DENGAN HEMOPTISIS
1. DEFINISI HEMOPTISIS
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum
yang berdarah ( Sylvia A. Price )
Hemoptisis adalah batuk darah atau berdahak yang bercampur darah.
( Suyono,2001: 890 )
Hemoptisis adalah mendahakkan darah yang berasal dari bronkus atau
Paru
2. INSIDEN KASUS
Batuk darah idiopatik yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya .
- Insiden 0,5 sampai 58%
- Pria ; wanita =2:1
3. ETIOLOGI
a. Penyakit parenkim paru
1. Abses paru
2. Aspergioma
3. Kontusio paru
4. Metastasis di paru
5. Sporotrikosis
6. Tu bercolosis paru
b. Kelainan trakeobronkial
1. Bronkiektasis
2. Fibrosis kistik
3. Fistula arteritrakeal
4. Karsinoma bronkogenik
5. Metastasis endobronkus
6. Trakeobronkitis akut
7. Tuberkolosis endobronkus
c. Kelainan hematologi
1. Leukemia
2. Penyakit parenkim paru difus
d. Kelainan kardiovaskuler
1. Fistula arterio vena pulmonalis
2. Gagal jantung kongestif
3. Rupture arteri bronchial
4. Rupture arteri pulmonalis
4. PATOFISIOLOGI
Hemoptisis disebabkan oleh penyakit parenkim paru, kelainan trakeobronkial,
kelainan hematologi, dan kelainan kardiovaskuler. Sehingga menimbulkan pecahnya
pembuluh darah di saluran napas. Dan menyebabkan terjadinya hemoptisis sehingga
terjadi akumulasi darah dalam saluran napas dan merangsang reseptor nyeri dan dapat
menimbulkan nyeri dada dan menimbulkan masalah keperawatan nyeri akut.Dari
akumulasi dalam saluran napas dapat menimbulkan batuk darah, sesak napas ( dyspnea
) dan dapat menimbulkkan tiga masalah keperawatan diantaranya gangguan pola
tidur, bersihhan jalan napas tak efektif, ansietas, dan 2 problem kolaboratif yaitu PK
aspirasi, PK anemia.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Batuk bercampur darah
b. Gelisah
c. Nyeri dada
d. Rasa terbakar , begah dalam dada
e. Retraksi otot dada
f. Nafas sesak
g. Respirasi meningkat
6. PEMERILSAAN FISIK
a. Panas, berarti ada proses peradangan
b. Auskultasi : Terdengar bunyi Rales
2. kemungkinan menunjukkan lokasi
3. ada aspirasi
4. Ronki menetap, wheezing local, kemungkinan penyumbatan oleh : Ca, bekuan darah
c. Clubbing finger : Bronkiektasis, neoplasma
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto thorax dapat membantu menegakkan diagnosa penyakit yang
mendasari , mengetahui asal pendarahan ( kanan / kiri ) adanya aspirasi
b. Pemeriksaan laboratorium darah tepi, darah lengkap, laju endap darah,masa
pembekuan, dan urinalis
c. Pemeriksaan sputum bakteriologi , sitoologi
d. Pemeriksaan analisis gas darahdan pemeriksaan koagulasi
e. Uji kulit untuk tuberculosis perlu pula dilakukan
f. Bronkoskopi
g. Ct scan dada
h. Scan perfusi ventilasi paru
8. THERAPHY
Penatalaksanaan pasien tergantung dari berat ringannya perdarahan yang terjadi dan
krisis ( kecendrungan perdarahan tidak berhenti , tanda -tanda asfiksia / gangguan
pemeriksaan paru ). Bila tidak atau kurang massif dapat ditangani secara konservatif yang
bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi dan mengganti darah yang hilang dengan
tranfusi / pemberian cairan pengganti.
Langkah – langkah yang dilakukan :
a. Menenangkan pasien ( perdarahan lebih mudah berhenti )
b. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka
c. Bila pasien gelisah dapat diberikan efek sedasi ringan
d. Bila diperlakukan lakukan tranfusi darah
e. Beri posisi tidur setengah duduk bila reflek batuk tidak adequate
Bila pendarahan sedikit ( 15- 20 ml/ 24 jam ) pasien cukup ditenangkan saja , akan
tetapi bila pendarahan banyak harus menggunakan suction dan intubasi. Pasien
dimiringkan ke sisi yang sakit , bila memungkinkan dapat dicoba pemasangan balon
kateter di proksimal pada perdarahan selama beberapa jam perhari sampai pasien
menjadi stabil . pendarahan yang massif atau berkurang dan berhenti setelah 4 hari
dengan pengobatan konservatif akan tetapi pada keadaan tertentu operasi koreksi harus
dilakukan . therapy lain adalah embolisasi arteri brankialis secara selektif
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data subjektif
1. pasien mengeluh sering batuk bercampur darah
2. pasien mengeluh dada terasa sakit, rasa terbakar dalam dada
3. pasien mengeluh sering terjaga di malam hari
4. pasien mengatakan belum memahami tentang penyakitnya
Data Objektif
1. pasien nampak mengeluarkan dahak bercampur darah pada saat batuk
2. pasien nampak meringis dan memegang dadanya saat batuk
3. Dyspnea
2. Diagnosa keperawatan
1. ansietas b/d kurang informasi tentang penyakit
2. Nyeri akut b/d ulserasi mukosa bronkus
3. PK : anemia
4. Gangguan pola tidur b/d sering terbangun akibat batuk
5. Bersihan jalan napas tak efektif b/d perdarahan saluran napas
6. Risiko aspirasi b/d batuk bercampur darah
3. Rencana tindakan
Dari diagnosa diatas dapat dibuat intervesi sebagai berikut
No Dx Tujuan dan Kriteria INTERVENSI RASIONAL
Hasil
Anemia tidak terjadi Pantau tanda –tanda anemia. Untuk mencegah terjadinya
Observasi vital sign anemia
3 III dengan kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda –
tanda anemia
5 V Mempartahankan
jalan Catat kemampuan untuk Pengeluaran sulit bis secret
mengeluarkan mukosa / sangat tebal. Dan untuk
napas paten dengan
batuk ,catat karakter,jumlah mempermudah
criteria hasil : sputum dan adanya darah memberikan intervensi
selanjutnya
Pasien dapat
Berikan pasien posisi semi
menunjukkan perilaku
atau fowler tinngi. Bantu Posisi membantu
untuk memperbaiki
pasien untuk batuk dan memaksimalkan ekspansi
bersihan jalan napas
latihan napas dalam paru dan menurunkan
misalnya dengan batuk upaya pernapasan.
efektif dan
Pertahankan masukan cairan
mengeluarkan sekret
sedikitnya 2500 ml/ hari Pemasukan tinggi cairan
kecuali kontraindikas membantu untuk
mengencerkan secret,
membuatnya mudah
dikeluarkan
6 VI
Tidak terjadi gangguan
Kurangi resiko aspiasi, jika Membantu membuka
aspirasi dengan criteria pada pasien tirah baring, saluran napas
tinggikan posisi kepala
hasil ;
Jalan napas paien lancar Bantu bersihkan sekresi
dari mulut dan tenggorokan Menurangi resiko aspirasi
dengan tissue atau suction
Doengoes Marilynn, 1999. Rencana Asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta: EGC.
Engram Barbara ,1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Jakarta: EGC.