Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah II
Di Kota Malang

Oleh:
Nama : REVI RISKA RINA M
NIM : P17210193061

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Masalah Gangguan
Sistem Endokrin Periode 2021 s/d 2022 Tahun Ajaran 2020/2021

Telah disetujui dan disahkan pada

Malang,

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

………………………….. ……………………………….
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR MANUSIA
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (HIPERTIROID)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah II
Yang Dibina Oleh Ibu Anggun Setyarini, S.Kep, Ns, MKep

Oleh
Revi Riska Rina M
P17210193061

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
SEPTEMBER 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. DEFINISI
Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang memproduksi
hormon. Kelenjar pada sistem endokrin disebut juga sebagai kelenjar endokrin.
Kelenjar ini akan mengeluarkan hormon langsung menuju aliran darah untuk
mempengaruhi kerja organ atau jaringan lain di tubuh kita.
Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi hormon
tiroid, kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid. Hipertiroid adalah
suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara
berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan
beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut
dengan thyrotoxicosis, sindrom klinis yang terjadi merupakan akibat dari
peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena. Perempuan
lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria.
II. GEJALA DAN TANDA
Gejala yang ditimbulkan oleh hipertiroidisme terjadi akibat metabolisme tubuh
berlangsung lebih cepat. Gejala ini dapat dirasakan secara perlahan maupun
mendadak. Gejala yang muncul antara lain:
1 Jantung berdebar
2 Tremor atau gemetar di bagian tangan
3 Mudah merasa gerah dan berkeringat (hiperhidrosis)
4 Gelisah
5 Mudah marah
6 Berat badan turun drastis
7 Sulit tidur
8 Konsentrasi menurun
9 Diare
10 Penglihatan kabur
11 Rambut rontok
12 Gangguan menstruasi pada wanita
Selain gejala yang dapat dirasakan oleh penderita, ada beberapa tanda-tanda
fisik yang dapat ditemukan pada penderita hipertiroidisme. Tanda tersebut
meliputi:
1 Pembesaran kelenjar tiroid atau penyakit gondok
2 Bola mata terlihat sangat menonjol
3 Muncul ruam kulit atau biduran
4 Telapak tangan kemerahan
5 Tekanan darah meningkat
III. PATOFISIOLOGI
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar
dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh
kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama,
karena efek ini disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh.
Rangsang oleh TSH atau TSH-like substance (TSI, TSAb), autonomi intrinsik
kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik.
Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi,
akan terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar
masuk dalam darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid
berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini
perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme,
biasanya self-limiting disease.
IV. ETIOLOGI
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran
kadar TH dan TSH yang finggi. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus
akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya
turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya
adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran
darah yaitu tyroid stimulating. Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar,
terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision.
2. Toxic Nodular Goiter.
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan.
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid,
ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan
hingga timbul efek samping.
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hipotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan.
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya
timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar
tiroid.
V. PATHWAY

Genetik

Grave Disease

Antibodi reseptor anti-TSH mengikat Reseptor TSH pada sel


tiroid

Mengeluarkan hormone tiroid

Ketidakefektifan umpan balik untuk menghentikan pengeluaran TSH,


Autoantibodi terus menstimulasi kelenjar tiroid

Hipertiroidsm

Hipermetabolism Aktifitas simpatik Gerakan bola mata


e berlebihan relative lambat terhadap
bola mata
Penurunan
BB Perubahan konduksi
listrik jantung Infiltrasi limfosit sel
mast ke jaringan
orbital dan otot otot
Ketidakseimbangan Ketidakseimba
nutrisi kurang dari ngan energi Beban kerja jantung
kebutuhan tubuh dengan menurun
eksoftalmus
kebutuhan
tubuh

Aritmia , RISIKO
RISIKO takikardia GANGGUAN
DEFISIT KELETIHAN INTEGRITAS
NUTRISI KULIT/
RISIKO JARINGAN
PENURUNAN
CURAH
Gangguan JANTUNG
Sistem Pernafasan

