Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN BRONCHO PNEUMONI

Oleh
Meutia Kurniawati,SKM
Pneumonia
 Suatu perdangan alveoli atau pada parenchym
paru yang terjadi pada anak
 Peradangan pada parenchim paru
 Pneumonia pd anak seringkali bersamaan
terjanya infeksi akut pada broncus

Etiologi
 Bakteri
 Virus
 jamur
 Mycoplasma dan aspirasi benda asing
 Secara umum gejala dan tanda pneumonia dapat
dikelompokkan mjd tanda pneumonia, manifestasi
non spesifik misalnya demam, sakit kepala, iritabel,
maleise, nafsu makan kurang, keluhan
gastrointestinal, gelisah, dll.
Gejala ISPB ialah batuk, takipnu, ekspektorasi
sputum, nafas cuping hidung, sesak nafas,
merintih, sianosis. Anak besar dgn pneumonia lebih
suka berbaring pd sisi yg sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada. Abdomen distensi
karena dilatasi gaster biasanya disebabkan oleh
aerofagi atau karena ileus paralitik. Hepar mungkin
teraba karena tertekan oleh diafragma /memang
membesar krn terjadi gagal jantung kongestif
sebagai komplikasi pneumonia, pemeriksaan
penunjang pneumonia ialah pekak perkusi, lemah,
suara nafas melemah dan ronkhi

Kadang-kadang terjadi nyeri abdomen


bila terdapa pneumonia lobus kanan
bawah yang menimbulkan iritasi
diafragma. Nyeri abdomen dapat
menyebar ke kuadran kanan bawah
dan menyerupai apendisitis. Pada
neonatus dan bayi kecil tanda
pneumonia tidak selalu jelas.
KLasifikasi pneumonia
Berdasarkan Anatomi
1. Pneumonia lobaris yg terjadi pada seluruh
atau satu bagian besar dari lobus paru dan
bila kedua lobus terkena
2. Pneumonia intestisial yg dpt terjadi di dlm
dinding alveolar dan jaringan peribronkhial
serta interlobaris
3. Pneumonia labolaris (Bronchopneumonia)
yg terjadi pd ujung akhir bronchiolus yg dpt
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
Manifestasi klinis
 Serangan akut yang membahayakan
 Demam tinggi
 Batuk
 Rales ( Ronchi )
 Wheezing
 Sakit kepala, malaise, myalgia
 Nyeri abdomen
 Dlm keadaan normal paru – paru
dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai
mekanisme. Infeksi paru – paru bisa
terjadi bila salah satu atau lebih dari
mekanisme petahanan tergg oleh
organisme scr aspirasi atau melalui
penyebaran hematogen.
 Apabila kuman patogen bisa mencapai
broncholi terminalis, cairan edema masuk
ke dlm alveoli, diikuti oleh leukosit dlm
jumlah byk
 Pasien biasanya mengalami demam tinggi,
batuk, gelisah, rewel, kesukaran bernafas atau
pernafasan yang cepat. Pada bayi gejalanya
tidak khas, seringkali tanpa demam dan batuk.
Anak besar kadang mengeluh nyeri kepala,
nyeri abdomen disertai muntah.
 Pneumonia lebih sering terjadi pada masa
kanak-kanak dibandingkan usia lain. Insidens
pneumonia berbanding terbalik dengan umur.
Angkanya menurun dari 40/1000 pada anak
prasekolah menjadi 9/1000 pada anak berusia
9-15 tahun. Laki-laki lebih sering terkena
dibandingkan perempuan pada semua
kelompok umur.
KONSEP DASAR
1. Pengertian
 Bronchopneumonia adalah radang paru-paru
yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong,
1996).
 Bronchopneumina adalah frekwensi
komplikasi pulmonary, batuk produktif yang
lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu
meningkat, nadi meningkat, pernapasan
meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).
 Bronchopneumonia disebut juga pneumoni
lobularis, yaitu radang paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
 Berdasarkan beberapa pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru
yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing.
ETIOLOGI
 Bakteri : Diplococus Pneumonia, Mycobaterium
TBC ,Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus
Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus
Friendlander (Klebsial Pneumoni),
 Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza,
virus sitomegalik.
 Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus
Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia.
 Aspirasi benda asing.
 Faktor lain :adalah daya tahan tubuh yang
menurun, mis : akibat (MEP), penyakit menahun,
Patofisiologi
 Bronkopneumonia merupakan infeksi
sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab Bronchopneumonia yang
masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus.
Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis,
emfisema dan atelektasis
 Kolaps alveoli akan mengakibatkan
penyempitan jalan napas, sesak napas &
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan
penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berfungsi untuk melembabkan rongga fleura.
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus
dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan
peningkatan frekuensi napas, hipoksemia,
acidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas.
. Manifestasi klinis
 Biasanya didahului
infeksi traktus  pemeriksaan paru
respiratorius bagian saat perkusi redup
atas & timbul
 saat auskultasi suara
mendadak ( Batuk,
napas ronchi basah
demam, Pilek )
yang halus dan
 suhu meningkat 39-40 nyaring.
C disertai menggigil
 napas sesak dan cepat,
 batuk-batuk yang non
produktif
Penatalaksanaan

 Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat,


cukup istirahat dirumah.
 Simptomatik terhadap batuk.
 Batuk yang produktif jangan ditekan dengan
antitusif
 Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir
serta ada febris, diberikan broncodilator.
 Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan,
kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling
baik adalah antibiotik yang sesuai dengan
penyebab yang mempunyai spektrum sempit.
. Komplikasi
 Atelektasis adalah pengembangan paru-paru
yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau
refleks batuk hilang.
 Empisema
 Abses paru
 Infeksi sistemik
 Endokarditis
 Meningitis
 OMA
ASUHAN KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN DATA FOKUS
 Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan
sebelumnya : batuk, pilek, demam.
2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit yg berhubungan dgn
imunitas : malnutrisi.
4) Anggota keluarga lain yg mengalami sakit
saluran pernapasan
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung,
pernapasan cepat & dangkal, gelisah, sianosis
 Pemeriksaan fisik
1) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping
hidung
2) Auskultasi paru ronchi basah
3) Laboratorium leukositosis, LED meningkat (
biasa 15.000 – 40.000/m atau normal
4) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi
yang tersebar pada kedua paru)
5) Pengambilan sekret secara broncoscopy dan
fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan
dan test resistensi dapat menemukan atau
mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sukar.
Nursing Diagnosis
1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas bhd
penumpukan sekret.
2) Gg pertukaran gas bhd perubahan kapiler
alveoli.
3) Defisit volume cairan bhd output yang
berlebihan.
4) Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh bhd intake nutrisi yang tidak adekuat.
5) Peningkatan suhu tubuh bhd proses infeksi
6) Kurang pengetahuan orang tua tentang
perawatan klien bhd kurangnya informasi.
7) Cemas anak bhd dampak hospitalisasi
1: Bersihan jalan nafas tidak efektif bhd produksi
sekret yg berlebihan pd jalan nafas atas

 Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji


adanya peningkatan pernapasan dan bunyi
napas abnormal.
 Lakukan suction sesuai indikasi./ vibrasi/ batuk
efektif
 Beri terapi oksigen setiap 6 jam
 Ciptakan lingkungan / nyaman sehingga pasien
dapat tidur dengan tenang
 Beri posisi yang nyaman bagi pasien
 Monitor analisa gas darah untuk mengkaji
status pernapasan
 Lakukan perkusi dada
 Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas
2. Gg pertukaran gas bhd
perubahan kapiler alveoli
 Observasi tingkat kesadaran, status
pernafasan, tanda-tanda cianosis
 Beri posisi fowler sesuai program / semi
fowler
 Beri oksigen sesuai program
 Monitor AGD
 Ciprtakan lingkungan yang nyaman
 Cegah terjadinya kelelahan
3. Defisit volume cairan bhd output
yang berlebihan.
 Catat intake dan output cairan (balanc cairan)
 Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan
peroral
 Monitor keseimbangan cairan , membran
mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tanda vital.
 Pertahankan keakuratan tetesan infus
 Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu,
respirasi)
4. Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh bhd intake nutrisi yang tidak adekuat.

 Kaji status nutrisi klien


 Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien
(auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi)
 Timbang BB klien setiap hari.
 Kaji adanya mual dan muntah
 Berikan diet sedikit tapi sering
 Berikan makanan dalam keadaan hangat
 Kolaborasi dengan tim gizi
5. Peningkatan suhu tubuh bhd
proses infeksi
 Observasi tanda-tanda vital
 Berikan dan anjurkan keluarga untuk
memberikan kompres dengan air pada daerah
dahi dan ketiak
 Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
 Berikan minum per oral
 Ganti pakaian yang basah oleh keringat
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat penurun panas.
6. Kurang pengetahuan orang tua tentang
perawatan klien bhd kurangnya informasi
 Kaji tingkat pengetahuan ortu klien ttg proses
penyakit anaknya
 Kaji tingkat pendidikan orang tua klien
 Bantu orang tua klien untuk mengembangkan
rencana asuhan keperawatan diRS seperti :
diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
 Tekankan perlunya melindungi anak.
 Jelaskan pada keluarga klien ttg pengertian,
penyebab, tanda & gejala, pengobatan,
pencegahan & komplikasi dgn penkes.
 Beri kesempatan pada orang tua klien untuk
bertanya tentang hal yang belum dimengertinya
7. Cemas anak bhd dampak
hospitalisasi

 Kaji tingkat kecemasan klien


 Dorong ibu / keluarga klien mensufort
anaknya dengan cara ibu selalu didekat
klien.
 Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu
berperan serta merawat anaknya
 Lakukan kunjungan, kontak dengan klien
 Anjurkan keluarga yang lain mengunjungi
klien
PELAKSANAAN EVALUASI
Pelaksanaan keperawatan  Pertukaran gas
merupakan kegiatan yang normal.
dilakukan sesuai dengan  Bersihan jalan
rencana yang telah napas kembali
ditetapkan. Selama efektif
pelaksanaan kegiatan dapat  Intake dan output
bersifat mandiri kolaboratif. seimbang
Selama melaksanakan  Intake nutrisi
Kegiatan perlu diawasi dan adekuat
dimonitor kemajuan  Suhu tubuh
kesehatan klien ( Santosa. dalam batas
NI, 1989;162 ) normal
 Pengetahuan
keluarga
meningkat
 Cemas teratasi

Anda mungkin juga menyukai