PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data yang di peroleh dari Buku statistik Rawat Inap di RS Hermina
Tangerang pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2019 jumlah pasien penyakit
TB :
NO Bulan Jumlah Presentase
1 Oktober 12 24,49 %
2 November 16 32,65 %
3 Desember 21 42,86 %
Jumlah 49 100 %
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
tuberculosis dan dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru, kulit,
tulang, persendian, selaput otak, usus, ginjal, dan sering disebut dengan ekstrapilmonal
2.2 Etiologi
tuberculosis yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien
tuberculosis batuk dan percikan ludah mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang
2.3 Patofisiologi
mencapai alveoli paru dan dapat tanpa gejala atau asimptomatik. Sekali kuman
tersebut mencapai paru maka kuman ini akan ditangkap oleh makrofag dan
selanjutnya dapat menyebar keseluruh tubuh. Setelah terpapar kuman TB, ada empat
3
keadaan yang bisa terjadi yaitu pertama tidak terjadi infeksi (ditandai dengan tes
tuberkulin negative), kedua terjadi infeksi kemudian menjadi TB yang aktif (TB
penyakit menjadi TB aktif dan keempat menjadi TB laten tetapi kemudian terjadi
tubuh.
4
2.3.2 Pathway
Keringat dimalam hari
Kuman dormant
Infeksi premier (ghon) pada
Alveoli Mengalami perkejuan
Infeksi post primer
TB Milier
Menggangu perfusi
Hematogen Sembuh sempurna dan difusi O2
bakterimia
Ventilasi dan perfusi
tidak seimbang
Jantung Pleura peritonium
Cairan
Mual, muntah , anoreksia
pleura
5
2.4 Manifestasi Klinis
c. Mual
2.5 Klasifikasi
1) Tuberculosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrate nonkavitas pada satu paru maupun kedua
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan
halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar tidak lebih dari
6
3) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced
tuberkulosis.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang akan terjadi pada penderita TB paru apabila tidak segera ditangani
a. Pleuritis Tuberkulosa
b. Efusi Pleura
c. perikarditis
d. Laringitis
g. Gagal Nafas
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan tuberkulosis paru, yaitu :
7
g. MYCODOT
Bayangan lesi terletak dilapang paru atas atau segmen apical lobus bawah.
Adanya klasifikasi
Bayangan millie.
pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang diberikan terdiri dari panduan obat utama dan
a) Rifampisin
mg 2-3 kali/minggu.
b) Isoniazid (INH)
8
c) Pirazinamid
d) Streptomisin
e) Etambutol
BB/kali.
a) Empat obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
b) Tiga obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampsin 150 mg
tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif,
sedangkan fase lanjut dapat menggunakan kombinasi dosis dua obat anti
pengobatan.
a) Kanamisin
b) Kuinolon
e)
9
b. Paduan Obat Anti Tuberkulosis
4-5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitive, dengan lama
Pnderita Tb paru kasus lalai berobbat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai
OAT STOP.
c) Berobat lebih dari 4 bulan, BTA positif, pengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang
lebih lama.
d) Berobat kurang dari 4 bulan, BTA positif, pengobatan dimulai dari awal
10
e) Berobat kurang dari 4 bulan, berhenti berobat lebih dari satu bulan, BTA
f) Berobat kurang dari 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2-4 minggu,
a) Apabila belum ada uji resisteni, berikan RHZES, jika sudah ada uji
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, dan dapat rawat jalan. Selain OAT
kadang perlu pengobatan tambahan atau suporti untuk meninngkatkan daya tahan tubuh
tambaha.
11
b. Penderita Rawat Inap
b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
1). Aktivitas/istirahat :
Gejala :
‐ Kelelelahan umum dan kelemahan
‐ Dispnea saat kerja maupun istirahat
‐ Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari,
menggigil dan atau berkeringat
‐ Mimpi buruk
Tanda :
12
‐ Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
‐ Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
2). Sirkulasi
Gejala :
‐ Palpitasi
Tanda:
‐ Takikardia, disritmia
‐ Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
‐ Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan
mediastinal
‐ Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara
dalam mediatinum)
‐ TD : hipertensi/hipotensi
‐ Distensi vena jugularis
3). Integritas ego :
Gejala :
‐ Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit,
masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya
produktivitas.
Tanda :
‐ Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
‐ Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.
‐ Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
13
‐ Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
‐ Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin
menyebar ke bahu, leher atau abdomen.
Tanda :
‐ Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
6). Pernapasan :
Gejala :
‐ Batuk (produktif atau tidak produktif)
‐ Napas pendek
‐ Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi
Tanda :
‐ Peningkatan frekuensi pernapasan
‐ Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada
dada, leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
‐ Pengembangan dada tidak simetris
‐ Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi
hiperresonan di atas area yang telibat.
‐ Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
‐ Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi
‐ Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (crackels posttussive)
‐ Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak
darah
‐ Deviasi trakeal
7). Keamanan :
Gejala :
‐ Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi
sekunder.
Tanda :
‐ Demam ringan atau demam akut.
8). Interaksi Sosial :
Gejala :
‐ Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
14
‐ Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran.
9). Penyuluhan/pembelajaran :
Gejala :
‐ Riwayat keluarga TB
‐ Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
‐ Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
‐ Tidak berpartisipasi dalam terapi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB paru meliputi pemeriksaan fisik umum
per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(Breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5(Bowel), dan B6 (Bone)
serta pemeriksaan yang fokus pada B1 dengan pemeriksaan yang menyeluruh
pada sistem pernafasan.
a. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum pada pasien Tb paru dapat dilakukan dengan
selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain
itu, perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas
compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Perlu
juga dilakukan pengukuran GCS secara tepat. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi nafas meningkat apabila disertai
dengan sesak nafas, denyu nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, dan tekanan darah
biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
1). B1 (Breathing)
‐ Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang
biasanya pasien TB paru biasanya tampak kurus sehingga
terlihat adanya penurunan proporsidiameter bentuk dadaantero-
posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila
adanya penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang
15
masif, maka terlihata adanya ketidaksimetrisan rongga dada,
pelebaran intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit.
Pada klien TB paru minimal dan tanpa komplikasi,
biasanya gerakan pernafasan tidak mengalami perubahan.
Meskipun demikian, jika terdapat komplikasi yang melibatkan
kerusakan luas pada parenkim paru biasanya pasien akan
terlihat sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, dan
menggunakan otot bantu nafas. Tanda lainnya adalah klien
dengan TB paru juga mengalami efusi pleurayang masif,
pneumothoraks, abses paru masif, dan hidropneumothoraks.
Tanda-tanda tersebut membuat gerakan pernafasan menjadi
tidak simetris, sehingga yang terlihat adalah pada sisi yang sakit
pergerakan dadanya tertinggal.
Batuk dan sputum. Saat melakukan pengakajian batuk pada
klien TB paru, biasanya didapatkan batuk produktif yang
disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum
yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama bila
TB paru disertai adanya bronkhiektasis yang membuat klien
akan mengalami peningkatan produksi sputum yang sangat
banyak. Perawat perlu mengukur jumlah produksi sputum per
hari sebagai penunjang evaluasi terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan.
‐ Palpasi
Palpasi trakhea. Adanya pergeseran trakhea menunjukkan
–meskipun tetapi tidak spesifik—penyakit dari lobus atas paru.
Pada TB paru yang disertai adanya efusi pleura masif dan
pneumothoraks akan mendorong posisi trkhea ke arah
berlawanan dari sisi sakit.
Gerakan dinding thoraks anterior/erskrusi pernafasan. Tb
paru dapat komplikasi saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat
bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding pernafasan
16
biasanya ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan
parenkim yang luas.
Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika
perawat meletakkan tangannya di dada klien saat berbicara
adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring
arah distal sepanjang pohon bronkhial untuk membuat dinding
dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan.
Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada disebut
taktil fremitus. Adanya penurunan taktil premitus pada klien
dengan TB paru biasanya ditemukan pada klien yang disertai
komplikasi efusi pleura masif, sehingga hantaran suara menurun
karena transmisi getaran suara harus melewati cairan yang
berakumulasi di rongga pleura.
‐ Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi,
baiasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai sesuai banyaknya
akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai
pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hiperresonan terutama
jika pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru ke
posisi yang sehat.
‐ Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas
tambahan (ronkhi) Pda sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui
stetoskop ketika klien berbicara disebut resonan vokal. Klien
dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura
dan pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan vokal
pada sisi yang sakit.
2). B2 (Blood)
17
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
‐ Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan
kelemahan fisik
‐ Palpasi : denyut nadi perifer melemah
‐ Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru
dengan efusi pleura masih mendorong ke sisi yang sehat.
‐ Auskultasi: tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
3). B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada
pengkajian objektif, klien tampak dengan wajah meringis,
menangis, merintih, meregang dan menggeliat. Saat dilakukan
pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya konjungtiva
anemis pada TB paru dengan hemoptoe masiv dan kronis, dan
sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.
4). B4 (Baldder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria
karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syock. Klien
diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga
pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal
sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin.
5). B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan BB
6). B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB
paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan,
insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga yang teratur.
18
a Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret pada jalan nafas
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
c Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output cairan
dan elektrolit berlebih.
d Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
e Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
f Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk menceggah paparan dari kuman pathogen.
g Resiko penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
h Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
19
o Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
o Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional: mengetahui tipe pernapasan pasien
o Monitor TTV
Rasional: memantau kebutuhan oksigen pasien.
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi dengan Kriteria hasil:
o Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2
o Bebas dari gejala dan distress pernapasan
Intervensi:
Intervensi ( NIC ) :
20
o Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
o Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rasional: memantau adekuatnya asupan nutrisi pada pasien
d Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,
diharapkan masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil:
o Suhu 360 -370 C
o Tidak ada keluhan demam
o Turgor kulit kembali lebih dari 2 detik
o Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi:
Kriteria hasil:
Intervensi:
21
o Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering dengan nutrisi yang
seimbang
f Resiko penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi penyebaran infeksi.
Kriteria hasil :
o Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
o Mendeskripsikan proses penularan infeksi, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
o Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulmya infeksi -
Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi ( NIC ) :
22
o Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat
Intervensi ( NIC ) :
2.13 Implementasi
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
sesuai dengan keadaan pasien. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam implementasi
terdiri dari :
a. DO (melakukan), dalam kegiatan pelaksanaan implementasi bisa dengan
tindakan mandiri atau kolaboratif
b. Delegate (mendelegasikan), implementasi dapat didelegasikan dengan tanggung
jawab. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi delegasi yaitu apakah
tugas tersebut tepat untuk didelegaikan
c. Record (mencatat), pencatatan sangat penting sebagai dasar legalitas
keperawatan
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Asesmen dimulai : Rabu, 18-Desember-2019 Pukul : 11.00 WIB
Data diperoleh dari : Klien dan Keluarga
Cara masuk : Dengan kursi roda
Asal Pasien : IGD
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Tanggal lahir : 15 agustus 1979
d. No. RM : K.11.xx.xx
e. Usia : 40 Tahun
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Ruang rawat : BPJS 202
h. Alamat : Jl.Nyimas Melati
kota Tangerang
i. Tanggal masuk : 18 Desember 2019
j. Tgl pengkajian : 18 Desember 2019
k. DPJP : dr. A Sp.P
l. Diagnosa : Tb paru + Dispepsia
24
Alamat : Perum Griya Yasa
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan : Kakak
2. Status Sosial,Ekonomi
Pekerjaan Pasien : wiraswasta
Pekerjaan penanggungjawab
Pendidikan Pasien : SLTA
Pendidikan penanggungjawab : SLTA
Cara Pembayaran : BPJS
Tinggal Bersama : Keluarga
3. Spiritual
Agama : Budha
4. Suku / budaya : Tionghoa
5. Nilai-nilai kepercayaan pasien/ keluarga : Tidak Ada
6. Kebutuhan privasi pasien : tidak
7. Anamnesa
a. Diagnosa medis saat masuk
Dispepsia + TB paru
b. Keluhan Utama
Batuk sudah 2 minggu, demam sudah 1 hari, tidak nafsu makan, mual (+)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pasien batuk berdahak sudah 2 minggu, memberat pada malam
hari, demam pada malam hari, batuk berdahak, mual
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah minum OAT 6 bulan 1 tahun yang lalu
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
f. Obat Dari Rumah : Tidak ada
g. Tidak pernah mendapatkan obat pengencer darah
h. Riwayat Alergi.
