Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“TUBERCULOSIS PARU”

A.    Konsep Dasar Medik


1.   Definisi
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer,
2009: hal 472).
2. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tetapi
hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel
ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah
(Sylvia A. Price & Wilson,2006).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda dan gejala tuberculosis Paru,
yaitu :
a.       Demam
b.      Batuk atau batuk darah
c.       Sesak napas
d.      nyeri dada
e.       Malaise
4. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang lembab
dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau
jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)
Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus
atas atau segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah
(bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada
tuberculosis endobronkial).
b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak
dipakai di rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-
Scan). Pemeriksaan ini lebih superior dibandingkan dengan radiologis biasa.
Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat
transversal.
c.       Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai
proses-proses dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. Sayatan
dapat dibuat transversal, segital dan koronal.
d.      Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang
meragukan, hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru
mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah
mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal
dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun kearah normal lagi.
e.       Sputum (BTA)
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam
1 ml sputum.
f.       Tes tuberculin/ tes mantoux
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan
diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes
mantoux yakini dengan menyuntikan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein
derivative).
6. Pencegahan

1. Jaga kesehatan badan agar senantiasa sehat dengan olahraga teratur,


istirahat cukup dan makan makanan dengan gizi yang baik dan seimbang
2. Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem daya tahan
tubuh seperti begadang, kurang istirahat dan stres
3. Lakukan imunisasi BCG pada bayi
4. Jaga jarak aman ketika berhadapan dengan penderita TBC

7. Pengobatan

Jika diterapi dengan benar TBC praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi, TBC
akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah
kasus TBC. Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah kematian dan
kekambuhan.

Pengobatan TBC berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan


dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti.
Selain itu dorongan dari keluarga agar pasien disiplin minum obat sangatlah
diperlukan. Pada saat pengobatan sebaiknya pasien mengkonsumsi makanan yang
bergizi, istirahat yang cukup serta mengikuti saran dokter.

Karena pengobatannya cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur. Jika pengobatannya kurang dari 6
bulan atau si penderita menghentikan pengobatan karena merasa sudah sehat
walau belum waktu tersebut, maka bakteri TBC tersebut tidak mati dan akan
membuat kambuh kembali penyakit TBC serta kebal terhadap obat yang pertama.
Keadaan ini disebut MDR (multi drugs resistance) yang memerlukan biaya
berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

1. Obat utama: INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,


Pirazinamid.
Masih memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini. Untuk menghindari munculnya bakteri TBC yang resisten
dan mempercepat pembasmian kuman, biasanya diberikan obat yang
terdiri kombinasi 3-4 macam obat ini.
2. Obat tambahan : Kuinolon, Kanamisin, dan lain-lain.

8. Perawatan Tuberculosis Paru

Perawatan yang dapat diberikan pada penderita tuberculosis adalah :

a. Dirawat di Rumah Sakit di tempat isolasi

b. Bedrest total

c. Cukup udara segar

d. Diet TKTP

e. Tidur semi fowler

f. Control tanda vital

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode sistematika dimana secara langsung
perawat dan klien bersama-sama menentukan masalah keperawatan,
membuat perencanaan dan implementasi serta mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan tersebut. Tayler, C.Lilis dan Laode Jumadi gafar (1999:54).
2. Tujuan Proses Keperawatan
Tujuan proses keperawatan adalah memberikan pelayanan yang utama
berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam aspek bio-
psiko-sosial yang komprehensif ditujukan pada individu, keluarga maupun
komunitas yang sehat dan sakit.
3. Tahap-Tahap Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam
proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua
data/informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
1) Biodata
Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, alamat,
pendidikan, pekerjaan dan agama.

2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama yang dirasakan,
riwayat keluhan utama, keluhan lain yang menyertai, diagnosa
medik.
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit sebelumnya,
kebiasaaan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram 3 generasi
b. Identifikasi berbagai penyakit turunan.
3) Pola Kegiatan Sehari-Hari
Apakah terjadi perubahan pola kegiatan sehari-hari yakni : pola
nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, personal hygiene,
aktifitas dan olah raga.
4) Aspek Sosial
Hubungan dengan keluarga, hubungan dengan perawat, keadaan
ekonomi keluarga.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : nampak sakit berat, sedang, ringan
b) Kepala : bentuk, nyeri,pusing
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu badan, nadi dan
pernapasan.
d) Sistem penginderaan
1) Mata : Konjungtiva, pupil, lapang pandang,
hematoma,adanya nyeri.
2) Hidung : Fungsi penciuman,simteris kiri dan kanan,
keadaan septum, nyeri, peradangan
3) Telinga : Fungsi pendengaran simetris kiri dan kanan,
nyeri, peradangan
4) Lidah : Fungsi pengecapan, kebersihan.
5) Kulit : Respon terhadap panas dan dingin, nyeri dan
sentuhan, turgor, kelembaban, warna, suhu.
e) Sistem Pernapasan
Apakah ada cuping hidung, frekuensi pernapasan, bunyi napas,
nyeri dada, dispnoe, takipnoe,cyanosis, adanya ronchi dan
wheezing.
f) Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada hipertensi, hipotensi, tekanan darah, frekuensi
nadi, ictus kordis, riwayat penyakit jantung, tekanan vena
jugularis.
g) Sistem Pencernaan
Adanya massa, peristaltic usus baik atau tidak, adanya
konstipasi,mual, muntah, nafsu makan, gangguan fungsi
pengecapan,perut kembung.
h) Sistem Neurologi.
Kesadaran, nyeri kepala, fungsi sensorik dan motorik,
kesemutan, pusing, koordinasi gerakan.
i) Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot. Gangguan pergerakan ekstremitas, adanya
spasme otot, nyeri, tonus otot normal atau tidak.
j) Sistem Perkemihan
Apakah ada nyeri, warna urin, bau, anuria, tidak ada bising
usus, inkontinensia urine, frekuensi BAK.
k) Sistem Integumen
Turgor kulit, perubahan warna pada daerah sekitar luka operasi,
suhu pada area luka operasi, keadaan kulit.
l) Sistem Endokrin
Apakah ada riwayat penyakit DM
b. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam
proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua
data/informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan, dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
1. Infeksi/ resiko tinggi berhubungan dengan pertahan primer tidak
adekuat
2. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
sputum
3. Resiko tinggi perubahan pertukaran gas berhubungan dengan
kerusakan membran alveolar kapiler.
4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
5. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi,aturan tindakan, dan
pencegahan penyakit berhubungan dengan keterbatasan kognitif

c. Perencanaan.
Diagnosa I : Infeksi/resiko tinggi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat
Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan
 Untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi
 Melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran
infeksi
Rasional : Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan
kesadaran kemungkinan transmisi membantu
pasien dan orang terdekat untuk mengambil
langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
Rasional : Untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi
3. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan
mengeluarkan pada tisue dan menghindari meludah.
Rasional : Perilaku yang baik diperlukan untuk mencegah
penyebaran infeksi.
4. Awasi suhu sesuai indikasi
Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
5. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
Rasional : Periode singkat berakhir 2-3 setelah kemoterapi
awal tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas
sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut
sampai 3 bulan.
6. Dorong memilih/mencerna makanan seimbang, berikan
makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan tinggi
kalori,tinggi protein
Rasional : Adanya malnutrisi sebelumnya merendahkan
tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu
penyembuhan. Makan kecil dapat meningkatkan
pemasukkan semua.
7. Berikan agen anti infeksi sesuai indikasi
Rasional : Kombinasi agen anti infeksi dapat membantu
untuk membunuh kuman.
Diagnosa II : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan adanya sputum
Kriteri hasil : - Mempertahankan jalan napas
-Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki,
mempertahankan bersihan jalan napas
- Berpartisipasi dalam pengobatan
- Mengidentifikasi pengobatan, komplikasi dan
tindakan yang tepat
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernapasan; contoh bunyi napas,
kecepatan irama dan kedalaman serta penggunaan otot
aksesoris
Rasional : Penurunan bunyi napas menunjukan ateletaktasis,
dan ketidak mampuan untuk membersihkan jalan
napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot-
otot aksesoris pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa, batuk efektif,
catat karakter, jumlah sputum dan adanya hemoptisis.
Rasional : Pengeluaran sulit bila secret tebal, sputum
berdarah kental atau darah cerah akibat kerusakan
paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
3. Berikan posisi semi fowler
Rasional : Posisi semi fowler dapat membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernapasan.
4. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
Rasional : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan secret kedalam jalan napas
untuk dikeluarkan
5. Bersihkan secret dari mulut/trakea, pengisapan sesuai
keperluan
Rasional : Mencegah terjadinya obstruksi atau aspirasi.
Pengisapan dapat diperlukan bila pasien tak
mampu mengeluarkan secret.
6. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Rasional : Pemasukkan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan dahak dan membuatnya mudah
dikeluarkan.
7. Pertahankan pemasukkan oksigen bila terpasang
Rasional : Membantu pada saat aspirasi
8. Penatalaksanaan obat mukolitik, bronkodilator, dan antibiotic
Rasional : Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.

Diagnosa III : Resiko tinggi perubahan pertukaran gas


berhubungan dengan kerusakkan membran alveolar
kapiler.
Kriteri hasil : - Melaporkan tak adanya penurunan dispnea.
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal
- Bebas dari gejala distres pernapasan
Intervensi :
1. Kaji tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya
pernapasan, terbatasnya expansi dinding dada
Rasional : Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis
dan ketidak mampuan jalan napas yang dapat
menimbulkan penggunaan otot-otot aksesoris
pernapasan. Efek pernapasan dapat dari ringan
sampai dispnea berat sampai distres pernapasan

2. Catat Sianosis atau perubahan pada warna kulit termasuk


membran mukosa dan kuku.
Rasional : Akumulasi sekret serta jalannya napas dapat
mengganggu oksigenesai organ vital dan jaringan.
3. Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas dan bantu aktifitas
perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama
periode penurunan pernapasan dapat menurunkan
beratnya gejala
4. Berikan oksigen tambahan yang sesuai
Rasional : Memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan
ventilasi/menurunnya permukaan alviolar paru.

Diagnosa IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake tidak adekuat.
Kriteri hasil : Menunjukkan peningkatan mencapai tujuan dengan
nilai lab normal dan bebas malnutrisi, serta
melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
1. Catat Status Nutrisi Klien
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya
masalah dan pilihan intervensi yang tepat
2. Pastikan pola diit biasa pasien yang disukai/tidak disukai
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasikan
kebutuhan/kekuatan khusus, pertimbangkan
keinginan individu dapat memperbaiki masukan
diit.
3. Awasi masukan/pengeluaran dan berat secara periodik
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan
dukungan cairan.
4. Selidiki anoreksia, mual,muntah serta
terdapat kemungkinan ada hubungan dengan obat, awasi
frekuensi, konsistensi feces.
Rasional : Dapat menpengaruhi pilihan diit dan
mengidentifikasikan masalah untuk meningkatkan
pemasukkan/penggunaan nutrient.
5. Dorong dan Berikan Periode Istirahat Sering.
Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila
kebutuhan metabolic meningkat saat demam.
6. Dorong makan sedikit tapi sering dengan makanan TKTP
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
yang tidak perlu/kebutuhan energi dari makanan
banyak dan menurunkan iritasi lambung.
7. Rujuk keahli diit untuk menentukan komposisi diit
yang tepat
Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila
kebutuhn metabolic meningkat saat demam.
8. Berikan Antipieretik Yang tepat
Rasional : Mempermudah intervensi selanjutnya.

Diagnosa V : Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan


dengan peningkatan suhu tubuh.
Kriteri hasil : Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat.
Intervensi :
1. Kaji pola tidur klien
Rasional : Mempermudah intervensi selanjutnya.
2. Kaji hal-hal yang mengganggu pola tidur klien
Rasional : Mempermudah dalam mengidentifikasi intervensi
selanjutnya
3. Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak
dan mengurangi aktifitas.
Rasional : Karena aktivitas yang lama dapat menimbulkan
kelelahan.
4. Dorong posisi nyaman dalam mengubah posisi.
Rasional : Pengubahan posisi mengubah area tekanan dan
meningkatkan istirahat yang cukup.
5. Anjurkan minum air hangat sebelum tidur
Rasional : Untuk mengencerkan dahak sehingga tidur tidak
terganggu.
6. Kurangi Kebisingan
Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur
7. Hindari mengganggu bila mungkin
Rasional : Tidur tanpa gangguan menimbulkan rasa segar
setelah bangun tidur.
Diagnosa VI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi
Kriteri hasil : Klien dapat mengerti dan memahami tentang
kondisi aturan tindakan, dan pencegahan dengan
tidak merasa cemas, klien paham dengan penyakit
yang dideritanya.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang proses penyakitnya
Rasional : Untuk mengetahui tentang pemahaman klien
tentang proses penyakit yang dideritanya.
2. Identifikasi gejala yang timbul pada klien
Rasional : Dapat menunjukkan kemampuan atau pengaktifan
ulang penyakit yang memerlukan evaluasi lanjut.
3. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang
diharapkan dan alasan pengobatan lama.
Rasional : Meningkatkan kerja sama dalam program dan
mencegah penghentian obat sesuai perbaikan
kondisi.
4. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan beri
umpan balik.
Rasional : Membuat hubungan terapeutik untuk
mengungkapkan perasaannya
5. Anjurkan pasien untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan
YME
Rasional : Merasa lebih tenang dan dapat mengontrol diri serta
memberi keyakinan
d. Implementasi.
Merupakan pelaksanaan perawatan oleh perawat kepada pasien
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
cermat serta efisien pada situasi yang tepat guna memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal.
d. Evaluasi
Akhir dari proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang yang telah ditentukkan berdasarkan keakuratan kelengkapan dan
kualitas data. Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan format
SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, ME at.all., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi III, Cetakan I,
EGC, Jakarta.

Price, S., & Wilson. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit, Edisi.2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif, dkk.(2009). Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.


Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai