DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 14
Marsela Syafitri
DOSEN PEMBIMBING:
1
TAHUN AJARAN 2020/2021
2
DAFTAR ISI
2.1 Pneumonia……………………………………………………………………
2.2 Etiologi…………………………………………………………………….....
2.3 Patofisiologis Pneumonia……………………………………………………..
2.4 Manifestasiklinik………………………………………………………………
2.5 Penatalaksanaan………………………………………………………………..
2.6 Kompikasi...........................................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya kami dapat membuat makalah tentang “Asuhan Keperawatan”.
Makalah ini kami buat, bertujuan agar Mahasiswa/i dapat mengetahui lebih dalam
materi tentang ”Asuhan Keperawatan Anak ”. yang akan kami bahas dalam makalah ini, serta
dapat memberikan wawasan yang luas kepada pembaca . Kami menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari kekurangan.Oleh karena itu ,kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.
Penyusun
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
pada orofaring, (2) inhalasi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari
bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara
tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih
jarang terjadi.3
Hubungan pneumonia dengan stroke ada pada pneumonia aspirasi, terjadi pada
pasien dengan debilitas berat atau mereka yang menghirup isi lambung selagi tidak sadar
(misalnya pada stroke) atau muntah berulang.Pada pasien ini, gangguan refleks tersendak
dan menelan yang mempermudah aspirasi.Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat
kimiawi, karena efek asam lambung yang iritatif, dan sebagian bakteri.Bakteri aerob
lebih dominan daripada bakteri anaerob. Bakteri jenis tersebut sering menyebabkan
nekrosis, memperlihatkan perjalan penyakit yang fulminant dan sering menjadi penyebab
kematian pada pasien yang rentan aspirasi.3 Pada laporan ini akan dibahas terkait
pneumonia aspirasi yang terjadi pada pasien dengan stroke.
1.3 TUJUAN
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PNEUMONIA
Pneumonia termasuk salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut
(ISPBA). Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang
berupa alveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya
kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu.
Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh.
Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan akan terus berlanjut dan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi
pleura atau empiema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis
(pneumotoraks). Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui
darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian (Dahlan dan
Soemantri, 2001).
2. Mikoplasma
Jenis penyebab pneumonia ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila
dibandingkan pneumonia pada umumnya, oleh karena itu pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus belum ditemukan, ini sering juga disebut pneumonia yang
tidak tipikal (Atypical pneumonia). Mikoplasma adalah agen terkecil di alam
bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa
diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik
keduanya. Pneumonia jenis ini biasanya tersebar luas. Mikoplasma menyerang
segala jenis usia muda. Angka kematian yang sangat rendah, bahkan juga ada
yang tidak diobati. Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun sedikit
berlendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien
biasanya mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama
(Misnadiarly, 2008).
3. Bakteri
Pneumonia bakteri adalah infeksi akut parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri. Pneumonia dipicu bakteri biasanya menyerang siapa saja (dari bayi
sampai usia lanjut). Pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
penyakit gangguan pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya paling beresiko menderita penyakit pneumonia. Sebenarnya bakteri
penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia sudah
ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuhnya menurun karena
sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan (Misnadiarly, 2008). Seluruh jaringan paru dipenuhi
cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Pasien yang terinfeksi pneumonia memiliki cirri-ciri yaitu: tubuhnya panas tinggi,
berkeringat, nafas terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir
dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan O2. Pada kasus yang parah,
pasien akan menggigil, gigi bergemelutuk, sakit dada dan kalau batuk
mengeluarkan lendir berwarna hijau (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia, selain merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi di
masyarakat (Community Acquired Pneumonia), juga sering terdapat di rumah sakit
(Hospital Acquired Pneumonia = pneumonia nosokomial). Perbedaan keduanya,
terletak pada etiologi dan pengelolaannya. Pada dasarnya kedua pneumonia ini
dapat disebabkan oleh semua bakteri. Bakteri yang pada umumnya menginfeksi
adalah Streptococcus pneumonia (80%), Staphylococus aureus, Hemophyllus
influenza, Respiratory Syncial Virus (RSV). Sedangkan pada bakteri-bakteri
seperti E. coli, Klebsiella sp, Proteus sp merupakan penyebab pneumonia
nosokominal yang resisten terhadap antibiotik yang beredar di rumah sakit.
Antibiotik yang resisten yaitu Sefalosporin (Klebsiella sp dan E. coli), ampisilin
(E. coli, Staphyllococcus aureus, H. influenza), penisilin antipseudomonas dan
tetrasiklin (Proteus sp) (Anonim, 2005).
