Anda di halaman 1dari 18

Konsep Dasar Teori

2.1.1  Defenisi Dari Kebutuhan Oksigen


Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sisitem (kimia atau fiiska).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah CO2, energi dan air. Akan tetapi
penambahkan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
Oksigenisasi adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada pasien untuk mengatasi
masalah pernapasan. Misalnya pada penderita Asma, Bronkopneumonia, pasien tidak sadar,
pasien penyakit jantung, dll.
   Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
dan kehidupan sel. ( Kebutuhan Dasar Manusia; 2 ).

2.1.2 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi (Anatomi & Fisiologi)
  Sistem Anatomi Yang Berperan Dalam  Kebutuhan Oksigenasi
Fungsi utama pernapasan adalah memperoleh O² agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan CO² yang dihasilkan oleh sel Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawa, dan paru.
      Saluran Pernapasan Bagian atas:
1.      Nasal
Nasal terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar
sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung
yang dilapisi oleh selaput lender yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi
diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidunh oleh bulu yang ada dalam
vestibulum (bagian rongga hidung). Kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
2.      Faring
Faring merupakan tempat persipangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
3.      Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang
rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung
di garis tengah.
4.      Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat
proses menelan.
      Saluran Napas Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
Saluran ini terdiri atas :

1.      Trakea
Trakea atau disebut dengan sebagai batang tenggorokan, memiliki panjang kurang lebih 9 cm
yang dimulai dari laring sampai kira – kira ketinggian vertebrata torakalis kelima.
2.      Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua
percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek atau lebar dari padabagian kiri yang
memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari
bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
3.      Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
4.      Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam rongga torak
setinggi tulang selangka sampai diagfragma.
  Sistem Fisiologi Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi
         O2  di udara dan sisa pembakaran CO2
         Inhalasi oleh hidung ke seluruh tubuh
         Udara melewati trachea
         Alveoli jantung
          Pertukaran gas ikatan
         Pembuluh kapiler O2 dan pelepasan CO2

2.1.3 Proses Oksigenasi


Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu Ventilasi, Difusi
Gas, dan Transportasi Gas
1.    Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
2.    Difusi Gas
Difusi Gas merupakan proses pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan
CO2  di kapiler dengan alveoli.
3.    Transportasi Gas
Transportasi Gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.

2.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi kebutuhan Oksigenasi


      Saraf Otonomik
Rasangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat mempengaruhi kemampuan
untuk dilantasi atau konstruksi, hal ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika
terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis dapat
mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis
mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokontriksi) karena pada saluran
pernapasan terdapat reseptor adrenergic dan reseptor kolinergik.
      Hormon dan Obat
Semua hormone dapat melebarkan pelebaran saluran pernafasan.Obat yang tergolong
parasimpatis dapat melebarkan saluran nafas sedangkan obat yang tergolong beta non selektif
dapat mempersempit nafas.
      Alergi Pada Saluran Napas
Banyak factor yang dapat menimbulkan alergi. Faktor – faktor ini menyebabkan bersin, bila
terdapat rangsangan di daerah nasal. Batuk, bila di saluran  pernafasan di bagian atas.
Boronkokontriksi pada asama bronkhiale dan rhinitis bila terdapat di saluran pernafasan
bagian bawah.
      Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan aksigenasi, karena usia
organ dalam tubuh berkembang seiring dengan perkembangan usia.
      Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi seperti factor alergi,
ketinggian tanah dan suhu.
      Perilaku
Faktor perilaku dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adlah dalamcara kita
mengonsumsi makanan ( status nutrisi ), aktivitas dan merokok
2.1.5 Jenis Pernapasan Dan Pengukuran Fungsi Paru
1.    Pernpasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering
disebut sebagai pernapasan biasa.
2.    Pernpasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan
cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolism tubuh, atu juga dapat dikatakan
bahwa proses pernapasan ini diawalu dengan darah yang telah menjenuhkan Hb-Nya
kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat
lambat.
3.    Pengukuran Fungsi Paru
Kemampuan faal paru dapat dinilai dari volume dan kapasitas paru. Volume paru merupakan
volume udara yang yang mengisi ruangan udara dalam paru, terdiri atas volume pasang surut(
tidal volume – TV ), volume cadangan hisap ( Inspiratory reserve volume – IRV ), volume
cadangan hembus ( expiratory reserve vplume – ERV ), dan volume sisa ( residual volume –
RV ), sedangkan kapasitas paru merupakan jumlah dua atau lebih volume paru yang terdiri
atas kapasitas hisap ( inspirator capacity – IC ), Kapasitas cadangan fungsional ( fungsional
reserve capacity – FRC ), kapasitas vital ( vital capacity – KV ), dan jumlah keseluruhan
volume udara yang ada dalam paru ( total lung capacity – TLC ).
4.    Volome Paru
1.    Volume pasang surut merupakan jumlah udara keluar – masuk paru pada saat terjadi
pernapasan biasa. Padaorang sehat, besarnya volume pasang surut rata – rata adalah 500cc.
2.    Volume cadangan hisap merupakan jumlah udara yag masih bisa dihirup secara maksimal
setelah menghirup uadara pada pernapasan biasa. Pada orang dewasa, besarnya
volumecadangan hisap adalah 3000cc.
3.    Volume cadangan hembus merupakan jumlah udara yang masih bisa di hembuskan secara
maksimal setelah menghembuskan udara pada pernapasan biasa. Pada orang dewasa,
besarnya volume cadangan hembus dapat mencapai 1100cc.
4.    Volume sisa merupakan jumlah udara yang masih tertinggal di dalam paru meslipun telah
menghembuskan napas secara maksimal. Pada orang dewasa, besarnya volume sisa rata –
rata adalah 1200cc.
5.    Kapasitas Paru
1.    Kapasitas hisap merupakan jumlah dari volume pasang surut dan volume cadangan hisap.
2.    Kapasitas cadangan fungsional merupakan jumlah dari volume cadangan hembus dengan
volume sisa.
3.    Kapasitas vital merupakan jumlah dari volume cadangan hembus, volume pasang surut, dan
volume cadangan hisap.
4.    Jumlah keseluruhan volume udara yang ada dalam paru terdiri atas volume pasang surut,
volume cadangan hisap, volume cadangan hembus dan volume sisa.

2.1.6 Masalah Kebutuhan Oksigen


a.    Hipoksia
Hipoksia merupakan merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat
sel , ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit ( sianosis ).
b.    Perubahan Pola Pernapasan
1.         Tachypnea
Tachypnea merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24X/menit.
2.         Bradypnea
Bradypnea merupakan pernafasan yang lambat dan kurang dari 10 x / menit.
3.         Hyperventilasi
Hyperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen
dalam paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam.
4.         Kusmaul
Kusmaul merupakan pola pernafasan yang cepat dan dangkal.
5.         Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan upaya tubuh dalam mengeluarkan CO2 dengan cukup yang
dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan O2.
6.         Dispnea
Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat saat bernafas.
7.         Orthopnea
            Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk dan berdiri.
8.         Cheyne Stokes
            Cheyne stokes merupakan siklus amplitudonya mula- mula naik, turun, berhenti,
kemudian mulai dari siklus awal.
9.         Pernafasan Paradoksial
       Pernpasan Paradoksial merupakan pernafasan yang ditandai dengan
        pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan
        normal.
10.     Biot
       Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan
        cheyne stokes.
11.     Stridor
            Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernafasan.
c.    Obstruksi jalan nafas (bersihan jalan nafas)
Obstruksi jalan nafas (bersihan jalan nafas) merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal
akibat ketidak mampuan batuk secara efektif.
d.      Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas baik O2 maupun CO2 antara alveoli paru
dan system vascular.

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi


A.       Pengkajian Keperawatan
1.        Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi : ada atau
tidaknya riwayat gangguan pernafasan seperti epistaksis, obstruksi nasal dan keadaan lain
yang menyebabkan gangguan pernafasan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian
keluhan / gejala adalah keadaan infeksi kronis dari hidung sakit pada daerah sinus, otitis
media, keluhan nyeri pada tengggorokan, kenaikan suhu tubuh (38), sakit kepala, lemas, sakit
perut, muntah- muntah (pada anak- anak), faring berwarna merah dan adanya edema.
2.        Pola Batuk dan Produksi Sputum
Tahap ini dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk batuk kering keras dan kuat
dengan suara mendesing, berat dan berubah- ubah seperti kondisi pasien yang mengalami
penyakit kanker . Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan
dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien
3.        Sakit Dada
Dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit , luas, intensitas, factor yang menyebabkan
rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada / tidaknya hubungan
antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
4.    Pengkajian Fisik
      Inspeksi
a.          Penentuan tipe jalan nafas.
b.          Penghitungan frekuensi pernafasan dalam waktu 1 menit.
c.          Pemeriksaan sifat pernafasan.
d.         Pengkajian irama pernafasan.
e.          Pengkajian terhadap dalam / dangkalnya pernafasan.
      Palpasi
Palpasi berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri, palpasi dilakukan untuk
menentukan besar, konsistensi, suhu, apakah
dapat / tidak digerakan dari dasar.
      Perkusi
Perkusi bertujuan untuk menilai normal / tidaknya suara perkusi paru.
      Auskultasi
Auskultasi bertujuan untuk menilai adanya suara nafas.
5.      Pemeriksaan Laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium, HB, leukosit, dll. Di lakukan secara rutin juga dilakukan
pemeriksaan sputum guna melihat kuman dengan cara mikroskopis.
6.      Pemeriksaan Diagnostik
           Ronsen dada
           Fluoroskopi
           Bronkografi
           Angiografi
           Endoskopi
           Radio Isotop
           Mediastinoskopi

2.2.1 Diagnosis Keperawatn


1.    Bersihan Jalan Nafas Tidak efektif berhubungan dengan :
      Produksi sekresi yang kental / berlebihan akibat penyakit infeksi.
      Imobilisasi, status sekresi, batuk tidak efektif akibat penyakit system saraf.
      Efek sedative dari obat pembedahan, trauma, nyeri, kelelahan, gangguan kognitif.
      Depresi reflek batuk.
      Penurunan O2 dalam udara inspirasi.
      Berkurangnya mekanisme pembersihan silia dan respon peradangan.
2.    Pola Nafas Tidak Efektif, berhubungan dengan :
      Penyakitinfeksi dari paru
      Depresi pusat pernafasan.
      Lemahnya otot pernafasan
      Turunnya ekspresi paru
      Obstruksi trachea
3.    Kerusakan Pertukaran Gas, berhubungan dengan :
      Perubahan suplai O2
      Obstruksi saluran pernafasan
      Adanya penumpukan cairan dalam paru
      Atelektaktis
      Bronkospasme
      Adanya edema paru
      Tindakan pembedahan paru
4.    Gangguan Perfusi Jaringan, berhubungan dengan :
      Adanya perdarahan
      Adanya edema
      Imobilisasi
      Menurunnya aliran darah
      Vasokontriks
      Hipovolumik

2.2.2  Perencanaan Keperawatan


Tujuan:
1.        Mempertahankan jalan napas agar efektif.
2.        Mempertahankan pola pernapasan agar kembali efektif
3.        Memperthankan pertukaran gas
4.        Memperbaiki perfusi jaringan
Recana Tindakan:
1.        Mempertahankan jalan napas agar efektif
           Awasi perubahan status jalan napas dengan monitor jumlah, bunyi, atau status kebersihan.
           Berikan humidifier pelembab
           Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan fibrasi, clapping, atau postural drainase (
jika perlu lakukan suction ).
           Ajarkan teknik batuk yang efektif dan cara menghindari allergen.
           Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasang jalan napas buatan, seperti
oropharyngeal / nasopharyngeal airway, intubasi, endotrakea, atau trankheostomi sesuai
dengan indikasi.
           Kerja sama dengan tim medis dalam memperbaiki obat bronchodilator.
2.        Mempertahankan Pola Pernapasan Kembali Efektif
           Awasi perubahan status pola pernapasan
           Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)
           Berikan Oksigenasi
           Ajarkan  teknik bernapas dan relaksai yang benar.
3.        Mempertahankan Pertukaran Gas
           Awasi perubahan status pernapasan
           Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)
           Berikan oksigenasi
           Lakukan Suction bila memungkinkan
           Berikan nutrisi tinggi protein dan rendah lemak
           Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar
           Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang ventilasi mekanis,
chest tube, dan chest drainase sesuai dengan indikasi.
4.        Memperbaiki Perfusi Jaringan
           Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan ( Capilary refill time )
           Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
           Pertahankan asuhan perdarahan
           Cegah adanya perdarahan
           Hindari terjadinya valsava maneuver mengedan, menahan napas, dan batuk
           Pertahankan perfusi dengan transfuse sesuai dengan indikasi

2.2.3 Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan


1.        Latihan Napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventiasi alveoli atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efesiensi batuk, dan mengurangi stress.
Prosedur Kerja:
1.    Cuci tangan
2.    Jelaskan prosedur yag akan dilakukan
3.    Atur posisi ( duduk atau terlentang )
4.    Anjurkan untuk melalui latihan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan mulut
tertutup.
5.    Anjurkan untuk menahan napas selama 1- 1,5 detik, kemudian disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir dengan batuk mulut mencucu atau seperti meniup.
6.    Catat respons yang terjadi
7.    Cuci tangan
2.      Latihan Bentuk Efektif
Latihan bentuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan
untuk batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus
dari secret atau benda asing di jalan napas
Prosedur Kerja:
1.    Cuci tangan
2.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.    Atur posisi pasien dengan dudul di tepi tempat tidur membungkuk ke depan
4.    Anjurkan untuk napas secara pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan diagfragma.
5.    Setelah itu tahan naps kurang lebih 2 detik
6.    Batukkkan 2 kali dengan mulut terbuka
7.    Tarik napas dengan ringan
8.    Istirahat
9.    Catat respons yang terjadi
10.    Cuci tangan
3.      Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen ke
dalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan
masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia
Alat dan Bahan:
1.    Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2.    Nasal keteter, kanula, atau masker.
Prosedur Kerja :
1.    Cuci tangan
2.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.    cek flowmeter dan humidifie.
4.    Hidupkan tabung oksigen
5.    Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi pasien
6.    Berikan oksigen melalui kanula atau masker
7.    Apabila menggunakan kateter, terlebih dahulu ukur jarak hidung dengan telinga, setelah itu
beri jeli dan masukkan
8.    Catat pemberian dan lakukan observasi
9.    Cuci tangan
Gambar: Cara pemberian oksigen melalui Kanula
Gambar: Cara pemberian oksigen melaui Masker
4.      Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi,
vibrasi dan postural drainage.
Alat dan Bahan:
1.        Pot sputum berisi desinfektan
2.        Kertas tisu
3.        Dua balok tempat tidur ( untuk postural drainase )
4.        Satu bantal ( untuk postural drainase )
Prosedur Kerja:
           Postural Drainase
1.    cuci tangan
2.    pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua area paru,
data klinis dan chest X-ray.
3.    Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4.    Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5.    Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas
area yang di drainage
6.    Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa batuk,
lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
7.    Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8.    Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9.    Anjurkan klien minum sedikit air.
10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasikan
      Clapping
1.    Cuci tangan
2.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.    Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4.    Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat
menepuk pungggung pasien secara bergantian untuk merangsang terjadinya batuk
5.    cuci tangan
      Vibrating
1.        Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di
drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan
ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
2.        Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara
lambat lewat mulut atau pursed lips.
3.        Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua
tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien
melakukan inspirasi.
4.        Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat sputum.
         Penghisapan Lendir
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
1.      Cuci tangan
2.       Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3.      Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4.      Gunakan sarung tangan
5.      Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6.      Hidupkan mesin penghisap
7.      Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi
akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8.      Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9.      Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10.  Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9
11.  Lakukan hingga lendir bersih
12.  Catat respon yang terjadi
13.  Cuci tangan

2.2.4  Evaluasi Keperawatan


Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam:
1.        Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan
untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan frekuensi, irama, dan kedalaman
napas normal, serta tidak di temukan adanya tanda hipoksia.
2.        Mempertahankan pola napas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan
untuk bernapas, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, tidak ditemukan adanya
tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
3.        Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan
untuk bernapas, tidak ditemukan dispenea pada usaha napas, inspirasi dan ekspirasi dalam
batas normal, serta saturasi oksigen dan PCO2 dalam keadaan normal.
4.        Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan pengisian
kapiler, frekuensi, irama kekuatan nadi dalam batas normal, dari status hidrasi normal.
BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.    Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh
berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak.
2.    Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan
akan terjadi kematian.
3.    Oksigenisasi adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada pasien untuk mengatasi
masalah pernapasan
4.    Fungsi utama pernapasan adalah memperoleh O² agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan CO² yang dihasilkan oleh sel.
B.       Saran
1.    Mahasiswa hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar pasien yang berhubungan dengan
oksigenisasi
2.    Agar kirax semua anggota kelompok turut berpastisipasi dalam pembuatan makalh
ini.Jangan Cuma mengandalkan satu orang tau.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul A. ; Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta. Salemba


                        Medika 2006
Carpenito, Lynela Juall ; Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi b.
 Jakarta, EGC ; 2000.
Doenges, Marilyn. Dkk ; Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta. EGC
1999
Case study
Tn A umur 25 tahun bekerja di sebuah pabrik
di kota surabaya, pada 2 minggu terakhir ini
Tn A merasa aktifitas sangat padat sehingga
sering lupa makan & merasa kurang tidur
juga. 3 hari kemarin Tn A mengeluh badan
terasa panas, batuk tidak berlendir & sesak.
Oleh keluarganya Tn A di bawa periksa ke RS
terdekat. Hasil pemeriksaan di dapatkan
data : Suhu 39 derajat cel, Nadi 100x/mnt,
tensi 110/70 mmHg, RR 28x/mnt, terdapat
pernapasan cuping hidung, terdapat retraksi
paru yang berlebihan, akral ektremitas atas &
bawah teraba dingin, wajah kelihatan pucat &
px mengeluh napasnya sesak.
Pertanyaan :
1. Tentukan data S dan O yang menunjang
pd masalah kebutuhan oksigenasi !
2. Buat analisa datanya untuk maslah
kebutuhan oksigenasi !
3. Tegakkan diagnosa dari analisa dt yg sdh
anda buat

Anda mungkin juga menyukai