DISUSUN OLEH :
Nam : Devi Yulia Pramae Sella
Npm : 19.0601.0030
Prodi : D3 Keperawatan
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus
menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai
penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paru – paru.
2. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring.
Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan
digestif.
3. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea.
Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga
melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
C. ETIOLOGI
Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie
virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli,
pertusis dan infeksi mycoplasma pneumonia. Penyebab lain dari bronkitis akut dapat
juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus
influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur.
Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor
predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan
infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronchitis.(Halliday et al.,
2016)
D. MANIFESTASI KLINIS
Bronkitis kronis ditandai dengan batuk dan produksi sputum yang berlebihan
(ekspektorasi) dengan disertai rasa kelelahan/lemah dan tidak nyaman akibat batuk
kronik berdahak tersebut.(Sutoyo, 2009)
Batuk, mengi, sputum dan sesak napas merupakan keluhan yang ditemukan.
Tanda dan gejala yang terjadi pada bronkitis akut adalah batuk dan pilek. Awalnya
hidung mengeluarkan lendir yang tidak dapat dihentikan, batuk tidak berdahak,
dilanjutkan 1 – 2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning,
semakin banyak dan bertambah, warna menjadi kuning atau hijau. Pada umumnya,
batuk dapat menyebabkan sesak dan sakit dada, sehingga akan menimbulkan masalah
kesulitan untuk mengeluarkan dahak. (Serly Oksaini, 2018)
E. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hiperropi dari kelenjar mukosa broncus dan
peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkioulus yang kecil kecil
sedemikian rupa sampai bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Factor etiologic utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industry. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis,
sehingga timbunan mucus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri
melemah. Mucus yang berlebihan terjadi akibat dysplasia. Sel sel penghasil mucus di
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkuus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia.
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mucus dan sel sel silia ini mengganggu
system escalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mucus dalam jumlah
besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
F. PATWAYS
Perubahan cuaca, polusi udara
Obstruksi brunkus
Kebutuhan
Gangguan Gangguan suplai O₂ dan
nutrisi kurang
pertukaran gas kerusakan dinding alveoli
dari kebutuhan
E f e k s e b a g a i z a t i r i t a n
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pada tindakan keperawatan yang penting ialah mengontol batuk dan
mengeluarkan lender
2. Sering mengubah posisi
3. Banyak minum
4. Inhalasi
5. Nebulizer
6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thorax : tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
2. Laboratrium : leukosit > 17.500
4. Impelentasi Keperawatan
a. Mengatur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Memantau tekanan darah, nadi, suhu, dan RR
c. Memantau TTV sebelum dan sesudah aktifitas
d. Menganjurkan pasien minum air hangat
5. Evaluasi Keperawatan
a. Pasien mengatakn sesak napas berkurang
b. Pasien mengatakan batuk berkurang
c. Ku : Membaik
d. Pernapasan teratur
e. Pasien terlihat rileks
f. Masalah teratasi
J. REFERENSI
Halliday, M. A. K., Matthiessen, C. M. I. M., Santosa, R., Priyanto, A. D., Nuraeni, A.,
Ellyawati, H. C., … Ahmadvand, M. (2016). STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn.
” M ” DENGAN BRONKHITIS DIPUSKEMAS BAROMBONG KECAMATAN
TAMALATE KOTA MAKASSAR. Nusa, 5(1), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Serly Oksaini, T. S. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
BRONKITIS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI. Oksigenasi,
4(1), 74. https://doi.org/10.14941/pregrass.4.1-2_74_1
Sutoyo, D. K. (2009). Bronkitis Kronis dan Lingkaran yang tak Berujung Pangkal (Vicious
Circle). SMF Paru RSUP, (January 2009), 1–11.