25
Pasien mengatakan bahwa tidak ada alergi.
i. Riwayat Tranfusi Darah
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah melakukan transfusi darah.
j. Golongan Darah
Pasien mengatakan golongan darah pasien O, Rhesus +
k. Riwayat Kemoterapi
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah kemoterapi.
l. Riwayat Merokok
Iya, 1 bungkus perhari
m. Riwayat Minum-Minuman Keras
Iya
n. Riwayat Penggunaan Obat Penenang
Tidak
o. Riwayat Pernikahan
Duda
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum: Sakit Sedang
2. Kesadaran: Compos Mentis
3. GCS: 15 (E4, V5, M6)
4. Tanda Vital:
TD: 140/80 mmHg , suhu: 38,2ºC, nadi: 80 x/menit, pernafasan: 27x/mnt.
5. Antropometri: BB sebelum sakit 61 kg, BB saat sakit: 60 kg, Tinggi Badan: 165
cm
C. Pengkajian Persistem
Pengkajian persistem Hasil pemeriksaan
Sistem susunan syaraf Kesadaran: compos mentis
pusat Kepala: tidak ada kelainan
Ubun-ubun: datar
Wajah: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada kelainan
Kejang: tidak ada
Sensorik: tidak ada kelainan
26
Motorik: tidak ada kelainan
Lain-lain : demam S:38,20c
Sistem penglihatan Posisi mata: simetris
Besar pupil: isokor
Kelopak mata: tidak ada kelainan
Konjungtiva: tidak anemis
Sklera: Anikterik
Alat bantu pengelihatan: tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
Sistem pendengaran Tidak ada kelainan
Tidak menggunakan alat bantu pendengaran
Sistem penciuman Tidak ada kelainan
Sistem pernafasan Pola nafas: tacypneu : 26x/menit, oksigen terpasang 2
liter
Retraksi : tidak
NCH : tidak
Irama nafas: teratur
Terpasang WSD : tidak
Kesulitan bernafas : tidak
Batuk dan sekresi : ada , produktif
Warna sputum : putih
Suara nafas : ronchi
Perkusi : dullnes
Masalah : sesak nafas dengan RR 26x/menit,
terdapat batuk produktif dengan sekret berwarna
putih, suara nafas ronchi
Sistem kardiovaskuler Warna kulit: normal
Nyeri dada: tidak
Denyut nadi: teratur
Sirkulasi: akral hangat
Pulsasi: kuat
CRT : < 2 deik
Bunyi jantung : normal
Sistem pencernaan Mulut: tidak ada kelainan
Gigi: tidak ada kelainan
27
Lidah: bersih
Tenggorokan: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada kelainan.
Abdomen: tidak ada kelainan
Peristaltik usus: tidak ada kelainan
Anus : tidak ada keluhan
BAB: belum
Mual, makan ½ porsi
Sistem genitalia Kebersihan : bersih
Kelainan: tidak ada kelainan
BAK: lancar
Sitem integument Turgor kulit : baik elastis
Warna : normal (TAK)
Integritas : normal tidak ada luka
Sistem Pergerakan sendi : bebas
musculoskeletal Kekuatan otot : baik
Nyeri sendi : tidak ada
Oedema : tidak ada
Fraktur : tidak ada
Parese : tidak ada
Postur tubuh : normal
Sistem endokrin Mata : Tidak ada keluhan
metabolic Leher : distensi vena jugularis
Ekstremitas : Tidak ada keluhan
28
6) Ekstremitas bawah : Tidak ada kesulitan
7) Kemampuan mengenggam : Tidak ada kesulitan
8) Kemampuan koordinasi : Tidak ada kesulitan
9) Kesimpulan gangguan fungsi: Tidak ada
2. Proteksi
a. Status mental: orientasi penuh
b. Penggunaan restrain: tidak
3. Psikologis
Status psikologis : tenang
a. Kesimpulan gangguan fungsi: tidak ada
4. Kebutuhan komunikasi
a. Bicara: bicara seperti biasa
b. Bahasa sehari-hari: Bahasa Indonesia
c. Penerjemah: tidak
d. Hambatan belajar: tidak
e. Cara belajar yang disukai: audio/visual
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang : proses penyakit,
pemeriksaan penunjang, obat dan nutrisi
Rencana keperawatan
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
2.Kaji adanya batuk
3.Kaji adanya sesak
4.Observasi frekuensi pernafasan
5.Anjurkan orang tua pasien untuk memposisikan pasien semi fowler
6.Libatkan orang tua untuk memberi banyak minum air hangat pada pasien
7.Pendidikan kesehatan tentang batuk efektif
8.Kolaborasi dengan DPJP
29
2.Rehabilitasi medik : tidak
3.Farmasi :
- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Levofloxacin 1 x 500 mg
- Ondansentron 3x 8 mg
- Dexametason 3x 5 mg
- OBH 3x 15 ml
- Rifampisin 1x600
- Isoniazid 1x 300
- Paracetamol
- Combivent 3x/hari
- Pulmicort 3x/ hari
D. Pemeriksaan penunjang
No RM : K.11.xx.xx
Nama pasien : Tn. A
Tanggal lahir :15 /08/1979
Dokter : dr. A, Sp. P
30
Trombosit 128000 150.000-440.000 /uL
8. Penatalaksanaan medis
1. Diet dan Nutrisi : Makan lunak
2. Farmasi : 3. Oksigen 3 liter
Injeksi :
- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Levofloxacin 1 x 500 mg
- Ondansentron 3x 8 mg
- Dexametason 3x 5 mg
- Paracetamol 1000 mg K/P
Oral
- Ambroxol 3 x 1 tab
- Rifampisin 1x600
- Isoniazid 1x 300
Inhalasi
- Combiven 3x/hari
- Pulmicort 3x/ hari
PATWAYS KASUS
31
Kuman dormant
Proses inflamasi
Anoreksia
D. Analisa Data
32
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Bakteri tubercolusis Bersihan jalan nafas
Pasien mengatakan masuk saluran napas tidak efektif
batuk berdahak
sudah 2 minggu Proses peradangan
DO : Penumpukan sekret di
‐ Ku : sakit Sedang bronkus
‐ Kesadaran :
compos mentis Akumulasi sekret di
‐ Pasien tampak bronkus
lemas, sulit
mengeluarkan
dahak
‐ Tanda tanda
vital :
TD : 140/80
mmHg
S : 38,20C
P : 26x/mnt
N : 80x/mnt
‐ suara nafas
ronchi
‐ terdapat batuk
produktif ,
dengan sputum
berwarna putih
kental
‐ Pemeriksaan
penunjang :
Foto Thorax
Ap/Lateral :
gambaran TB
Paru aktif
C. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Bersihan jalan Setelah di lakukan Lakukan cuci tangan
nafas tidak efektif tindakan keperawatan Pakai alat pelindung
Berhubungan selama 31-45 menit di Dengar suara nafas
dengan harapkan ketidakefektifan sebelum dan sesudah
penumpukan secret bersihan jalan nafas dapat suction
berlebih, infeksi. teratasi dengan kriteria Informasikan kepada
hasil: pasien da keluarga bahwa
DS : akan di lakukan tindakan
RR normal
Pasien mengatakan irama pernafasan suction
normal normal Bersihkan jalan nafas
batuk berdahak dengan suction
suara nafas
sudah 2 minggu bersih,tidak ronchi Posisikan pasien untuk
mampu memaksimalkan ventilasi
mengeluarkan Keluarkan secret dengan
DO : sputum, mampu batuk atau suction
mengeluarkan Auskultasi suara nafas ,
‐ Ku : sakit Sedang catat adanya suara
dengan mudah
‐ Kesadaran : menunjukan jalan tambahan
nafas yang paten Berikan brokodilator
compos mentis
Beri pelembab udara,
‐ Pasien tampak kasa basah NACL basah
Atur intake untuk cairan
lemas, sulit
mengoktimalkan
mengeluarkan keseimbangan
Monitor respirasin dan
dahak
status O2
‐ Tanda tanda vital Bersihkan mulut dan
secret trakea
:
Pertahankan jalan nafas
TD : 140/80 yang paten
mmHg Obstruksi TTV
Informasikan tehnik
S : 38,20C relaksasi untuk perbaikan
R : 26x/mnt pola nafas terhadap
keluarga pasien
N : 80x/mnt Berikan pendidikan
34
‐ Dyspneu kesehatan tentang
penyakit TB
‐ suara nafas
ronchi
‐ terdapat batuk
produktif ,
dengan sputum
berwarna putih
kental
‐ Pemeriksaan
penunjang :
Foto Thorax
Ap/Lateral :
gambaran TB
paru aktif
35
teratur
warna kulit normal
tidak kemerahan
Setelah dilakukan
3 Resti nutrisi kurang
tindakan keperawatan - Tentukan status gizi dan
dari kebutuhan
selama 31-45 menit nutrisi kemampuan memenuhi
tubuh
kurang dari kebutuhan kebutuhan gizi pasien
DS : tubuh dapat teratasi - Bantu atau lakukan
pasien mengatakan dengan kriteria hasil : perawatan mulut sebelum
pasien tidak nafsu makan
Intake Nutrisi
makan dan mual, - Identifikasi pasien
DO : Intake makanan terhadap alergi makanan
‐ Nadi teraba kuat, - Berikan makanan dalam
Energi
teratur porsi kecil tapi sering
‐ frekuensi - Libatkan keluarga pasien
makan : 3x sehari dalam perencanaan
‐ makan habis : 1/2 makanan sesuai dengan
porsi indikasi
- Dorong keluarga untuk
membawa makanan
favorit pasien untuk
sementara di rumah sakit
- Berat badan pasien dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktifitas yang biasa
dilakukan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
36
jam makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar albumin,
total protein,Hemoglobin,
dan kadar Hematokrit
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nutrisi
37
Tindakan dan Evaluasi
Tanggal/ Tindakan dan evaluasi keperawatan Nama dan ttd
jam perawat
Kamis Menerima pasien baru dari IGD melakukan operan dgn Br Fuad
18-12-2019 Br.D
10.00 Hasil :
Tn. A usia 40 bulan pasien dr. A Sp P
Diagnosa : TB paru + dyspepsia
Keluhan : pasien mengatakan pasien batuk berdahak sudah
2 minggu, demam sudah 1 hari, riwayat penyakit jantung
tidak ada, alergi tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak
ada
Advice sementara:
- IVFD : RL 1500/24 jam
- Ranitidine 2 x 50 mg
- Ondansentron 3 x 8 mg
- Dexametason 3 x 5 mg
10.30 R/: - full up hasil laboratorium dan rontgen Br Fuad
38
10:45 Hasil : Ronchi (+) Br Fuad
P: Lanjutkan intervensi
Jumat Melakukan operan dengan Sr. N Br Fuad
19/12/2019 Dx : TB Paru + Dyspepsia
07.00 - IVFD : IVFD RL 1500cc /24 jam
40
13.20 Kolaborasi tidak dilakukan, therapi sesuai DPJP
41
Menganjurkan pasien untuk melakukan fisioterapi dada
12.00 pada pasien terutama setelah tindakan inhalasi Br Fuad
Hasil : pasien mengerti
Evaluasi pagi
S: Pasien mengatakan sesak (-), batuk ada sekret berkurang
tapi sulit dikeluarkan, demam tidak ada, makan mau
O: K/u sedang, kes compos metis, GCS: 15, TD: 130/82
N:82x/mnt teraba kuat dan teratur, S:36,8ºC akral teraba
hangat, RR: 22 x/mnt, sesak ada, retraksi tdk, sianosis tidak
ada ,muntah tidak, mukosa bibir lembab, turgor kulit
elastis, BAB ada 1x, pasien tampak tenang
A: DX I Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
DX II Hipertermi teratasi
DX III Resti ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi
P: hentikan intervensi
42
BUKTI PEMBERIAN KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI (KIE)
Penerima
Tgl Status Pemberi
Informasi/ KIE Nama
Jam rawat KIE
EdukasiYang &TT Evaluasi/
durasi & Metode Nama &
Diberikan pasien/kel verivikasi
waktu lokasi TT
uarga
18/12/20 RI - Menjelaskan Diskusi Br. F Tn. A Sudah
19 Perawa cara penularan Ceramah mengerti
10.15 tan TB Paru dan Demonst
Wib Umum Pencegahannya rasi
Durasi 5 Praktik
menit langsung
Leaflet
18/12/20 RI Mengajarkan cara Diskusi Br. F Tn. A Sudah
19 Prawat cuci tangan 6 Ceramah mengerti
08.00 an langkah Demonst
Durasi Umum rasi
5 menit Praktik
langsun
Leaflet
19/12/20 RI Menganjurkan Diskusi Br. F Tn. A Sudah
19 Perawa dan Ceramah mengerti
10.00 tan mendemonstrasik Demonst
Wib Umum an batuk efektif rasi
Durasi 5 Praktik
menit langsung
Leaflet
20/12/20 RI Penkes untuk Diskusi Br. F Tn. A Sudah
19 Perawa dirumah : Ceramah mengerti
12.00 tan -Memberikan Demonst
Wib Umum penkes untuk rasi
Durasi 5 rutin minum obat Praktik
menit OAT langsun
43
memegang luka Leaflet
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien masuk RS Hermina Tangerang tanggal 18 Desember 2019 jam 10.00 WIB,
penulis mengambil data pasien dan melakukan pengkajian tanggal 18 Desember 2019 jam
11.00 pagi. Pasien diperbolehkan pulang oleh DPJP tanggal 20 juni 2019 pukul 14.00
penulis akan menguraikan pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang
mendasari kenyataan di lapangan yang penulis temukan.
Secara umum pembahasan ini sesuai dengan tahapan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi
asuhan keperawatan.
47
digunakan merupakan digunakan merupakan intervensi kasus dibuat harus sesuai
nursing intervention intervensi 5 aspek dan teori pada dengan masalah
classification (NIC), yaitu kaji, observasi, dasarnya sama yang ditemukan
berfokus pada mandiri, libatkan yaitu berfokus pada pasien dengan
tindakan mandiri keluarga, pendidikan pada tindakan mengacu pada 5
keperawatan seperti kesehatan dan keperawatan aspek, yaitu :
kaji, observasi, kolaborasi - Observasi
ajarkan, dan - Mandiri
kolaborasi - Pendidikan
kesehatan
- Libatkan keluarga
- Kolaborasi
dengan tim
kesehatan lain
4. Implementasi Implementasi Dalam Tindakan yang
dikerjakan sesuai dilakukan sesuai implementasi dilakukan harusnya
dengan intervensi dengan perencanaan kasus dan teori mengacu pada
yang telah pada intervensi yaitu pada dasarnya perencanaan yang
direncanakan yaitu dengan 5 aspek yaitu sama yaitu telah dibuat tetapi
dengan : kaji, observasi, berfokus pada antara teori dan
1. Do tindakan mandiri, tindakan kasus ada yang
(melakukan) pendidikan kesehatan, keperawatan berbeda diharapkan
2. Delegative libatkan keluarga dan perawat
3. record kolaborasi kedepannya bisa
lebih lanjut
mengimplementasi
kan rencana
tindakan yang telah
dibuat sesuai
prioritas
48
merevier indikator evaluasi sumatif istilah bahasa respon dari terapi
outcome dan evaluasi (hasil) yang digunakan yang telah
nursing proses yaitu diberikan.
dilakukan dengan
meriview fase
assesment, diagnosis,
planning : outcome,
intervention dan
implementation
49
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium Tuberculosis. Kuman ini biasanya menyerang organ paru-
paru, namun dapat juga menyerang organ lain (WHO, 2015).
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang banyak menginfeksi
manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
banyak menginfeksi paru dan jika di obati dengan baik penyakit ini dapat
sembuh. Transmisi penyakit biasanya melalaui saluran nafas yaitu melalui
droplet yang dihasilkan oleh pasien yang terinfeksi
Terdapat keseuaian antara teori dengan kasus, hanya saja ada beberapa
masalah didalam teori yang tidak ditemukan pada pasien saat dilakukan
pengkajian. Diagnosa yang terdapat dalam teori tidak dapat ditegakan semua
dikarenakan penulis hanya mngangkat diagnosa sesuai masalah prioritas
pasien. Dalam intervensi dan implementasi kasus dan teori pada dasarnya
sama yaitu berfokus pada tindakan keperawatan. Evaluasi teori dan kasus
sesuai hanya perbedaan istilah bahasa yang digunakan. Peran kita sebangai
perawat adalah dengan melakukan observasi agar tidak terjadi komplikasi
lebih lanjut, mengedukasi pasien dan keluarga tentang pengawasan minum
obat dan pentingnya nutrisi yang baik untuk pemulihan pasien.
2. Saran
a. Untuk pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien TB paru agar tetap patuh dalam menjalani
pengobatan agar kesembuhan dapat dicapai secara optimal. Dan bagi
keluarga sebaiknya tetap memberikan dukungan pada pasien dengan cara
selalu mengingatkan dan memotivasi pasien untuk minum obat secara
teratur serta meluangkan waktu untuk mengantarkan pasien berobat ketika
pasien membutuhkan bantuan.
50
b. Untuk perawat
Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat mengupgrade ilmu
keperawatan melalui seminar, pelatihan dan workshop untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan yang lebih up to date.
51