Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PNEUMONIA

ANGGOTA KELOMPOK 2

CLARA EKA PUTRI INDRA PURNAMA


CLARIA SOVIANA EKA TRI DIANA
DEWI SINTA SHOFIA MAYA ULFAH
DESMINARIA HALOLO

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Dengan
Pneumonia”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita
mengenai asuhan kepewatan dengan pneumonia sehingga kita dapat mengaplikasikannya secara
efektif dan optimal.
Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
sehingga kami dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan diri dalam bidang
keperawatan dengan pneumonia serta dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Jakarta, 8 oktober 2018

Penyusun

i
3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….........1

1.2 Tujuan……………………………………………………………………………..........2
1.3 Sistematika Penulisan…………………………………………………………………..2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi pneumonia…………………………………………………………………......3


2.2 Klasifikasi ……………………………………………………………………………...3
2.3 Etiologi pneumonia……………………………………………………………………..4
2.4 Patofisiologi …………………………………………………………………………....4
2.5 Manifestasi ……………………………………………………………………………..5
2.6 Komplikasi ……………………………………………………………………………..6
2.7 Pemeriksaan penunjang ……………………………………………………..................7
2.8 Tipe lain pada pneumonia ……………………………………………………………..8
2.9 Terapi…………………………………………………………………………………..9
2.10 Asuhan keperawatan....................................................................................................11
2.10.1 Pengkajian……………………………………………………………...11
2.10.2 Diagnosa keperawatan…………………………………………………15
2.10.3 Intervensi………………………………………………………………15
2.10.4 Evaluasi………………………………………………………………...22

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………....24

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………...25


ii
4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu
pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia
lobular melibatkan bagian dari lobus, dan pneumonia lobus melibatkan seluruh lobus.
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan
cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit (Fransiska, 2000).

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data
SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas
akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika
adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama
akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di
Amerika adalah 10 %. Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya
ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa
hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian
bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika
secara empiris. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 %
1
5

diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan
14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 %
kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara
20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit
terbanyak yang dirawat per tahun. Subdit ISPA Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia merupakan salah
satu penyebab kematian terbanyak yaitu 15,5%.20. Komplikasi pneumonia sendiri
meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, efusi pleura,empiema, abses paru dan bakteremia
disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis,
endokarditis dan perikarditis.

Harapan kami dengan adanya laporan ini dapat mengurangi angka kematian akibat
pneumonia sehingga asuhan keperawatan dan pengobatan dapat diberikan dengan lebih
baik lagi dan efektif.

1.2 Tujuan Penulisan


Mahasiswa diharapkan mampu memahami, membuat dan mengaplikasian asuhan
keperawatan dengan pneumonia yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, evaluasi.

1.3 Sistematika Penulisan


BAB I : Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka berisi definisi, epidemologi, etiologi, patofisilogi,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksaan, pengkajian, diagonas
keperawatan, intervensi keperawatan, evaluasi.
BAB III : Penutup berisi kesimpulan serta saran
6

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli / pada parenkima paru yang terjadi pada anak
(Suriadi & Yuliani, 2001). Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur & benda asing (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia atau infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru (kapita selekta kedokteran, 2000). Pneumonia adalah radang paru – paru disertai
esudati & konsolidasi (Dorland, 1998). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru
yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengikisan rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, bakteri, virus, jamur dan benda asing (Muttaqin Arif, 2008)

2.2 Klasifikasi
Pembagian pneumonia menurut dasar anatimis & etiologi. Dibawah ini adalah pembagian
pneumonia berdasarkan anatomis :
a. Pneumonia Lobaris
Melibatkan seluruh 1 bagian besar dari satu 7 lobus paru, bila paru terkena, maka
dikenal sebagai pneumonia bilateral “ganda”.
b. Bronko pneumonia / pneumonia lobularis
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebutnya
pneumonia lobularis.
c. Pneumonia Interstinal (Bronkiolotis)
Proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar (intestisium) dan jaringan
pembronkhial serta alveolar. Sedangkan pembagian pneumonia berdasarkan pembagian
pneumonia berdasarkan etiologi adalah :
1) Pneumonia Virus  terlihat pada anak dari semua kelompok umur, dikaitkan
dengan ISPA Virus

3
7

2) Pneumonia atipikal / Mycoplasma pneumonia


Agen etiologinya mikoplasma terjadi di musim gugur dan dingin, lebih menonjol
ditempat dengan kondisi hidup yang padat.
3) Pneumonia baterial
Meliputi pneumokolus, staphicocus & pneumani dan streptocukus.
4) Pneumonia Aspiral
Terjadi karena aspirasi cairan / zat kerosene, makanan muntahan, sekresi,
nasofaring, cairan aminiotik & debris (selama proses persalinan). Hidrokarbot, lifid,
bubuk talk.

2.3 Etiologi
Berdasarkan pembagian pneumonia berdasarkan etiologi, maka etiologi dari pneumonia
adalah :
a. Bakteri (Pneumococus, streptococus, stafhilococus Haemophillus, influenza,
pseudomonas seruginosa)
b. Virus (Repirastory syncitial virus, adenovirus, sitomegalo virus, virus influenza).
c. Mycoplasma
d. Aspirasi benda asing (Cairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing)

2.4 Patofisiologi
pneumonia adalah hasil dari proliferasi pathogen microbial di alveolar dan respon tubuh
terhadap pathogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki saluran pernapasan
bawah, salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum
geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan kesadaran. Melalui droplet yang
teraspirasi banyak pathogen masuk. Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen.
Faktor mekanisme host seperti rambut neres, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial yang
bercabang-cabang mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme
di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolar, tubuh masih memiliki makrofag
alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag membunuh mikroorganisme
lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme bertahan hidup. Makrofag lalu akan
8

menginisiasi respons inflamasi host. Pada saat inilah manifestasi klinis pneumonia akan
muncul. Respons inflamasi tubuh akan memicu penglepasan mediator inflamasi seperti
IL(interleukin) 1 dan TNF (Tumor Necrosis Factor ) yang akan menghasilkan demam.
Neutrofil akan bermigrasi ke paru-paru dan menyebabkan leukositosis perifer sehingga
meningkatkan sekresi purulen. Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan
kebocoran kapiler alveolar lokal, bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan
menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrate
padahasil radiografi dan rales pada auskultasi serta hypoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri pathogen dapat mengganggu vasokontriksi hipoksik yang
biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan menyebabkan hipoksemia berat.
Jika proses ini memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme dan volume paru dan
shunting aliran darah sehingga berujung kematian (Khasanah, 2017).

2.5Manifestasi Klinis

Berdasarkan anatomis, maka manifestasi klinis pneumonia adalah

Pneumonia lobaris P. Lobularis / Broncopneuma P. Intestinal (Bronkiolitis)


* Badan menggigil dan * Suhu tubuh naik 39-40OC * Batuk, pilek beberapa hari
pada bayi disertai * Kadang – kadang disertai kejang * Sesak nafas
kejang * Gelisah dipsnea * Pernafasan dangkal dan
* Suhu naik cepat 39- * Pernafasan cepat dan dangkal cepat
40O disertai pernafasan * Retraksi itercosta dan supra
* Nafas sesak, * Pernafasan cuping hidung internal
pernafasan cuping * Sianosis pada mulut & hidung * Gelisah dan sianosis
hidung * Kadang –kadang disertai mual * Perkusi hiperresonan
* Sianosis pada mulut dan muntah, diare * Bunyi mengi / suheezing
dan hidung * Batuk mula – mula kering * Ronchi halus kadang –
* Nyeri pada dada kemudian produktif kadang terdengar
* Batuk mula – mula * Ronkhi basah nyaring
kering kemudian * Halus / sedang
produktif * Bila konfluensi pada perkusi
* Suara pernafasan terdengar redup dan auskulkasi
melemah mengeras.
* Ronkhi basah
* Perkusi : redup
dengan suara
pernafasan sah
bronchial sampai
bronchial
9

Sedangkan tanda – tanda gejala pneumonia berdasarkan etiologi

Pneumonia Virus Pneumonia Atipikil P. Bakterial P. Aspirasi


* Ringan * Demam * Didahului * Kesulitan menelan
- Demam ringan. * Menggigil pada wilinfeksi virus * Paralisis
Batuk sedikit anak yang kurang * Demam * Kelemahan
Malaise besar * Malaise
* Berat : demam * Sakit kepala * Pernafasan cepat
TInggi, batuk, * Malaise dan dangkal
parah, prostoasi * Anoreksia * Batuk
* Batuk bersifat * Mialgia * Nyeri dada
tidak produktif * Diikuti dengan * Nyeri dapat
pada awal penyakit rhinitis menyebar ke
* Sedikit mengi / * Sakit tenggorokan, abdomen
krekels batiuk kering, keras * Menggigil
* Batuk tidak * Meningitis
produktif pada awal
/ kemudian
mukopuplen atau
berbecak darah

* Krekel dan krepitasi


halus di berbagai
area paru.

2.6 Komplikasi

Kadang-kadang pneumonia berperan penting dalam penambahan masalah medis yang


disebut komplikasi.Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh pneumonia karena
bakteri daripada pneumonia karena virus. Komplikasi yang penting meliputi :
a. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress
syndrome(ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-paru
segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras
menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi
mekanik yang dibutuhkan.
b. Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.Sepsis terjadi
karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi
sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus
pneumonia merupakan salah satu penyebabnya.Individu dengan sepsis atau septik
membutuhkan unit perawatan intensif di rumah sakit.Mereka membutuhkan cairan infus
dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun
10

sampai rendah.Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara


masalah lain dan sering menyebabkan kematian.
c. Effusi pleura,empyema dan abces Ada kalanya,infeksi mikroorganisme pada paru-paru
akan menyebabkan bertambahnya(effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi
paru(rongga pleura).Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura,kumpulan
cairan ini disebut empyema.Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia,cairan
ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa,tergantung dari hasil
pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini,sering memerlukan selang pada
dada.Pada kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan.Jika cairan tidak dapat
dikeluarkan,mungkin infeksi berlangsung lama,karena antibiotik tiak menembus dengan
baik ke dalam rongga pleura. Jarang,bakteri akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi
cairan yang disebut abses. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax
dengan sinar x atau CT scan.Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering
mengandung beberapa tipe bakteri.Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses
pada paru,tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pembuluh darah menunjuk leukositosis dengan predominar PMN dapat ditemukan


leucopenia yang menunjukkan prognosis buruk dapat ditemukan anemia ringan/
sedang
b. Pembuluh Radiologis memberikan gambaran ringan / sedang. Bercak konsolidasi
merata pada bronco pneumonia, Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia
lobaris, Gambaran BP difus / infiltrate interstisialis pada P. staphilokokus
c. Pembuluh cairan pleura
d. Pembuluh mikrobiologik, specimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, gilasan
bronktius / sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi plukosa, atau aspirasi paru.
e. Pembuluh urine lengkap biasanya warnanya lebih tua mungkin terdapat albumineria
ringan.
f. AGD menunjuk asodosis metabolic dengan / tanpa retensi CO2
11

2.8 Tipe lain dari pneumonia

Tipe lain dari pneumonia menurut Fransiska (2000) yaitu :


a. Severe acute respiratory syndrome (SARS)
SARS adalah pneumonia yang sangat menular dan mematikan yang pertama kali
muncul pada tahun2002 setelah kejadian luar biasa di Cina.SARS disebabkan oleh
SARS coronavirus,sebelumnya patogen yang tidak diketahui.Kasus baru dari SARS
tidak terlihat lagi sejak bulan juni 2003.
b. Bronchiolitis obliterans organizing pneumonia (BOOP)
BOOP disebabkan oleh inflamasi dari jalan napas kecil dari paru-paru.Juga dikenal
sebagai cryptogenic organizing pneumonitis(COP).
c. Pneumonia eosinofilik
Pneumonia eosinofilik adalah invasi kedalam paru oleh eosinofil,sejenis partikel sel
darah putih .Pneumonia eosinofilik sering muncul sebagai respon terhadap infeksi
parasit atau setelah terekspos oleh tipe faktor lingkungan tertentu.
d. Chemical pneumonia
Chemical pneumonia(biasanya disebut chemical pneumonitis)biasanya disebabkan
toxin kimia seperti pestisida,yang mungkin memasuki tubuh melalui inhalasi atau
melalui konta dengan kulit.Manakala bahan toxinnya adalah minyak,pneumonia
disebut lipoid pneumonia.

e. Aspiration pneumonia
Aspiration pneumonia (atau aspiration pneumonitis) disebabkan oleh aspirasi oral
atau bahan dari lambung,entah ketika makan atau setelah muntah.Hasilnya inflamasi
pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan yang
teraspirasi mungkin mengandung bakteri anaerobic atau penyebab lain dari
pneumonia.Aspirasi adalah penyebab kematian di rumah sakit dan pada pasien rawat
jalan,karena mereka sering tidak dapat melindungi jalan napas mereka dan mungkin
mempunyai pertahanan lain yang menghalangi.
12

2.9 Terapi

Sebagian besar kasus pneumonia dapat diobati tanpa harus menjalani rawat inap.Umumnya
antibiotik oral,istirahat,cairan dan perawatan rumah sudah mencukupi untuk kesembuhan
sepenuhnya.Bagaimanapun,seseorang dengan pneumonia yang memiliki kesulitan bernapas
,orang dengan masalah kesehatan lain dan para orang tua mungkin memerlukan perawatan
yang lebih ahli.Jika gejala-gejalanya bertambah buruk,pneumonia tidak bertambah baik
dengan perawatan di rumah atau muncu komplikasi,orang tersebut harus menjalani rawat
inap di rumah sakit. Antibiotik digunakan untuk mengobati pneumonia yang disebabkan
bakteri.Sebaliknya,antibiotik tidak berguna untuk pneumonia yang disebabkan
virus,meskipun kadang juga digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi bakteri
yang dapat muncul pada kerusakan paru oleh pneumonia yang disebabkan virus.Pilihan
antibiotik tergantung dari sifat pneumonia,mikroorganisme yang paling umum
menyebabkan pneumonia berada pada daerah sekitar dan status imun dan kesehatan dari
masing-masing individu.Pengobatan untuk pneumonia seharusnya didasarkan pada
mikroorganisme penyebab dan sensitivitas antibiotik.Bagaimanapun,penyebab spesifik
pneumonia diidentifikasikan pada hanya 50% orang bahkan setelah evaluasi
ekstensif.Karena pengobatan secara umum seharusnya tidak ditunda pada seseorang
dengan pneumonia yang serius,pengobatan empiris biasanya dimulai sebelum laporan
laboratorium tersedia.Di United Kingdom amoxicillin adalah antibiotik yang dipilih untuk
sebagian besar pasien dengan Community acquired pneumonia, kadang kala ditambah
dengan chlarithromycin:pasien yang alergi terhadap penisilin diberi erithromycin,bukannya
amoxicillin.Di Amerika Utara dimana bentuk khas dari community acquired pneumonia
cocok dengan azithromycin,claritromycin dan flouroquinolon menggantikan amoxicillin
sebagai pengobatan tahap awal. Pengobatan konservatif selama 7 sampai 10 hari,tetapi ada
fakta yang menunjukan dalam waktu yang singkat(diperpendek menjadi 3 hari) cukup.
Antibiotik yang digunakan untuk hospital aquired- pneumonia meliputi
vancomycin,sefalosporin \ generasi III dan IV,carbapenem,flouroquinolon dan
aminoglikosida.Antibiotik-antibiotik ini diberikan secara intravena.Bermacam antibiotic
dapat diatur dengan kombinasi pada percobaan pengobatan yang mungkin bisa untuk
semua mikroorganisme penyebab.Antibiotik pilihan berubah dari satu rumah sakit dengan
rumah sakit yang lain,mungkin disebabkan perbedaan daerah dari mikroorganisme dan
13

perbedaan kemampuan mikroorganisme melawan bermacam antibiotik. Seseorang yang


kesulitan bernapas karena pneumonia,harus segera mendapatkan tambahan
oksigen.Individu yang sakit parah membutuhkan perawatan intensif,termasuk intubasi dan
ventilasi buatan. Pneumonia viral yang disebabkan oleh virus influenza A dapat diobati
dengan rimantadini atau amantadine,walaupun pneumonia viral karena influenza A atau B
dapat diobati dengan oseltamivir atau zanamivir.Pengobatan ini hanya bermanfat bila
mereka dengan permulaan gejala awal kurang dari 48 jam.Banyak gejala dari H5N1
influenza A, juga dikenal sebagai Avian influenza atau “flu burung” menunjukan
kekebalan terhadap rimantidine dan amantidine. Tidak diketahui pengobatan yang efektif
untuk pneumonia virus karena SARS, coronavirus, adenovirus, hantavirus, atau
parainfluenza virus (Fransiska, 2000).
14

2.10 ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

2.10.1 PENGKAJIAN
1) Biodata
Identitas Klien, meliputi :
 Nama/Nama panggilan
 Tempat tgl lahir/usia
 Jenis kelamin
 Agama
 Pendidikan
 Alamat
 Tgl/jam masuk
 Tgl pengkajian
 Diagnosa medic
 Rencana terapi
Identitas Orang tua
 Ayah
 Ibu
2) Keluhan utama
sesak naps

3) Riwayat kesehatan
1) Riwayat Penyakit sekarang, tanyakan :
 Apakah masih ada batuk, berapa lama
 Apakah masih ada panas badan
 Apakah nyeri dada kalau batuk
 Apakah ada riak kalau batuk
2) Riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan :
 Frekuensi ISPA
 Riwauat Alergi
 Kebiasaan merokok
 Pengguaan obat-obatan
15

 Imunisasi
3) Riwayat penyakit keturunan
4) Riwayat Keluarga, tannyakan:
 Apakah ada keluarga yang menderita batuk
 Apakah ada keluarga yang menderita alergi
 Apakah ada keluarga yang menderita TBC, Cancer paru
5) Riwayat Lingkungan
 Apakah rumah dekat dengan pabrik
 Apakah banyak asap atau debu
 Apakah ada keluarga yang merokok
6) Riwayat pekerjaan, tanyakan :
 Apakah bekerja pada tempat yang banyak debu,asap
 Apakah bekerja di pabrik
 Apakah saat bekerja menggunakan alat pelindung.

4) Pengkajian Fisik
1) Ispeksi:
 Amati bentuk thorax
 Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
 Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma,
penggunaan otot Bantu pernapasan
 Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
 Gerakan dada
 Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
 Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun
2) Palpasi
 Gerakan pernapasan
 Raba apakah dinding dada panas
 Kaji vocal premitus
 Penurunan ekspansi dada
16

3) Auskultasi
 Adakah terdenganr stridor
 Adakah terdengar wheezing
 Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
4) Perkusi
 Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
 Hipersonor , adanya tahanan udara
 Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
 Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
 Tympani, terisi udara
5) Faktor Psikososial/Perkembangan
 Usia, tingkat perkembangan.
 Toleransi/kemampuan memahami tindakan.
 Koping
 Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.
 Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
6) Pengetahuan Keluarga, Psikososial
 Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.
 Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.
 Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
 Koping keluarga
 Tingkat kecemasan
7) Pemeriksaan Fisik
 Aktivitas/istirahat
Tanda dan Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia letargi, penurunan
toleransi terhadap aktivitas.
 Sirkulasi
Tanda dan Gejala : riwayat adanya takikardia, penampilan kemerahan,
atau pucat
17

 Makanan/cairan
Tanda dan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat
diabetes mellitus sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
 Neurosensori
Tanda dan Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza) perusakan
mental (bingung)
 Nyeri/kenyamanan
Tanda dan Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),
imralgia, artralgi melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)
 Pernafasan
Tanda dan Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispnea. sputum: merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasipremikus: taksil dan vocal
bertahap meningkat dengan konsolidasi Bunyi nafas menurun : Warna:
pucat/sianosis bibir dan kuku
 Keamanan
Tanda dan Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS,
penggunaan steroid, demam.berkeringat, menggigil berulang, gemetar
 Penyuluhan/pembelajara
Tanda dan Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol
kroni
DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan:
bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
18

2.10.2 DIAGNOSA
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
f. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
g. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

2.10.3 INTERVENSI
a. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
 Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
 Bunyi nafas tak normal.
 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
 Batuk teratasi
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersih
 Tidak terjadi Sianosis
19

Intervensi:
 Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
 Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional: Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
 Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
 Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada
faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
 Berikan cairan sesuai kebetuhan.
Rasional: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan
secret
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,
analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan

b. Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen


darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:
 Dispnea, sianosis
 Takikardia
 Gelisah/perubahan mental
 Hipoksia
20

Tujuan : gangguan gas teratasi


Kriteria hasil :
 Tidak nampak sianosis
 Nafas normal
 Tidak terjadi sesak
 Tidak terjadi hipoksia
 Klien tampak tenang
Intervensi
 Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
 Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar
mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
 Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen serebral.
 Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret untuk
memperbaiki ventilasi tak efektif.
 Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.
21

c. Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan


ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit
kronis, malnutrisi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
 Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
 Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Intervensi:
 Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
 Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
 Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
 Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan
nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin,
eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

d. Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen ditandai dengan:
 Dispnea
 Takikardia
 Sianosis
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi
22

Kriteria hasil :
 Nafas normal
 Sianosis tidak terjadi
 Irama jantung normal
Intervensi
 Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
 Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.

e. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai


dengan:
 Nyeri dada
 Sakit kepala
 Gelisah
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Nyeri dada teratasi

2) Sakit kepala terkontrol

3) Tampak tenang
23

Intervensi:
 Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
 Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an
lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
 Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
 Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.
 Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan
mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.

f. Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
inflamasi
Tujuan: Nutrisi tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB
24

Intervensi :
 Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
 Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
 Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin
lambat untuk kembali.
 Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.

g. Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan
masukan oral.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang
tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

Intervensi :
 Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.
 Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa
mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
 Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
25

 Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan
penggantian.
 Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
 Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
 Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan
penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

2.10.4 EVALUASI
a. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :
1) Batuk teratasi
2) Nafas normal
3) Bunyi nafas bersih
4) Tidak terjadi sianosis
5) Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :
6) Tidak nampak sianosis
7) Nafas normal
8) Tidak terjadi sesak
9) Tidak terjadi hipoksia
10) Klien tampak tenang
11) Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :
12) Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
13) Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
26

b. Toleran terhadap aktivitas sehari-hari ditandai dengan :


1) Nafas normal
2) Sianosis tidak terjadi
3) Irama jantung normal

c. Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :


1) Nyeri dada teratasi
2) Sakit kepala terkontrol
3) Tampak tenang

d. Nutrisi adekuat ditandai dengan :


1) Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
2) Pasien mempertahankan meningkat BB.

e. Tidak ada tanda kurang volume cairan ditandai dengan : pasien menunjukkan
keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
27

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan
terjadi pengikisan rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan benda asing. Klasifikasi pneumonia ada 3 yaitu pneumonia lobaris.
bronko pneumonia / pneumonia lobularis, pneumonia Interstinal (Bronkiolotis).
Berdasarkan pembagian pneumonia berdasarkan etiologi, maka etiologi dari
pneumonia adalah : bakteri (Pneumococus, streptococus, stafhilococus Haemophillus,
influenza, pseudomonas seruginosa), virus (Repirastory syncitial virus, adenovirus,
sitomegalo virus, virus influenza), mycoplasma, aspirasi benda asing (Cairan amnion,
makanan, cairan lambung, benda asing). Tanda dan gejala pada pneumonia sendiri
berdasarkan anatomis dan penyebab pneumonia itu sendiri. Komplikasi pada
pneumonia yaitu ARDS, efusi pleura, syok sepsis dan septik, empyema, abses.
Menurut Fransiska (2000) Tipe lain dari pneumonia yaitu severe acute respiratory
syndrome (SARS) ,bronchiolitis obliterans organizing pneumonia (BOOP),
pneumonia eosinofilik, chemical pneumonia, aspiration pneumonia. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dilakukan pengkajian mulai dari anamnesis
sampai evalusia.

24
28

DAFTAR PUSTAKA

Fransiska. (2000). Pneumonia. Fakultas kedokteran wijaya kusuma Surabaya.


Diambil dari http://last3arthtree.file.wordpress.com.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

Arif Muttaqin. ( 2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Riskesdas. (2007). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Jakarta :


Departemen kesehatan, Republik Indonesia.

Dorland. (1998). Kamus saku kedokteran Dorland, ed 25. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. (1997). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC.

Suriadi dan Yuliani, Rita. (2001). Asuhan keperawatan pada penyakit dalam. Edisi 1.
Jakarta: Agung Setia.

25

Anda mungkin juga menyukai