Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PLEURITIS TB
A. DEFINISI
Pleuritis mengacu pada inflamasi kedua lapisan pleura, pleura parietalis, yang
menutupi permukaan dinding dada, mediastinum, dan permukaan atas diafragma, dan
pleura viseralis, yang menutupi seluruh permukaan kedua paru (Suzanne , 2001).
Menurut Handrosmk dalam wordpress 2011, Pleuritis atau radang pleura
(Pleurisy/ Pleuritis/ Pleuritic chest pain) adalah suatu peradangan pada pleura (selaput
yang menyelubungi permukaan paru-paru). Pleuritis adalah terjadinya suatu peradangan
pada selaput dada/paru yang disebabkan oleh kuman.
Pleuritis TB, kebanyakan terjadi sebagai TB paru. Pada daerah-daerah dimana
frekuensi tuberkulosis paru tinggi dan terutama pada pasien usia muda, sebagian besar
efusi pleura adalah karena pleuritis TB. Dikenal dua macam pleuritis, yaitu kering dan
basah. Di Indonesia yang paling sering dijumpai adalah pleuritis basah.
B. ETIOLOGI
Penyebab - penyebab dari timbulnya pleuritis adalah:
1. Virus dan Mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikroplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya tidak
banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis - jenis virusnya adalah echovirus,
Coxsackie group, chlamidia, rivkettsia, dan mikroplasma.
2. Bakteri Piogenik
Bakteri yang sering ditemukan adalah: aerob dan anaerob. Bakteri - bakteri aerob
meliputi Streptucocus pneumonia, Streptucocus mileri, Stafilococus aureus,
Hemofilus spp, E.koli, Klebsiela, Pseudomonas spp. Bakteri - bakteri anaerob
meliputi Bakteroides spp, Peptostreptococus, Fusobakterium.
3. Tuberkulosis
Selain komplikasi tuberkulosa, dapat juga disebabkan oleh robeknya rongga pleura
atau melalui aliran getah bening.
4. Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi
dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah Aktinomikosis,
Koksidiomikosis, Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmolisis, Blastomikosis, dan lain
- lain.

5. Parasit
Parasit yang menginvasi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba dalam bentuk
tropozoit.
6. Sindrom nefrotik asites
Akumulasi cairan dalam rongga peritoneal. Kondisi ini juga dikenal sebagai
penumpukan cairan rongga peritoneal hidroperitenium atau lebih serinng dikenal
sebagai kondisi basal perut.
C. PATOFISIOLOGI
Ketika kedua membran yang mengalami inflamasi atau bergesekan selama
respirasi (terutama inspirasi), akibatnya nyeri hebat, tersa tajam seperti tusukan pisau.
Nyeri dapat menjadi minimal atau tidak terasa ketika nafas ditahan atau dapat menjalar
ke bahu audomen kemudian sejalan dengan terbentuknya cairan pleura, nyeri akan
berkurang pada periode dini ketika terkumpul sedikit cairan, esekan, fiksi pleura dapat
terdengar dengan steteskop, hanya akan menghilang kemudian bila telah berkumpul
cairan dan memisahkan pleura yang mengalami inflamasi.
Pleuritis dapat terjadi dengan pneumonia atau infeksi traktus resfiratori atas
tuberkulosis, penyakit kolagen, infrak paru atau embolisme paru, pada kanker primer
metastatik dan setela torakatomi.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas.
b. Sesak Napas.
c. Perasaan ditikam.
Gejala yang paling umum dari pleuritis adalah nyeri yang umumnya diperburuk oleh
penghisapan (menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf-
syaraf nyeri apa saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf.
Ketika cairan ekstra berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari pleura,
nyeri biasanya dalam bentuk pleurisy yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah
akumulasi cairan yang sangat besar, ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak
napas dapat memburuk.
E. PATHWAY
F. KLASIFIKASI
a. Pleuritis kering (fibrosa)
Peradangan pada pleura tanpa atau hanya sedikit pengeluaran cairan.
b. Pleuritis basah (setofirosa)
Terjadinya penimbunan cairan dibuang pleura disebut juga pleura efusi cairan yang
berisi di pleyra dapat berupa:
Exudate
Transudate
G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari pleuritis ialah :
a. Efusi pleura/ empiema (pleuritis purulenta) (Efusi pleura sendiri adalah suatu keadaan
dimana terdapat penumpukan cairan alam pleura berupa transudut atau eksudat yang
diakibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dikapiler dan
pleura viseralis).

b. Pneumotorax (pengumpulan udara dalam rongga dada/thorax).

c. Piopneumotoraks (penumpukan nanah pada rongga pleura).

d. Gagal nafas.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Ronseng dada (rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan).
b. Pemeriksaan sputum.
c. Pleura punksi (pengambilan/penyedotan cairan dari lapisan pembungkus paru
(pleura).
d. Biopsi pleura (yaitu pengambilan sebagian jaringan pleura (pembungkus paru) jika
ada ruang yang cukup sehingga jarum biopsi tidak menembus sampai ke paru).
e. Laboratorium darah (leukosit meningkat).
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan kondisi dasar yang menyebabkan
pleuritis dan untuk menghilangkan nyeri dengan diatasinya penyakit dasar (Pnemonia,
dan infeksi), imflamasi pleuritis biasanya menghilang. Pada waktu yang sama, penting
artinya untuk memantau tanda - tanda dan gejala - gejala efusi pleura, seperti sesak nafas,
nyeri dan penurunan ekskruksi dinding dada.
Analgesik yang diresepkan dan aplikator topikal panas atau dingin akan
memberikan peredaan simptomatik. Indomestasin, obat anti imflamasi non steroidal,
dapat memberikan peredaan nyeri sambil memungkinkan pasien batuk secara efektif. Jika
nyeri sangat hebat, diberikan blok intercostal prokain.
Adapun obat - obat yang dapat digunakan pada penderita dengan masalah pleuritis adalah
sebagai berikut :
1. Analgesik
2. Antibiotik
3. Antidiuretik
4. Pemasangan WSD untuk mengeluarkan cairan
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Anamnesis: Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, suku dan agama
B. Keluhan utama: nyeri dada yang diperburuk saat bernapas, sesak napas yang ditandai
dengan pernapasan yang cepat dan dangkal.
C. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengeluh batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa
berat pada dada, dan berat badan menurun.
D. Riwayat penyakit dahulu: Pleuritis sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas
(infeksi pada hidung dan tenggorokan). Resiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat
post - operasi, infeksi pernapasan, dan klien dengan imunosupresi (kelemahan dalam
sistem imun).
E. Pemeriksaan fisik:
B1 (Breathing)
Penurunan batuk efektif, produksi sputum, sesak nafas,penggunaan otot bantu
nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan. Adanya bunyi nafas tambahan
seperti ronchi atau stidor.
B2 (Blood)
Peningkatan denyut nadi dan adanya gangguan pertukaran gas.
B3 (Brain)
Nyeri pada dada akibat penekanan diafragma dan liserasi (luka pada alveoli saat
penumpukan cairan).
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
Mual sampai muntah akibat penekanan gasfer sehingga merangsang hipotalamus
lateral. Pemenuhan nutrisi menjadi berkurang.
B6 (Bone)
Terjadi kelemahan pada otot diafragma akibat penyesuaian tubuh terhadap
penurunan ekstansi paru. Nyeri yang ditimbulkan pada dada mengakibatkan
intoleransi gerakan.

F. DIAGNOSA
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dilatasi alveoli akibat dekompresi.
2. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada selaput pleura.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
5. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi
spuntum oleh sel goblet.
G. INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil

1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien 1. Dengan menjelaskan


gas berhubungan tindakan mengenai keadaan kepada klien tindakan
dengan dilatasi keperawatan 2x24 klien dan tindakan yang akan diberikan,
alveoli akibat jam, pola napas yang akan dilakukan maka klien akan
dekompresi yang di efektif, dengan pada klien. kooperatif.
2. Monitor frekuensi 2. Untuk menentukan
tandai dengan: kriteria hasil:
pernapasan dan derajat
Klien mengeluh sulit 1. Klien
ekspansi dada. ketidakefektifan pola
bernapas, klien kooperatif
3. Observasi warna
napas.
tampak sesak, dengan
kulit, membrane 3. Untuk mengetahui
pengembangan dada tindakan yang
mukosa dan kuku. adanya kekurangan
tidak simetris, diberikan. 4. Informasikan kepada
oksigen akibat
2. Klien tidak
TD: 120/90 mmHg, keluarga pasien agar
sianosis baik perifer
sulit bernapas.
Nadi:102x/menit, tidak merokok di
3. Klien tidak atau sentral.
RR: 24x/menit, dalam ruangan. 4. Asap rokok dapat
sesak.
5. Kolaborasi dengan
Suhu: 370C 4. Pengembangan membuat klien lebih
tim dokter dalam
dada simetris. sesak.
5. Bunyi napas pemberian oksigen 5. Memaksimalkan
normal atau tambahan. pernapasan dan
bersih. menurunkan kerja
6. Tidak adanya
napas.
sianosis
7. TTV dalam
batas normal
( TD: 120/80,
Nadi: 60-
100x/menit,
RR: 16-
20x/menit).
8. Ekspansi paru
berkembang.
2. Nyeri dada Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui skala nyeri
berhubungan dengan tindakan nyeri klien. dan kualitas nyeri
2. Observasi tanda vital
peradangan pada keperawatan 2x24 klien.
klien. 2. Mengetahui keadaan
selaput pleura yang jam, diharapkan
3. Ajarkan teknik
umum klien.
ditandai dengan: nyeri berkurang distraksi dan 3. Memberikan rasa
klien mengeluh nyeri hingga hilang, relaksasi. nyaman pada klien dan
4. Kolaborasi dengan
dada, ekspresi wajah dengan kriteria mengurangi rasa sakit.
dokter dalam 4. Analgesik dapat
meringis, TD: hasil:
pemberian analgesik mengurangi nyeri dan
120/80mmHg, Nadi: 1. Klien tidak
dan antibiotik. antibiotik dapat
102x/menit, Suhu: 37 mengeluh
menghilangkan infeksi.
C, RR: 24x/menit nyeri.
2. Klien tampak
P: pleuritis
rileks.
Q: tertusuk-tusuk
3. TTV dalam
R: di bagian dada
batas normal.
S: 6-8
T: terus-menerus

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Observasi respon 1. Agar dapat dinilai


berhubungan dengan tindakan Individu terhadap tingkat intoleran
ketidakseimbangan keperawatan 2x24 aktivitas aktifitas.
2. Ajarkan klien 2. Meminimalkan
antara suplai dan jam, klien dapat
metode kelelahan dan
kebutuhan oksigen melakukan
penghematan membantu
yang ditandai aktivitas dengan
energi untuk keseimbangan
dengan: Klien kriteria hasil:
aktivitas. suplai dan
mengeluh lemah dan 1. Klien tidak
kebutuhan oksigen.
kelelahan, klien mengeluh
nampak lemah, klien lemah dan
nampak pucat kelelahan.
2. Klien tidak
pucat.
3. Klien dapat
berpartisipasi
dalam aktivitas
yang di
inginkan.
4. Melaporkan
peningkatan
dalam toleransi
aktivitas yang
dapat diukur.
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V jilid III. Jakarta
Carpentino-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta EGC
Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC
Dave, P. & Jane. 2005. Rencana Asuhan Keperwatan Onkoogi. Jakarta. EGC
Price, S.A. & Willson, L.M. 2006. Patofisiologis: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (E/6.
Vol 2). Jakarta. EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002.Buku Ajaran Medikal Bedah Brunner & Suddarth (E/6 Vol. 1).
Jakarta. EGC
Wong, D.L, Eaton, M.H, Wilson, D, Winkelstein, M.L, Schwartz, P. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai