Oleh:
Nama : REVI RISKA RINA M
NIM : P17210193061
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia atas indikasi HIV
Periode 2021 s/d 2022 Tahun Ajaran 2020/2021
Ali Maghfur, S.Kep, Ners Dr.Erlina Suci Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK
Dengan Pneumonia Atas Indikasi HIV
Oleh
Revi Riska Rina M
P17210193061
II. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolusrespiratori, alveoli, dan menimbulakn
konsolidasi jaringan paru (Padila, 2013). Pneumonia adalahkeadaan inflamasi akut yang
terdapat padaparenkim paru (bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini merupakan
penyakit infeksi karena ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur (Jonh Daly, 2010).
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat
menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang
muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang menunjukkan
defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk
dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi
imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,
1997 : 171). AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09). AIDS merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk,
1997 : 17).
III. Patofisiologi
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru –paru melalui inhalasi ataupun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan
bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus menyebabkan sel berisi
eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung lama sehingga dapat
menyebabkan etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di
alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat
terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013).
Gejala umum yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak
napas (Djojodibroto, 2014).
IV. Etiologi
4.1. Pneumonia
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu :
a. Virus
Virus influenza adalah penyebab paling umum dari pneumonia virus (viral) pada
orang dewasa. Sementara itu, respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab
paling umum dari pneumonia viral pada anak-anak. Kebanyakan pneumonia virus
tidak serius dan berlangsung lebih singkat dibandingkan pneumonia akibat bakteri.
Lebih khusus, berikut adalah berbagai virus penyebab pneumonia, dikutip dari artikel
yang dipublikasikan U.S. National Library of Medicine:
1. Influenza A. Virus influenza A adalah penyebab utama kematian dan sakit parah
pada pneumonia viral.
2. Human metapneumovirus. Human metapneumovirus dikenal sebagai penyebab
pneumonia viral. Virus ini juga disebut sebagai penyebab wabah SARS.
3. Virus parainfluenza. Virus parainfluenza paling sering dikaitkan dengan
pneumonia pada anak-anak secara musiman.
4. Human bocavirus coronavirus. Virus ini biasanya menyebabkan pneumonia
pada orang yang memiliki sistem pertahanan tubuh yang lemah.
5. Adenovirus. Adenovirus menjadi penyebab paling umum pneumonia pada
orang yang melakukan transplantasi organ.
6. Enterovirus. Enterovirus merupakan penyebab tidak umum dari pneumonia
viral. Virus ini lebih dikenal sebagai penyebab penyakit polio, gastrointestinal
(pencernaan), dan saluran pernapasan atas.
7. Virus Varicella-zoster. Virus Varicella-zoster dikaitkan dengan cacar air dan
herpes zoster, serta dapat menyebabkan pneumonia parah. Wanita hamil yang
punya daya tahan tubuh lemah berisiko mengalami pneumonia akibat virus ini.
8. Virus herpes simplex. Virus ini menyebabkan pneumonia virus pada pasien
dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti pasien dengan HIV dan
mereka yang pernah melakukan transplantasi organ.
9. Coronavirus
Jenis coronavirus sering dikaitkan dengan pneumonia berat dan dapat
mengancam jiwa Anda. Jenis coronavirus baru, SARS-CoV-2 adalah penyebab
wabah Covid-19 yang juga berkaitan dengan pneumonia virus dan dapat
berakibat serius
b. Jamur
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur paling sering terjadi pada orang
dengan masalah kesehatan kronis atau sistem kekebalan tubuh lemah. Orang yang
terkena jamur dalam jumlah yang banyak dari tanah atau kotoran burung yang
tercemar juga berisiko terkena kondisi ini.
Pneumocystis pneumonia adalah infeksi jamur serius yang disebabkan oleh
Pneumocystis jirovecii. Ini terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan yang
lemah akibat HIV/AIDS. Orang yang menggunakan obat-obatan jangka panjang yang
menekan sistem kekebalan tubuh, seperti pengobatan kanker atau perawatan setelah
transplantasi organ juga berisiko mengalami kondisi ini.
4.2. HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada manusia yang termasuk
dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV dibedakan menjadi dua, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya merupakan virus
yang menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki reseptor dengan afinitas tinggi untuk
HIV. (Widyanto & Triwibowo, 2013). AIDS disebabkan oleh HIV yang dikenal
dengan retrovirus yang di tularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T. (Rendy & Margareth, 2012
IX. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pengobatan Menurut WHO. (2016), yaitu :
1. Kriteria Rawat Inap
a. Bayi
- Saturasi oksigen ≤ 90%, sianosis
- Frekuensi nafas > 60 x/menit
- Distress pernafasan, apneu intermiten, atau grunting
- Tidak mau minum
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah
b. Anak
- Saturasi <92%, sianosis
- Frekuensi nafas >50x/menit
- Distres pernafasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
- Keluarga tidal bisa merawat di rumah
2. Tatalaksanaan umum Menurut WHO ,(2016), yaitu : Pasien dengan saturasi oksigen
≤ 92% pada saat bernafas dengan udara keluar harus diberikan terapi oksigen dengan
nasal kanul, head box, atau sungkup untuk mepertahankan saturasi oksigen > 92% .
a. Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balance cairan ketat.
b. Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak dengan
pneumonia.
c. Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan
mengontrol batuk.
d. Nebulisasi dengn β2 agonis atau NaCl dapat diberikan untuk meperbaiki
mucocilliary clearance.
e. Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus di observasi setidaknya setiap 4
jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
3. Pemberian antibiotik
Pemberian terapi antibiotik pada pneumonia menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(2008) :2.1.10.3.1 Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotikoral pada
anak <5 tahun karena efektif
3. Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzzane C . 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
vol 1 ed 8.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Muttaqin, Arif .2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan,
Salemba Medika, Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M. Wilson . 2005 . Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit vol 2 ed 1 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia