Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN DASAR MANUSIA

OKSIGENASI
Pembimbing: Ana Fitria Nusantara S.Kep, Ns, M. Kep

Oleh:

NABILA CAMELIA IZZA

(14401.19.20014)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2020-2021
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Saluran pernafasan bagian atas


a. Hidung
Hidung terdiri atas naser anterior (saluran dalam lubang hidung)
yang berisi kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan
bermuara kerongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh
selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses
oksigenasi diawali dengan penyaringan udara buluni (bagian
rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari
dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak dibelakang
nasofaring (dibelakang hidung), dibelakang mulut (orofaring), dan
dibelakang laring (laring ofaring).
c. Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri
atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung digaris tengah.
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
membantu menutup laring pada saat proses menelan
2. Saluran pernafasan bagian bawah
a. Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang


kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua
puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir
yang terdiri atas epitelium bersila yang dapat mengeluarkan debu atau
benda asing.

b. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari
trekea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian
kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memilki
tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih
panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setalah bronkus.
3. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru
terletak dalam thorax setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura
parietalis dan pleura fiseralis serta dilindungi oleh cairan pleura yang
berisi cairan sulfakla.
Paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian yaitu
paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ
jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan
bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat
elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida.

II. DEFINISI

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 kedalam sistem (kimia atau


fisika). Oksigen(O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel sebagai hasilnya. terbentuklah
karbondioksida, energi normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Mubarok wahit iqbal,2015)

Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk


kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Hidayat&Uliyah,2014)

III. ETIOLOGI

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan


oksigenasi maenurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dindang dada, nyeri, cemas, penurunan enrgi atau
kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan
kognitif atau respirasi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan
otot pernapasan dan adanya perubahan membrane kapler-alveoli.
IV. KLASIFIKASI

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dlam tubuh terdiri atas 3 yaitu:


ventilasi, difusi dan transportasi.

a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan
atmosfer ke dalam alveoli atau dari ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
2. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3. Adanya jalan nafas yang melalui dari hidung hingga alveoi yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksi sehingga dapat terjadi vasokontriksi atau
proses penyempitan
4. Adanya reflek batuk dan muntah
5. Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjurnya adalah compliance recoil.
b. Difusi gas
Merupakan pertukaran antaraoksigen di alveoli dengan kamler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoili. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a) Luasnya permukaan paru
b) Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi
antara epitel alveoili dan intersial. Keduanya ini dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penbalan.
c) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi
sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karen itu
tertekan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2
dalam darah vena pulmonaris (masuk dalam darah secara
berdifusi) dan PaCO. Dalam arteri pulmonaris juga akan berdifusi
ke dalam alveoli.
d) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling
mengikat hb
c. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusikan antaraO2 kapiler ke jaringan
tubuh CO2, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut
dalam plasma (3%) sedangkan CO2 akan berikat denga hb membentuk
karbominohemiglobin (30%) dan larut plasma (50%) dan sebagian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%) transportasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarnya:
a) Kardiak output merupakan jumlah darah yang diploma oleh darah.
Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat
menurunkan kardiak otput (misal pada kerusakan otot jantung,
kehilangan darah) akan mengaruhi jumlah oksigen yang dikirim ke
jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan menambahkan
rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b) Kondisi output pembuluh darah, latihan dan lain secara langsung
berpengaruh terhadap transpor terhadap oksigen bertambahnya
latihan menyebabkan peningkatan transport O2 (20 x kondisi
normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan O2 oleh
sel.

V. PATOFISIOLOGI

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.


Proses ventilasi(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar
dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen
tidak dpat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan
nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses
difusi (penyaluran oksigen dari alveoili ke jaringan) yang terganggu akan
menyebabkan ketidak efektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
secukup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddart,2002).
VI. PATHWAY

Udara di atmosferer

Udara masuk melalui


hidung terdapat infeksi
patogen

Sumbatan Bronkus

Terjadinya udara di paru

Udara diserap oleh


aliran darah

Susunan gas dalam darah Tidak ada saluran untuk


meloloskan udara yang
terjebak
Oksigen lebih cepat diserap
dari nitrogen dan helium
Ventilasi konteral

Gangguan pengeluaran Terjadi dengan cepat Udara lolos melalui pori


mukus dan luas alveoli/fistula bronkioli
alveolar

Akumulasi mucus pada


Dipsnea
bronkus Gangguan pembangan
paru/ kolaps alveoli
Pola nafas cepat dan
KETIDAK EFEKTIFAN
dangkal
BERSIHAN JALAN Ventilassi dan perfusi
NAFAS tidak seimbang

KETIDAK EFEKTIFAN
POLA NAFAS GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
VII. MANIFESTASI KLINIS

a. Suara napas tidak normal


b. Perubahan jumlah pernapasan
c. Batuk disertai dahak
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan
e. Dipnea
f. Penurunan haluaran urin
g. Penurunan ekspansi paru
h. Takipnea

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes Hb
2. Tes Blood gas arteri

IX. PENATALAKSANAAN

1. Memposisikan pasien fowler dan semi fowler


2. Melatih nafas dalam
3. Melatih batuk efektif
4. Pemberian oksigen 5 liter/menit melalui nasal kanul
5. Infus RL: 20 tts/menit
6. Dexametason 1x 1gr/hari secara intravena

X. KOMPLIKASI

a) Bronkitis kronik
Peradangan yang terjadi pada saluran bronkus di dalam paru-paru.
b) Emfisema paru
Penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada alveolus, yaitu
kantong udara kecil pada paru-paru
c) Asma
Suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang
menybebakan penyempitan saluran napas (hiperaktivitas bronkus)
d) Bronkiektasis
Kerusakan dan pelebaran permanen pada bronkus dan saluran pernapasan
1.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.2016.Buku Ajar Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, Wahid Iqbal.2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, Jakarta:


Selemba Medika

Syaifuddin, H.2016.Anatomi Fisiologi Edisi 4.Jakarta:EGC


ASKEP SECARA TEORI

A. Data Umum
Tanggal Masuk
Jam
No. CM
Tanggal pengkajian
Jam
Diagnosa Medis
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama
Tempat tanggal lahir
Umur
Jenis Kelamin
Agama Pendidikan
Suku/Bangsa
Status
No. CM
Alamat
b. Identitas penanggung jawab
Nama
Tempat tanggal lahir
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Suku bangsa
Status
Alamat
Hub.dg klien
B. Keluhan Utama
Keluhan utama akn menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini keluhan utama yang buka
muncul pada klien gangguan oksigenasi antara lain: batuk, dypnea, wheezing.
 Batuk (cough)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem
pernafasan
 Dypnea
Dypnea merupanan pernafasan sesak dan berat saat bernafas. Hal ini
disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah jaringan, kerja
berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
C. Riwayat Penyakit dahulu, sekarang, keluarga sesuai kebutuhan
1. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Adanya penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Rincian dari keluhan utama yang berisi tentang riwayat, perjalanan pasien
selama mengalami, keluhan secara lengkap
3. Keluarga Sesuai Kebutuhan
Adanya penyakit keturunan atau dari keluarga
D. Batasan karakteristik (Ketidak efektifan bersihan jalan napas)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: (tidak sedia)
Objektif: - Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing dan/atau ronki kering
- Mekonium dijalan napas (pada neonatus)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: - Dipsnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
Objektif: - Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah
Batasan karakteristik (Ketidak efektifan pola napas)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: - Dipsnea
Objektif: - Penggunaan otot bantu pernapasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
khussmaul, cineyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: - Ortopnea
Objektif: - Pernapasan pursed-lip
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thorak anterior-posterior meningkat
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskursi dada berubah
Batasan karakteristik (Gangguan pertukaran gas)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: - Dipnea
Objektif: - PCO2 meningkat/menurun
- PO2 menurun
- Takikardia
- pH arteri meningkat/menurun
- Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: - Pusing
- Penglihatan kabur
Objektif: - Sianosis
- Diaforesis
- Gelisah
- Napas cuping hidung
- Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/reguler,
dalam/dangkal)
- warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
- Kesadaran menurun
a. Pemeriksaan fisik:
1. Keadaan Umum : cukup, sedang, lemah
2. TTV : TD, Suhu, RR, Nadi
3. Sistem Pernafasan: Pernafasan cuping hidung, bunyi nafas (wheezing),
batuk, adanya mengi yang terdengar tanpa stetoskop.
b. Pemeriksaan penunjang:
1. Tes Hb (normal wanita: 12-19 g/dl, normal pria 13-17 g/dl)
2. Tes Blood gas arteri: PH darah normal arteri:7,38-7,42
: Bikarbonat (HCD3): 22-28 milikuivalen/liter
: Tekanan parsialoksigen: 75-100 mmHg
: Tekanan parsial karbondioksida (PCO2): 38-42
mmHg
: Saturasi oksigen: 94-100%

F. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas


b. Ketidak efektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas
G. Intervensi Keperawatan

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d Sekresi yang tertahan


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan bersihan jalan
napas efektif
Ditandai: Produksi sputum menurun, mengi menurun, wheezing menurun
Rencana Intervensi:
1. Latihan Batuk Efektif
a. Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)
b. Terapeutik
- Atur posisi pasien semi fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjuran tarik napas dalam melalui hidung selama 4detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluaran dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3x
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
2. Manajemen Jalan Napas
a. Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronki kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
c. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik,jika perlu
3. Pemantauan Respirasi
a. Observasi
- Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan upaya nafas
-Monitor pola nafas (seperti
bradipnea,takipnea,hiperfentilasi,kussmaul,cheyne-
stokes,biot,ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
b. Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumtasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
2. Ketidak efektifan pola nafas b/d Hambatan upaya nafas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam inspirasi dan eksprasi yang
memberikan ventilasi adekuat membaik
Ditandai: Dypnea menurun, pernapasan cuping hidung menurun.
Rencana Intervensi:
1. Manajemen Jalan Napas
a. Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas tembahan
b. Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan cliin-lift
- Posisikan semi fowler atau foeler
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Pemantauan Respirasi
a. Observasi
- Identifikasi faktor pencetus dan berada nyeri
- Monitor kualitas nyeri (mis.terasa tajam, tumpul, diremas-
remas, ditimpa beban berat)
- Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
b. Terapiutik
- Atur intervensi waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Dukungan Emosional
a. Observasi
- Identifikasi fungsin marah, frustrasi, dan amuk bagi pasien
- Identifikasi hal yang telah memicu emosi
b. Terapeutik
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
- buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis.
Merangkul, menepuk-nepuk)
c. Edukasi
- Jelaskan konsekuensinya tidak menghadapi rasa bersalah dan
malu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang di alami (mis.
Ansietas, marah, sedih)
- Anjuran mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya
dan pola responnya yang biasa dianjurkan
d. Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
3. Gangguan pertukaran gas b/d Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
Tujuan: Setelah tindakan 1x24 jam maka oksigenasi atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus kapiler dalam batas normal
meningkat.
Ditandai: Dypnea menurun, bunyi napas tambahan menurun, napas cuping
menurun.
Rencana Intervensi:
1. Pemantauan Respirasi
a. Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya seumbatan jalan nafas
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor hasil x-ray thorak
b. Terapeutik
- Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasi hasil pemantauan, jika perlu
2. Terapi Oksigen
a. Obsevasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitoe posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodikndan pastikanfraksi yang
diberikan cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.oksimetri, analisa gas
darah), jika perlu
b. Terapiutik
- Bersihan sekret pada mulut, hidung dnan trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
c. Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
dirumah
d. Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
3. Dukungan Ventilasi
a. Observasi
- Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
- Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
-Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis. Frekuensi dan
kedalaman napas, penggunan otot bantu napas, bunyi napas
tambahan, saturasi oksigen)
b. Terapiutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan posisi semi fowler atau fowler
- Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
-Berikan okssigenasi sesuai kebutuhan (mis. Nasal kanul, masker
wajah, masker rebreathing atau non rebreathing)
c. Edukasi
- Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
- Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
- Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai