JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
Mei 202I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Bed Rest Hipertensi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Penyakit Tidak Menular yang dibina oleh Ibu Susi Milwati,
S.Kp., M.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari, makalah yang penulis susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
2.1 Bedrest...................................................................................................................3
2.2 Konsep Hipertensi.................................................................................................4
2.2.1. Definisi Hipertensi.......................................................................................4
2.2.2. Penyebab Hipertensi....................................................................................4
2.2.3. Dampak/Komplikasi....................................................................................5
2.3 Hubungan Bedrest dengan Hipertensi...................................................................7
2.4 SOP Alih Baring....................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................11
3.2 Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan kematian.
Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra
keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung,
ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006)
Jadi dari beberapa cara yang ampuh untuk menurunkan tekanan darah
tinngi adalah terapi Bed rest atau tirah baring. Tirah baring bertujuan untuk
mengurangi kerja jantung karena aktivitas yang meningkat akan meningkatkan
tekanan darah, maka sebab itulah pentingnya terapi bed rest untuk pasien dengan
penyakit hipertensi.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh terapi Bed Rest terhadap pasien dengan
gangguan hipertensi
2. Untuk mengetahui tindakan terapi Bed Rest
1.4. Manfaat
1. Memberikan informasi untuk sebagai salah satu cara dalam penanganan penyakit
hipertensi.
2. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Penyakit Tidak Menular
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Bedrest
Pola tidur normal pada dewasa muda (usia 18 tahun sampai dengan 40
tahun) tidak jauh beda dengan jumlah jam tidur ketika usia remaja yaitu
sekitar 7-8 jam/hari, 20-25% tidur REM. Usia dewasa menengah (usia 40
tahun sampai dengan usia 60 tahun), jumlah jam tidur sama dengan ketika
seseorang berada pada usia dewasa muda yaitu sekitar 7-8 jam/hari, 20%
tidur REM.
3
4
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ).
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ).
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ).
d. Kebiasaan hidup.
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
1. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
2. Kegemukan atau makan berlebihan.
3. Stress.
4. Merokok.
5. Minum alcohol.
6. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2.2.3. Dampak/Komplikasi
Adapun komplikasi Hipertensi menurut Aspiani (2016) adalah
sebagai berikut :
1. Stroke Hemoragi
Dapat terjadi, akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
6
5. Kejang
Dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir
biasa dengan berat badan lahir rendah akibat perfusi plasenta
yang tidak adekuat. Dapat juga mengalami hipoksia dan asidosis
apabila ibu mengalami kejang saat atau sebelum melahirkan.
memiliki durasi tidur yang pendek sehingga orang tersebut mudah stres
yang dapat berakibat pada naiknya tekanan darah.
Lansia yang menderita hipertensi memiliki kualitas tidur yang buruk
bila dibandingkan dengan lansia yang tidak memiliki permasalahan tekanan
darah. Seseorang dikatakan memiliki pola tidur yang baik apabila memiliki
durasi tidur yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umurnya, bisa tidur
dengan nyenyak dan tidak terbangun karena adanya gangguan di sela-sela
waktu tidur. Pola tidur dikatakan buruk ketika orang mempunyai durasi
tidur kurang dari kebutuhan sesuai dengan umurnya, memulai tidur terlalu
larut malam dan bangun tidur terlalu cepat serta tidur tidak nyenyak karena
sering terbangun yang diakibatkan karena suatu hal (Hanus et al, 2015).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering menimbulkan
gangguan seperti rasa nyeri atau pusing, sehingga seseorang dengan
penyakit hipertensi cenderung akan terbangun pada pagi hari akibat rasa
ketidaknyamanan atau rasa pusing tersebut. Ketidaknyamanan inilah yang
kemudian menyebabkan kurangnya jumlah waktu tidur dan menimbulkan
kualitas tidur yang buruk dan dapat berakibat pada naiknya tekanan darah,
padahal untuk rata-rata jumlah jam tidur yang harus dipenuhi oleh seseorang
yang berada pada antara usia 40 tahun sampai 60 tahun adalah 7-8 jam/hari.
