Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


ANAK DENGAN PNEUMONIA ATAS INDIKASI HIV

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Anak
Di RSUD Kanjuruhan

Oleh:
Nama : REVI RISKA RINA M
NIM : P17210193061

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia atas indikasi HIV
Periode 2021 s/d 2022 Tahun Ajaran 2020/2021

Telah disetujui dan disahkan pada 12 Oktober 2021

Malang, 22 Oktober 2021

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

Ali Maghfur, S.Kep, Ners Dr.Erlina Suci Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK
Dengan Pneumonia Atas Indikasi HIV

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik


Mata Kuliah Keperawatan Anak
Yang Dibimbing Oleh Ibu Dr. Erlina Suci Astuti, S.Kep., Ns, M.Kep

Oleh
Revi Riska Rina M
P17210193061

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN MALANG
Oktober 2021
I. Masalah Kesehatan : Pneumonia atas indikasi HIV

II. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolusrespiratori, alveoli, dan menimbulakn
konsolidasi jaringan paru (Padila, 2013). Pneumonia adalahkeadaan inflamasi akut yang
terdapat padaparenkim paru (bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini merupakan
penyakit infeksi karena ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur (Jonh Daly, 2010).
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat
menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang
muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang menunjukkan
defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk
dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi
imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,
1997 : 171). AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09). AIDS merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk,
1997 : 17).

III. Patofisiologi
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru –paru melalui inhalasi ataupun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan
bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus menyebabkan sel berisi
eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung lama sehingga dapat
menyebabkan etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di
alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat
terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013).
Gejala umum yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak
napas (Djojodibroto, 2014).
IV. Etiologi
4.1. Pneumonia
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu :
a. Virus
Virus influenza adalah penyebab paling umum dari pneumonia virus (viral) pada
orang dewasa. Sementara itu, respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab
paling umum dari pneumonia viral pada anak-anak. Kebanyakan pneumonia virus
tidak serius dan berlangsung lebih singkat dibandingkan pneumonia akibat bakteri.
Lebih khusus, berikut adalah berbagai virus penyebab pneumonia, dikutip dari artikel
yang dipublikasikan U.S. National Library of Medicine:
1. Influenza A. Virus influenza A adalah penyebab utama kematian dan sakit parah
pada pneumonia viral.
2. Human metapneumovirus. Human metapneumovirus dikenal sebagai penyebab
pneumonia viral. Virus ini juga disebut sebagai penyebab wabah SARS.
3. Virus parainfluenza. Virus parainfluenza paling sering dikaitkan dengan
pneumonia pada anak-anak secara musiman.
4. Human bocavirus coronavirus. Virus ini biasanya menyebabkan pneumonia
pada orang yang memiliki sistem pertahanan tubuh yang lemah.
5. Adenovirus. Adenovirus menjadi penyebab paling umum pneumonia pada
orang yang melakukan transplantasi organ.
6. Enterovirus. Enterovirus merupakan penyebab tidak umum dari pneumonia
viral. Virus ini lebih dikenal sebagai penyebab penyakit polio, gastrointestinal
(pencernaan), dan saluran pernapasan atas.
7. Virus Varicella-zoster. Virus Varicella-zoster dikaitkan dengan cacar air dan
herpes zoster, serta dapat menyebabkan pneumonia parah. Wanita hamil yang
punya daya tahan tubuh lemah berisiko mengalami pneumonia akibat virus ini.
8. Virus herpes simplex. Virus ini menyebabkan pneumonia virus pada pasien
dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti pasien dengan HIV dan
mereka yang pernah melakukan transplantasi organ.
9. Coronavirus
Jenis coronavirus sering dikaitkan dengan pneumonia berat dan dapat
mengancam jiwa Anda. Jenis coronavirus baru, SARS-CoV-2 adalah penyebab
wabah Covid-19 yang juga berkaitan dengan pneumonia virus dan dapat
berakibat serius
b. Jamur
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur paling sering terjadi pada orang
dengan masalah kesehatan kronis atau sistem kekebalan tubuh lemah. Orang yang
terkena jamur dalam jumlah yang banyak dari tanah atau kotoran burung yang
tercemar juga berisiko terkena kondisi ini.
Pneumocystis pneumonia adalah infeksi jamur serius yang disebabkan oleh
Pneumocystis jirovecii. Ini terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan yang
lemah akibat HIV/AIDS. Orang yang menggunakan obat-obatan jangka panjang yang
menekan sistem kekebalan tubuh, seperti pengobatan kanker atau perawatan setelah
transplantasi organ juga berisiko mengalami kondisi ini.
4.2. HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada manusia yang termasuk
dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV dibedakan menjadi dua, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya merupakan virus
yang menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki reseptor dengan afinitas tinggi untuk
HIV. (Widyanto & Triwibowo, 2013). AIDS disebabkan oleh HIV yang dikenal
dengan retrovirus yang di tularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T. (Rendy & Margareth, 2012

V. Tanda dan Gejala


5.1. Pneumonia
Menurut (Suratun & Santa, 2013) Gejala yang dapat muncul pada klien dengan
pneumonia adalah demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang produktif, sesak
napas, sakit kepala, nyeri pada leher dan dada, dan pada saat austultasi dijumpai
adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.
5.2. HIV
Berikut ini adalah tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis
HIV berdasarkan WHO. (Nursalam & Kurniawati, 2009)
a. Gejala Mayor yaitu penurunan berat badan, diare lebih dari 1 bulan
(kronis/berulang), demam, dan tuberkulosis.
b. Gejala Minor yaitu kandidiasis oral, batuk, pnemonia, dan infeksi kulit.
VI. Pathway
VII. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan sekret menumpuk pada
bronkus
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kompliasi paru menurun
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan konsentrasi proteim cairan alveoli
meningkat
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan produksi sputum meningkat
5. Keletihan berhubungan dengan O2 di dalam jaringan menurun
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat tubuh kekurangan O2
7. Hipertermia berhubungan dengan stimulasi chemoreseptor hipotalamus
8. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rangsangan nyeri

VIII. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Nuraif & Kusuma (2014) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Pemeriksaan foto dada tidak direkomendasikan secara rutin pada anak dengan
infeksi saluran nafas bawah akut ringan tanpa komplikasi.
b. Pemeriksaan foto dada direkomendasikan pada penderita pneumonia yang
dirawat inap atau tanda klinis yang ditemukan membingungkan.
c. Pemeriksaan foto dada follow up hanya dilakukan bila didapatkan adanya
kolpas lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala yang
menetap atau memburuk bahkan tidak respon terhadap antibiotic
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan untuk
membantu menentukan pemberian antibiotic
b. Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum dengan kualitas yang baik
direkomendasikan dalam tatalaksanaan anak dengan pneumonia yang berat.
c. Pemeriksaan C-reactive protein (CPR), LED, dan pemeriksaan fase akut lain
tidak membedakan infeksi viral dan bacterial dan tidak direkomendasikan
sebagai pemeriksaan rutin.
d. Pemeriksaan uji tuberkulin selalu dipertimbangkan pad anak dengan riwayat
kontak dengan penderita TBC dewasa.
e. Sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural ( misal : Lobar, bronkhial);
dapat juga menyatakan abes.
f. Biopsi paru : Untuk menetapkan diagnosis
g. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus
h. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru meneteapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
i. Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
j. Bronkoskopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
k. Pemeriksaan Lain. Pada setiap anak yang dirawat inap karena pneumonia,
seharusnya dilakukan pemeriksaan pulse oximetry

IX. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pengobatan Menurut WHO. (2016), yaitu :
1. Kriteria Rawat Inap
a. Bayi
- Saturasi oksigen ≤ 90%, sianosis
- Frekuensi nafas > 60 x/menit
- Distress pernafasan, apneu intermiten, atau grunting
- Tidak mau minum
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah
b. Anak
- Saturasi <92%, sianosis
- Frekuensi nafas >50x/menit
- Distres pernafasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
- Keluarga tidal bisa merawat di rumah
2. Tatalaksanaan umum Menurut WHO ,(2016), yaitu : Pasien dengan saturasi oksigen
≤ 92% pada saat bernafas dengan udara keluar harus diberikan terapi oksigen dengan
nasal kanul, head box, atau sungkup untuk mepertahankan saturasi oksigen > 92% .
a. Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balance cairan ketat.
b. Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak dengan
pneumonia.
c. Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan
mengontrol batuk.
d. Nebulisasi dengn β2 agonis atau NaCl dapat diberikan untuk meperbaiki
mucocilliary clearance.
e. Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus di observasi setidaknya setiap 4
jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
3. Pemberian antibiotik
Pemberian terapi antibiotik pada pneumonia menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(2008) :2.1.10.3.1 Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotikoral pada
anak <5 tahun karena efektif

X. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan tanggal masuk rumah sakit nomor registrasi
dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama. Diisi tentang keluhan yang dirasakan klien pada saat perawat
melakukan pengkajian pada kontak pertama dengan klien.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu. Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis.
- Riwayat kesehatan sekarang. Diisi tentang perjalanan penyakit klien, dari
pertama kali keluhan yang dirasakan saat di rumah, usaha untuk mengurangi
keluhan (diobati dengan obat apa, dibawa ke puskesmas atau ke pelayanan
kesehatan lain), sampai dibawa kerumah sakit dan menjalani perawatan.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan. Kelahiran yang premature, Neonatal
meningitis, Perdarahan subaracnoid, Infeksi intra uterin, Perdarahan perinatal,
trauma/cidera persalinan.
e. Pemeriksaan Fisik. Biasanya adanya myelomeningocele, pengukuran lingkar
kepala. Tanda-tanda selanjutnya. Nyeri kepala diikuti dengan muntah-muntah,
pupil edema, strabismus, peningkatan tekanan darah, denyut nadi lambat,
gangguan respirasi, kejang, letargi, muntah, tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia,
lekas marah, lesu, apatis, kebingungan, sering kali inkoheren, kebutaan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan sekret menumpuk
pada bronkus
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kompliasi paru menurun
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan konsentrasi proteim cairan
alveoli meningkat
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan produksi sputum
meningkat
e. Keletihan berhubungan dengan O2 di dalam jaringan menurun
f. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat tubuh kekurangan
O2
g. Hipertermia berhubungan dengan stimulasi chemoreseptor hipotalamus
h. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rangsangan nyeri

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Napas Tidak tindakan keperawatan Observasi
Efektif ...x24 jam masalah 1. Monitor pola napas (frekuensi,
berhubungan Bersihan Jalan Napas kedalaman, usaha napas)
dengan sekret Tidak Efektif teratasi 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
menumpuk pada dengan kriteria hasil : Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
bronkus Bersihan Jalan Napas kering)
( L.01001) 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
1. batuk efektik aroma)
meningkat Terapeutik
2. produksi sputum 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
menurun dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
3. mengi menurun thrust jika curiga trauma cervical)
4. wheezing menurun 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
5. dispnea menurun 3. Berikan minum hangat
6. frekuensi napas 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
membaik 5. Lakukan penghisapan lendir kurang
7. pola napas membaik dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
7. Penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsepMcGill
9. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan ...x24 jam masalah 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dengan keperawatan Pola napas dan upaya napas
kompliasi paru tidak efektif teratasi 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
menurun dengan kriteria hasil : takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
Pola Napas (L.01004) Cheyne-Stokes, Biot, ataksik
1. dispnea menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
2. penggunaan otot bantu 4. Monitor adanya produksi sputum
napas menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. frekuensi napas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
membaik 7. Auskultasi bunyi napas
4. kedalaman napas 8. Monitor saturasi oksigen
membaik 9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen (I.01026) Observasi
Pertukaran Gas tindakan keperawatan 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
berhubungan ...x24 jam masalah 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
dengan keperawatan Gangguan 3. Monitor aliran oksigen secara periodic
konsentrasi Pertukaran Gas teratasi dan pastikan fraksi yang diberikan
proteim cairan dengan kriteria hasil : cukup
alveoli Pertukaran Gas 4. Monitor efektifitas terapi oksigen
meningkat (L.01003) (mis. oksimetri, analisa gas darah ),
1. dispnea menurun jika perlu
2. bunyi napas tambahan 5. Monitor kemampuan melepaskan
menurun oksigen saat makan
3. PCO2 menurun 6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
4. PO2 menurun 7. Monitor tanda dan gejala toksikasi
5. Takikardia menurun oksigen dan atelectasis
8. Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan secret pada mulut, hidung
dan trachea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
4. Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
5. Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidu
4 Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I. 08238)
nyaman nyeri tindakan keperawatan Observasi
berhubungan ...x24 jam masalah 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan produksi keperawatan Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
sputum Akut teratasi dengan nyeri
meningkat kriteria hasil : Tingkat 2. Identifikasi skala nyeri
Nyeri (L08066) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat
menurun dan memperingan nyeri
2. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
3. Gelisah menurun keyakinan tentang nyeri
4. Frekuensi nadi 6. Identifikasi pengaruh budaya
membaik terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
5 Keletihan Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan O2 di ...x24 jam masalah 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh
dalam jaringan keperawatan keletihan yang mengakibatkan kelelahan
menurun teratasi dengan kriteria 2. Monitor kelelahan fisik dan
hasil : Tingkat keletihan emosional
(L.05046) 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Kemampuan 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
melakukan aktivitas selama melakukan aktivitas
rutin meningkat Terapeutik
2. Tenaga meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
3. Lesu menurun rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
6 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
Aktivitas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan ...x24 jam masalah 5. Identifkasi gangguan fungsi tubuh
dengan keperawatan intoleransi yang mengakibatkan kelelahan
kelemahan aktivitas teratasi dengan 6. Monitor kelelahan fisik dan
akibat tubuh kriteria hasil : Toleransi emosional
kekurangan O2 Aktivitas (L.05047) 7. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi 8. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
meningkat selama melakukan aktivitas
2. Dispnea saat Terapeutik
beraktvitas menurun 5. Sediakan lingkungan nyaman dan
3. Dispnea setelah rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
beraktivitas menurun kunjungan)
6. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
7. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
8. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
7. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
8. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
7 Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I.15506)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan stimulasi ...x24 jam masalah 1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
chemoreseptor keperawatan hipertermia dehidrasi terpapar lingkungan panas
hipotalamus teratasi dengan kriteria penggunaan incubator)
hasil : Termoregulasi 2. Monitor suhu tubuh
(L.14134) 3. Monitor kadar elektrolit
1. Menggigil menurun 4. Monitor haluaran urine
2. Suhu tubuh membaik Terapeutik
3. Suhu kulit membaik 1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
8 Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan tidur (l.05174)
Tidur tindakan keperawatan Observasi
berhubungan ...x24 jam masalah 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan keperawatan gangguan 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
rangsangan pola tidur teratasi dengan (fisik dan/atau psikologis)
nyeri kriteria hasil : Pola tidur 3. Identifikasi makanan dan minuman
(L.05045) yang menganggu tidur (mis.kopi, teh,
1. Keluhan sulit tidur alkohol, makan mendekati waktu
menurun tidur, minum banyak air sebelum
2. Keluhan sering terjaga tidur)
menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
3. Keluhan pola tidur dikonsumsi
berubah menurun Teraupetik :
4. Kemampuan 1. Modifikasi lingkungan (mis.
beraktivitas Pencahayaan, kebisingan, suhu,
meningkat matras, dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis
pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2. Ajarkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang menganggu
tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur (REM)
5. Anjurkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzzane C . 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
vol 1 ed 8.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Muttaqin, Arif .2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan,
Salemba Medika, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M. Wilson . 2005 . Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit vol 2 ed 1 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai