A. Pengertian Tuberkulosis
Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Kuman batang tahan asam ini merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada
beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik
terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 µm, ukuran ini lebih
kecil dari satu sel darah merah.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis
dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob
gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam. Basil tuberculosis dapat hidup dan
tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam
suhu 60o C dalam 15-20 menit.
Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan
lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan
terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
C. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk.
Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke
area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus
atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi
inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri),
sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan
normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar
bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada
masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi
yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya
membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan
menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi
nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak
adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada
kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa
di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari).
Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya
membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel
D. Pahtway
F. Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) kompliki dari TB Paru antara lain :
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
G. Pemeriksaan Penunjang
a) Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
b) Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah)
positif untuk basil asam cepat.
c) Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm)
terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa
lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak
dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
d) Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
e) Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB
dapat masuk rongga area fibrosa.
f) Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
g) Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
h) Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex
;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA
dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
i) Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru
dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
H. Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1) Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3
bulan.
o Streptomisin inj 750 mg.
o Pas 10 mg.
o Ethambutol 1000 mg.
o Isoniazid 400 mg.
o INH
o Rifampicin.
o Ethambutol. Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan
kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
2. Resiko penyebaran infeksipada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
A. PENGKAJIAN
Identitas Umum
Ruangan : Internal Laki
Kamar : Infeksi
Tanggal masuk : 10 Desember 2017
Tanggal penkajian : 12 Desember 2017
Waktu pengkajian : 11.30 WIT
Identitas Klien
Nama : Tn. L
Umur : 42 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Piru
Nama : Ny. M
Umur : 40 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Piru
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan pasien : Istri
B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Alasan Utama Datang Ke RS: Px mengatakan batuk berdahak selama 3 bulan, sesak
nafas.
2) Keluhan Utama: Px mengatakan sesak.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang: Px mengatakan sesak nafas, batuk disertai sputum,
keluar keringat dingin pada malam hari, nafsu makan menurun dan panas, kemudian
pasien masuk ke rs di RSUD Dr. Ishak Umarella pada tanggal 10-12-2017 dan di
tempatkan di ruangan Internal Laki dengan tangan sebelah kiri di pasang infus 5 drip
amiono 2 tetes.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu: Px mengatakan 3 bulan batuk disertai sesak dan pernah
menjalani pengobatan di puskesmas kemudian di bawah ke RS sebelumnya serta
sudah pernah menderita penyakit seperti yang di deritanya saat ini.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga: Px mengatakan tidak ada keluaraga yang menderita
penyakit seperti yang di deritanya seperti sekarang.
C. GENOGRAM
42thn
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meningggal
= Klien
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (Tgl 10 Desember 2017)
- Pada pemeriksaan mikroskopis dahak ditemukan BTA +.
Pemeriksaan Radiologi (Tgl 10 Desember 2017)
- Ditemukan tanda-tanda lendir di bagian atas paru ( infiltrat ).
- Corakan vaskuler meningkat disekitar bronchus.
- Kadang-kadang ditemukan rongga pada alveolus paru ( cavitas ).
G. TERAPI
Di IGD
- Ivfd RL 14 tpm
- Inj. Cefriaxone 2x2 gr/iv/st
Di Ruangan
- Ivfd RL 14 tpm
- Inj. Cefriaxone 2x2 gr/iv/st
- Paracetamol
- Antitusif
H. Klasifikasi Data
No Data subyektif Data obyaktif
.
1. Pasien mengatakan sesak Terdengar suara tambahan whezing px
tampak lemas terdapat penarikan intercosta.
TTV:
TD : 110/60 mmHg
RR : 32x/menit
S : 38,4oC
N : 120x/menit
Spo2: 97%
2. Pasien mengatakan badan terasa pasien tampak lemah, kulit teraba panas,
panas mukosa kering.
TTV:
TD : 110/60 mmHg
RR : 32x/menit
S : 38,4oC
N : 120x/menit
3. Pasien mengatakan nafsu makan pasien tampak lemah, bibir tampak kering.
menurun. TTV:
TD : 110/60 mmHg
RR : 32x/menit
S : 38,4oC
N : 120x/menit
I. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
.
1. Ds : Pasien mengatakan sesak Mycobacterium TB Bersihan jalan nafas
Do: Terdengar suara tidak efektif
tambahan wheezing, tampak Infeksi saluran nafas
lemas terdapat penarikan
intercosta. Filtrasi sel radang
TTV:
TD : 110/60 mmHg Penumpukan sputum pada
RR : 32x/menit saluran nafas
S : 38,4oC
N : 120x/menit Penyempitan lumen indo
bronkus
Wheezing
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Anoreksia
Intake in adekuat
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sputum yang ditandai dengan:
o Pasien mengatakan sesak.
o Terdengar suara tambahan wheezing.
o Pasien tampak lemas.
o Terdapat penarikan intercosta.
o Pasien terpasang kanul O2
o TTV : TD = 110/60 mmHg, RR = 32x/menit, S = 38,4 oC, N = 120x/menit
b. Peningkatan suhu tubuh b/d eksotoksin kuman pada saluran nafas dan paru yang
ditandai dengan:
o pasien mengatakan badan terasa panas
o pasien tampak lemas,
o suhu badan meningkat
o mukosa kering
o TTV : TD = 110/60 mmHg, RR = 32x/menit, S = 38,4 OC, N = 120x/menit
c. Kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d intake in adekuat yang ditandai
dengan:
o pasien mengatakan nafsu makan menurun
o Pasien tampak lemah
o Bibir tampak kering
o Pasien habis ½ porsi makan
o TTV : TD = 110/60 mmHg, RR = 32x/menit, S = 38,4 OC, N = 120x/menit
K. INTERVENSI KEPERWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Bersihan jalan nafas Setelah 1. Observasi 1. Penurunan
tidak efektif b/d dilakukan fungsi pernafasan bunyi nafas dapat
penumpukan sputum tindakan pasien. menunjukan
yang ditandai dengan: keperawatan 2. Atur posisi atelektasis.
.Pasien mengatakan selama ± 1-2 pasien dengan semi 2. Mengurangi
sesak. jam bersihan fowler. penekanan pada
. Terdengar suara nafas pasien 3. Kaji suara difragma.
tambahan wheezing. menjadi efektif. nafas. 3. Wheezing
. Pasien tampak lemas. KH : 4. Ajarkan menunjukan adanya
.Terdapat penarikan - Tidak pasien untuk batuk penyempitan jalan
intercosta. terpasang kanul efektif dengan nafas.
. Pasien terpasang O2 teknik clumbing 4. Membantu
kanul O2 - Tidak 5. Kolaborasi untuk mengeluarkan
. TTV : terdapat otot dengan tim medis sputum/secret
TD = 110/60 mmHg, intercostal dalam pemberian 5. Untuk
RR = 32x/menit, - Spo2: 95% obat : menentukan obat-
o
S = 38 C, - Bronkodilator obat sesuai dengan
N = 120x/menit - Antitusif kondisi pasien.
Spo2= 97% - kostikosterid