Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

A. PENGERTIAN 1. Bronkitis akut adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus dan trakea, oleh berbagai sebab (Junadi, 2000 : 206). 2. Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulangulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Brunnner and Suddart, 2002). 3. Bronchitis akut adalah radang pada bronchus yang biasanya mengenai trachea dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis.

B. ETIOLOGI Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumonia. Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur. Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronchitis.

C. PATOFISIOLOGI Masuknya infeksi viral, bakteri, polutan, kedinginan, kelelahan dan malnutrisi dapat mengakibatkan terjadinya hiperemia membran mukosa pada dinding bronchus dan terjadi desquamasi mukosa yang dapat mengakibatkan udem pada dinding bronchus. Selanjutnya, dapat mengakibatkan infiltrasi leukosit dari submukosa bronchus. Dan akan terjadi produksi eksudat mucopurelent pada proses ini ditandai dengan batuk-batuk kecil ini sebagai respon tubuh.

Silia bronchus berfungsi untuk sel fagosit memfagosit dari sel-sel yang rusuk dan dapat mengakibatkan pembesaran pada limfe dimana sebagai tanda adanya peradangan. Dimana terjadi gangguan limfe. Bakteri yang masuk dapat menginfeksi bronchus yang dapat mengakibatkan akumulasi sel dan eksudat mucopurulent dan dapat terjadi obstruksi jalan nafas.

D. SKEMA PATOFISIOLOGI Infeksi viral, Polutan, Kedinginan, Lelah, Malnutrisi

Hyperemi membran mukosa

Desquamasi mukosa

Udema pada dinding bronchus

Infiltrasi leukosit dari sub mukosa bronchus

Produksi eksudat mucopurelent

Gangguan limfe

Bakteri masuk ke bronchioli yang steril

Obstruksi jalan nafas

Udema dinding bronchioli

Rerensi sekrat Bersihan jalan nafas tidak efektif

Spasme musculus Bronchioli

Gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas

E. MANIFESTASI KLINIS 1. Tanda toksemi : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat Diaphoresis, tachycardia, tachypnoe. 2. Tanda iritasi : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret, rasa sakit dibawah sternum. 3. Tanda obstruksi : sesak nafas, rasa mau muntah.

F. TEST DIAGNOSTIK a) Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru paru, mendatarnya

diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi. b) Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,

memperkirakan derajat disfungsi. c) TLC d) Volume residu e) FEV1/FVC f) GDA g) Bronchogram : Meningkat : Meningkat. : Rasio volume meningkat. : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal. : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi,

pembesaran duktus mukosa. h) Sputum patogen. i) EKG AVF. j) Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbon dioksida arteri. k) Polisetemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia kronik yang disertai sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan. : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi

G. PENGKAJIAN a) Aktivitas/istirahat Gejala Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari, Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.

Tanda

Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

b)

Sirkulasi Gejala Tanda Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Distensi vena leher, Edema dependent, Bunyi jantung redup, Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis, Pucat, dapat menunjukkan anemi.

c)

Integritas Ego Gejala Tanda Peningkatan faktor resiko, Perubahan pola hidup Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d)

Makanan/cairan Gejala Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan, penurunan berat badan, peningkatan berat badan. Tanda Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan berat badan, palpitasi abdomen.

e)

Hygiene Gejala Tanda Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan Kebersihan buruk, bau badan.

f)

Pernafasan Gejala Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, episode batuk hilang timbul. Tanda Pernafasan biasa cepat, penggunaan otot bantu pernafasan, bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas ronchi, perkusi hyperresonan pada area paru, warna pucat

dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan.

g)

Keamanan Gejala Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, adanya / berulangnya infeksi.

h)

Seksualitas Gejala Penurunan libido

i)

Interaksi social Gejala Hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang membaik Tanda Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan. Keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain. dekat, penyakit lama/ketidakmampuan

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. 2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus. 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. Tujuan Kriteria Hasil : Mempertahankan jalan nafas paten. : - Pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya -Irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal

- Klien mempunyai jalan nafas yang paten Intervensi Auskultasi bunyi nafas. Rasional Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.

Observasi karakteristik batuk

Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari

Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus. Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat Kriteria Hasil : - GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Intervensi Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Rasional Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.

Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.

Auskultasi bunyi nafas.

Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi.

Awasi tanda vital dan irama jantung

Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Awasi GDA

PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.

Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus. Tujuan Kriteria Hasil : Perbaikan dalam pola nafas. : - Pola nafas teratur - Respirasi dalam batas normal 16-24 per menit Intervensi Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir Rasional Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan. Berikan dorongan penggunaan pelatihan menguatkan dan mengkondisikan

otot-otot pernafsan jika diharuskan

otot-otot pernafasan

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah. Tujuan Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan. : - Pasien akan mempertahankan berat badannya - Mempertahankan massa tubuh dalam batas normal Intervensi Kaji kebiasaan diet. Rasional Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum. Auskultasi bunyi usus Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster. Berikan perawatan oral Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah. Timbang berat badan sesuai indikasi. Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Konsul ahli gizi Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Jilid 3. Jakarta : EGC. Carpenito Lynda Juall. 2000. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai