Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA

BRONKIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI DI RS CINTA KASIH CIPUTAT

Dosen Pembimbing : Ns Dyah Juliastuti, M. Kep., Sp. Mat. Ph. D

Oleh:

DESYANA
20227060

STIKES ICHSAN MEDICAL CENTRE BINTARO


STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022

1
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Asma Bronkial

1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi

Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan
karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi (Tarwoto, 2004).
Kebutuhan oksigenasi adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsunagan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2012).

2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi

Menurut Somantri (2009), sistem tubuh yang berperan


dala kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian atas,
bagia bawah, dan paru.

a. Saluran pernafasan bagian atas

Saluran pernafasn bagian atas berfungsi menyaring,


mrnghangatkan dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran
pernafasn terdir dari atas :

1) Hidung. Hidung terdiri dari neser anterior (saluran lubang dalam


lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan yang
di tutpi bulu yang kasar dan bermuara kerongga hidung dan
rongga hidung yang di lapisi oleh selaput lendir yang
mangandung pembulu darah. Proses oksigenasi di awali
dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu
yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian
dihangatkan serta dilembabkan.

2
2) Faring. Faring merupakan pipa yang memeliki
otot,memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus yang
terletak dibelakang nasofaring (di belakang hidung), di belakang
mulut (orofaring), dan dibelakang laring (laringofaring).

3) Laring (tenggorokan). Laring merupakan slauran perfasan


setelah faring yang terdiri atas bagian dri tulang rawan yang di
ikat bersama ligament dan membran, terdiri atas dua lamina yang
tersambung di garis tengah.

4) Epiglottis. Epiglottis merupakan katub tulang rawan yang


bertugas membantu menutup laring pada saat proses menelan.

b. Saluran nafas bagian bawah

Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan


udara yang memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas :

1) Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tengorok, memiliki


panjang kurang lebih Sembilan sentimeter yang di mulia dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima.
Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak
lengkap berupa cincin,dilapisi selaput lender yang terdiri atas
epithelium bersila yang dapat mengeluarkan debu atau benda
asing.

2) Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau


kelanjuatan dari trakea yang terdi atas dua percabangan kanan
dan kiri. Bagian kanan lebih lebih pendek dan lebar dari pada
bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah,
sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari bolus atas dan bawah.

3) Bronkiolus Merupakan saluran percabangan serta bronkus.

Paru merupakan organ utama dalam system pernafasna. Paru


terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang

3
diselaputi oleh pleura viselaris, serta dilindungi oleh cairan
pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru terdiri atas dua bagian
paru kiri dan paru kanan. Pada bagian tengah organ ini terdapat
organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk
kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.

3. Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga


tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas

a. Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer


ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ventilasi di
pengaruhi beberapa hai, yaitu adanya perbedaan tekanan
atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan
udara semakin rendah demikian sebaliknya semakin rendah tempat
tekanan udara semakin tinggi. Proses ventilasi selanjutnya adalah
complience dan recoil. Compliance merupakan kemampuan paru
untuk mengembang. Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu adanya sulfaktan yang terdapat lapisan alveoli yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara
yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak.

b. Difusi gas

Difusi gas merupakan pertukaran antra oksigen di alveoli


dengan kapiler paru dan CO² dikapiler dengan alveoli.
Prosespertukaran ini di pengaruhi beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal yinterstial ( keduanya dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan), perbedaan
tekanan dan konsentrasi.

c. Transportasi gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler


kejaringna tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler, pada

4
proses transportasi, O2 akan berkaitan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan
CO2 akan berkaitan dengan Hb karbomino hemoglobin (30%), larut
dalam plasma (5%),dan sebagaian menjadi HCO³ yang berada
dalam darah (65%).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

a. Saraf otonomik

Rangsangan simpatis dan para simpatis dari saraf otonomik


dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan
kontriksi, sebagai hal ini dapat terlihat simpatis maupun
parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis dapat
mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkhokontriksi) karena pada saluran pernafasan terdapat reseptor
adrenergic dan reseptor kolinergik.

b. Hormon dan Obat

Semua hormone termaksuk derivate catecholamine dapat


melebarkan saluran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis,
seperti sulfat atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan
saluran napas, sedangkan obat yang menghambat adrenergik tipe
bête (khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyakit beta
nonselektif, dapat mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi).

c. Alergi pada saluran napas

Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu


yang terdapat dalam hawa perpasan, bulu binatang, serbuk benang
sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain. Fakor-faktor ini
menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal, batuk
bila bila saluran pernafasan bagian atas, pada asma bronkiale dan
rhinitis bila terdapat disaluran bagian atas.

d. Perkembangan

5
Tahap perkebangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi. Karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring
usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia premature,
yaitu adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan.
Setelah anak tumbu dewasa, kemampuan kematangan organ juga
berkembang seiring bertambahnya usia.

e. Lingkungan perilaku

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi,


seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut
mempengaruhi kemampuan adaptasi.

f. Perilaku

Faktor perilaku dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi


adalah perilaku dalam mengonsusmsi makanan (status nutrisi).
Sebagai contoh, obositas dapat memepengahuri proses
perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi proses
perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi pasaproses
peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan
proses penyempitan pada pembulu darah, dan lain-lain.

5. Masalah kebutuhan oksigenasi

a. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondis tercukupnya pemenuhan kebutuhan


oksiganasi dalam tubuh akibat defisien di oksigen atau peningkatan
oksigen dalam sel, ditandai dengan adanya warna kebiruapada kulit
(sianosis). Secra umum terjadi hipoksia disebabkan oleh
menuruunannya kadar Hb, mnurunnya difusi O2 dari alveoli
kedalam darah,menurunya perfusi jaringan. Perfusi jaringan.atau
gangguan pentilasi yang dapat menurunkan konstrasi oksigen
(Hidayat, 2012).

6
b. Perubahan pola napas

1) Tachypnea, meruapakan pernapasan yang memiliki


frekuensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena
paru dalam keadaan ateleketaksis atau terjadinya emboli.

2) Bradypnea, merupakan pola pernapasn yang lambat dan


kurang dari 10 kali per menit. Pola ini dapat ditememukan dalam
keadan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik
atau seatif..

3) Hiverpentilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi


peningkatan jumlah okssigen dalam paru agar pernapasan lebih
cepat dan dalam.proses ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada
menurunya konsentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan dimikian
dapat disebabkan oleh adanya infeksi, keseimbangan asam
basa, atau gangguan psikologis. Hiperventilasi dapat
menyebabka hipokapnea, yaitu berkuranya CO2 tubuh di bawa
batas normal, sehingga rangsanganya terhadap pusat pernapasan
menurun. merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang
dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.

4) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh ntuk mengeluarkan


karbondioksidadengan cukup yang dilakukan pada saatt ventilasi
alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai
dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesehatan,
diseorentasi atau ketidak seimbangan elektrolit yang terjadi
akibat eteektasis, lumpunya otot-otot pernapasan, depresi pusat
pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan
jaringan paru dan thoraks, serta penurunan complianceparu dan
toraks.keaadan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea,
yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga PCO2 meningkat
(akibat hipoventilasi) dan mengabitkan depresi susunan saraf
pusat.

7
5) Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapasan.
Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam
darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.

6) Orothpnea, merupkan kesultan bernapas kecuali dalam


posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada
seseorang yang mengalami kongestip paru.

7) Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya


mula-mula naik,turun, berhenti, kemudian mulai dari siklu baru.

8) Pernapasan pardoksial, merupakan pernapasan yang ditandai


dengan pergerakan dinding paru yang berawal arah dari keadaan
normal, sering di temukan pada keadaan atelktaksis.

9) Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip


dengan cheyne stoke, tetapi amplitudnya tidak teratur. Pola ini
sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan
intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.

10) Striod, merupakan pernapasan bising yang terjadi


karena penyempitan pada saluran pernapasan

c. Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan


kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidak mampuan
batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi, dan batuk tidak
efektif karena penyakit pernapasan seperti cerebo vascular accident
(cva), efek pengobatan sedatif, dan lain-lain

Tanda klinis yang dapat terjadi pada obstuksi jalan napas


adalah batuk batuk tidak efektif, idak mampu mengeluarkan sekresi
di jalan napas, suara napas menunjukan adanya sumbatan, jumlah
irama dan kedalaman pernapasan tidak normal.

8
d. Pertukaran Gas

Pertukaran gas merupakan penurunan gas. Baik oksigen


maupun karbondioksida antara alveoli paru dan sistem vascular,
dapat disebabkan oleh sekresi yang kental imobilisasi akibat
penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, ataupun
penyakit radang paru.

Terjadinya gangguang pertukaran gas ini menunjukan kapasitas


difusi menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas
permukan difusi, penebalan membran alveolar kapiler, terganggunya
pengangkutan O2 dari paru kejaringan akibat rasio ventilasi perfusi
tidak baik, anemia, keracunan CO2 dan terganggunyan aliran darah.

Tanda klinis yang dapat terjadi pada gangguan pertukaran gas

adalah dyspnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase
ekspirasi, yang panjang, agitasi, lelah latergi, Meningkatnya tahanan
vascular paru, menurunnya strusasi oksigen, meningkatnya PCO2,
sianosis.

B. Intervensi Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi

Salah satu intervensi untuk mempertahankan jalan nafas adalah :


(Hidayat, 2012).

1. Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah,


bunyi atau status kebersihannya.

2. Lakukan tindakan bersihan jalan napas dengan fibrasi, clapping


atau

fostural drainas ( jika perlu lakukan suction)

3. Ajak teknik batuk efektif

9
4. Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasangan
jalan napas buatan, seperti oropharyngeal/ nasopharyngeal airway,
intubasi endotrakea, atau trakheostomi sesuai dengan indikasi.

5. Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat bronkodilator.

Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien


yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan
tujuan untuk membersikan laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret
atau benda asing dijalan napas (Hidayat, 2012).

Tujuan batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi


paru,mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi
pneumonia.

Menurut Hidayat (2012) prosedur batuk efektif antara lain :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur


membungkuk kedepan.

4. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam


dengan menggunakan pernapasan diafragma.

5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik.

6. Batukan dua kali dengan mulut terbuka.

7. Tarik napas dengan ringan.

8. Istirahat.

9. Catat respon yang terjadi.

10. Cuci tangan.

Menurut Somantri (2009), prosedur batuk efektif antara lain :

1. Tahap PraInteraksi

10
a. Mengecek program terapi

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan alat

2. Tahap Orientasi

a. Memberikan salam dan sapa nama pasien

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

3. Tahap Kerja

a. Menjaga privacy pasien

b. Mempersiapkan pasien

c. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu


tangan di abdomen

d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam


melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)

h. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen


(cegah lengkung pada punggung)

i. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan

j. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan


(lewat mulut, bibir seperti meniup)

k. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi


dari otot

l. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila


duduk atau di dekat mulut bila tidur miring)

m. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-


3 : inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat

11
n. Menampung lender dalam sputum pot

o. Merapikan pasien

4. Tahap Terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan

b. Berpamitan dengan klien

c. Mencuci tangan

d. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

12
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI PADA Ny.H DENGAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RS CINTA KASIH CIPUTAT

A. Pengkajian

1. Biodata Pasien

1. Nama : Nn. H

2. Usia : 50 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Alamat : Jl. Musyawarah Sawah Lama Ciputat

5. Suku/ bangsa : Jawa

6. Agama/ keyakinan : Islam

7. Status perkawinan : Sudah Kawin

8. Pekerjaan/ sumber pendapatan : IRT

9. Diagnostik medik : Asma Bronkial

10. No. Medikal record : 140337

11. Tanggal masuk : 8/11/2022

12. Tanggal pengkajian : 8/11/2022

2. Penanggung Jawab

1. Nama : Ny. D

2. Usia : 33 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

13
4. Pekerjaaan / sumber pengahsilan : Karyawan Swasta

5. Hubungan dengan klien : Anak kandung

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ny. H diantar oleh keluarganya ke IGD RS Cinta Kasih Ciputat


pada tanggal 8 November 2022 pada jam 13.46 WIB dengan keluhan
nafas sesak dan batuk sejak minggu lalu dan semakin memberat pada
hari ini.. Setelah diperoleh data Ny. H di diagnosa medis Asma
Bronkial.

Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 November 2022 pukul


16.00 didapatkan hasil :

a. Data subyektif :

Ny. H mengatakan sesak napas dan batuk berdahak. Waktu timbulnya


serangan sesak sering terjadi tiba-tiba dan terjadi di malam hari, klien
juga mengatakan pada saat tidur malam posisi yang di gunakan yaitu
posisi stengah duduk, serangan asma terjadi jika ia merasa
kedinginan, atau terkena paparan debu, dan ketika serangan terjadi
gejala lain yang di timbulkan yaitu pilek dan batuk berdahak. NY.
H juga mengatakan ketika batuk sulit untuk mengeluarkan dahak,
apabila asmanya kambuh usaha yang dilakukan yaitu meminum obat
yang sudah di beli di apotik sebelumnya berupa salbutamol. Ny. H
sudah beberapa kali masuk RS dengan penyakit yang sama dan
keluarganya memiliki riwayat penyakit Asma. Ny. H juga
mengatakan sudah seminggu ini menjadi sulit tidur jika merasa sesak
napas.

b. Data obyektif : terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi) dan


wheezing. Ny. H Nampak lemah, sesak, batuk dan berdahak dengan
konsistensi kental dan berwarna kuning. Tekanan darah: 110/70
mmHg, Respirasi: 28x/ menit, irama napas cepat, Nadi: 100x /menit,
0
Suhu: 36,8 C.

14
4 Data Penggobatan

No Nama Dosis Waktu Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping


Obat Pember
ian
1 Ambroxo 30 mg per 8 mukolitik pasien dengan  Gangguan
l jam ulkus peptikum pencernaan
ringan
 Mual dan
muntah
 Sakit ulu hati
 dispepsia
2 N 300 mg per 8 mukolitik Hipersensitif  Reaksi
Asetilcys jam terhadap N - hipersensitivitas
tein Asetilcystein  Gangguan
saluran cerna
 Batuk berdarah
(haemoptysis)
3 Pulmicor 0.25 mg per 8 asma, terapi Hipersensitif  Suara serak
t 1 jam pemeliharaa terhadap  Osteoporosis
respules n dan pereda budesonide  Galukoma
 Anisietas
 Depresi
 Gangguan tidur
4 Combive 1 per 8 mencegah  kardiomiopat  Sakit kepala
nt respules jam bbronkospas i obstruktif  Pusing
me pada hipertrofik  Mulut dan
Asma dan  Hipersensitif tenggorokan
PPOK terhadap kering
kandungan  Mual muntah
combivent  Diare
 sembelit

15
16
2. Analisa Data

symtom Etiologi Problem

Data subjektif :

 Ny. H mengatakan Allergen (cuaca dingin) Ketidak efektifan


sesak napas dan kebersihan jalan napas
batuk berdahak. Berhubungan dengan
Antigen yang terikat hipersekresi jalan napas
 Ny. H mengatakan
IGE pada permukan sel
waktu timbulnya
mast atau basophil
serangan sesak
sering terjadi tiba-
tiba dan terjadi di
malam hari.
 Ny. H mengatakan Pemiabilitas kapiler
serangan asma terjadi meningkat

jika ia merasa
kedinginan, atau
Edema mukosa, sekresi
terkena paparan
produktif, kontriksi otot
debu.
polos meningkat
 N. H mengatakan
ketika serangan
timbulkan terjadi Spasme otot polos
gejala pilek dan sekresi kelenjar bonkus
batuk. meningkat
 Ny. H juga
mengatakan ketika
batuk sulit untuk Penyempitan/obstruksi
mengeluarkan dahak, proksimal dari bronkus

17
Data Objektif : pada tahap eksprasi
dan inspirasi
 Nampak sesak.
 terdapat bunyi suara
napas ronchi
 Nampak batuk
berdahak dengan
Hipersekresi
konsistensi kental
dan berwarna
kuning.
 Respirasi: 28x/
Ketidak efektifan
menit.
bersihan jalan
napas

Data Subjektif : Dispneu Gangguan pola tidur


 Ny. H menatakan berhubungan dengan
sulit tidur sudah 1 Hiperventilasi dispneu
minggu ini bila
Gangguan
terjadi sesak
Pola Tidur
napas

Data Objektif :
 Pasien tampak
lemah
 Respirasi: 28x/
menit.
 Nadi: 100x /menit

18
19
3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


Ketidak efektifan kebersihan jalan napas Bersihan jalan nafas ( L.01001) Latihan batuk efektif ( I.01006)
Berhubungan dengan hipersekresi jalan Setalah dilakukan tindakan Observasi :
napas. Ditandai dengan : keperawatan selama 1X24 jam Identifikasi kemampuan batuk
Data subjektif : diharapkan bersihan jalan napas Monitor adanya retensi sputum
 Ny. H mengatakan sesak napas dan batuk kembali efektif ditandai dengan : Monitor input dan output cairan

berdahak. Monitor pola nafas


 Batuk efektif meningkat
 Ny. H mengatakan waktu timbulnya
 Wheezing dan Ronchi menurun Terapeutik :
serangan sesak sering terjadi tiba-tiba dan
 Dispnea menurun  Atur posisi semi fowler atau fowler
terjadi di malam hari.
 Frekuensi nafas membaik  Berikan air putih hangat
 Ny. H mengatakan serangan asma terjadi
 Pola nafas membaik  Lakukan fisioterapi dada
jika ia merasa kedinginan, atau terkena
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
paparan debu.
pasien
 N. H mengatakan ketika serangan timbulkan
 Buang secret pada tempat sputum
terjadi gejala pilek dan batuk.
 Ny. H juga mengatakan ketika batuk sulit
untuk mengeluarkan dahak

20
Data Objektif : Edukasi :
 Nampak sesak.  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
 terdapat bunyi suara napas ronchi dan
Anjurkan tarik napas dalam melalui
Wheezing
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
 Nampak batuk berdahak dengan
detik, kemudian keluarkan
konsistensi kental dan berwarna kuning.
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung
 Respirasi: 28x/ menit.
setelah tarik napas dalam yang ke 3

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian inhalasi
(Combivent 1 respule + Pulmicort 1
respule)
 Kolaborasi pemberian obat mukolitik /
Ekspektoran (N Asetilcystein 3 x 200
mg & ambroxol 3 x 30 mg)
Pola Tidur (L. 10100)
Setalah dilakukan tindakan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan keperawatan selama 1X24 jam
dispneu. Ditandai dengan : diharapkan pola tidur membaik Dukungan Tidur (I. 05174)

21
Data Subjektif : ditandai dengan : Observasi :
 Ny. H merasa sesak napas sejak 1 minggu  Keluhan sulit tidur menurun  Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Data Objektif :  Keluhan istirahat tidak cukup  Identifikasi faktor pengganggu tidur
 Irama napas cepat menurun
 Tampak lemah  Kemampuan beraktivitas Terapeutik :

meningkat  Modifikasi lingkungan


 Respirasi: 28x/ menit.
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mengatur posisi tidur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat /
tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga

Edukasi :
 Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
 Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologis

4 Implementasi Keperawatan

22
Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa Ketidak efektifan kebersihan jalan 1 Memonitor pola nafas Subjektif :
8 November 2022
napas Berhubungan dengan hipersekresi Hasil : Ny. H mengatakan
Jam : 16.30
jalan napas  Respirasi : 28 kali permenit masih merasa sesak, Ny.
 Dispneu H mengatakan masih
 Terdapa suara weezing dan batuk dan sulit untuk
ronchi mengeluarkan dahak

