“TUBERCULOSIS PARU”
7. Pengobatan
Jika diterapi dengan benar TBC praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi, TBC
akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah
kasus TBC. Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah kematian dan
kekambuhan.
Karena pengobatannya cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur. Jika pengobatannya kurang dari 6
bulan atau si penderita menghentikan pengobatan karena merasa sudah sehat
walau belum waktu tersebut, maka bakteri TBC tersebut tidak mati dan akan
membuat kambuh kembali penyakit TBC serta kebal terhadap obat yang pertama.
Keadaan ini disebut MDR (multi drugs resistance) yang memerlukan biaya
berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
b. Bedrest total
d. Diet TKTP
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode sistematika dimana secara langsung
perawat dan klien bersama-sama menentukan masalah keperawatan,
membuat perencanaan dan implementasi serta mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan tersebut. Tayler, C.Lilis dan Laode Jumadi gafar (1999:54).
2. Tujuan Proses Keperawatan
Tujuan proses keperawatan adalah memberikan pelayanan yang utama
berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam aspek bio-
psiko-sosial yang komprehensif ditujukan pada individu, keluarga maupun
komunitas yang sehat dan sakit.
3. Tahap-Tahap Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam
proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua
data/informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
1) Biodata
Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, alamat,
pendidikan, pekerjaan dan agama.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama yang dirasakan,
riwayat keluhan utama, keluhan lain yang menyertai, diagnosa
medik.
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit sebelumnya,
kebiasaaan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram 3 generasi
b. Identifikasi berbagai penyakit turunan.
3) Pola Kegiatan Sehari-Hari
Apakah terjadi perubahan pola kegiatan sehari-hari yakni : pola
nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, personal hygiene,
aktifitas dan olah raga.
4) Aspek Sosial
Hubungan dengan keluarga, hubungan dengan perawat, keadaan
ekonomi keluarga.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : nampak sakit berat, sedang, ringan
b) Kepala : bentuk, nyeri,pusing
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu badan, nadi dan
pernapasan.
d) Sistem penginderaan
1) Mata : Konjungtiva, pupil, lapang pandang,
hematoma,adanya nyeri.
2) Hidung : Fungsi penciuman,simteris kiri dan kanan,
keadaan septum, nyeri, peradangan
3) Telinga : Fungsi pendengaran simetris kiri dan kanan,
nyeri, peradangan
4) Lidah : Fungsi pengecapan, kebersihan.
5) Kulit : Respon terhadap panas dan dingin, nyeri dan
sentuhan, turgor, kelembaban, warna, suhu.
e) Sistem Pernapasan
Apakah ada cuping hidung, frekuensi pernapasan, bunyi napas,
nyeri dada, dispnoe, takipnoe,cyanosis, adanya ronchi dan
wheezing.
f) Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada hipertensi, hipotensi, tekanan darah, frekuensi
nadi, ictus kordis, riwayat penyakit jantung, tekanan vena
jugularis.
g) Sistem Pencernaan
Adanya massa, peristaltic usus baik atau tidak, adanya
konstipasi,mual, muntah, nafsu makan, gangguan fungsi
pengecapan,perut kembung.
h) Sistem Neurologi.
Kesadaran, nyeri kepala, fungsi sensorik dan motorik,
kesemutan, pusing, koordinasi gerakan.
i) Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot. Gangguan pergerakan ekstremitas, adanya
spasme otot, nyeri, tonus otot normal atau tidak.
j) Sistem Perkemihan
Apakah ada nyeri, warna urin, bau, anuria, tidak ada bising
usus, inkontinensia urine, frekuensi BAK.
k) Sistem Integumen
Turgor kulit, perubahan warna pada daerah sekitar luka operasi,
suhu pada area luka operasi, keadaan kulit.
l) Sistem Endokrin
Apakah ada riwayat penyakit DM
b. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam
proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua
data/informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan, dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
1. Infeksi/ resiko tinggi berhubungan dengan pertahan primer tidak
adekuat
2. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
sputum
3. Resiko tinggi perubahan pertukaran gas berhubungan dengan
kerusakan membran alveolar kapiler.
4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
5. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi,aturan tindakan, dan
pencegahan penyakit berhubungan dengan keterbatasan kognitif
c. Perencanaan.
Diagnosa I : Infeksi/resiko tinggi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat
Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan
Untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi
Melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran
infeksi
Rasional : Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan
kesadaran kemungkinan transmisi membantu
pasien dan orang terdekat untuk mengambil
langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
Rasional : Untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi
3. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan
mengeluarkan pada tisue dan menghindari meludah.
Rasional : Perilaku yang baik diperlukan untuk mencegah
penyebaran infeksi.
4. Awasi suhu sesuai indikasi
Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
5. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
Rasional : Periode singkat berakhir 2-3 setelah kemoterapi
awal tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas
sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut
sampai 3 bulan.
6. Dorong memilih/mencerna makanan seimbang, berikan
makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan tinggi
kalori,tinggi protein
Rasional : Adanya malnutrisi sebelumnya merendahkan
tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu
penyembuhan. Makan kecil dapat meningkatkan
pemasukkan semua.
7. Berikan agen anti infeksi sesuai indikasi
Rasional : Kombinasi agen anti infeksi dapat membantu
untuk membunuh kuman.
Diagnosa II : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan adanya sputum
Kriteri hasil : - Mempertahankan jalan napas
-Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki,
mempertahankan bersihan jalan napas
- Berpartisipasi dalam pengobatan
- Mengidentifikasi pengobatan, komplikasi dan
tindakan yang tepat
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernapasan; contoh bunyi napas,
kecepatan irama dan kedalaman serta penggunaan otot
aksesoris
Rasional : Penurunan bunyi napas menunjukan ateletaktasis,
dan ketidak mampuan untuk membersihkan jalan
napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot-
otot aksesoris pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa, batuk efektif,
catat karakter, jumlah sputum dan adanya hemoptisis.
Rasional : Pengeluaran sulit bila secret tebal, sputum
berdarah kental atau darah cerah akibat kerusakan
paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
3. Berikan posisi semi fowler
Rasional : Posisi semi fowler dapat membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernapasan.
4. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
Rasional : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan secret kedalam jalan napas
untuk dikeluarkan
5. Bersihkan secret dari mulut/trakea, pengisapan sesuai
keperluan
Rasional : Mencegah terjadinya obstruksi atau aspirasi.
Pengisapan dapat diperlukan bila pasien tak
mampu mengeluarkan secret.
6. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Rasional : Pemasukkan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan dahak dan membuatnya mudah
dikeluarkan.
7. Pertahankan pemasukkan oksigen bila terpasang
Rasional : Membantu pada saat aspirasi
8. Penatalaksanaan obat mukolitik, bronkodilator, dan antibiotic
Rasional : Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
Price, S., & Wilson. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit, Edisi.2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.