ANGGOTA KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Dengan
Pneumonia”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita
mengenai asuhan kepewatan dengan pneumonia sehingga kita dapat mengaplikasikannya secara
efektif dan optimal.
Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
sehingga kami dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan diri dalam bidang
keperawatan dengan pneumonia serta dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
i
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………..........2
1.3 Sistematika Penulisan…………………………………………………………………..2
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………....24
BAB 1
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data
SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas
akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika
adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama
akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di
Amerika adalah 10 %. Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya
ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa
hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian
bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika
secara empiris. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 %
1
5
diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan
14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 %
kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara
20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit
terbanyak yang dirawat per tahun. Subdit ISPA Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia merupakan salah
satu penyebab kematian terbanyak yaitu 15,5%.20. Komplikasi pneumonia sendiri
meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, efusi pleura,empiema, abses paru dan bakteremia
disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis,
endokarditis dan perikarditis.
Harapan kami dengan adanya laporan ini dapat mengurangi angka kematian akibat
pneumonia sehingga asuhan keperawatan dan pengobatan dapat diberikan dengan lebih
baik lagi dan efektif.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli / pada parenkima paru yang terjadi pada anak
(Suriadi & Yuliani, 2001). Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur & benda asing (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia atau infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru (kapita selekta kedokteran, 2000). Pneumonia adalah radang paru – paru disertai
esudati & konsolidasi (Dorland, 1998). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru
yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengikisan rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, bakteri, virus, jamur dan benda asing (Muttaqin Arif, 2008)
2.2 Klasifikasi
Pembagian pneumonia menurut dasar anatimis & etiologi. Dibawah ini adalah pembagian
pneumonia berdasarkan anatomis :
a. Pneumonia Lobaris
Melibatkan seluruh 1 bagian besar dari satu 7 lobus paru, bila paru terkena, maka
dikenal sebagai pneumonia bilateral “ganda”.
b. Bronko pneumonia / pneumonia lobularis
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebutnya
pneumonia lobularis.
c. Pneumonia Interstinal (Bronkiolotis)
Proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar (intestisium) dan jaringan
pembronkhial serta alveolar. Sedangkan pembagian pneumonia berdasarkan pembagian
pneumonia berdasarkan etiologi adalah :
1) Pneumonia Virus terlihat pada anak dari semua kelompok umur, dikaitkan
dengan ISPA Virus
3
7
2.3 Etiologi
Berdasarkan pembagian pneumonia berdasarkan etiologi, maka etiologi dari pneumonia
adalah :
a. Bakteri (Pneumococus, streptococus, stafhilococus Haemophillus, influenza,
pseudomonas seruginosa)
b. Virus (Repirastory syncitial virus, adenovirus, sitomegalo virus, virus influenza).
c. Mycoplasma
d. Aspirasi benda asing (Cairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing)
2.4 Patofisiologi
pneumonia adalah hasil dari proliferasi pathogen microbial di alveolar dan respon tubuh
terhadap pathogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki saluran pernapasan
bawah, salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum
geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan kesadaran. Melalui droplet yang
teraspirasi banyak pathogen masuk. Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen.
Faktor mekanisme host seperti rambut neres, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial yang
bercabang-cabang mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme
di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolar, tubuh masih memiliki makrofag
alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag membunuh mikroorganisme
lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme bertahan hidup. Makrofag lalu akan
8
menginisiasi respons inflamasi host. Pada saat inilah manifestasi klinis pneumonia akan
muncul. Respons inflamasi tubuh akan memicu penglepasan mediator inflamasi seperti
IL(interleukin) 1 dan TNF (Tumor Necrosis Factor ) yang akan menghasilkan demam.
Neutrofil akan bermigrasi ke paru-paru dan menyebabkan leukositosis perifer sehingga
meningkatkan sekresi purulen. Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan
kebocoran kapiler alveolar lokal, bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan
menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrate
padahasil radiografi dan rales pada auskultasi serta hypoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri pathogen dapat mengganggu vasokontriksi hipoksik yang
biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan menyebabkan hipoksemia berat.
Jika proses ini memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme dan volume paru dan
shunting aliran darah sehingga berujung kematian (Khasanah, 2017).
2.5Manifestasi Klinis
2.6 Komplikasi
e. Aspiration pneumonia
Aspiration pneumonia (atau aspiration pneumonitis) disebabkan oleh aspirasi oral
atau bahan dari lambung,entah ketika makan atau setelah muntah.Hasilnya inflamasi
pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan yang
teraspirasi mungkin mengandung bakteri anaerobic atau penyebab lain dari
pneumonia.Aspirasi adalah penyebab kematian di rumah sakit dan pada pasien rawat
jalan,karena mereka sering tidak dapat melindungi jalan napas mereka dan mungkin
mempunyai pertahanan lain yang menghalangi.
12
2.9 Terapi
Sebagian besar kasus pneumonia dapat diobati tanpa harus menjalani rawat inap.Umumnya
antibiotik oral,istirahat,cairan dan perawatan rumah sudah mencukupi untuk kesembuhan
sepenuhnya.Bagaimanapun,seseorang dengan pneumonia yang memiliki kesulitan bernapas
,orang dengan masalah kesehatan lain dan para orang tua mungkin memerlukan perawatan
yang lebih ahli.Jika gejala-gejalanya bertambah buruk,pneumonia tidak bertambah baik
dengan perawatan di rumah atau muncu komplikasi,orang tersebut harus menjalani rawat
inap di rumah sakit. Antibiotik digunakan untuk mengobati pneumonia yang disebabkan
bakteri.Sebaliknya,antibiotik tidak berguna untuk pneumonia yang disebabkan
virus,meskipun kadang juga digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi bakteri
yang dapat muncul pada kerusakan paru oleh pneumonia yang disebabkan virus.Pilihan
antibiotik tergantung dari sifat pneumonia,mikroorganisme yang paling umum
menyebabkan pneumonia berada pada daerah sekitar dan status imun dan kesehatan dari
masing-masing individu.Pengobatan untuk pneumonia seharusnya didasarkan pada
mikroorganisme penyebab dan sensitivitas antibiotik.Bagaimanapun,penyebab spesifik
pneumonia diidentifikasikan pada hanya 50% orang bahkan setelah evaluasi
ekstensif.Karena pengobatan secara umum seharusnya tidak ditunda pada seseorang
dengan pneumonia yang serius,pengobatan empiris biasanya dimulai sebelum laporan
laboratorium tersedia.Di United Kingdom amoxicillin adalah antibiotik yang dipilih untuk
sebagian besar pasien dengan Community acquired pneumonia, kadang kala ditambah
dengan chlarithromycin:pasien yang alergi terhadap penisilin diberi erithromycin,bukannya
amoxicillin.Di Amerika Utara dimana bentuk khas dari community acquired pneumonia
cocok dengan azithromycin,claritromycin dan flouroquinolon menggantikan amoxicillin
sebagai pengobatan tahap awal. Pengobatan konservatif selama 7 sampai 10 hari,tetapi ada
fakta yang menunjukan dalam waktu yang singkat(diperpendek menjadi 3 hari) cukup.
Antibiotik yang digunakan untuk hospital aquired- pneumonia meliputi
vancomycin,sefalosporin \ generasi III dan IV,carbapenem,flouroquinolon dan
aminoglikosida.Antibiotik-antibiotik ini diberikan secara intravena.Bermacam antibiotic
dapat diatur dengan kombinasi pada percobaan pengobatan yang mungkin bisa untuk
semua mikroorganisme penyebab.Antibiotik pilihan berubah dari satu rumah sakit dengan
rumah sakit yang lain,mungkin disebabkan perbedaan daerah dari mikroorganisme dan
13
2.10.1 PENGKAJIAN
1) Biodata
Identitas Klien, meliputi :
Nama/Nama panggilan
Tempat tgl lahir/usia
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Alamat
Tgl/jam masuk
Tgl pengkajian
Diagnosa medic
Rencana terapi
Identitas Orang tua
Ayah
Ibu
2) Keluhan utama
sesak naps
3) Riwayat kesehatan
1) Riwayat Penyakit sekarang, tanyakan :
Apakah masih ada batuk, berapa lama
Apakah masih ada panas badan
Apakah nyeri dada kalau batuk
Apakah ada riak kalau batuk
2) Riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan :
Frekuensi ISPA
Riwauat Alergi
Kebiasaan merokok
Pengguaan obat-obatan
15
Imunisasi
3) Riwayat penyakit keturunan
4) Riwayat Keluarga, tannyakan:
Apakah ada keluarga yang menderita batuk
Apakah ada keluarga yang menderita alergi
Apakah ada keluarga yang menderita TBC, Cancer paru
5) Riwayat Lingkungan
Apakah rumah dekat dengan pabrik
Apakah banyak asap atau debu
Apakah ada keluarga yang merokok
6) Riwayat pekerjaan, tanyakan :
Apakah bekerja pada tempat yang banyak debu,asap
Apakah bekerja di pabrik
Apakah saat bekerja menggunakan alat pelindung.
4) Pengkajian Fisik
1) Ispeksi:
Amati bentuk thorax
Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma,
penggunaan otot Bantu pernapasan
Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
Gerakan dada
Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun
2) Palpasi
Gerakan pernapasan
Raba apakah dinding dada panas
Kaji vocal premitus
Penurunan ekspansi dada
16
3) Auskultasi
Adakah terdenganr stridor
Adakah terdengar wheezing
Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
4) Perkusi
Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
Hipersonor , adanya tahanan udara
Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
Tympani, terisi udara
5) Faktor Psikososial/Perkembangan
Usia, tingkat perkembangan.
Toleransi/kemampuan memahami tindakan.
Koping
Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.
Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
6) Pengetahuan Keluarga, Psikososial
Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.
Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.
Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
Koping keluarga
Tingkat kecemasan
7) Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Tanda dan Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia letargi, penurunan
toleransi terhadap aktivitas.
Sirkulasi
Tanda dan Gejala : riwayat adanya takikardia, penampilan kemerahan,
atau pucat
17
Makanan/cairan
Tanda dan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat
diabetes mellitus sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
Neurosensori
Tanda dan Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza) perusakan
mental (bingung)
Nyeri/kenyamanan
Tanda dan Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),
imralgia, artralgi melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)
Pernafasan
Tanda dan Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispnea. sputum: merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasipremikus: taksil dan vocal
bertahap meningkat dengan konsolidasi Bunyi nafas menurun : Warna:
pucat/sianosis bibir dan kuku
Keamanan
Tanda dan Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS,
penggunaan steroid, demam.berkeringat, menggigil berulang, gemetar
Penyuluhan/pembelajara
Tanda dan Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol
kroni
DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan:
bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
18
2.10.2 DIAGNOSA
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
f. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
g. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan, penurunan masukan oral.
2.10.3 INTERVENSI
a. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
Bunyi nafas tak normal.
Dispnea, sianosis
Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
Batuk teratasi
Nafas normal
Bunyi nafas bersih
Tidak terjadi Sianosis
19
Intervensi:
Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional: Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada
faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
Berikan cairan sesuai kebetuhan.
Rasional: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan
secret
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,
analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
Kriteria hasil :
Nafas normal
Sianosis tidak terjadi
Irama jantung normal
Intervensi
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
3) Tampak tenang
23
Intervensi:
Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an
lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.
Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan
mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
Intervensi :
Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin
lambat untuk kembali.
Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
Intervensi :
Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.
Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa
mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
25
Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan
penggantian.
Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan
penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan
2.10.4 EVALUASI
a. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :
1) Batuk teratasi
2) Nafas normal
3) Bunyi nafas bersih
4) Tidak terjadi sianosis
5) Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :
6) Tidak nampak sianosis
7) Nafas normal
8) Tidak terjadi sesak
9) Tidak terjadi hipoksia
10) Klien tampak tenang
11) Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :
12) Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
13) Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
26
e. Tidak ada tanda kurang volume cairan ditandai dengan : pasien menunjukkan
keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan
terjadi pengikisan rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan benda asing. Klasifikasi pneumonia ada 3 yaitu pneumonia lobaris.
bronko pneumonia / pneumonia lobularis, pneumonia Interstinal (Bronkiolotis).
Berdasarkan pembagian pneumonia berdasarkan etiologi, maka etiologi dari
pneumonia adalah : bakteri (Pneumococus, streptococus, stafhilococus Haemophillus,
influenza, pseudomonas seruginosa), virus (Repirastory syncitial virus, adenovirus,
sitomegalo virus, virus influenza), mycoplasma, aspirasi benda asing (Cairan amnion,
makanan, cairan lambung, benda asing). Tanda dan gejala pada pneumonia sendiri
berdasarkan anatomis dan penyebab pneumonia itu sendiri. Komplikasi pada
pneumonia yaitu ARDS, efusi pleura, syok sepsis dan septik, empyema, abses.
Menurut Fransiska (2000) Tipe lain dari pneumonia yaitu severe acute respiratory
syndrome (SARS) ,bronchiolitis obliterans organizing pneumonia (BOOP),
pneumonia eosinofilik, chemical pneumonia, aspiration pneumonia. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dilakukan pengkajian mulai dari anamnesis
sampai evalusia.
24
28
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. ( 2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Suriadi dan Yuliani, Rita. (2001). Asuhan keperawatan pada penyakit dalam. Edisi 1.
Jakarta: Agung Setia.
25