Takipnea, dispnea

POLA NAFAS
TIDAK EFEKTIF
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu :
a. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan
menurun pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme
hampir selalu dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak
rendah, maka tes lain harus dijalankan.
b. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan
hipertiroidisme, mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi.
Terkadang semua hormon tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu
atau dua pengukuran hormon tiroid yang berbeda dan tinggi. Hal ini tidak
terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan memiliki semua
pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal
atau seluruh kelenjar.
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien, riwayat
alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien, resiko
pengobatan, dan sebagainya. Pengobatan tirotoksikosis dikelompokkan dalam :
a. Tirostatiska : kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazole 5 mg, MTZ,
metimazol atau tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil (PTU
propiltiourasil 50, 100 mg)
b. Tiroidektomi : operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis
maupun biokimiawi.
c. Yodium radioaktif.
VIII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputia.
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat,
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut,
bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
4. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
6. Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton).
IX. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (D.0011) Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Definisi : berisiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Faktor risiko :
a. Perubahan afterload
b. Perubahan frekuensi jantung
c. Perubahan irama jantung
d. Perubahan kontraktilitas
e. Perubahan preload
2. (D.0005) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan sistem
pernafasan akibat hipermetabolisme
Definisi : inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Penyebab :
1. Depresi pusat pernafasan
2. Hambatan upaya napas (mis.nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernafasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuskular
6. Gangguan neurologis (mis.elektroensefalogram [EEG] positif, cedera
kepala, gangguan kejang)
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energi
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cedera pada medula spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernafasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnornal (mis.takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernafasan pursed-lip
2. Pernafasan cuping hidung
3. Diameter thorax anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
3. (0057) Keletihan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi.
Definisi : penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
istirahat
Penyebab :
1. Gangguan tidur
2. Gaya hidup monoton
3. Kondisi fisiologis (mis.penyakit kronis, penyakit terminal, anemia,
malnutrisi, kehamilan)
4. Program perawatan / pengobatan jangka panjang
5. Peristiwa hidup negatif
6. Stres berlebihan
7. Depresi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah
Objektif :
1. Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
2. Tampak lesu
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1. Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab
2. Libido menurun
Objektif :
1. Kebutuhan istirahat meningkat
4. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
(peningkatan nafsu makan / pemasukan dengan penurunan berat badan).
Definisi : berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme
Faktor Risiko :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatakan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis.finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis.stres, keengganan untuk makan)
5. Risiko gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata : kerusakan penutupan kelopak mata /
eksoftalmus.
Definisi : berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan / atau epidermis)
atau jaringan ( membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sensi dan/atau ligamen)
Faktor risiko :
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kekurangan / kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem
7. Faktor mekanis (mis.penekan, gesekan) atau faktor elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8. Terapi radiasi
9. Kelembapan
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormonal
14. Penekanan pada tonjolan tulang
15. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas jaringan
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perawatan Jantung (I.02075)
Definisi : mengidentifikasi, merawat dan membatasi komplikasi akibat
ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi oksigen miokard
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispena, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortosatik, jika perlu)
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (mi.intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi
10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis.elektrolit, enzim jantung, BNP,
NT pro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu jantung
12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
13. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
(mis.beta blocker, ACE inhibior, calsium channel blocker, digoksin)
Teraupetik :
1. Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis.batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modikasi gaya hidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan berkativitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Anjurkan pasien dan keluarga mengukut berat badan harian
5. Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan hairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

2. Manajemen Jalan Napas (I.01011)


Definisi : mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
Tindakan :
Observasi :
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Teraupetik :
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt (jaw thrust jika curiga
trauma servikal)
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasiI
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

3. Edukasi Aktivitas/Istirahat (I.12362)


Definisi : mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Teraupetik :
1. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
2. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
4. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis.kelelahan, sesak
napas saat aktivitas)
5. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

4. Manajemen Gangguan Makan (I.03111)


Definisi : mengidentifikasi dan mengelola diet yang buruk, olahraga
berlebihan dan/atau pengeluaran makanan dan cairan berlebihan
Tindakan :
Observasi :
1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Teraupetik :
1. Timbang berat badan secara rutin
2. Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga)
yang sesuai
3. Lakukan kontrak perilaku (mis.target berat badan, tanggung jawab
perilaku)
4. Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan
kembali makanan
5. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan
perilaku
6. Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
7. Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis.medis,
konseling)
Edukasi :
1. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (mis.pengeluarab yang disengaja,muntah, aktivitas
berlebihan)
2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3. Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori,
dan pilihan makanan

5. Perawatan Integritas Kulit (I.11353)


Definisi : mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan,
kelembapan, dan mencegah perkembangan mikroorganisme
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Teraupetik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan makanan
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.Engram,

B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.

Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.

Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai