Anda di halaman 1dari 16

ASKEP PNEUMONIA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


NEONATAL PNEUMONIA
DI RUANG 11 PERINATOLOGI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH :
DEFIA NOFINDASARI
(1201200064)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG
2014

LAPORAN PENDAHULUAN NEONATAL PNEUMONIA


DEFINISI PNEUMONIA

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua
bentukpneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes
RI, 2002).
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).
(DEPKES. 2006).
ETIOLOGI
Virus Synsitical respiratorik
Virus Influensa
Adenovirus
Rhinovirus
Rubeola
Varisella
Micoplasma (pada anak yang relatif besar)
Pneumococcus
Streptococcus
Staphilococcus
TANDA dan GEJALA

Sesak Nafas

Batuk nonproduktif

Ingus (nasal discharge)

Suara napas lemah

Retraksi intercosta

Penggunaan otot bantu nafas

Demam

Ronchii

Cyanosis

Leukositosis
Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar

KLASIFIKASI PNEUMONIA
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
a.
Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau
lobularis.
Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran
infiltrat paru bilateral yang difus.
b.
Berdasarkan faktor lingkungan :
Pneumonia komunitas

Pneumonia nosokomial

Pneumonia rekurens

Pneumonia aspirasi

Pneumonia pada gangguan imun

Pneumonia hipostatik
c.
Berdasarkan sindrom klinis :
Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai
parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia
bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai
konsolidasi paru.
Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae

ETIOLOGI PNEUMONIA
1.
Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :
Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif
seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.
Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.
Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.
Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
PATOFISIOLOGI
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi
yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang
mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih,
kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya
mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema
mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru
lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami
oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran
darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia
arterial.
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang

didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.
MANIFESTASI KLINIK
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38
40 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal,
Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang
terdapat nasal discharge (ingus).
Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
Frekuensi napas :
o Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
o Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
o Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
Nadi cepat dan bersambung.
Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
Malaise, gelisah, cepat lelah.
Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.
Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi sebagai berikut :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah
dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan
timbul efusi.

2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Sirkulasi
Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.
Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
Integritas ego
Gejala: Banyaknya stresor, masalah finansial.

Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.
Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi).
Neurosensori
Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza).
Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).
Nyeri/keamanan
Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal
(influenza), mialgia, artralgia.
Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
Pernapasan
Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif,

pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.


Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang
konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi
pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial,
warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
2. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.
3. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
RENCANA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis: krekels, mengi.
R/ Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial
(normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi
terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret
kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
3) Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak
mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
4) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat
daripada dingin.
R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik.
R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan
untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan
secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.
2. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.
Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi:
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.
R/ Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur.
R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan
meja atau bantal.
4) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.
R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
Tujuan: Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.
Intervensi:
1) Tentukan karakteristik nyeri, mis: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/lokasi/intensitas nyeri.
R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2) Pantau tanda vital.
R/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman, mis: pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran
mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.

R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/paroksismal atau


menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
EVALUASI
1. Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.
2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam
rentang normal
dan tak ada gejala distres pernapasan.
3. Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat
diukur dengan
tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.
4. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.
5. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan
berat badan,
menyatakan perasaan sejahtera.
6. Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat,
mis:
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6
Vol 2. EGC. Jakarta.
Dahlan, zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai pemerbit FKUI.
DEPKES RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut,
Untuk Penganggulangan Pneumonia Pada Balita.
Suriadi, Rita Yuliana. 2006. Asuhan Keperawtan pada Anak. Jakarta : Penebar Swadaya.

Asuhan Keperawatan Pada By Ny S dengan Pneumonia


di Ruang 11 Perinatalogi RSD dr. Syaiful Malang
Pengkajian
Identitas Bayi
Nama
No registrasi
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Tanggal lahir

: By Ny S
: 11166
: 3 hari
: Perempuan
: Jl. Sumber Sari,Lowokwaru
: 02- April -2014

Tanggal MRS

: 05- April -2014

Identitas ibu
Nama
: Siti Zaqiyah
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Ds Pohjentrek Rt 05/02 Pasuruan
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:Ibu Rumah Tangga
Keluhan Utama
Pasien merupakan rujukan dari RSUD dr Soedarsono SP.A dengan NA/BBLR- LUGR+
G1 Bleeding o.k vkob d.d sepsis + ikterus neonatum. Pasien mengalami sesak selama 7 jam
sebelum MRS.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Prenatal: ANC rutin dibidan, demam tidak, keputihan tidak, hipertensi tidak, perdarahan
tidak, obat-obatan tidak, jamu-jamuan tidak, pijat kehamilan tidak.
Natal: Lahir spontan di RS dr Soedarsono oleh bidan , BBL 2100grm, PB 48 cm, Lahir
Langsung menangis, sesak tidak, biru tidak, ketuban jernih.
Post Natal: keadaan ibu setelah melahirkan pasien baik, tidak ada komplikasi setelah
melahirkan.
Riwayat Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes, tuberculosis dan lain-lain.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
- oksigen
: Kebutuhan oksigen tercukupi
dosis pemberian
: 2lpm
cara pemberian : O2 Nasal Canule
- cairan
: Dosis pemberian
: IVFD D10%
Ca Glukon 10%
Kcl 7,4%
Nacl 3%
- nutrisi
: ASI 8x6cc /hari, via oral
- eliminasi
: BAK (+),BAK (+) via pempers
Keadaan Kesehatan saat ini
- Diagnosa Medis
: Neontal pneumonia
- tindakan operasi
:- status Nutrisi
: Nutrisi di dapat dari ASI via oral
- status cairan
: IVFD D10%, Ca glukon 10%, kcl 7,4%, Nacl 3%
Obat-obatan
: Ampicilin 2x 100mg
Gentamisin 2x10mg
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum: Lemah
- Tanda-tanda Vital

nspeksi

eksi

Nadi
: 140x/menit
RR
: 68x/menit
Suhu
: 36,7 Celcius
- Pemeriksaan kepala dan leher
Inspeksi
: bentuk kepala simetris,tidak ada lesi,rambut kulit dan kepala bersih
Palpasi
: tidak ada pembengkakan
- Wajah
Inspeksi
:simetris,tidak ada lesi
Palpasi
: tidak ada pembengkakan,tidak iktherik
- Mata
Inspeksi
: simetris,konjungtiva tidak ada anemis,tidak ikhterik
- telinga
Inspeksi
: simetris,tidak ada sekret
- Hidung
: Simetris,tidak ada seckret,tidak ada lesi
- Mulut
Inspeksi
: Lembab, tidak ada lesi, gigi belum tumbuh, tidak ada moniliasis
- Dada
Inspeksi
: Simetris,tidak auda lesi,ada rektraksi (penarikan)

dinding dada

cepat
Palpasi
Aukultasi

: Tidak ada pembengkakan

Rongki :

: Ada suara rongki

- Abdomen
Inspeksi
: Umbilikus basah, tidak ada lesi
- Ekstremitas atas dan bawah
: Pada ekstermitas atas dan bawah tidak ada pembengkakan,tidak ada lesi,akral hangat. Pada
ekstermitas bawah sebelah kiri Terpasang infus
- genetalia (alat genetal,anus,rectum)
Inspeksi
: Normal (anus, kelamin perempuan, rektum)
Terapi Medis
1. o2 nasal canule 2 lpm
2. IVFD D10%
+Ca gluco 10% 2cc
+klc 7,4% 2cc
+Nacl 3% 4cc
3. IV Ampicilin 2x 100mg
Gentamisin 2x10mg

4. diit Puasa (1)

HASIL LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


Nama
: By Ny S
No registrasi
:
Jenis pemeriksaan : Hematologi
Tanggal pemeriksaan :05 April 2014
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan Dewasa Normal
Hemoglobin (HGB) 12,50
g/dl
11,4 15,1
6
Eritrosit
3,67
10 g/L
4,0-5,0
3
Leukosit
10,30
10 / L
4,7-11,3
Hematokrit
33,20
%
38-42
3
Trombosit
21
10 / L
142-424
MCV
90,50
fL
80-93
MCH
34,10
pg
27-31
MCHC
37,70
g/dl
32-36
RDW
14,00
% 11,5-14,5
PDW
fl
9-13
MPV
fl
7,2-11,1
P-LCR
%
15,0-25,0
PCT
%
0,150-0,400
Hitung Jenis
Eosinofil
0,2
%
0-4
Basofil
0,1
%
0-1
Neotrofil
91,6
%
51-67
Limfosit
5,4
%
25-33
Monosit
0,9
%
2-5
FAAL HEMOSTASIS
PPT
Pasien
21,20 detik
11,1-11,6
INR
1,82
0,8-1,30
APTT
Pasien
100,20 detik
28,9-30,6
Kesimpulan
PPT memanjang , APTT memanjang
KIMIA KLINIK
FAAL HATI
Bilirubin Total
9,95 mg/dL
<1,0

Bilirubin Direk
1,42
Bilirubin Indirek
8,54
AST/SGOT
81
ALT/SGPT
33
Albumin
3,08
Metabolisme karbohidrat
Glukosa darah
47
sewaktu
Elektrolit
Kalsium (ca)
7,7
Inflamasi
CRP Kuantitatif
13,98

mg/dL
mg/dL
u/l
u/l
g/dl

<0,25
<0,75
0-32
0-33
3,5-5,5

mg/dl

<200

mg/dl

7,6-11,0

mg/dl

< 0,3

Pemeriksaan Foto Thorak AP


cor : ukuran benttuk posisi normal
aorta : normal
trakea : ditengah
pulmo: tampak infiltrasi di para cardia kanan hilus D/S normal
Hemidiaphragma D/S dame shaped
skleton : intak
suft tissue : normal
kesimpulan : Aspirasi Pneumonia

RENCANA TINDAKAN
Nama pasien
No. Register
Tanggal MRS
No Dx
1

: By Ny S
: 11169940
: 5 April 2014

Tujuan
- Setelah di lakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam jalan
napas kembali
efektif dengan
kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
2. Tidak adanya suara
napas tambahan
3. Kecepatan dan
irama napas dalam

Intervensi
1. Pantau adanya pucat
atau sianosis
2. Pantau kecepatan,
irama, kedalaman dan
upaya pernapasan
3. Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan
pernapasan
4. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi lain

Rasional
1. Mengetahui
keefektifan o2 yang
masuk
2. Untuk
menentukan
interverensi
selanjutnya yang
tepat bagi klien
3. Untuk
mempertahankan
Airway yang masuk
di jalan pernapasan

TTTD

batas normal

- Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
nutrisi bayi dapat
terpenuhi dengan
keriteria hasil :
1. Reflek hisap dan
menelan baik
2. Tidak muntah
3. Tugor kulit kembali
dalam 2 detik

1. Observasi intake dan


output setiap hari
2. monitor BB setiap hari
3. Beberi minum sesuai
program SF BBLR 40cc
4. Kaji kesiapan ibu untuk
menyusui

4. Untuk
memastikan
keadekuratan
oksigen yang masuk
didalam tubuh
1. Mengidentifikasi
keseimbangan antara
pemasukan dan
kebutuhan nutrisi
2. Memantau
peningkatan BB
3. Membantu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
bayi
4. Agar bayi
mendapat asupan
nutrisi yang baik

ANALISA DATA
Nama pasien
: By Ny S
No registersi
: 11169940
Tanggal pengkajiian: 7 April 2014
No

Data Penunjang

Etiologi

Masalah

TTD

Ds : Do : KU : Lemah
-Dyspneu
-Nafas Rongki
-Perubahan
Frekuensi
pernafasan
Hasil TTV
HR : 140x/menit
RR : 68x/menit
Suhu : 36,70 Celcius
Ds ; Do : KU : Lemah
- Konjungtiva tidak anemis
- Lemak subcutan tipis
- BB 2100gr
- tidak demam,
-tidak pucat
- tidak dehidrasi
- tidak tumpah
- tidak kejang
- membran mukosa kering

Bersihan jalan
napas tidak efektif

Adanya
penumpukan
sekret atau
lendir pada
saluran
pernapasan

Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Lemahnya daya
cerna dan
absorbsi
makanan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
No register
Tanggal MRS
Tanggal
7 April
2014
8 April
2014

: By Ny S
: 11169940
: 5 April 2014
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
2. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan

TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama pasien
No register

: By Ny S
: 11169940

TTD

Tanggal MRS
: 5 April 2014
Tanggal
Jam
No Dx
Tindakan Keperawatan
7 April
08.00
1
-Memantau adanya pucat atau sianosis
2014
- Memantau irama, kecepatan, kedalaman dan upaya
pernapasan
- Mengatur posisi pasien untuk mengoptimalkan
pernapasan
: Memberi bantalan dibawah bahu 2-3 cm
- M engkolaborasi dengan dokter
08.20
: Kebutuhan o2 nasal canule 2 lpm
- Memantau hasil TTV
09.00
HR : 140x/menit
RR : 68x/menit
Suhu : 36,70 Celcius
- Memberikan IVFD D10%
+ Ca glue 10%
+ Kcl 7,4%
+Nacl 3%
IV Ampicilin 140 mg
Memberikan Gentamisin 10 mg
Memberikan Min ASI 8x6cc
Memberikan IV A minosteril
8 April
2014

9.05

09.30

TTD

- Mengobservasi intake dan output setiap hari


- Memonitor Berat badan setiap hari
BB 7/04/2014 2100 grm
- Memberi minum bayi sesuai dengan program SF
BBLR 40 cc
- tidak tumpah

EVALUASI
Nama pasien
: By Ny S
No register
: 11169940
Tanggal MRS
: 5 April 2014
Tanggal Dx Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
9 April
1. Bersihan jalan
S:2014
napas tidak efektif
O : KU lemah
berhubungan
- Dyspeu
dengan peningkatan
- Ada nafas rongki di paru kiri lobus 1
produksi sputum
-TTV

TTD

HR : 140x/menit
RR : 68x/menit
Suhu : 36,7 0Celcius
- Pemberian o2 nasal canule 2 lpm sudah
- Pemberian IV aminosteril di stop
- Pemberian IV Ampicilin 140mg +
Gentamisin 10mg sudah dilakukan
- Pemberian IVFD D10%
+ Ca glue 10%
+ Kcl 7,4%
+Nacl 3%
Sudah diberikan
- Pemberian Asi 8x6cc sudah diberikan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan interverensi 1,2,3,4
9 April
2014

2. Resiko gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan lemahnya
daya cerna dan
absorbsi makanan

S:O : KU lemah
- Konjungtiva tidak anemis, tidak demam, tidak
kejang, tidak dehidrasi, tidak tumpah, lemak
subcutan tipis, tidak pucat, tidak letargi
- BB 2100mg, Membran mukosa kering
- Pemberian ASI 8x6cc
A : Masalah Teratasi sebagian
P : lanjutkan interverens

Anda mungkin juga menyukai