9
ALIH BARING
STANDART
OPERASIONAL
PROSEDUR
(SOP)
Judul : Alih Baring Tanggal
dikeluarkan
Prodi : S1 Keperawatan Revisi
No Komponen Kinerja
I Pengertian
Melakukan tindakan alih baring pada pasien imobilisasi untuk mencegah
komplikasi akibat imobilisasi.
II Tujuan
- Mencegah kerusakan integritas kulit
- Memperbaiki sirkulasi dan perfusi
III Peralatan
Bantal atau guling
IV Prosedur Pelaksanaan
Tahap pra interaksi
1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
2. Menempatkan peralatan di dekat klien.
Tahap orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan tidakan yang akan dilakukan kepada
klien maupun keluarganya.
3. Menanyakan persetujuan dan persiapan klien sebelum tindakan
dilakukan.
Tahap kerja
1. Menjaga privasi klien.
2. Merubah posisi klien dari telentang ke miring.
3. Meletakkan beberapa bantal di dekat klien.
4. Memiringkan klien ke arah bantal yang telah disiapkan.
10
3.1. Kesimpulan
Tirah baring atau Bedrest yaitu suatu keadaan dimana pasien berbaring di
tempat tidur selama hampir 24 jam setiap harinya dengan tujuan untuk
meminimalkan fungsi semua sistem organ pasien (Hinchliff, 1999).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh.
Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola
makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan
seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan.
3.2. Saran
Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya sesorang
menerapkan pola hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan,
mencakup menghindari makanan yang beresiko meningkatkan tekanan darah.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alfi, W. N., & Yuliwar, R. (2018). The Relationship between Sleep Quality and
Blood Pressure in Patients with Hypertension. Jurnal Berkala Epidemiologi,
6(1), 18. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i12018.18-26
Alsaadi, S. M., McAuley, J. H., Hush, J. M., L., S., Lin, C. C., Williams, C. M., &
Maher, C., & G. (2014). Poor sleep quality is strongly associated with
subsequent pain intensity in patients with acute low back pain. Arthritis &
Rheumatology, 66(5), 1388–1394.
https://doi.org/https://doi.org/10.1002/art.38329
Bruno, R. M., Palagini, L., Gemignani, A., V., & A., Di, G. A., Ghiadoni, L., &
Taddei, S. (2013). Poor sleep quality and resistant hypertension. Journal
Sleep Medicine, 14(11), 1157–1163.
Chen, X., Wang, R., Zee, P., Lutsey, P. L., & Javaheri, S., & Alcántara, C. (2015).
Racial/ethnic differences in sleep disturbances : the multi-ethnic study of
atherosclerosis (MESA). Sleep, 38(6), 877– 888D.
https://doi.org/https://doi.org/10.5665/sleep.4732
Hanus, J. ., Amboni, G., Rosa, M. ., Ceretta, L. ., & & Tuon, L. (2015). The
quality and characteristics of sleep of hypertensive patients. Journal of
School of Nursing, 49(4), 594–599.
https://doi.org/https://doi.org/10.1590/S0080-623420150000400009
12
13
Mubarak, W. I. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia: teori dan aplikasi.
ECG.
Susilo, H.W. (2015). Riset Kualitatif dan aplikasi penelitian ilmu keperawatan,
Jakarta : Trans info media. (Online) Vol 2 No 2,
(http://jurnal.csdforum.com/indeks.php /ghs), diakses 14 September 2018.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/752/1/143210060%20Eka%20Novitasari
%20Skripsi.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3657/3/Chapter1.pdf
https://www.beritasatu.com/kesehatan/101195/pahami-dan-obati-hipertensi-sebelum-
terlambat