Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PERNAPASAN BRONKITIS

DISUSUN OLEH :
Nam : Devi Yulia Pramae Sella
Npm : 19.0601.0030
Prodi : D3 Keperawatan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020
A. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus dan trakea oleh
berbagai sebab. Bronkitis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.
Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus)
yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis
Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan
paling sering menyerang anak usia 3 tahun. (Halliday et al., 2016)

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus
menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai
penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paru – paru.
2. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring.
Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan
digestif.
3. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea.
Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga
melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

Saluran pernafasan bagian bawah.


1. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi
bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika
dirangsang.
2. Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih
pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir
vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan
dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan
kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis.
Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh
rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan
benda asing menjauhi paru menuju laring.
3. Bronkiolus
membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan
jalan udara pertukaran gas.
4. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar,
sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel
alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu
fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis
yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan penting

C. ETIOLOGI
Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie
virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli,
pertusis dan infeksi mycoplasma pneumonia. Penyebab lain dari bronkitis akut dapat
juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus
influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur.
Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor
predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan
infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronchitis.(Halliday et al.,
2016)

D. MANIFESTASI KLINIS
Bronkitis kronis ditandai dengan batuk dan produksi sputum yang berlebihan
(ekspektorasi) dengan disertai rasa kelelahan/lemah dan tidak nyaman akibat batuk
kronik berdahak tersebut.(Sutoyo, 2009)
Batuk, mengi, sputum dan sesak napas merupakan keluhan yang ditemukan.
Tanda dan gejala yang terjadi pada bronkitis akut adalah batuk dan pilek. Awalnya
hidung mengeluarkan lendir yang tidak dapat dihentikan, batuk tidak berdahak,
dilanjutkan 1 – 2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning,
semakin banyak dan bertambah, warna menjadi kuning atau hijau. Pada umumnya,
batuk dapat menyebabkan sesak dan sakit dada, sehingga akan menimbulkan masalah
kesulitan untuk mengeluarkan dahak. (Serly Oksaini, 2018)

E. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hiperropi dari kelenjar mukosa broncus dan
peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkioulus yang kecil kecil
sedemikian rupa sampai bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Factor etiologic utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industry. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis,
sehingga timbunan mucus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri
melemah. Mucus yang berlebihan terjadi akibat dysplasia. Sel sel penghasil mucus di
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkuus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia.
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mucus dan sel sel silia ini mengganggu
system escalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mucus dalam jumlah
besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

F. PATWAYS
Perubahan cuaca, polusi udara

Efek sebagai zat iritan

alergi Kerja silia dan kemampuan Resti infeksi


pagisit menurun

Hipermetropi kelenjar mucus dari


trakeobronkial dan peningkatan
Respiratory syncytial sekusi sel goblet
virus, virus influenza,
virus paru influenza, Peradangan bronkus dan Peningkatan produksi sputum
coxsakie virus bronkiolus (rusaknya bronkiolus
kecil)

Penyempitan saluran bronkus


oleh substansi mukopurulen

Penumpukan sekret Batuk produktif anoreksia

Obstruksi brunkus

Obstruksi jalan nafas oleh sekret Bersihan jalan


napas tidak
Saluran pernapasan lebih cepat efektif
dan lebih banyak tertutup

Kebutuhan
Gangguan Gangguan suplai O₂ dan
nutrisi kurang
pertukaran gas kerusakan dinding alveoli
dari kebutuhan
E f e k s e b a g a i z a t i r i t a n

Vasokontruksi pembuluh darah


kelelahan
Hipoksia dan sesak nafas
kelemahan
Ventilasi dan perkusi tidak seimbang
Penurunan perfusi Intoleransi
jaringan aktivitas

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pada tindakan keperawatan yang penting ialah mengontol batuk dan
mengeluarkan lender
2. Sering mengubah posisi
3. Banyak minum
4. Inhalasi
5. Nebulizer
6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thorax : tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
2. Laboratrium : leukosit > 17.500

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
- Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis
- Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
status, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan pasien.
b. Catatan medis
c. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama yaitu keluhan yang paling dirasakan untuk mencari bantuan
- Riwayat kesehatan sekarang yaitu apa yang dirasakan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu yaitu apakah kemungkinan pasien belum sakit
seperti ini atau sudah pernah
- Riwayat kesehatan keluarga yaitu memiliki penyakit turun temurun atau
penyakit yang tidak menular.
d. Pengkajian Fungsional Gordon
- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Pola nutrisi
- Pola eliminasi
- Pola aktifitas
- Pola tidur dan istirahat
- Pola kognitif dan perceptual
- Pola toleransi dan koping stress
- Pola nilai dan kayakinan
- Pola hubungan dan peran
- Pola persepsi diri dan konsep diri
- Pola seksual
- Pola kenyamanan
- Pola keamanan
e. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi kesan umum, poster tubuh, warna kulit, turgor
kulit, dan kebersihan diri.
- Gejala Kranial
Gejala kranial meliputi suhu,nadi,tekanan darah, respirasi
- Keadaan fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah
1. Inspeksi (mengkaji kulit, melihat warna membran mukosa, melihat
penampilan umum,melihat pola pernapasan, melihat gerakan dinding
dada)
2. Palpasi (bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri tekan dengan cara
meraba benjolan atu aksila, jaringan payudara dan sirkulasi perifer)
3. Perkusi (bertujuan untuk mengetahui cairan abnormal, udara di paru-
paru atau kerja diafragma)
4. Auskultasi (bertujuan untuk mengetahui bunyi yang tidak normal,bunyi
murmur, bunyi gesekan atau suara napas tambahan)
- Data penunjang
- Progam terapit
- Data fokus
f. Pengkajian status nyeri
- P (provocate) : respon palatif meliputi faktor pencetus nyeri
- Q (quality) : kualitas nyeri meliputi rasa tajam,tumbul atau tersayat
- R (region) : lokasi nyeri atau daerah perjalanan nyeri
- S (scale) : skala nyeri ringan, sedang,berat atau sangat berat
- T (time) : waktu atau lama frekuensi nyeri
Selain menggunakan pengkajian diatas, ada cara pengkajian yang lain yaitu
skala numerik
- Skala numerik digunakan dalam mengkaji nyeri dengan mengukur berat
ringannya nyeri dengan mengobjektifkan pendpat subjektif nyeri. Skala dari
0 (tanpa nyeri) hingga 10(nyeri hebat).
2. Diagnosa Keperawatan
a. pola napas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, peningkatan
mucus
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
No. Rasional
(NOC) (NIC)
1. Setelah dilakukan - mengatur posisi pasien - agar pasien
tindakan keperawatan 1 x untuk memaksimalkan mendapat udara
24 jam diharapkan pasien ventilasi
menunjukan jalan napas -memantau
patek dengan kriteria hasil - pantau TD, nadi, Suhu, dan kesadaran pasien
: RR
- nafas normal - mengatahui
- Tidak ada sesak perubahan TTV
- tidak batuk - monitor TTV sebelum dan
- respirasi : 18 – 20 x/menit sesudah aktifitas - mengurangi
- tekanan darah : 120/80 batuk
mmHg - anjurkan pasien minum air
hangat
-P:

4. Impelentasi Keperawatan
a. Mengatur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Memantau tekanan darah, nadi, suhu, dan RR
c. Memantau TTV sebelum dan sesudah aktifitas
d. Menganjurkan pasien minum air hangat
5. Evaluasi Keperawatan
a. Pasien mengatakn sesak napas berkurang
b. Pasien mengatakan batuk berkurang
c. Ku : Membaik
d. Pernapasan teratur
e. Pasien terlihat rileks
f. Masalah teratasi

J. REFERENSI
Halliday, M. A. K., Matthiessen, C. M. I. M., Santosa, R., Priyanto, A. D., Nuraeni, A.,
Ellyawati, H. C., … Ahmadvand, M. (2016). STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn.
” M ” DENGAN BRONKHITIS DIPUSKEMAS BAROMBONG KECAMATAN
TAMALATE KOTA MAKASSAR. Nusa, 5(1), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Serly Oksaini, T. S. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
BRONKITIS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI. Oksigenasi,
4(1), 74. https://doi.org/10.14941/pregrass.4.1-2_74_1
Sutoyo, D. K. (2009). Bronkitis Kronis dan Lingkaran yang tak Berujung Pangkal (Vicious
Circle). SMF Paru RSUP, (January 2009), 1–11.

Anda mungkin juga menyukai