Anda di halaman 1dari 13

“KOMA HIPERGLIKEMIA HYPEROS MOLAR NON KETOSIS’’

ERLIN WIWIN SAFITRI (0118091)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada
kasus “KOMA HIPERGLIKEMIA HYPEROS MOLAR NON KETOSIS’’
dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR……………………………………………………………….…..2

DAFTAR ISI………………………………………………………….............................3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….…....7

A. Latar Belakang…………………………………………………………….….....7
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….....7
C. Tujuan Masalah………………………………………………………….………8

BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………………….9

A. Pengertian Tentang Koma hiperglikemia hyperos molar non


ketosis………………………
B. Etiologi Koma hiperglikemia hyperos molar non ketosis………………………
C. Patofisiologi Koma hiperglikemia hyperos molar non ketosis………………………
D. Pathwa Koma hiperglikemia hyperos molar non
ketosis………………………………………….
E. Manifestasi Klinis Koma hiperglikemia hyperos molar non
ketosis………………………
F. Komplikasi Koma hiperglikemia hyperos molar non
ketosis…………………………………………
G. Penatalaksanaa Koma hiperglikemia hyperos molar non ketosis………………………
H. Konsep Asuhan Keperawatan Koma hiperglikemia hyperos molar non
ketosis………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………......15
I. Simpulan………………………………………………………………….…….15
J. Saran……………………………………………………………………….…...15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainanmetabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik  pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis denganmikroskop elektron (Mansjoer
dkk,1999)
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik non Ketotik ialah suatu sindrom yang
ditandaidengan hiperglikemia berat, hiperosmolar,
dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran (Mansjoer, angka
kematian', lebih tinggi daripada diabetik ketoasidosis.
Karena pasien  kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain.Mengingat
masih sedikitnya pemahaman mahasiswa mengenai ketoasidosis diabetik
danH i p e r g l i k e m i a   H i p e r o s m o l a r   n o n   K e t o t i k   H i p e r g l i k e m i a m a k a
p e r l u a d a n y  pembahasan mengenai asuhan keperawaatan yang perlu dilakukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dari laporan pendahuluan dan asuhan kepera watan pada
ialah :
a. apa yang dimaksud dengan Hiperosmolar non Ketotik?
b. bagaimana konsep teori dari Hiperosmolar non ketotik?
c. Asuhan keperawatan apa yang dilakukan pada klien dengan gangguan
Hiperosmolar  non ketotik?

1.3 TUJUAN
Tujuan umum
1) Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien hiperglikemia hiperosmolar non
ketotik
Tujuan khusus
1. Diharapkan mahasiswa mengetahui mengetahui hiperglikemia
hiperosmolar nnon ketotik
2. Diharapkan mahasiswa mengetahui etiologi dari hiperglikemia
hiperosmoral non ketotik
3. Diharapkan mahasiswa mengetahui manifestasi klinik dari
hiperglikemia hiperosmoral non ketotik.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Koma hiperosmolar hiperglikemia non ketotik ialah suatu sindrom yang ditadandai dengan
hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketosidosis, disertai penurunan
kesadaran (Mansjoer 2000).
Koma diabeteticum adalah sesuatu keadaan penurunan kesadaran yang terjadi pada eorang
penderita yang tak menunjukkan reaksi atau hanya reaksi refleks terhadap rangsangan nyeri
sebagai komplikasi diabates millitus (Greenberg, 1985).
Hipergglikemik hiperosmolar non ketosis adalah keadaan koma akibat dari komplikasi
diabetes militus dimana terjadi ganngguan metabolisme yg menyebabkan kadar gula darah
sangat tinggi, meningkatknya dehidrasihipertomik tanpa sisertai ketosis serum. Bisa terjadi
pada DM tipe II.
B. ETIOLOGI
Hiperosmolar non ketoti coma
1) Lansia dengan riwayat DM tipe II
2) Dehidrasi akibat hiperglekimia
3) Insulin tidak cukup untuk mencegah hiperglikemia tetapi cukup untuk mencegah
ketoasidosis signifikan.
4) Saki berat atau stress fisiologi pada pasien usia lanjut
C. MANIFESTASI KLINIS
1) Pasien khas : lansia
2) Malaise, kelemahan, mialgia
3) Dehidrasi
4) Poliuria, polidipsia, dan kehilangan berat badan
5) Thakikardi
a. Perubahan neurologis :
1) Perubahan sensori
2) Kejang
3) Hemiparesis
4) Nyeri perut, mual dan muntah
5) Tidak ada hperventilasi dan tidak ada bau napas aseton

D. PATHWAY
Mekanisme terjadinya koma hiperglikeia hipersomolar non ketotik hampir serupa dengan
ketooasidasis diabetic.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hiperosmolar non ketotik coma
1) Hiperglikemia parah (BSL > 20mmol/L)
Plasma hiperosmolar > 320mmlo/L : dapat menyebabkan gejala neurologis
2) Osmolalitas plasma – 2x (Na+ K glukosa (mml/L + urea(mmol/)
a. Ditandai difisit air bebas 6-18liter (urea: resiko kreatinin meningkat )
b. Glliosuria sekunder
c. Tidak adanya ketoasidasis signifikan : metabolik asidosis ada atau ringan
d. HypoNa /hyrpNa
e. hypoNa +/hyprNa +
F. PENATALAKSANAAN
1) Cairan NACL
Bisa diberikan cairan isotonik 1 per 2 diguyur1000 ml/jam sampai keadaan cairan
intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik. Baru diperhitunkan
kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan siotonil harus
mendapatkan perttimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung. Penyakit
ginjal /hipernatremia glukosa 5% diberikan pada waktu kadar lukosa dalam sekitar
200- 250 mg%
2) Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik, bila terdapat tanda fungsi ginjal
membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera diberrikan
3) Hindari infeksi sekunder
Hati hati dengn suntikan, permasalahan infus set, kateter

G. KOMPLIKASI
1) Koma
2) Gagal jantung
3) Gagal ginjal
4) Gangguan hati

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Primer survey
1. Air way

Kemungkinan ada sumbatan jalan nafas snoring dan garling, terjadi karena adanya
penurunan kesdaran /koma sebagai akibat dari gangguan transpot oksigen ke otak.

2. Breathing

Tachpnea, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen

3. Circulation
Sebagai akibat diuresis osmotik, akan terjadi dehidrasi, visikositas darah juga
akan mengalami peningkatan, yang berdampak pada resiko terbentuknya trombus,
sehngga akan menyebabkan tidak adekuat perfusi orggan.
4. Disability
Sekunder survey
Bilamana manajemen ABC menghasilkan kondisi yang stabil, perlu pengkajian
dengan pendekatan head to toe.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam kaadaan apatis sampai koma, tanda
dehidrasi seperti turgor disertai tanda kelainan neorologis, hipotensi postural, bibir
dan lidah kering, tidak ada bau aseton yang tercium dari pernapasan, dan tidak ada
pernapasan kusmaul.
Tersier survey
Persepsi mengement kesehatan
a. Riwayat DM tipe II
b. Riawayat keluara DM
c. Gejala timbul beberapa hari, minggu
d. Nutrisi metabolik
e. Rasa haus menngkat, polidasi atau tidak ada rasa haus
f. Anorexsia
g. Berat bada menurun
h. Eliminasi
i. Poliuria, noctiuria
j. Diare atau konstipasi
k. Aktivitas axerceeise
l. Lelahh, lemah
m. Kognitif
n. Kepalasa pusing,
o. Penglihatan kabur
p. Gangguan sensorik
q. Pemeriksaan diagnostik
r. Serum glukosa 800- 3000mg/Dl
s. Gas darah areri : bisanya normal
t.
u. Elektolit biasaya rendah karena diuresis
v. BUN dan creatinin serum meningkat karena dehidrasi atau gangguan renal
w. Osmolitas serum bisanya lebi dari 350mOsm/kg
x. Ph > 73
y. Bikarbonat serum >15 mEq/L
z. Sel darah putihh meningkkat pada keadan infeksi
aa. Hemoglobin dan heematokrit meningkat karena dehidrasi
bb. EKG munkin aritmia karena penurunan potasium serum
cc. Keton urine tidak ada atau hanya sedikit
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Neurologi (stupor, lemah, disorientasi, kejang, refleks normal, menurun atau tidak
ada
2. Pulmonary(thaypnae, dypnae, nafas tidak bau acetone, tidak ada nafas kusmaul
3. Cardiovaskular ( tachicardia, hipotensi postural, mungkin penyakit kardoivaskular
(hipertensi CHF ) CAPIRLY REFIL > 3 detik
4. Renal (poliuria tahap awal) oliguria ( tahap lanjut) nocturia, inkotinensia
5. Integumentary (membran mukosa dan kulit kering, turgor kulit tidak elastis. Mata
lembek, mempunyai infeki kulit, luka sulit sembuh. Gastroitestinal (distensi
abdomen dan penurunan bising usus)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompetensi asodosis metbolik


b. Hipovolemi berhubungan dengan peningkatan osmolaritas sekunder terhdap
hiperglikemia
c. Defisit nutrisi berhungan dengan peningkatan katabolisme, intake yang kurang
d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunn kesadaran

INTERVENSI KEPERWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI


O
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif
berhubungan keperawat selama 1x24 jam  Observasi
dengan pola napas tidakefektif - Monitor pola nafas
kompetensi
asodosis metbolik membaik dengan kriteria hasil: - Monitor bunyi nafas
- Dispne menurun - Monitor spuntum
- Orthopnea menurun  Terapeutik
- Pernapasan cuping - Pertahankan kepatenan
hidung menurun jalan nafas
Frekuensi napas membaik - Berikan minuman hangat
- Lakukan penghisap lendir
Kurang dari 15 dtk
- Beri oksigen jika perlu
 Edukasi
- Ajarkan batuk efektif
2 Hipovolemi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia
berhubungan
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
dengan poliuria
maka status cairan membaik - Periksa tanda dan gejala
dengan kriteria hasil : hipovolemia
- Frekuensi nadi membaik - Monitor intake dan output
- TD membaik cairan
- Berat badan membaik Terapeutik
- Intake cairan membaik - Hitung kebutuhan cairan
- Turgor kulit meningkat - Berikan posisi modified
trendelenburg
(L.03028) - Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (mis. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis. glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk darah

I.03119
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
berhungan
keperawatan selama di RS Observasi
dengan
peningkatan maka status nutrisi membaik - Identifikasi status nutrisi
katabolisme,
- Identifikasi alergi dan
intake yang dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
kurang
- Diare menurun - Identifikasi makanan yang
- Berat badan membaik disukai
- Nafsu makan membaik - Identifikasi kebutuhan kalori
- Bising usus membaik dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya
L.03030 penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
komplikasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
I.03119
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran . Edisi 3. Jakarta : Media Aesculpius
Nuratif Amin Huda, Kuuma Hardhi. 2013 aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & nanda nic noc . Edisi revisi . jilid 1 . yogyakarta : medikction soewondo
dkk. 2006. Buku ajar ilmu penykit dalam . 4th ed . jakarta : penerbitan departemen ilmu
penyakit dalam FKUI

Anda mungkin juga menyukai