2.3 PATOFISIOLOGI
Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai berikut:
a) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5°C – 40,5°C bahkan dengan infeksi
ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari
normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan tidak biasa.
b) Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun.
c) Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang
lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai ke tahap pemulihan.
d) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap
selama sakit.
e) Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena virus,
f) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis
g) Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa
dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusui pada bayi.
h) Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit lendir
kental dan purulen, bergantung pada tipe dan tahap infeksi.
i) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
j) Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
k) Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan peroral.
l) Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum, atau memuntahkan
semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress pernapasan berat.
m) Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
n) Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit
o) Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit
2.5 PENATALAKSANAAN
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per
oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas
atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
a) Oksigen 1-2 L/menit.
b) IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip.
d) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Penetalaksanaan untuk
pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
e) Untuk kasus pneumonia community based:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
f) Untuk kasus pneumonia hospital based:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2.6 KOMPLIKASI
Berikut ini adalah beberapa komplikasi pneumonia pada anak yang mesti diwaspadai:
1) Gagal Napas
Jika pneumonia sudah masuk dalam tahap berat, risiko terjadinya gagal napas akan
meningkat berkali-kali lipat. Jika kondisi ini tidak segera mendapatkan penanganan tepat
dari pihak medis, risiko terjadinya kekurangan oksigen yang berujung kematian mungkin
tak bisa dihindari lagi.
2) Bakteremia
“Ketika pneumonia sudah memburuk, infeksi akan meluas ke aliran darah. Akibatnya,
proses penyembuhan lebih sulit untuk dilakukan,” ujar dr. Devia. “Kondisi ini juga bisa
menyebabkan kegagalan pada fungsi organ selain paru-paru, syok septik, dan kemudian
meninggal dunia,” lanjutnya.
3) Efusi Pleura
Infeksi di paru bisa menyebabkan penumpukan cairan di selaput pleura, yaitu selaput
tipis yang melapisi bagian luar paru-paru dan bagian di dalam tulang rusuk
Semakin banyak cairan yang ada di paru-paru, semakin sesak pula laju pernapasan
pasien. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan
berujung pada hilangnya nyawa pasien.
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses keperawatan dan merupakan
tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya yang berasal dari berbagai macam sumber
data.
Adapun Menurut Puspasari (2019), klien yang mengalami Pneumonia tidak harus
dirawat di rumah sakit. Sebaliknya, dirawat jika akan atau beresiko mengalami Pneumonia
berat. Data yang harus dikumpulkan untuk mengakji klien dengan Pneumonia adalah :
1. Biodata
2. Identitas Pasien
Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.
3. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan, pekerjaan, sumber penghasilan,
agama, alamat.
4. Identitas Saudara Kandung
Tabel 3.1
Form Identitas Saudara Kandung
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat takipneu,
demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme
pengaturan
tidak takipneu,
Status Nutrisi;
3) Monitor Vital sign
demam, kehilangan
intake nutrisi dan
volume cairan 4) Monitor masukan
cairan
makanan/ cairan dan hitung
secara aktif, intake kalori
kegagalan
Kriteria Hasil : 5) Berikan cairan IV pada
mekanisme suhu ruangan
Klien mampu
pengaturan
mengidentifikasi dan 6) Kolaborasikan
mengungkapkan gejala pemberian cairan IV
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
4. Intoleransi aktivitas NOC :
NIC :
berhubungan dengan ADL, 1) Kolaborasi dengan
pemulihan tenaga tenaga rehabilitasi
isolasi respiratory
medik dalam
Kriteria Hasil : menyiapkan program
terapi yang tepat
mampu melakukan
2) Bantu klien
aktivitas secara mandiri, mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disretai
peningkatan TTV 3) Kaji adanya faktor
penyebab kelelahan
4) Monitor respons
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
5) Monitor lama
istirhatanya pasien
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pneumonia termasuk salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut
(ISPBA). Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa alveoli
(kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai
tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel
tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik,
proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput
paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau empiema), jaringan paru bernanah (abses paru),
jaringan paru kempis (pneumotoraks).
3.2 SARAN
1. Saat merawat pasien anak Penomonia perawat perlu melakukan pengkajian secara
komprehensif dari aspek biologis, psikologis dan spiritual. Pengkajian
dilakukan mulai dari anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan
data yang menunjang terhadap masalah pasien agar asuhan keperawatan
pasien dapat secara optimal.
2. Perawat perlu ketelitian dalam menentukan diagnosa keperawatan pasien,
prioritas sebaiknya diutamakan berdasarkan tingkat kegawatan.
3. Perawat perlu mengaplikasikan intervensi keperawatan secara mandiri
seperti, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan edukasi, melakukan
pendokumentasian yang lengkap dan benar. Perawat saat melakukan
edukasi harus menggunakan media yang sesuai, oleh karena itu ruangan
perlu menyediakan media-media yang bisa digunakan untuk pembelajaran
pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA