Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMAPTOE

A. Anatomi Fisiologi Pernafasan

1. Anatomi paru-paru
Menurut Guyton (2007) Paru-paru terletak di dalam rongga dada
(mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada
dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru
kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram.
Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan
pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam rongga
dada. Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Paru-paru
terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus
oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
b. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa
udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri
atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior),
gelambir tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus
inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu
gelambir atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inferior).
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama
segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima
buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima
buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus
medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen

1
ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf,
dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam
lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus
alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2 0,3 mm.
2. Fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea
dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat dengan darah di dalam
kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran , yaitu membran
alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa
ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan
pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-
paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan
setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui
hidung dan mulut.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia
sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak
mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan
pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bias menimbulkan kematian.
Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran
dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada ruangan yang
sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. bila oksigen tidak mencukupi
maka warna darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan
misalnya di bibir, telinga, lengan, dan kaki (sianosis).
Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan
pengeluaran udara pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme
pertukaran udara pernapasan berlangsung di alveolus disebut
pernapasan eksternal. Udara pernapasan selanjutnya diangkut oleh

2
hemoglobin dalam eritrosit untuk dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa
pertukaran udara pernapasan dari darah menuju sel disebut
pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat
bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan
beberapa otot yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput
pembatas rongga dada dengan rongga perut). Masuk keluarnya udara
dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar
rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila
tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
3. Bagian-Bagian Paru-Paru
Berikut adalah bagian-bagian paru-paru. Semua penjelasannya
menggunakan Bahasa Indonesia.

Berdasarkan gambar sistem pernapasan tersebut, kita dapat


menyimpulkan bahwa paru-paru terdiri dari:

3
1. Trakea
2. Bronkus
3. Rongga pleura
4. Paru-paru kanan
5. Paru-paru kiri
6. Tulang rusuk
7. Otot intercosta
8. Diafragma
Berikut adalah penjelasan dari beberapa bagian penting paru-paru:
1. Trachea atau batang tenggorokan berupa pipa tempat lalunya
udara. Udara yang dihirup dari hidung dan mulut akan ditarik
ke trachea menuju paru-paru.
2. Bronchi merupakan batang yang menghubungkan paru-paru
kanan dan kiri dengan trachea. Udara dari trachea akan di
bawa keparu-paru lewat batang ini.
3. Bronchioles merupakan cabang-cabang dari bronchi berupa
tabung-tabung kecil yang jumlahnya sekitar 30.000 buah untuk
satu paru-paru. Bronchioles ini akan membawa oksigen lebih
jauh ke dalam paru-paru.
Alveoli merupakan ujung dari bronchioles yang jumlahnya sekitar
600 juta pada paru-paru manusia dewasa. Pada aveoli ini oksigen
akan didifusi menjadi karbondioksida yang diambil dari dalam
darah.

B. Definisi
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran di sebut dengan
hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran
nafas bawah laring atau perdarahan yang keluara ke saluaran nafas bawah
.batuk darah merupakan tanda atau gejala penyakit dasar,maka
penyebabnya harus segera di temukan dengan pemeriksaan yang
seksama (Dzen, 2009).
Hemaptoe (batuk darah) adalah darah yang di batukan yang
berasal dari saluran pernafasan bagian bawah,di katakana batuk darah
massif apabila jumlah darah yang keluar ,< 600 ml dalam waktu 24 jam

4
hemaptoe adalah ekspetorasi darah/mucus yang berdarah (Anonimous,
2012).
Hemaptoe (hemaptisis) adalah batuk dengan sputum yang
mengandung darah yang berasal dari paru atau percabangan bronkus
(Kusmiati dan Laksmi, 2011).

C. Etiologi
Penyebab Hemoptisis sangat beragam antara lain adalah
bronkiektasis, emboli paru, pneumonia, tuberkulosis, adanya benda asing,
kelainan pada jantung, trauma dan abses paru. Penyebab utama
Hemoptisis di seluruh dunia adalah tuberkulosis, sedangkan di negara
maju penyebab Hemoptisis yang tersering adalah bronkitis, bronkiektasis
dan kanker bronkogenik. Pada penderita HIV/AIDs penyebab Hemoptisis
adalah pneumonia (Crowin, 2009).
Darah yang keluar dapat tercampur oleh sisa makanan lain warna
darah bisa merah segar atau kehitaman,sedangkan pada batuk berdahak
darah berasal dari saluran pernafasan warna darah merah segara dan
tampak tercampur lendir dan tampak berbusa karena adanya gelembung-
gelembung udara.

D. Patofisiologi
Hemoptisis disebabkan oleh satu atau lebih dari kerusakan berikut
,kerusakan pembuluh darah, hipertensi pulmonum hebat, dan masalah
pembekuan darah,kerusakanpembuluh darah dapat di sebabkan oleh
peradangan, nekrosis, neoplasia atau truma. Hipertensi pulmo umumnya
di sebabkan oleh troboembolisme pulmonum gangguan ventrikuler kiri
gangguan pembekuan darah di akibatkan oleh abnormalitas factor
pembekuan atau platelet.
Hemoptisis menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah sedikit
tetapi jika belangsung kronois dapat berkembang menjadi anemia,
aspiksasi dan hipovolemia. Saluran nafas terdiri dari bebagai saluran yang
di mulai dari rongga hidung sampai saluran kecil alveoli di paru-paru,pada
setiap salalu ini terdapat pembuluh darah umumnya menyebabkan
perdarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan

5
saluran pernafasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut robek
sehingga darah mengalir keluar.
Batuk darah masif /banyak (> 200 cc atau lebih dari Satu gelas
belimbing) dapat mengganggu saluran pernafasan dan mwerupakan
indikasi untuk segera kerumah sakit kondisi ini membahayak karena darah
dapat menymbat saluran pernafasan dan menimbulkan kematian
(Anonimous,2012).

E. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :
1. Batuk darah idiopatik atau esensial dimana penyebabnya tidak
diketahui
Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas
penegakan diagnosis. Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada
wanita, berumur sekitar 30 tahun, biasanya perdarahan dapat berhenti
sendiri sehingga prognosis baik. Teori perdarahan ini adalah sebagai
berikut :
a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh
bronkoskopi.
b. Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan
c. Infark paru yang minimal.
d. Menstruasi vikariensis.
e. Hipertensi pulmonal.
2. Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikan
Pada prinsipnya berasal dari :
a. Saluran napas
Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru,
pneumonia dan abses paru.
Menurut Bannet, 82 86% batuk darah disebabkan oleh
tuberkulosis paru, karsinoma paru dan bronkiektasis.
Yang jarang dijumpai adalah penyakit jamur (aspergilosis), silikosis,
penyakit oleh karena cacing.

6
b. Sistem kardiovaskuler
Yang sering adalah stenosis mitral, hipertensi.
Yang jarang adalah kegagalan jantung, infark paru, aneurisma
aorta.
c. Lain-lain
Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah seperti
hemofilia, hemosiderosis, sindrom Goodpasture, eritematosus
lupus sistemik, diatesis hemoragik dan pengobatan dengan obat-
obat antikoagulan.

F. Manifestasi Klinis
Saluran nafas yang di lalui udara adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus dan alveoli, di dalamnya terdapat suatu system yang
sedemikian rupa yang dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke
alveoli.terdapat juga suatu system pertahana yang memeungkinkan
kotoran atau benda asing yang masuk dapat di keluarkan dengan baik
melalui batuk ataupun bersin,paru-paru di bungkus dengan plura,plura ada
yang menempel langsung pada paru-paru yang di sebut plura
visceral,sedangkan plura yang menempel pada dinding rongga dada
disebut plura parietal. Adapun tanda dan gejalanya yaitu sebagai berikut
menurut Azizah, 2009 :
1) Batuk darah
Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah, umumnya
terjadinya perdarahan karena robeknya saluran pernafasan sehingga
pembuluh darah di bawahnya ikut robek dan darah menjadi keluar
adanya cairan darah kemudian di keluarkan oleh adanya batuk.
2) Sesak nafas
Karena adanya tahanan atau ketidak bersihan jalan nafas yang
menyumbat jalan nafas menjadi tidak bersih yang menjadikan sesak
nafas.
3) Riwayat perokok dan minuman beralkohol
Riwayat merokok dapat menyebabkan sesak nafas karena seorang
yang memiliki riwayat merokok yang menahun pada pembuluh darah
menyempit di karenakan adanya flag-flag di pembuluh darah ketika
menyempit oksigen yang mengalir akan mengurang.

7
4) Penyakit TBC (tuberculosis)
Batuk darah adalah salahsatu dari sekian gejala TBC,tapi biasanya
merupakan gejala lanjut.Perbedaan batuk darah karena TBC dengan
penyakit lain yaitu TBC biasanya di sertai keluhan lainya,seperti napsu
makan menurun demam yang tidak terlalu tinggi,badan terasa lebih
berkeringat sedangkan batuk darah karena penyakit lain tanpa gejala
hanya batuk darah biasa yang di sebabkan karena kelaina jantung
atau karena infeksi lainya.

G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu
ditentukan oleh tiga faktor menurut kusmiyati 2011 :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam
saluran pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat
menimbulkan syok hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa
makanan ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Thorax untuk mengetahui asal perdarahan dan adanya aspirasi
2. Laboratorium untuk memperkirakan berat ringannya perdarahan dan
perlu tidaknya dilakukan transfuse darah
3. Bronkoskopi penting untuk evaluasi hemoptisis yang tidak jelas
penyebabnya untuk mencari sumber perdarahan
4. CT Scan dada berguna pada kasus hemoptisis bila foto dada dan
bronkoskopi tidak menemukan kelainan.

I. Penatalaksanaan Medis
Pada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan
khusus dan biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian
yaitu hemoptisis yang masif.
Tujuan pokok terapi ialah :
1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku
2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi

8
3. Menghentikan perdarahan
Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam
saluran napas yang menyebabkan asfiksia. Bila terjadi afsiksia, tingkat
kegawatan hemoptoe paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ
yang multipel. Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang
buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat
menimbukan renjatan hipovolemik.
Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :
1. Terapi konservatif
a. Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring
(Trendelendburg/lateral decubitus). Kepala lebih rendah dan miring
ke sisi yang sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang
sehat.
b. Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.
c. Batuk secara perlahanlahan untuk mengeluarkan darah di dalam
saluran saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.
d. Dada dikompres dengan es kap, hal ini biasanya menenangkan
penderita.
e. Pemberian obatobat penghenti perdarahan misalnya (obatobat
hemostasis).
f. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
g. Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya
perdarahan yang terjadi.
h. Pemberian oksigen.
Tindakan selanjutnya bila mungkin :
a. Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi
b. Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah
dengan bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber
perdarahan.
2. Terapi pembedahan
Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.
Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan :
a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.

9
b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka
kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi
18% dengan tindakan operasi.
c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya
hemoptoe yang berulang dapat dicegah.
Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai
berikut:
a. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam
dan dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
b. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam
dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang
dari 10 g%, sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.
c. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam
dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari
10 g%, tetapi selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan
perawatan konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti.
Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru
dan dipastikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan
berkisar dari segmentektomi, lobektomi dan pneumonektomi dengan
atau tanpa torakoplasti. Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk
menghentikan perdarahan.

J. Penatalaksanaan Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC


1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Posisikan pasien
pertukaran gas keperawatan selama. untuk
berhubungan gangguan pertukaran pasien memaksimalkan
dengan kerusakan teratasi dengan kriteria hasil: ventilasi
memeran alveolar- 1) Respiratory Status: gas 2) Pasang mayo bila
kapiler exchange perlu
a. Mendemonstrasikan 3) Lakukan fisioterapi
batuk efektif dan suara dada jika perlu
nafas yang bersih, tidak 4) Keluarkan sekret
ada sianosis dan dengan batuk atau
dyspneu (mampu suction
mengeluarkan sputum, 5) Auskultasi suara
mampu bernafas nafas, catat
dengan mudah, tidak adanya suara
ada pursed lips) tambahan

10
2) Keseimbangan asam 6) Berikan
basa, elektrolit bronkodilator
a. AGD dalam batas 7) Barikan pelembab
normal udara
8) Atur intake untuk
3) Respiratory Status : cairan
ventilation mengoptimalkan
a. Mendemonstrasikan keseimbangan.
peningkatan ventilasi 9) Monitor respirasi
dan oksigenasi yang dan status O2
adekuat 10) Catat pergerakan
b. Memelihara kebersihan dada,amati
paru paru dan bebas kesimetrisan,
dari tanda tanda penggunaan otot
distress pernafasan tambahan, retraksi
otot
4) Vital Sign Status supraclavicular
a. Tanda tanda vital dan intercostal
dalam rentang normal 11) Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
12) Monitor pola nafas
: bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
13) Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
14) Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
mental
15) Observasi sianosis
khususnya
membran mukosa
16) Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
persiapan tindakan
dan tujuan
penggunaan alat
tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)
17) Auskultasi bunyi
jantung, jumlah,
irama dan denyut
jantung

11
2. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan 1) Pastikan
keperawatan selama.., kebutuhan
bersihan jalan
pasien menunjukkan oral/tracheal
napas keefektifan jalan nafas suctioning.
dibuktikan dengan kriteria 2) Berikan O2
berhubungan
hasil: 3) Anjurkan pasien
dengan akumulasi 1. Respiratory status : untuk istirahat dan
Airway patency napas dalam
sekret
a. Menunjukkan jalan 4) Posisikan pasien
nafas yang paten untuk
(klien tidak merasa memaksimalkan
tercekik, irama nafas, ventilasi
frekuensi pernafasan 5) Lakukan
dalam rentang fisioterapi dada
normal, tidak ada jika perlu
suara nafas 6) Keluarkan sekret
abnormal) dengan batuk atau
b. Mendemonstrasikan suction
batuk efektif dan 7) Auskultasi suara
suara nafas yang nafas, catat
bersih, tidak ada adanya suara
sianosis dan dyspneu tambahan
(mampu 8) Berikan
mengeluarkan bronkodilator
sputum, bernafas 9) Monitor status
dengan mudah, tidak hemodinamik
ada pursed lips) 10) Berikan antibiotik
c. Saturasi O2 dalam 11) Atur intake untuk
batas normal cairan
d. Foto thorak normal mengoptimalkan
keseimbangan.
12) Monitor respirasi
dan status O2
13) Pertahankan
hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan
secret
14) Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
penggunaan
peralatan : O2,
Suction, Inhalasi

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askep . Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari jam klien menunjukan status
kebutuhan tubuh nutrisi adekuat dibuktikan kaji pola makan
berhubungan dengan BB stabil tidak terjadi klien
dengan mal nutrisi, tingkat energi Kaji adanya
peningkatan alergi makanan.

12
produksi adekuat, masukan nutrisi Kaji makanan
spuntum/batuk, adekuat yang disukai
dyspnea atau oleh klien.
anoreksia Kolaborasi dg
ahli gizi untuk
penyediaan
nutrisi terpilih
sesuai dengan
kebutuhan klien.
Anjurkan klien
untuk
meningkatkan
asupan
nutrisinya.
Yakinkan diet
yang dikonsumsi
mengandung
cukup serat
untuk mencegah
konstipasi.
Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi dan
pentingnya bagi
tubuh klien.

Monitor Nutrisi

Monitor BB setiap
hari jika
memungkinkan.

Monitor respon
klien terhadap
situasi yang
mengharuskan
klien makan.

Monitor
lingkungan
selama makan.

Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
bersamaan

13
dengan waktu
klien makan.

Monitor adanya
mual muntah.

Monitor adanya
gangguan dalam
proses
mastikasi/input
makanan
misalnya
perdarahan,
bengkak dsb.

Monitor intake
nutrisi dan kalori.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2012. Memahami Berbagai Macam penyakit. Jakarta : PT Indeks.

Azizah dkk, 2009. keperawatan lanjut usia edisi 1. yogyakarta: GrahaIlmu.

Crowin, Elizabeth .2009. buku saku patofisiologi edisi 3. Alih bahasa subekti,nike
budi dkk. Jakarta: EGC

Dzen, J. M., 2009, Bakteriologik Medik, Malang : Bayumedia

Keliat,budianna dkk. 2015 diagnosis keperawatan: klasifikasiondan klasifikasi


NANDA 2015-2017edisi 10, Jakarta : EGC

Kusmiati & Laksmi, 2011.batuk dengan sputum yang mengandung darah yang
berasal dari paru atau percabangan bronkus Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai