Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN ASPIRASI ANAK PENOMONIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 14

Mayang tri wulandari

Marsela Syafitri

Vira dwi rizky

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Andra Saferi Wijaya,S.Kep.,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN & NERS

1
TAHUN AJARAN 2020/2021

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................

1.1 Latar Belakang....................................................................................................


1.2 Rumusan masalah ..............................................................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................

2.1 Pneumonia……………………………………………………………………
2.2 Etiologi…………………………………………………………………….....
2.3 Patofisiologis Pneumonia……………………………………………………..
2.4 Manifestasiklinik………………………………………………………………
2.5 Penatalaksanaan………………………………………………………………..
2.6 Kompikasi...........................................................................................................

BAB III ASKEP BPH ..................................................................................................

3.1 Pengkajian ……………………………………………………………………

3.2 Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul………………………………..

3.3 Intervensi Keperawatan……………………………………………………….

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya kami dapat membuat makalah tentang “Asuhan Keperawatan”.

Makalah ini kami buat, bertujuan agar Mahasiswa/i dapat mengetahui lebih dalam
materi tentang ”Asuhan Keperawatan Anak ”. yang akan kami bahas dalam makalah ini, serta
dapat memberikan wawasan yang luas kepada pembaca . Kami menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari kekurangan.Oleh karena itu ,kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Bengkulu, januari 2021

Penyusun

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal


dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang
disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun di luar
tubuh penderita.
Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru.Tahun 1936 pneumonia menjadi
penyebab kematian nomor satu di Amerika.Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini
bisa dikontrol beberapa tahun kemudian.Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan
influenza kembali merajalela. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian.
Pada beberapa studi, 5-15% kasus pneumonia merupakan pneumonia
aspirasi.Pneumonia aspirasi terjadi paling sering pada pasien dengan faktor predisposisi
yang sudah ada seperti stroke, kejang dan disfagia karena beberapa kasus. Pneumonia
aspirasi adalah penyebab kematian paling umum pada pasien dengan disfagia karena
suatu kondisi akibat gangguan neurologis, yang mempengaruhi sekitar 300.000 sampai
600.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Sedangkan aspirasi pneumonitis terjadi
pada sekitar 10% pasien yang dirawat di rumah sakit setelah overdosis obat. Ini juga
merupakan komplikasi yang disebabkan oleh anestesi umum, yang terjadi sekitar 1 dari
3000 operasi dengan anesthesia umumdan merupakan 10-30% persen penyebab kematian
yang terkait dengan anestesi.Pneumonia aspirasi lebih sering dijumpai pada pria daripada
perempuan, terutama usia anak atau lanjut.
Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat
respirasi kesaluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.
Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya
tahan tubuh. Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan
patofisiologi yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda.

Agen-agen mikroba yang menyebabakan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi


primer: (1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi

5
pada orofaring, (2) inhalasi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari
bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara
tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih
jarang terjadi.3
Hubungan pneumonia dengan stroke ada pada pneumonia aspirasi, terjadi pada
pasien dengan debilitas berat atau mereka yang menghirup isi lambung selagi tidak sadar
(misalnya pada stroke) atau muntah berulang.Pada pasien ini, gangguan refleks tersendak
dan menelan yang mempermudah aspirasi.Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat
kimiawi, karena efek asam lambung yang iritatif, dan sebagian bakteri.Bakteri aerob
lebih dominan daripada bakteri anaerob. Bakteri jenis tersebut sering menyebabkan
nekrosis, memperlihatkan perjalan penyakit yang fulminant dan sering menjadi penyebab
kematian pada pasien yang rentan aspirasi.3 Pada laporan ini akan dibahas terkait
pneumonia aspirasi yang terjadi pada pasien dengan stroke.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud Pneumonia?
2. Apa saja Bentuk–bentuk pneumonia?
3. Apa saja manifestasiklinik pneumonia?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak pneumonia?

1.3     TUJUAN

1. Untuk mendapat gambaran tentang asuhn keperawatan pada pasien anak


pneumonia

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PNEUMONIA

Pneumonia termasuk salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut
(ISPBA). Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang
berupa alveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya
kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu.
Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh.
Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan akan terus berlanjut dan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi
pleura atau empiema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis
(pneumotoraks). Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui
darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian (Dahlan dan
Soemantri, 2001).

Kelompok pneumonia berat adalah penderita yang mengalami batuk atau


kerusakan pernafasan disertai salah satu tanda bahaya di atas atau mengalami retraksi
dinding dada bagian bawah ke dalam. Biasanya keaadaan ini disebabkan oleh masuknya
bakteri ke dalam tubuh, sehingga diperlukan antibiotik dalam penanganannya dan harus
dirawat di rumah sakit. Jenis obat yang digunakan untuk kasus ini adalah kotrimoksazol,
amoksisilin peroral atau kloramfenikol secara intramuskular, jika obat tidak dapat
diberikan secara peroral. Alternatif lain adalah penisilin dan seftriakson secara
intramuskular (Anonim, 1985).

Kelompok pneumonia yang lain adalah pneumonia khusus yang dapat


disubklasifikasikan ke dalam kelompok yang normal (non-imunosupresi) dan
imunosupresi. Pneumonia pada pasien yang non-imunosupresi, diantaranya: pneumonia
mikoplasma, pneumonia virus dan pneumonia Legionnaires, Sedangkan pada pasien
yang imunosupresi, misal pneumocystitis carinii pneumonia (PCP) merupakan tanda
awal serangan penyakit pada pasien AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome).
Selain itu, adapula kelompok pneumonia non-infektif, diantaranya: aspiri pneumonia,
lipid pneumonia, dan eosinofilik pneumonia (Underwood, 1999).
2.2 ETIOLOGI PNEUMONIA
Tanda serta gejala yang sering dijumpai pada pneumonia adalah demam, batuk
berdahak (lendir kehijauan atau nanah), nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala, nafsu
makan berkurang, kekakuan sendi, kekakuan otot, kulit lembab, batuk berdarah
(Misnadiarly, 2008).
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau
mikroplasma (bentuk pemeliharaan antara bakteri dan virus). Bakteri yang umum adalah
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Klebsiella sp, Pseudomonas sp, Virus
misal virus influenza (Misnadiarly, 2008).
Bentuk–bentuk pneumonia yaitu:
1. Virus
Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut (ISPBA) pneumonia diperkirakan
sebagian besar disebabkan oleh virus. Meski virus-virus ini kebanyakan
menyerang saluran pernafasan bagian atas, terutama pada anak-anak gangguan ini
bisa memicu pneumonia. Sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan
sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus
influenza, gangguan bisa berat dan bahkan dapat menyebabkan kematian, virus
yang akan menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan
paru yang dipenuhi cairan. Gejala pneumonia oleh virus sama saja dengan
influenza yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri diseluruh tubuh dan
letih, lesu, selama 12 - 13 jam, nafas jadi sesak, batuk hebat dan menghasilkan
sejumlah lendir (Misnadiarly 2008).

2. Mikoplasma
Jenis penyebab pneumonia ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila
dibandingkan pneumonia pada umumnya, oleh karena itu pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus belum ditemukan, ini sering juga disebut pneumonia yang
tidak tipikal (Atypical pneumonia). Mikoplasma adalah agen terkecil di alam
bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa
diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik
keduanya. Pneumonia jenis ini biasanya tersebar luas. Mikoplasma menyerang
segala jenis usia muda. Angka kematian yang sangat rendah, bahkan juga ada
yang tidak diobati. Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun sedikit
berlendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien
biasanya mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama
(Misnadiarly, 2008).
3. Bakteri
Pneumonia bakteri adalah infeksi akut parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri. Pneumonia dipicu bakteri biasanya menyerang siapa saja (dari bayi
sampai usia lanjut). Pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
penyakit gangguan pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya paling beresiko menderita penyakit pneumonia. Sebenarnya bakteri
penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia sudah
ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuhnya menurun karena
sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan (Misnadiarly, 2008). Seluruh jaringan paru dipenuhi

cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Pasien yang terinfeksi pneumonia memiliki cirri-ciri yaitu: tubuhnya panas tinggi,
berkeringat, nafas terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir
dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan O2. Pada kasus yang parah,
pasien akan menggigil, gigi bergemelutuk, sakit dada dan kalau batuk
mengeluarkan lendir berwarna hijau (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia, selain merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi di
masyarakat (Community Acquired Pneumonia), juga sering terdapat di rumah sakit
(Hospital Acquired Pneumonia = pneumonia nosokomial). Perbedaan keduanya,
terletak pada etiologi dan pengelolaannya. Pada dasarnya kedua pneumonia ini
dapat disebabkan oleh semua bakteri. Bakteri yang pada umumnya menginfeksi
adalah Streptococcus pneumonia (80%), Staphylococus aureus, Hemophyllus
influenza, Respiratory Syncial Virus (RSV). Sedangkan pada bakteri-bakteri
seperti E. coli, Klebsiella sp, Proteus sp merupakan penyebab pneumonia
nosokominal yang resisten terhadap antibiotik yang beredar di rumah sakit.
Antibiotik yang resisten yaitu Sefalosporin (Klebsiella sp dan E. coli), ampisilin
(E. coli, Staphyllococcus aureus, H. influenza), penisilin antipseudomonas dan
tetrasiklin (Proteus sp) (Anonim, 2005).

4. Pneumonia Jenis Lain

Pneumonia jenis lain termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii


Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur. PCP biasanya menjadi
tanda awal serangan penyakit pada pasien penderita HIV/AIDS. PCP bisa diobati
pada banyak kasus. Bila saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian,
namun pengobatan yang baik akan mencegah kekambuhan. Pneumonia lain yang
lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan gas, debu, maupun jamur
(Misnadiarly, 2008).

2.3 PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif. Ada


beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru-paru dari
infeksi.partikel infeksius di filtrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan
oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas. Bila partikel tersebut dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alfeoler dan juga
mekanisme imun sitemik, dan humoral.bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya. Pada anak perubahan
mekanisme protetif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, kelainan neurologis. Pada anak dengan
kelainan faktoar predisposisi tersebut partikel infeksius dapat mencapai paru-paru melalui
perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi
akibat virus pada saluran nafas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar kesaluran nafas
bagian bawah dan menyebabkan Pneumonia Virus.

2.4 MANIFESTASI KLINIK

Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai berikut:
a) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5°C – 40,5°C bahkan dengan infeksi
ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari
normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan tidak biasa.
b) Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun.
c) Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang
lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai ke tahap pemulihan.
d) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap
selama sakit.
e) Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena virus,
f) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis
g) Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa
dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusui pada bayi.
h) Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit lendir
kental dan purulen, bergantung pada tipe dan tahap infeksi.
i) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
j) Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
k) Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan peroral.
l) Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum, atau memuntahkan
semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress pernapasan berat.
m) Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
n) Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit
o) Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit

2.5 PENATALAKSANAAN
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per
oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas
atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
a) Oksigen 1-2 L/menit.
b) IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip.
d) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Penetalaksanaan untuk
pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
e) Untuk kasus pneumonia community based:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
f) Untuk kasus pneumonia hospital based:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

2.6 KOMPLIKASI

Berikut ini adalah beberapa komplikasi pneumonia pada anak yang mesti diwaspadai:

1) Gagal Napas
Jika pneumonia sudah masuk dalam tahap berat, risiko terjadinya gagal napas akan
meningkat berkali-kali lipat. Jika kondisi ini tidak segera mendapatkan penanganan tepat
dari pihak medis, risiko terjadinya kekurangan oksigen yang berujung kematian mungkin
tak bisa dihindari lagi.
2) Bakteremia
“Ketika pneumonia sudah memburuk, infeksi akan meluas ke aliran darah. Akibatnya,
proses penyembuhan lebih sulit untuk dilakukan,” ujar dr. Devia. “Kondisi ini juga bisa
menyebabkan kegagalan pada fungsi organ selain paru-paru, syok septik, dan kemudian
meninggal dunia,” lanjutnya.
3) Efusi Pleura
Infeksi di paru bisa menyebabkan penumpukan cairan di selaput pleura, yaitu selaput
tipis yang melapisi bagian luar paru-paru dan bagian di dalam tulang rusuk
Semakin banyak cairan yang ada di paru-paru, semakin sesak pula laju pernapasan
pasien. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan
berujung pada hilangnya nyawa pasien.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BENIGNA PROSTAT


HIPERTROPI (BPH)

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses keperawatan dan merupakan
tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya yang berasal dari berbagai macam sumber
data.
Adapun Menurut Puspasari (2019), klien yang mengalami Pneumonia tidak harus
dirawat di rumah sakit. Sebaliknya, dirawat jika akan atau beresiko mengalami Pneumonia
berat. Data yang harus dikumpulkan untuk mengakji klien dengan Pneumonia adalah :
1. Biodata
2. Identitas Pasien
Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.
3. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan, pekerjaan, sumber penghasilan,
agama, alamat.
4. Identitas Saudara Kandung
Tabel 3.1
Form Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan


1.
2.
3.
Dst.
5. Riwayat kesehatan
6. Keluhan utama
Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga professional.
7. Riwayat Keluhan Utama
Hal yang berhubungan dengan keluhan utama:
a. Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba),
presipitasi/predisposisi (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan,
toksin/allergen, infeksi).
b. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing (terus
menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala- gejala lain yang
berhubungan.
c. Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
d. Keluhan pada saat pengkajian
8. Riwayat Masa Lampau (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
a. Prenatal Care
Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu, keluhan saat hamil, riwayat terkena
radiasi, riwayat berat badan selama hamil, riwayat imunisasi TT, golongan darah ayah
dan ibu.
b. Natal
Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan, komplikasi yang dialami
saat melahirkan dan setelah melahirkan.
c. Post Natal
Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly kongenital,
penyakit yang pernah dialami, riwayat kecelakaan, riwayat konsumsi obat dan
menggunakan zat kimia yang berbahaya, perkembangan anak dibanding saudara-
saudaranya.
9. Riwayat Keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan/tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar genogram dengan ketentuan
yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
10. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi).

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2013) antara lain:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat takipneu,
demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme
pengaturan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau


imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan kognitif,


salah interpretasi informasi, kurang paparan

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA NIC NOC

1. Bersihan jalan nafas 1) Pastikan kebutuhan oral - Ventilasi


- kepatenan jalan
tidak efektif berhubungan suctioning
2) Auskultasi nafas sebelum nafas
dengan obstruksi jalan
dan sesudah suctioning
nafas 3) Informasikan pada klien dan
Kriteria Hasil :
keluarga tentang suctioning
4) Lakukakn fisioterapi dada - klien tidak merasa
jika perlu tercekik
5) Monitor status O2 pasien
- irama
- frekwency dalam
batas normal
- tidak ada bunyi
abnormal.
2. Ketidak efektifan pola
NOC : NIC :
nafas berhubungan dengan  Ventilasi
 kepatenan jalan nafas  Posisikan semi
apnea fowler
 status TTV
Kriteria Hasil :  Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
 Pasang mayo jika
 mampu mengeluarkan perlu
sputum  Berikan
bronkodilator
 mampu bernafas
 Auskultasi suara
dengan mudah nafas
 Monitor pola nafas
 tidak ada pursed lips
 klien tidak merasa
tercekik,
 irama,
 frekwency dalam batas
normal,
 tidak ada bunyi
abnormal.
3. Defisit volume NOC :
NIC :
cairan berhubungan  fluid balance, 1) Pertahankan intake dan
output yang akurat
dengan intake oral  Hidration, 2) Monitor status hidrasi

tidak takipneu,
 Status Nutrisi;
3) Monitor Vital sign
demam, kehilangan
 intake nutrisi dan
volume cairan 4) Monitor masukan
cairan
makanan/ cairan dan hitung
secara aktif, intake kalori
kegagalan
Kriteria Hasil : 5) Berikan cairan IV pada
mekanisme suhu ruangan
 Klien mampu
pengaturan
mengidentifikasi dan 6) Kolaborasikan
mengungkapkan gejala pemberian cairan IV

cemas
 Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
 Vital sign dalam batas
normal
 Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
4. Intoleransi aktivitas NOC :
NIC :
berhubungan dengan  ADL, 1) Kolaborasi dengan
 pemulihan tenaga tenaga rehabilitasi
isolasi respiratory
medik dalam
Kriteria Hasil : menyiapkan program
terapi yang tepat
 mampu melakukan
2) Bantu klien
aktivitas secara mandiri, mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
 berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disretai
peningkatan TTV 3) Kaji adanya faktor
penyebab kelelahan

4) Monitor respons
kardiovaskuler terhadap
aktivitas

5) Monitor lama
istirhatanya pasien

6) Monitor nutrisi dan


sumber tenaga adekuat

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pneumonia termasuk salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut
(ISPBA). Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa alveoli
(kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai
tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel
tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik,
proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput
paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau empiema), jaringan paru bernanah (abses paru),
jaringan paru kempis (pneumotoraks).

Bentuk–bentuk pneumonia yaitu:


1. Virus
Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut (ISPBA) pneumonia diperkirakan
sebagian besar disebabkan oleh virus. Meski virus-virus ini kebanyakan
menyerang saluran pernafasan bagian atas, terutama pada anak-anak gangguan ini
bisa memicu pneumonia. Sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan
sembuh dalam waktu singkat.
2. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus
maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.
3. Bakteri
Pneumonia bakteri adalah infeksi akut parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri. Pneumonia dipicu bakteri biasanya menyerang siapa saja (dari bayi
sampai usia lanjut).

3.2 SARAN
1. Saat merawat pasien anak Penomonia perawat perlu melakukan pengkajian secara
komprehensif dari aspek biologis, psikologis dan spiritual. Pengkajian
dilakukan mulai dari anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan
data yang menunjang terhadap masalah pasien agar asuhan keperawatan
pasien dapat secara optimal.
2. Perawat perlu ketelitian dalam menentukan diagnosa keperawatan pasien,
prioritas sebaiknya diutamakan berdasarkan tingkat kegawatan.
3. Perawat perlu mengaplikasikan intervensi keperawatan secara mandiri
seperti, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan edukasi, melakukan
pendokumentasian yang lengkap dan benar. Perawat saat melakukan
edukasi harus menggunakan media yang sesuai, oleh karena itu ruangan
perlu menyediakan media-media yang bisa digunakan untuk pembelajaran
pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai