Anda di halaman 1dari 9

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

KEBUTUHAN FISIOLOGIS
Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.

Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi


Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas: seluran pernapasan bagian atas,
saluran pernapasan bagian bawah dan paru.

1. Saluran Pernapasan Bagian Atas


Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglotis. Saluran ini berfungsi
menyaring, menghangatkan, melembabkan udara yang dihirup.
Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus
dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara di rongga hidung. Bagian hidun lain adalah rongga
hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali
masuknya udara melalui hidung, udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh bulu yang ada di
dalam vestibulum (bagian rongga hidung) kemudian dihangat dan dilembabkan.
Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus
yang terletak dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo
faring).
Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang
diikat bersama ligamen dan membran yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat proses menelan.

2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakea, tandan bronkus, segmen bronkii, dan bronkiolus.
Saluran ini berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
Trakea
Trakea atau disebut batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring
sampai kira-kira ketinggian vetebra torakalis kelima. Trakea tersebut tersusun atas16-20 lingkaran tak
lengkap yang berupa cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang
dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan
yakni kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga
lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang daripada bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah. Saluran setelah bronkus adalah bagian percabangan yang disebut
bronkiolus.

Sistem Pernapasan Bagian Atas


Sumber. Pearce, EC, 2000
Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 1
Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Sistem Pernapasan Bagian Atas dan Bawah
Sumber. Pearce, EC, 2000

3. Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak di dalam rongga torak setinggi
tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh leura
yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oeh cairan paru pleura yang berisi cairan
surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri dua bagian (paru kanan dan kiri) dan pada bagian tengah
dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan
bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, dan memiliki fungsi
sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Bagian Paru dalam Toraks


Sumber: Pcarce, EC, 2000

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 2


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Proses Oksigenasi

Proses pemcnuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi,
dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini mcrupakan proses kcluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka tekanan
udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara
semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks clan paru pada alveoli dalam mclaksanakan ekspansi atau kembang
kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas bcrbagai otot polos yang
kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistcm saraf otonom. Tcrjadinya rangsangan simpatis dapat
menycbabkan rclaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah.
e. Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat
mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan recoil. complience yaitu
kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan
pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk mcnurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara
yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi mcnyempitnya paru. Apabila complience baik
akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO 2
mcmiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat
dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO 2 kurang dari sama dengan 80 mmllg maka
dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO 2 di kapiler
dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi olch bcbcrapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi 02, hal ini dapat terjadi scbagaimana
Oz dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O 2 dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan 0 2 dalam darah vena pulmonalis,
(masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCO 2 dalam arteri pulmonalis
juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb
membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3
berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi kemampuan untuk
dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjacli
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitcr (untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin
yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karma pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergik
dan reseptor kolinergik.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 3


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Gambar
Pengaruh Saraf Otonomik terhadap Oksigenasi

2. Hormonal dan Obat


Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat melebarkan salurar. pernapasan. Obat yang
tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan
obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas
(bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.

3. Alergi pada Saluran Napas


Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa
pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-Tain. Ini menyebabkan
bersin, apabila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian alas, dan
bronkokontriksi tcrjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napas bagian bawah menyebabkan
rhinitis.

4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ
dalam tubuh wiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur,
yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh
mcnjadi dewasa kemampuan kematangan organ wiring dengan bertambahnya usia.

5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian, maupun
suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang
obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat
memengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses
penycmpitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 4


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi

1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defisiensi oksigen atau peningkatan pengunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit
kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadarHb.
Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi
yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per menit. Proses ini
tcrjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10 kali
permcnit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai
dengan konsumsi obat-obatan narkotika atau scdatif.
c. Hiperventilasi merurupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam,
paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut
nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO 2 dan lain-lain. Kcadaan
demikian dapat disebabkan karena adanya infeksi, ketidaksecimbangan asam-basa atau gangguan
psikologis. Apabila pasien mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu
berkurangnya CO 2 tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan
menurun.
d. Kusmaul mcrupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam
keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang
dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen dengan
ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau kctidakseimbangan elektrolit
yang dapat terjadi akibat atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan,
tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks menurun, compliance
paru, dan toraks menurun. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO 2
dalam tubuh schingga paCO 2 meningkat (akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi
susunan saraf pusat.
f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Orthopnea mcrupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini
sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian
menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak berlawanan arch
dari keadaan normal. Sering ditcmukan pada keadaan atelektaksis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan tetapi
amplitudonya tidak teratur. Poles ini Sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan
intrakranial yang mcningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan.
Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau obstruksi laring.
3. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi
pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh
sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak
efektif karena penyakit persarafan seperti CVA (cerebro vaskular accident), akibat efek pengobatan sedatif,
dan lain-lain.
Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

4. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi individu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun
karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru.
Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi yang antara lain
disebabkan olch menurunnya lugs permukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio
vcntilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pcngangkutan O z dari paru ke jaringan terganggu,
anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO 2) dan terganggunya aliran darah.
Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 5
Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Tanda Klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
c. Agitasi
d. Lelah, latergi.
e. Meningkatknya tahanan vaskulaar paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2.
g. Sianosis.

Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi


1. Latihan Napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli memelihara petukaran gas,
mencegah atelektaksis, mcningkatkan efisiensi batuk, dan dapat digunakan untuk mengurangi stres.
Posedur Kcrja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi (duduk atau tidur telentang).
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas dahulu melalui hidung dengan mulut
tertutup.
5. Kemudian anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik dan disusul dengan menghembuskan
napas melalui bibir dengan bentuk mulut mencucu atau seperti orang meniup.
6. Catat respons yang terjadi.
7. Cuci tangan.

2. Latihan Batuk Efektif


Latihan bentuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif dengan tujuan untuk mcmbersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret atau
benda asing di jalan napas.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk ke depan.
4. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan
diafragma.
5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik.
6. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka.
7. Tarik napas dengan ringan.
8. Istirahat.
9. Catat respons yang terjadi.
10. Cuci tangan.

3. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen ke dalam paru
melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien
dapat melalui tiger cara yaitu melalui kanula, nasal dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan
oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.

Alat dan Bahan:


1. Tabung oksigen lengkap dengan flown ieterdan humidifier.
2. Nasal kateter, kanula, atau masker.
3. Vaselin/lubrikan atau pelumas (jelly).

Prosedur Kcrja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Cek flowmeter dan humidifier.
4. Hidupkan tabung oksigen.
5. Atur posisi pasien semifowler atau sesuai dengan kondisi pasicn.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga,
setelah itu beri lubrikan dan masukkan.
8. Catat pembcrian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan.
Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 6
Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Cara Pemberian Oksigen Melalui Kanula
Sumber. Kathleen Hoerth Belland dan Mary Ann Wells, 1986

Cara Pemberian Oksigen Melalui Masker


Sumber. Kathleen Hoerth Belland dan Mary Ann Wells, 1986

4. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan, postural drainage, clapping dan
vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan dengan tujuan meningkatkan efisiensi poles
pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Alat dan Bahan:
1. Pot sputum berisi desinfektan.
2. Kertas tisu.
3. 2 balok tempat tdur (untuk postural drainage).
4. 1 bantal (untuk postural drainage).

Prosedur Kerja:
Postural Drainage
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Miringkan ke kiri (untuk membersihkan bagian paru kanan).
4. Miringkan ke kanan (untuk membersihkan bagian paru kiri).
5. Miringkan ke kiri dan tubuh bagian belakang kanan disokong dengan satu bantal (untuk
membersihkan bagian lobus tengah).
6. Lakukan postural drainage kurang lebih 10-15 mehit.
7. Observasi tanda vital sclama prosedur.
8. Setelah pelaksanaan postural drainage dilakukan clapping, vibrating, dan
9. Lakukan hingga lendir bersih.
10. Catat respons yang terjadi.
11. Cuci tangan.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 7


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Clapping
1. Cuci tangan.
2. Jclaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung
pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
mcnampung pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lendir bcrsih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan.
Vibrating
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4. Lakukan vibrating dengan cara anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan minta pasien untuk
mengeluarkan napas perlahan-lahan. Kedua tangan perawat diletakkan di atas bagian samping
dcpan dari cekungan iga kemudian getarkan secara berlahan-lahan dan lakukan berkali-kali hingga
pasien ingin membatukkan.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lendir bersih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan.

5. Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan kcperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak
mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri dengan melakukan penghisapan (suction) untuk
membersihkan jalan napas dan memcnuhi kebutuhan oksigenasi.

Alat dan Bahan:


1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan
2. Kateter penghisap lendir.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril
5. Dua buah kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9% dan berisi larutan, desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien dengan posisi telentang dengan kepala miring ke arah perawat.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Hubungkan kateter penghisap dengan selang penghisap.
6. Hidupkan mesin penghisap.
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam kom berisi aquades
atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
9. Tarik dengan memutar kateter penghisap sekitar dari 3-5 detik.
10. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
11. Lakukan hingga lendir bersih.
12. Catat respons yang terjadi.
13. Cuci tangan (Hidayat, AAA dan Uliyah, M, 2005).

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 8


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Cara Membilas Kateter Suction
Sumber: Wong, DL, 1999

Cara Pcnghisapan Lendir


Sumber. Wong, DL,1999

OLEH : 1. ENIS SETIAWATI


2. TRIS INDRAYANTI

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 9


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai