan radang otak (meningitis) yang utama. Di Indonesia vaksinasi Hib telah masuk
dalam program nasional imunisasi untuk bayi.

Terkait pencegahan pneumonia yang sedang outbreak saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah
kasus ini karena pneumonia pada kasus outbreak saat ini disebabkan oleh coronavirus jenis baru.
Menyikapi hal ini, PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) menyarankan beberapa hal,
antara lain:

1. Agar masyarakat jangan panik.

2. Masyarakat tetap waspada terutama bila mengalami gejala demam, batuk

16
disertai kesulitan bernafas, segera mencari pertolongan ke RS terdekat

3. Health Advice

Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang

mulut, hidung dan mata; serta setelah memegang instalasi publik. Mencuci tangan dengan air dan
sabun cair serta bilas setidaknya 20 detik. Cuci dengan air dan keringkan dengan handuk atau
kertas sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan, dapat menggunakan alkohol 70-80%
handrub.

Menutup mulut dan hidung dengan tissue ketika bersin atau batuk.

Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan berobat ke fasilitas layanan
kesehatan.

4. Travel advice

Hindari menyentuh hewan atau burung.

Hindari mengunjungi pasar basah, peternakan atau pasar hewan hidup.

Hindari kontak dekat dengan pasien yang memiliki gejala infeksi saluran napas.

Patuhi petunjuk keamanan makanan dan aturan kebersihan.

Jika merasa kesehatan tidak nyaman ketika di daerah outbreak terutama demam atau batuk,
gunakan masker dan cari layanan kesehatan.

Setelah kembali dari daerah outbreak, konsultasi ke dokter jika terdapat gejala demam atau
gejala lain dan beritahu dokter riwayat perjalanan serta gunakan masker untuk mencegah
penularan penyakit.

17
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau
penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang
akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus
dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat
teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian meliputi :

1. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status
pernikahan

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status
pernikahan, hubungan dengan pasien

3. Riwayat Kesehatan

• Keluhan utama

Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas

• Riwayat Keluhan Utama

18
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti lemah, sianosis, sesak napas,
adanya suara napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan
hidung, muntah, diare)

• Riwayat Kesehatan Masa lalu

Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma.

Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

• Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai
penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC Paru dan lain sebagainya.

4. Pola Fungsi Kesehatan

• Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.

Pola nutrisi

Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan rangsangan gaster sebagai
dampak peningkatan toksik mikrorganisme.

• Pola eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan evaporasi karena
demam

• Pola istirahat/tidur

Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak nafas.

• Pola aktfitas dan latihan

Aktifitas dan latihan klien akan 0menurun karena adanya kelemahan fisik

5. Pemeriksaan Fisik

• Head to toe

19
• Data Fokus

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus pneumonia menurut PPNI
(2017) sebagai berikut

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

3. Hipertermia (D.0130)

4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)

5. Defisit nutrisi (D0019)

6. Intoleran aktivitas (D.0056)

3.Intervensi Keperawatan

NO DX KEP SLKI SIKI


1 D.0001 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Bersihan pada jalan 1.Monitor pola nafas
diharapkan bersihan jalan
nafas b.d sekresi
nafas meningkat dengan 2.Monitor bunyi nafas
yang tertahan.
kriteria hasil : 3.Identifikasi Kemampuan
Dibuktikan
 ProduksI sputum

20
dengan : menurun batuk
 Mengi menurun
- Sputum berlebih 4.Monitor sputum
 Wheezing (jumlah, warna, aroma)
- Batuk tidak
menurun
efektif 5.Monitor tanda & gejala
 Frekuensi nafas
infeksi saluran nafas
- Tidak mampu dalam rentang
batuk normal Teraupetik
 Batuk efektif
- Mengi, Wheezing, 6.Posisikan semi fowler
meningkat
atau ronki kering
7.Berikan minum air
 Pola nafas
- Dispnea hangat
meningkat
- Pola nafas 8.Lakukan suction selama
berubah 15 detik

- Frekuensi nafas 9.Berikan oktisgen, jika


bertambah perlu

Edukasi

10.Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari

11.Ajarkan teknik batuk


efektif

Kolaborasi

12.Kolaborasi pemberian
broncodilaor

2 D.0005 Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan
Pola nafas tidak 1.Monitor pola nafas
diharapkan pola nafas
efektif b.d (frekuensi,kedalaman,
membaik dengan kriteria
deformitas dinding usaha nafas)
dada. Dibuktikan

21
dengan : hasil : 2.Monitor,bunyi nafas
tambahan (Gurgling,
- Penggunaan otot -Kapasitas vital membaik
mengi, wheezing, ronki)
bantu pernapasan
-Tekanan ekpirasi
3.Auskultasi bunyi nafas
-Fase ekspirasi meningkat
memanjang 4.Monitor saturasi oksigen
-Tekanan inspirasi
-Dispnea meningkat Teraupetik

-Pola nafas -Dyspnea menurun 5.Posisikan semi fowler


abnormal
-Penggunaan otot bantu 6.Lakukan fisioterapi dada
(takipnea, nafas menurun
7.Berikan oksigen, jika
bradipnea,
-Frekuensi nafas membaik perlu
hipoventilasi)
Kolaborasi
-Pernafaan
cuping hidung 8.Kolaborasi pemberian
bronkodilator
-Tekanan ekspirasi
menurun

-Tekanan inspirasi
menurun

3 D.0130 Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan
Hipertermia b.d 1.identifikasi penyebab
diharapkan
proses penyakit hipertermia
termogulasi membaik
(infeksi
dengan kriteria hasil : 2.monitor suhu tubuh
mycobacterium
tuberculosis). -menggigil membaik 3.monitor warna dan suhu

Dibuktikan kulit
-kejang menurun
dengan : Teraupetik
-takikardi membaik
-suhu tubuh diatas 4.longgarkan atau lepaslan
pakaian

22
nilai normal -takipnea membaik 5.berikan cairan oral

-kejang -suhu tubuh membaik 6.lakukan kompres dingin

-takikardi -suhu kulit membaik 7.sesuaikan suhu


lingkungan dengan
-takipnea -tekanan darah membaik
kebutuhan pasien
-kulit terasa hangat -ventilasi membaik
Edukasi

8.anjurkan tirah baring

Kolaborasi

9.kolaborasipemberian

cairan elektrolit

10.Kolaborasikan
pemberian

antipiretik

4 D.0003 Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan
Gangguan 1.Monitor frekuensi,
diharapkan pertukaran gas
pertukaran gas b.d irama, kedalaman dan
meningkat dengan kriteria
ketidakseimbangan upaya nafas
hasil :
ventilasi-perfusi.
2.Monitor adanya
-Dispnea menurun
Dibuktikan sumbatan jalan nafas
dengan : -Bunyi nafas tambahan
3.Auskultasi bunyi nafas
mnurun
-Dispnea
4.Monitor saturasi oksigen
-Pusing menurun
-Takikardi
5.Monitor kecepatan
-Penglihatan kabur
-Bunyi nafas aliran oksigen
menurun
tambahan
6.Monitor kemampuan
-Gelisah menurun
-PCO2 melepaskan oksigen saat

23
meningkat/menuru -Nafas cuping hidung makan
n
menurun Teraupetik
-P02 menurun
-PCO2 membaik 7.Pertahankan kepatenan
-Pusing jalan nafas
-PO2 membaik
-Penglihatan kabur 8.Berikan oksigen
-Takikardia membaik
tambahan jika perlu
-Sianosis
-Sianosis membaik
Kolaborasi
-Gelisah
-Pola nafas membaik
9.Kolaborasi penentuan
-Nafas cuping
-Warna kulit membaik dosis oksigen
hidung
10.Kolaborasi penggunaan
-Pola nafas
oksigen saat aktivitas dan
abnormal
tidur
-Kesadaran
menurun

5 D.0019 Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan
Defisit nutrisi b.d 1.Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi
peningkatan
membaik dengan kriteria 2.Identifikasi makanan
kebutuhan
hasil : yang disukai
metabolisme.
Dibuktikan -Berat badan membaik 3.Identifikasi kebutuhan

dengan : kalori dan jenis makanan


-Indeks masa tubuh
-Nafsu makan membaik (IMT) 4.Monitor asupan

menurut makanan
-Frekuensi makan
-Berat badan membaik 5.Monitor mual & muntah

menurun 6.Monitor berat badan


-Nafsu makan membaik
-Bising usus Teraupetik
-Membrane mukosa
membaik

24
hiperaktif 7.Lakukan oral hygiene
sebelum makan
-Membrane mukosa
pucat 8.Berikan makanan yang
tinggi serat untuk
-Sariawan
mencegah konstipasi

9.Berikan makanan yang


tinggi protein dan tinggi
kalori

10.Berikan suplemen
makanan

Edukasi

11.Anjurkan posisi duduk

12.Ajarkan diet
yang diprogramkan

Kolaborasi

13.Kolaborasikan
pemberian medikasi
sebelum makan

6 D.0056 Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan 1.monitor kelelahan fisik
Intoleransi aktivitas
diharapkan toleransi 2.identifikasi kemampuan
b.d tirah baring,
aktivitas meningkat berpartisipasi dalam
kelemahan,
dengan kriteria hasil : aktivitas tertentu
ketidakseimbangan
-kemudahan dalam Teraupetik
antara suplai dan
melakukan aktivitas 3.latihan gerak pasif dan
kebutuhan oksigen.
sehari-hari meningkat aktif
Dibuktikan
-kekuatan tubuh bagian 4.libatkan keluarga dalam
atas dan bawah meningkat

25
dengan : -keluhan lelah membaik aktivitas
-dispneu saat aktivitas Kolaborasi
-Mengeluh lelah
menurun 5.anjurkan melakukan
-Frekuensi jantung aktivitas secara bertahap
meningkat

-Dyspnea

-sianosis

3.Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan yang mana serangkaian
proses keperawatan yang teris berkesinambungan yang dilakukan oleh perawat secara langsung
kepada pasien . Implementasi merupakan proses pelaksanaan dari rencana keperawatan
(intervensi), dan dengan dilaksanakannya setiap proses ini diharapkan mendapatkan hasil yang
baik yaitu masalah keperawatan teratasi

4.Evaluasi Keperawatan

1. Dx 1 : kemampuan klien ketika bernapas terjadi lancar tanpa adanya hambatan berupa
obstruksi jalan napas ataupun sekret

2. Dx 2 : pola napas klien ketika inspirasi maupun ekspirasi dapat memberikan ventilasi
yang adekuat

3. Dx 3 : rentang suhu tubuh klien selalu berada dibatas nilai normal

4. Dx 4 : keadaan dyspnea yang disertai bunyi nafas abnormal berkurang dan nilai PCO2
maupun nilai PO2 berada dalam rentang nilai normal

5. Dx 5 : kebutuhan asupan nutrisi yang adekuat terpenuhi

6. Dx 6 : berkurangnya keluhan lelah serta menurunnya dyspnea saat aktivitas maupun saat
tidak aktivitas

26
BAB IV

KESIMPULAN

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut pada parenkim atau jaringan paru yang
diakibatkan bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia dapat menyerang siapa saja, baik anak,
dewasa muda atau orang tua. Apabila seseorang dicurigai sebagai pneumonia maka dilakukan
wawancara medis atau anamnesis, pemeriksaan fisis umum dan paru serta pemeriksaan
penunjang yaitu foto ronsen dada, pemeriksaan darah dan pemeriksaan bakteri penyebab dari
dahak (pemeriksaan Gram dan kultur mikroorganisme). Pneumonia dapat menyebabkan
kematian sehingga diagnosis harus dengan segera ditegakkan sehingga dapat diberikan
tatalaksana yang adekuat. Apabila pasien mengalami pneumonia berat atau perburukan sehingga
memerlukan pengawasan lebih ketat atau memerlukan alat bantu napas maka pasien memerlukan
perawatan intensif di RICU atau ICU. Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari
faktor pasien, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan
yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada pasien yang dirawat.

27
28

Anda mungkin juga menyukai