Anda di halaman 1dari 13

ASKEP KEPERAWATAN

PNEUMONIA

A. KONSEP MEDIK
1. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus)
(Speer,2007). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian
bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer,2000). Pneumonia
adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI,2003).
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang banyak disebabkan
oleh virus baik infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit virus (
Nur Salam,2005). Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru
basah adlah infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara
(alveoli) disalah satu atau kedua paru. Pneumonia adalah proses
inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius
( Smeltzer,2001).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah
yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri,virus, jamur, parasit) maupun benda asing.

2. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tabel 2.1
memuat daftar mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan
pneumonia (Jeremy, 2007).

Tabel 2.1 Daftar mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia


 Streptococcus pneumoniae
 Haemophillus influenza
INFEKSI BAKTERI  Klebsiella pneumoniae
 Pseudomonas aeruginosa
 Gram-negatif (E. Coli)
 Mycoplasma pneumoniae
INFEKSI ATIPIKAL  Legionella pneumophillia
 Coxiella burnetii
 Chlamydia psittaci
 Aspergillus
INFEKSI JAMUR  Histoplasmosis
 Candida
 Nocardia
 Influenza
INFEKSI VIRUS  Coxsackie
 Adenovirus
 Sinsitial respiratori
 Pneumocytis carinii
INFEKSI PROTOZOA  Toksoplasmosis
 Amebiasis
 Aspirasi
PENYEBAB LAIN  Pneumonia lipoid
 Bronkiektasis
 Fibrosis kistik

a. Bakteri
 Streptococcus pneumonia merupakan bakteri yang paling umum
menyebabkan pneumonia dan sering dialami oleh orang dewasa.
 Mycoplasma pneumonia merupakan bakteri yang sering dialami
oleh anak-anak dan juga dewasa muda.
b. Virus, palin sering dialami oleh balita. Virus ini juga pemicu flu
atau pilek yang dapat menyebabkan pneumonia
c. Jamur, sering dialami oleh orang yang memilki sistem kekebalan
tubuh yang menurun.

3. PATOFISIOLOGI
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada
di orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan
sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor
risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit
penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor
resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU.
Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien
menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen
akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi. Proses
infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah
setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan
mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan
komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin).
Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran paru ( bagian dari
sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari
kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun,
saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa
paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan
adanya dahak dan fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan
bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis respiratorik dan kematian.
Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari
berbagai macam penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan
riketsia, pneumonitis hypersensitive dapat menyebabkan penyakit primer.
Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling jelas adalah pada
klien yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi
saluran pernafasan atas yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi
akan mengakibatkan pneumonia.
Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai
paru melalui beberapa jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme
dilepaskan kedalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2)Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi)
dari peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui
sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang
terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru
dikeluarkan atau bertahan dalam pipi melalui mekanisme perubahan diri
seperti reflex batuk, kliens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag
alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh
memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan
menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya
mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh
beberapa mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan
membrane alveolokapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini
dan bronkiales terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang
menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan
oleh staphilococcuc atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis
parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang
respons inflamasi, dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar,
yang selanjutnya mengarah pada perubahan-perubahan lain. sedangkan
pada pneumonia viral disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan dan
self-limited tetapi dapat membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri
dengan memberikan suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri
dan dengan merusak sel-sel epitel bersilia, yang normalnya mencegah
masuknya pathogen ke jalan nafas bagian bawah.

4. MANIFESTASI KLINIK
1. Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC).
2. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
3. Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur,
pernafasan cuping hidung
4. Nadi cepat dan bersambung
5. Bibir dan kuku sianosis
6. Sesak nafas

5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien pneumonia meliputi :
1) Penatalaksanaan medis
Menurut Riyadi 2009,pengobatan diberikan berdasarkan
etiologi dan uji resistensi,akan tetapi karena hal itu perlu waktu dan
pasien perlu therapi secepatnya maka biasanya diberikan :
 Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan
kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan
antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin.pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam
4-5 hari.pemberian obat kombinasi bertujuan untuk
menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih
dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotic.
 Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen
dan cairan intravena,biasanya diperlukan campuran glukosa
5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/500ml/botol infus.
 Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asrdosis
metabolik akibat kurang makan dan hipoksia,maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah
arteri.
 Pemberian makanan enternal bertahap melalui selang NGT
pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak
nafasnya.
 Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agnis untuk memperbaiki
transport mukosilier.seperti pemberian terapi nebulizer
dengan flexoid dengan ventolin.selain bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat
meningkatkan lebar lumen bronkus.
2) Penatalaksanaan keperawatan
 Menjaga kelancaran pernapasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan
sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di
dalam bronkus atau paru.agar klien dapat bernapas secara
lancar,lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk
memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan
O2 21/menit secara rumat.
Pada anak yang agak besar dapat dilakukan :
 Berikan sikap berbaring setengah duduk
 Longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat
pinggang,kaos yang sempit
 Ajarkan bila batuk,lendirnya dikeluarkan dan
katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan
sesak nafasnya tidak akan segera hilang.
 Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu bebaring
ke arah dada yang sakit,boleh duduk /miring ke
bagian lain.
Pada bayi dapat dilakukan :
 Baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan
memberikan ganjal dibawah bahunya.
 Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita
 Isaplah lendir dan berikan O2 rumat sampai 2
1/menit .pengisapan lendir harus sering yaitu pada
saat terlihat lendir dalam mulut,pada waktu akan
memberikan minum,mengubah sikap
baring/tindakan lain
 Perhatikan dengan cermat pemberian
infus,perhatikan apakah infus lancar
 Kebutuhan istirahat
Klien pneumonia adalah klien payah,suhu tubuhnya
tinggi,sering hiperperiksia maka klien perlu cukup
istirahat,semua kebutuhan klien harus ditolong di tempat
tidur.Usahakan pemberian obat secara tepat,usahakan
keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat
sebaik-baiknya
 Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien pneumonia hampir selalu mengalami
masukan makanan yang kurang.suhu tubuh yang tinggi
selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang
dapat menyebabkan dehidrasi.untuk mencegah dehidrasi
dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan
glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1
ditambahkan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
Pada bayi yang masih minum ASI,bila tidak terlalu
sesak ia boleh menetek selain memperoleh
infuse.Bertitahukan ibunya agar pada waktu bayi menetek
puting susunya harus sering-sering dikeluarkan untuk
memberikan kesempatan bayi bernafas.

6. PEMERIKSAAN FISIK
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul
yaitu :
a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak napas
b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolen
c. Tanda-tanda vital :
 TD : hipertensi
 Nadi : takikardi
 RR : takipneu, dispnea, nafas dangkal
 Suhu : hipertensi
d. Kepala : tidak ada kelainan
e. Mata : konjungtiva bisa anemis
f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
g. Paru :
 Inspeksi :pengembangan paru berat, tidak simetris jika
hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu nafas.
 Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena
 Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
 Auskultasi : bisa terdengar ronkhi.
h. Jantung : jika ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada
kelemahan
i. Ekstermitas : sianosis, turgoor berkurang jika dehidrasi.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakan diagnosa pneumonia menurut Mansjoer,2000 :
1) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan predominan
PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan
prognosis buruk.dapat ditemukan anemia ringan dan sedang.
2) Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran gambaran
bervariasi :
 Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
 Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
 Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat
interstisialis pada pneumonia stafilokok.
3) Pemeriksaan cairan pleura
4) Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi
nasofaring, aspirasi trakea.

8. PROGNOSIS
Dengan pengobatan,sebagian tipe dai pneumonia karena
bakteri dapat diobati dalam satu sampai dua minggu.Pneumonia
karena virus mungkin berakhir lama,pneumonia karena
mycoplasma memerlukan empat sampai lima minggu untuk
memutuskan sama sekali. Hasil akhir dari episode pneumonia
tergantung dari bagaimana seseorang sakit,kapan dia di diagnosa
pertama kalinya.
Salah satu cara untuk meramalkan hasil dipakai skor
beratnay pneumonia atau CURB-65 score,dimana memerlukan
perhitungan dari beratnya gejal-gejala,penyakit utama,dan umur.
Skor ini dapat membantu dalam memutuskan orang tersebut
dirawat dirumah sakit atau tidak. Di Amerika Serikat,1 dari 20
orang dengan pneumonia pnemuccocal akan meninggal
dunia.Dalam beberapa kasus dimana pneumonia dapat berkembang
menjadi racun didarah(bakteremia),1 dari 5 orang akan meninggal.
Angka kematian (mortalitas)tergantung juga penyebab
utama dari pneumonia.Misalnya pneumonia karena mycoplasma
dihubungkan dengan sedikit kematian.Bagaimanapun sebagian
orang timbul methilcillin-resistant Staphyloccocus aureus (MRSA)
pneumonia Melalui ventilator akan meninggal.
Pada daerah-daerah didunia tanpa kemajuan sistem
perawatan kesehatan,pneumonia merupakan ancaman
kematian.Akses yang terbatas untuk klinik dan rumah sakit,akses
terbatas untuk sinar x,terbatasnya antibiotik pilihan dan ketidak
mampuan untuk perawatan kondisi utama yang tidak dapat
dihindari menunjukan tingginya angka kematian dari pneumonia.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Penyimpangan KDM

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efekti (D.0001)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
b. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
c. Nyeri akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
d. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
3. Intervensi
Daftar Pustaka
SDKI DPP PNI, Tim Pokja. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Moorhead, Sue. Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification. Singapure: Elsevier


Global Rights

Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016. Nursing Intervention Classification. Singapure:


Elsevier Global Rights

Doenges, Marilynn E. Ddk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :Buku


kedokteran EGC

http://eprints.undip.ac.id/44629/3/FIDA_AMALINA_22010110120027_BAB2
KTI.pdf

Anda mungkin juga menyukai