2 Memberikan Ny. H Objektif :


posisi senyaman mungkin.  Keadaan umum ,
Hasil : lemah, Ny. H Nampak
Ny. H lebih nyaman sesak, nampak batuk
dengan posisi semifowler berdahak. Sputum
kental dan berwarna
3 Memberikan air putih hangat kuning pernapasan
dan jumlah yang diminum cepat serta terdapat
2000ml/hari bunyi suara napas
Hasil : tambahan (ronchi).
Ny. H mampu minum air putih  Respirasi 28 kali
dalam 12 jam lebih dari 1500 ml permenit

23
air putih hangat
Assesment :
4 Mengkolaborasikan pemberian masalah Ny. H belum
obat nebulizer dan obat teratasi
mukolitik sesuai program terapi
Hasil: Planning :

Combivent 1 respule dan Intervnsi di lanjutkan :

pulmicort 1 respule dilakukan  memonitor pola nafas

per 8 jam & mukolitik /  melatih batuk efektif


Ekspektoran (N Asetilcystein  memonitor untuk
3 x 200 mg & ambroxol 3 x posisi nyaman Ny. H
30 mg)  kaloborasi pemberian
obat inhalasi dan
5 Melakukan fisioterapi dada mukolitik
pasca inhalasi  memonitor input dan
Hasil : outpu cairan
Ny. H merasa lebih nyaman dan
kemampuan mengeluarkan
dahak mulai mudah

24
6 Melelatih Ny.H batuk efektif,
Hasil :
Ny. H Nampak sulit untuk
melakukan batuk efektif karena
N. H baru pertama kali
melakukan. Melatih batuk
efektif dilakukan 2 kali dalam
sehari

Selasa Gangguan pola tidur berhubungan 1 Mengidentifikasi faktor Subjektif :


8 November 2022
dengan dispneu penggangu tidur Ny. H mengatakan
jam : 16.30
Hasil : masih belum bisa tidur
Ny. H nampak lemah sebab Objektif :
tidak nayaman dari rasa sesak  Keadaan umum Ny. H
napasnya masih tampak sesak
2 Memodifikasi lingkungan dan mata sayu

Hasil :
membuat cahaya lampu redup Assesment :
3 Mengatur posisi yang masalah Ny. H belum

25
nyaman teratasi
Hasil : posisi semifowler Planning :
membuat N. H merasa Intervensi dilanjutkan :
nyaman  Menidentifikasi
4 Mengajarkan relaksasi otot pengganngu tidur
nonfarmakologis  Membuat cahaya
Hasil : kamar redup
Ny. H masih kesulitan untuk  Membuat posisi
melakukan relaksasi otot yang nyaman
 Melatih relaksasi
otot

26
Rabu Ketidak efektifan kebersihan jalan 1 Memonitor pola nafas Subjektif :
9 November 2022
napas Berhubungan dengan hipersekresi Hasil : Ny. H mengatakan
Jam : 17.00 wib
sekret  Respirasi : 23 kali permenit masih merasa sedikit
 Dyspnea cukup menurun sesak, masih sedikit
 Bunyi napas tambahan ronchi batuk dan mulai mampu
dan wheezing cukup untuk mengeluarkan
menurun dahak

2 Memberikan Ny. H Objektif :


posisi senyaman mungkin.  Keadaan umum Ny. H
Hasil : Nampak sedikit sesak
Ny. H lebih nyaman  Suaran tambahan
dengan posisi semifowler weezing tidak
terdengar
3 Memberikan air putih hangat  Suara tambahan ronchi
dan jumlah yang diminum mulai cukup tidak
2000ml/hari terdengar
Hasil :  Respirasi 23 kali
Ny. H mampu minum air putih permenit
27
dalam 12 jam lebih dari 1500 ml Assesment :
air putih hangat masalah Ny. H teratasi
sebagian
4 Mengkolaborasikan pemberian
obat nebulizer dan obat Planning :
mukolitik sesuai program terapi Intervnsi di lanjutkan :
Hasil:  memonitor tanda-tanda
Combivent 1 respule dan vital
pulmicort 1 respule dilakukan  memonitor batuk
per 8 jam & mukolitik / efektif
Ekspektoran (N Asetilcystein  memberikan posisi
3 x 200 mg & ambroxol 3 x yang nyaman
30 mg)  kaloborasi pemberian
obat inhalasi dan
5 Melakukan fisioterapi dada
mukolitik
pasca inhalasi
Hasil :
Ny. H merasa lebih nyaman dan
kemampuan mengeluarkan
dahak mudah

28
6 Melelatih Ny.H batuk efektif,
Hasil :
Ny. H Nampak mulai mampu
untuk melakukan batuk efektif
secara mandiri dengan baik
Rabu Gangguan pola tidur berhubungan 1 Mengidentifikasi faktor Subjektif :
9 November 2022
dengan dispneu penggangu tidur Ny. H mengatakan mulai
Jam : 17.00 WIB
Hasil : bisa tidur sesuai jam
Ny. H menyatakan mulai istirahat
bisa tidur sebab rasa sesaknya Objektif :
mulai berkurang Keadaan umum Ny. H
2 Memodifikasi lingkungan sedikit tampak sesak
Hasil : Assesment :
membuat cahaya lampu redup masalah Ny. H teratasi
3 Mengatur posisi yang sebagian
nyaman Planning :
Hasil : posisi semifowler Intervensi dilanjutkan :
membuat Ny. H merasa  Membuat cahaya
nyaman kamar redup
 Membuat posisi
29
4 Mengajarkan relaksasi otot yang nyaman
nonfarmakologis  Memonitor relaksasi
Hasil : otot
Ny. H mulai mampu untuk
melakukan relaksasi otot
secara mandiri
Kamis Ketidak efektifan kebersihan jalan 1 Memonitor pola nafas Subjektif :
10 November 2022
napas Berhubungan dengan hipersekresi Hasil : Ny. H mengatakan Sudah
Jam ; 16.00 WIB
jalan napas  Respirasi : 18 kali permenit tidak sesak
 Dispneu menurun
 suara weezing dan ronchi Objektif :

menurun  Keadaan umum Ny. H


sudah tidak sesak,
2 Memonitor Ny. H dalam posisi  batuk berdahak
nyaman. berkurang
Hasil :  Respirasi 18 kali
Ny. H lebih nyaman permenit
dengan posisi suspensi Assesment :
masalah Ny. H teratasi

30
3 Memonitor input cairan Ny. H
Hasil :
Ny. H mampu minum air putih
dalam 24 jam 2000 ml air putih
hangat

4 Mengkolaborasikan pemberian
obat nebulizer dan obat
mukolitik sesuai program terapi
Hasil:
Combivent 1 respule dan
pulmicort 1 respule dilakukan
per 8 jam & mukolitik /
Ekspektoran (N Asetilcystein
3 x 200 mg & ambroxol 3 x
30 mg)

5 Memonitor Ny.H untuk batuk

31
efektif,
Hasil :
Ny. H dapat melakuakan bbatuk
efektif secara mandiri

Kamis Gangguan pola tidur berhubungan 1 Mengidentifikasi faktor Subjektif :


10 November 2022
dengan dispneu penggangu tidur Ny. H mengatakan
Jam : 16.00 WIB
Hasil : sudah bisa tidur nyenyak
Ny. H menyatakan mulai
bisa tidur sebab sudah tidak Objektif :
merasa sesak Keadaan umum Ny. H
2 Memodifikasi lingkungan sudah tidak sesak
Hasil :
Assesment :
merasa nyaman bila cahaya
masalah Ny. H teratasi
lampu redup
3 Memoitor posisi yang
nyaman
Hasil : Ny. H sudah merasa
nyaman dengan posisi
suspensi

32
4 Memonitor relaksasi otot
nonfarmakologis
Hasil :
Ny. H mulai sudah mampu
untuk melakukan relaksasi
otot secara mandiri

33
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan edisi 4 volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dewan Pengurus PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta :

DPP PPNI

Dewan Pengurus PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta :

DPP PPNI

Dewan Pengurus PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta :

DPPPPNI

34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai