Anda di halaman 1dari 37

NAMA : SESI PUTRI ARISANDI

NIM : 131711133014

KELAS : A2

RESUME : IKD 1

KEBUTUHAN OKSIGENASI

1. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2.
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunkan
untuk kelangsungan metabolism sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel.
Oksigen memegang peran penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebuthan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan
kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional.

2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi


1) Saluran pernapasan bagian atas, terdiri atas :
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui
hidung.
b. Esofagus
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring
saat proses menutup.
2) Saluran pernapasan bagian bawah, terdiri atas :
a. Trakea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima.
b. Bronkus, merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi dua
yaitu bronkus kanan dan kiri.
c. Brokiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukarang
oksigen dengan karbondioksida.
e. Paru-paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.
3. Jenis-Jenis Pernapasan
Jenis-jenis pernpasan pada manusia dibagi menjadi dua jenis, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.
1) Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernpasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya akan oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk ke
posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya tekanan di dalam rongga dada menjadi
lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang
kaya karbondioksida keluar.
2) Pernapasan Perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya
dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Fase Inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Fase Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diafragma ke posisi
semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekana di dalam rongga dada menjadi lebih
besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya
karbondioksida keluar.
4. Proses Oksigenasi
Proses oksigenasi melibatkan sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Proses
tersebut terdiri dari 3 tahapan, yaitu ventilasi paru, difusi gas dan transportasi gas.
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi). Ventilasi
paru dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Tekanan oksigen di atmosfer
b. Keadaan saluran napas
c. Complience dan recoil
d. Pengaturan napas
2) Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan
karbondioksida di kapiler dengan alveoli. Berikut beberapa faktor yang menentukan
difusi gas :
a. Ketebalan membran respirasi
b. Luas permukaan membran pulmonal
c. Koefisien difusi
d. Perbedaam tekanan parsial gas antara alveoli dan kapiler
e. Tingkat kelarutan gas pada membran
3) Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian oksigen kapiler ke jaringan tubuh
dan karbondioksida jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu curah jantung, kondisi pembuluh darah, latihan,
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan, eritrosit serta kadar Hb.

5. Jenis Pernapasan dan Volume Pernapasan


Pernpasan dibedakan atas dua, yaitu pernapasan eksternal dan pernapasan internal.
1) Pernapasan Eksternal
Pernpasan eksternal merupakan proses masuknya oksigen dan keluarnya
karbondioksida dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa.
2) Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan
dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses. Semua hormon termasuk
derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.
Volume pernapasan, dibedakan menjadi empat yaitu :
1) Volume tidal yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke luar dari paru pada
pernapasan biasa atau istirahat.
2) Volume cadangan inspirasi yaitu jumlah udara yang masih dapat masuk ke dalam
paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa. Volume ini menggambarkan
seberapa banyak udara yang dapat dihisap sebanyak mungkin di luar pernpasan biasa.
Nilai normal IRV berkisar 3000 ml.
3) Volume cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara yang dikeluarkan secara aktif dari
dalam paru setelah ekspirasi biasa. Nilai normal ERV berkisar 1200 ml.
4) Volume residu yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah eskpirasi
maksimal, tetap ada udara yang masih tersimpan di dalam paru-paru. Nilai normal
volume residu berkisar 1,2 liter.

6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen


1) Lingkungan
2) Latihan
3) Emosi
4) Gaya hidup
5) Status kesehatan

7. Gangguan Oksigenasi
1) Gangguan irama atau frekuensi pernapasan
2) Insufiensi pernapasan
3) Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Hipoksia dapat dibedakan menjadi:
a. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri.
b. Hipoksia hipokinetik
c. Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau
sumbatan.
d. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaanya.
e. Hipoksia hidrostatik
Hipoksia hidrostatik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi,
tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida.

4) Anoksia
Anoksia merupakan suatu kondisi berupa berkurangnya availabilitas atau
ketersediaan oksigen di dalam sel. Anoksi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Anoksia anoksia
Anoksia anoksia dapat terjadi karena gangguan pada sistem respirasi dan sumber
oksigen.
b. Stagnan anoksia
Terjadi karena adanya gangguan availabilitas oksigen karena gangguan
transportasi di pembuluh darah akibat kemampuan jantung sebagai pompa tidak
adekuat (misalnya gagal jantung)
c. Anemik anoksia
Gangguan anoksia ini terjadi karena gangguan ikatan oksigen dengan Hb akibat
jumlah eritrosit sebagai pembawa oksigen berkurang (anemia) atau eritrosit
cukup tetapi kadar Hb yang rendah atau keracunan gas CO.
d. Histotoksik anoksia
Suatu keadaan dimana kadar oksigen yang cukup di jaringan tidak dapat
dimanfaatkan oleh sel secara optimal. Hal ini dapat disebabkan karena defisiensi
enzim-enzim yang memfasilitasi masuknya oksigen ke sel atau karena keracunan
sianida yang merusak enzim-enzim tersebut.
PRAKTIKUM OKSIGENASI

1. Pernapasan tidak efektif dengan ciri :


 Suara napas wheezing (terdengar mengi) saat ekspirasi
 Suara napas ronki (terdengar suara rong-rong)
2. Masalah pola napas yang diperiksa adalah :
 Kedalaman napas atau dada
 Dada simetris atau tidak
 Napas teratur atau tidak
3. Gejala sesak memiliki frekuensi napas yang tinggi yaitu lebih dari 20 kali per menit
(takipnea).
4. Koma memiliki frekuensi napas yang rendah yaitu dibawah 10 kali – 12 kali per menit
(bradipnea).
5. Gejala sesak ditandai dengan :
 Napas cuping (napas menggunakan hidung)
 Napas menggunakan mulut
 Napas menggunakan otot bantu
6. Sistem pemberian oksigen terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Closesistem yaitu sistem pemberian oksigen yang bersifat pasif (tidak ada udara
luar)
2) Opensistem yaitu sistem pemberian oksigen yang bersifat aktif (masih ada
kemungkinan udara luar bisa masuk)
7. Jenis-jenis alat yang digunakan untuk memberikan oksigen sebagai berikut :
1) Nasal Kanul
Ciri : memiliki 2 selang
Cara pemakaiannya adalah dua selang dihadapkan ke atas dan dimasukkan ke
dalam hidung. Kapasitas oksigen yang dapat diberikan adalah 40% yang setara
dengan 4 lpm (liter per menit)
2) Simple Mask
Ciri : memiliki lubang udara
Kapasitas oksigen yang dapat diberikan adalah 40-60% yang setara dengan 5-8
lpm.
3) Rebreathing Mask
Ciri : memiliki dua katup dan satu kantung
Kapasitas oksigen yang dapat diberikan adalah 75% yang setara dengan 9 lpm.
4) Bag and Mask
Biasanya digunakan pada kondisi darurat. Pemberian oksigen dilakukan secara
aktif dengan menekan bag. Kapasitas oksigen yang dapat diberikan adalah 100%.
5) Masker Ventury
Ciri : memiliki katup yang berbeda warna
Warna putih : oksigen rendah
Warna merah : oksigen tinggi
8. Alat pemeriksaan aktif oksigen adalah oksimetri. Tujuannya untuk mengukur kadar
oksigen yang dibutuhkan tubuh.
9. SPO2 yang normal adalah 95-100.
10. Fungsi water level pada tabung oksigen adalah sebagai berikut :
 Sebagai humidifier (melembabkan) oksigen yang masuk setelah sebelumnya
dilembabkan di hidung.
 Sebagai patokan ukuran normal air yang dimasukkan (menggunakan patokan
garis pembatas).
 Menyesuaikan oksigen yang masuk dengan suhu tubuh.
 Air yang digunakan untuk water level adalah air aquades steril atau aqua biasa
(jangan menggunakan air bekas minum dan air dingin).
11. Pada saat memasang oksigen pasien diposisikan senyaman mungkin (pada pasien asma
biasanya diposisikan semifowler). Semifowler adalah memposisikan pasien dengan cara
setengah duduk dan berbaring dengan membentuk sudut 45.
12. Nebulizing adalah sistem pemberian obat dengan cara menghirup obat yang keluar dalam
bentuk uap melalui pengkombinasian antara masker simple, tabung obat dan nebul.
Fungsinya adalah untuk mengencerkan dahak yang mengganggu pernapasan dan
menyembuhkan gejala asma.
13. Nebulizing biasanya diberikan pada pasien yang tidak dapat batuk secara efektif.
Nebulizing biasanya juga diberikan pada pasien sebelum makan. Hal ini bertujuan agar
pasien tidak mengalami muntah.
14. Sebelum melakukan nebulizing perawat terlebih dahulu menentukan diagnosa penyakit
pasien melalui pemeriksaan fisik pernapasan menggunakan stetoskop. Contohnya :
 Mendeteksi suara wheezing (mengi) yang merupakan gejala asma. Apabila
pasien menderita asma maka obat yang diberikan adalah ventolin. Kegunaan
ventolin adalah untuk memvasodilatasi pernapasan. Pemberian ventolin ini
dilakukan melalui nebulizing.
15. Mendeteksi suara ronki yang merupakan gejala batuk berdahak yang mengganggu
pernapasan. Apabila pasien menderita batuk berdahak maka obat yang diberikan adalah
obat yang dapat mengencerkan dahak seperti Bisolvon. Tujuannya adalah mengencerkan
dahak yang menyumbat saluran napas.
16. Tahap-tahap melakukan nebulizing :
1) Pada saat melakukan nebulizing obat dimasukkan pada tabung yang berada pada
ujung masker dengan cara diteteskan dan dicampur dengan aquades.
2) Dosis obat yang diberikan berkisar 10 tetes (3ml) dan dicampur aquades (berlaku
pada obat jenis sirup seperti Bisolvon)
3) Untuk obat asma (Ventolin) cukup diberikan satu dan dicampur aquades.
4) Setelah obat selesai disiapkan, masker, tabung obat dan nebul dirangkai menjadi satu.
5) Kemudian nebul dihidupkan dan tunggu sampai cairan obat berubah wujud menjadi
uap untuk kemudian dihirup oleh pasien.
6) Pada pasien yang menderita batuk berdahak, setelah pemberian obat pasien kemudian
dibantu untuk batuk secara efektif dengan melakukan perkusi (mengetuk bagian dada
dan punggung). Tekniknya adalah ketiga jari pada kedua tangan (telunjuk, jari tengah
dan jari manis dirapatkan). Bagian tangan kiri berfungsi untuk menekan dan bagian
kanan digunakan untuk mengetuk dada atau punggung.
7) Setelah pasien batuk secara efektif, dahak (sekret) dimasukkan ke dalam kom.
8) Pada pasien penderita TBC, kom yang digunakan untuk menampung dahak
sebelumnya telah ditambahkan klorida. Pemberian klorida ini berfungsi untuk
mematikan virus TBC agar tidak menular.
9) Usahakan petugas medis yang menangani kasus TBC menggunakan masker.
10) Dan sebelum maupun sesudah tindakan biasakan untuk mencuci tangan.
11) Setelah melakukan nebulizing, observasi kembali pasien dengan teknik perkusi untuk
mendeteksi suara tambahan saat bernapas (seperti wheezing atau ronki).
12) Pada pasien asma, perkusi dilakukan pada bagian dada atau punggung dengan cara
tengkurap, bagian kepala lebih rendah daripada badan, serta bagian dada diganjal
dengan bantal
17. Pemberian oksigen dapat dilakukan sebanyak 1-4 kali sampai pasien sembuh.
18. Terapi dada (pernapasan)
 Postural drainase yaitu memposisikan pasien agar dapat batuk secara efektif
 Vibrating
 Clupping
19. Terapi dada ini biasanya dilakukan selama 5 menit.
20. Terapi ini tidak dianjurkan kepada pasien yang bermasalah dengan tulang belakang, leher,
dan juga kepala.
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH

1. Jumlah cairan dalam tubuh : 40-80% dari BB tergantung dari usia, jenis kelamin dan lemak
tubuh
2. Usia dewasa jumlah cairan dalam tubuh 40% dari BB
3. Bayi jumlahnya lebih banyak dari orang dewasa
4. Asupan Cairan Harian: Minuman dan makanan 2100 ml/hari, hasil sampingan oksidasi
200ml/hr (Total 2300 ml/hr)
5. Faktor yang mempengaruhi Asupan :
 Cuaca
 Kebiasaan
 Tingkat aktivitas fisik
6. Macam – macam cairan :
1) Cairan Ekstraselular (14 liter) :
a. Plasma
b. Cairan Interstitial
2) Cairan Intraselular
7. Fungsi air
Sebagai media transportasi bagi zat makanan dan oksigen menuju sel dan sisa metabolism
sel ke organ eliminasi
 Mengantarkan hormone dari organ penghasil menuju sel/organ target
 Memudahkan proses metabolism di dalam sel
 Sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit
 Membantu dalam mempertahankan suhu tubuh
 Memudahkan pencernaan dan eliminasi,
 Sebagai pelumas jaringan, dan
 Sebagai pembentuk struktur tubuh
8. Elektrolit
1) Kation (muatan +) = Na, K, Ca, Mg,
2) Anion (muatan -) = Cl dan HCO3
Konsentrasi anion dan kation seimbang dan relatif tetap
9. Natrium (Na)
Elektrolit utama cairan ekstrasel, dalam keadaan normal konsentrasinya dipertahankan
antara 135-145 mEq/L. Didapatkan : sosis, kecap, mustard, keju, sayuran kalengan, roti,
sereal dan makanan kecil yang asin. Dieksresikan : melalui ginjal, sebagian kecil melalui
feses dan perspirasi. Fungsi:
 Mengatur volume cairan dalam tubuh
 Berpartisipasi dalam membentuk dan transmisi impuls saraf.

10. Kalium (K)


Elektrolit utama cairan intrasel. Dalam keadaan normal konsentrasi kalium dalam plasma
dapat dipertahankan antara 3.5-5.0 mEq/L. Didapat : sayuran seperti brokoli, kentang, dan
buah-buahan seperti: pisang, persik, kiwi, apricot, jeruk, melon, prune dan kismis. Sekresi
dan ekresi : sekresi gastrointestinal, saliva dan perspirasi. Fungsi:
 Sebagai regulator utama bagi aktivitas enzim seluler
 Proses transmisi impuls listrik terutama dalam saraf
 Membantu dalam pengaturan keseimbangan asam basa melalui pertukarannya
dengan hidrogen.
11. Kalsium (Ca)
Elektrolit terbanyak di dalam tubuh. 99% ada di tulang. Orang dewasa membutuhkan asupan
kalsium sebnyak 1 gr/hari. Didapatkan: susu, keju, kacang yang dikeringkan, dan sedikit
dalam daging dan sayur- sayuran. Fungsi :
 Mempunyai peran penting dalam transmisi impuls saraf dan pembentukan darah
 Sebagai katalis dalam kontraksi otot, kekuatan kontraksi terutama otot jantung
secara langsung berhubungan dengan konsentrasi ion calsium dalam plasma
 Diperlukan dalam absorpsi vitamin B12 untuk digunakan oleh sel-sel tubuh
 Berperan sebagai katalis bagi aktivitas beberapa zat kimia tubuh
 Penting untuk menguatkan tulang dan gigi
 Untuk membangun ketebalan dan kekuatan membrane sel
12. Magnesium (Mg)
Elektrolit yg banyak di intrasel dan terdapat pada sel jantung, tulang, saraf dan jaringan otot.
Kation terpenting kedua setelah kalium. Kebutuhan : sekitar 18-30 mEq/hari. Didapatkan :
sayur-sayuran, kacang tanah, ikan, semua padi-padian, dan kacang merah. Fungsi:
 Untuk metabolism karbohidrat dan protein
 Dalam beberapa reaksi yang berhubungan dengan enzim-enzim tubuh
 Untuk sintesa protein dan DNA, transkripsi DNA dan RNA, serta translasi RNA
 Dalam mempertahankan kalium intrasel
 Membantu dalam mempertahankan aktivitas listrik dalam membrane sel saraf dan
sel otot.
13. Chlorida (Cl)
Anion utama di ekstrasel dan banyak terdapat dalam darah, cairan interstitial, cairan limfe
dan jumlah yang sedikit di intrasel. Didapat : produk susu dan daging. Fungsi chloride:
 Bersama-sama dengan natrium berperan dalam mempertahankan tekanan osmotic
darah
 Memegang peranan dalam keseimbangan asam basa
 Sebagai bahan pembentuk asam lambung (HCL)
14. Bikarbonat (HCO3)
Buffer basa utama di dalam tubuh. Fungsinya mempunyai peranan yang sangat penting
dalam keseimbangan asam basa.
15. Phosphat (PO4)
Anion terbanyak di intrasel. Fungsi:
 Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa
 Terlibat dalam reaksi kimia yang penting di dalam tubuh seperti mengefektifkan
beberapa vitamin B, membantu meningkatkan aktivitas saraf dan otot, dan berperan
serta dalam metabolism karbohidrat
 Penting dalam pembelahan sel dan transmisi trait heriditer
16. Perpindahan cairan antar kompartemen
Mobilitas cairan dan zat terlarut = konstan. Cairan → pembuluh darah → IVF → membran
kapiler → semipermeabel→ saling bertukar ISF → membran sel → permeable selektif →
bertukar dengan ICF. Cairan antara interstitial dengan intravaskuler dipisahkan oleh dinding
kapiler yang bersifat semipermiabel. Perpindahan cairan di antara kedua kompartemen ini
dilakukan melalui cara difusi dan osmosa yang sangat ditentukan oleh:
 Permiabilitas dinding kapiler,
 Tekanan darah kapiler
 Tekanan osmotic koloid
17. Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut
difusi.
Kecepatan difusi suatu zat melewati sebuah membran tergantung pada:
 Permeabilitas zat terhadap membran,
 Perbedaan konsentrasi antar dua sisi,
 Perbedaan tekanan antara masing-masing sisi karena tekanan akan memberikan
energi kinetik yang lebih besar, dan
 Potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi muatan pada zat
tersebut

Difusi antara cairan interstisial dan cairan intraselular dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme:

 Secara langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel,


 Melewati protein chanel dalam membran,
 Melalui ikatan dengan protein carier yang reversible yang dapat melewati membran
(difusi yang difasilitasi).
18. Faktor yang memengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of
diffusion) :
 Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
 Peningkatan permeabilitas.
 Peningkatan luas permukaan difusi.
 Berat molekul substansi.
 Jarak yang ditempuh untuk difusi
19. Mekanisme Difusi antara cairan interstisial dan cairan intraselular :
Secara langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel
o Molekul-molekul yang larut seperti oksigen, CO2, air, dan lemak

Melewati protein chanel dalam membran

o Na+ , K+,dan Ca2+ melalui pompa proton → jika diluar sel terjadi muatan positif
yang terlalu besar maka tubuh akan mengkompensasinyua dengan mengeluarkan
muatan negatif dari intraselular.

Melalui ikatan dengan protein carier yang reversible yang dapat melewati membran (difusi
yang difasilitasi).

o Glukosa → insulin dan asam amino berdifusi dengan bantuan ikatan membran-
protein karier.
20. Osmotik
Pertukaran cairan antara ruangan interstisial dan intraselular yang terjadi karena perbedaan
konsentrasi zat terlarut nondifusif. Perpindahan air dari kompartemen yang hipoosmolar
menuju kompartemen yang hiperosmolar. Dinding kapiler mempunyai ketebalan 0,5μm,
terdiri dari satu lapis sel endotel dengan dasar membran. Celah interseluler mempunyai jarak
6-7 nm, memisahkan masing- masing sel dari sel didekatnya. Zat dengan berat molekul
rendah yang larut dalam air seperti sodium, klorida, potasium, dan glukosa dapat melewati
celah intersel. Zat dg molekul yang besar seperti plasma protein sangat sulit untuk menembus
celah endotel (kecuali pada hati dan paru-paru di mana terdapat celah yang lebih besar).
21. Mengikuti hukum starling pada kapiler:
o Kecepatan dan arah pertukaran cairan diantara kapiler dan ISF, ditentukan oleh
tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid (ditentukan oleh albumin).
o Pada ujung arteri dari kapiler, tekanan hidrostatik dari darah (mendorong cairan
keluar) melebihi tekanan osmotik koloid (menahan cairan tetap di dalam) sehingga
mengakibatkan perpindahan dari bagian intravaskular ke interstisial.
o Pada ujung vena dari kapiler, cairan berpindah dari ruang interstisial ke ruang
intravaskular karena tekanan osmotik koloid melebihi tekanan hidrostatik.
Normalnya10% dari cairan yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali ke dalam
kapiler. Cairan yang tidak direabsorbsi (kira-kira 2ml/mnt) akan memasuki cairan
interstisial dan dikembalikan melalui aliran limfatik menuju kompartemen
intravaskular kembali
22. Filtrasi
Perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari
daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar
sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran, dan permeabilitas
membran. Tekanan yang memengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
23. Transport Aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif
dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K. Agar tidak terjadi penumpukan cairan diinterstitial, sebagian cairan
interstitial kembali ke dalam pembuluh darah melalui saluran limfatik. Adanya perubahan
pada permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik kapiler, tekanan osmotic koloid atau
sumbatan pada saluran limfatik memungkinkan terjadinya penumpukan cairan di interstitial
yang dikenal dengan edema. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolalitas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
24. Pengaturan volume cairan ekstrasel
↓ volume cairan ekstrasel →↓tekanan darah arteri →↓ volume plasma. Sebaliknya, ↑ volume
cairan ekstrasel →↑tekanan darah arteri →↑volume plasma. Intake = Output + IWL. Intake
melalui ingesti: Jumlah kebutuhan cairan pada setiap orang berbeda-beda tergantung dari
usia, berat badan, suhu tubuh, lingkungan dan aktivitas seseorang.
25. Pengeluaran cairan
Cairan keluar dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urine, melalui system pencernaan
dalam bentuk feses, dari kulit melalui penguapan dan dalam bentuk keringat, serta melalui
paru-paru saat bernafas dalam bentuk uap air (insensible water loss ).
26. Urine
Jumlah urine yang dibentuk ginjal tergantung dari jumlah cairan tubuh, tahap perkembangan,
dan berat badan seseorang. Ginjal menghasilka: sekitar 1-2 ml/ kgBB/jam atau sekitar 1500
ml dalam 24 jam. Pada bayi jumlah urine yang dihasilkan ginjal lebih banyak karena sampai
dengan usia 2 tahun (sekitar 3-4 ml/kgBB).
27. Insensible water loss (IWL)
Tergantung dari kecepatan respirasi, makin cepat pernafasan seseorang makin banyak uap
air yang dikeluarkan. Penguapan melalui kulit tergantung dari luas permukaan tubuh, suhu
tubuh, dan kelembapan lingkungan (humidity). Diperkirakan kehilangan cairan melalui
mekanisme ini sekitar 10-15 ml/kgBB. Pada bayi permukaan > orang dewasa, frekuensi
pernafasannya > sehingga penguapannya lebih banyak dari orang dewasa. IWL pada bayi
(sekitar 30 ml/kgBB).
IWL total = 700ml/hari
Kulit = 300-400 ml/hari
Pernafasan : 350 ml/hari
28. Feses
Proses pencernaan makanan dalam 24 jam, → 7000 ml, + makanan dan minuman sekitar
2000 ml →di jejenum, ilium, dan colon, →direasorpsi →8800 ml. 200 ml di buang dalam
feses. Gangguan absorpsi dan menyebabkan diare, akan menimbulkan kehilangan cairan.
29. Keringat
Jumlah cairan yang dikeluarkan melalui keringat dipengaruhi oleh suhu tubuh, aktivitas fisik,
dan kondisi atmosfir. Pada suhu lingkungan sekitar 20 derajat celcius akan dikeluarkan
keringat sekitar 100 ml.
30. Respon hemodinamik terhadap kekurangan volume cairan
Respons tubuh terhadap dehidrasi dan perdarahan = hipovolemia. Jika kondisi ini tidak
ditangani dengan baik maka akan timbul syok. Syok → perfusi organ dan oksigenasi jaringan
yang tidak adekuat yang berdampak kepada kematian sel dan jaringan. Dehidrasi dan
perdarahan → ↓ cardic out put (CO)→↓ tekanan darah dan mean arterial pressure (MAP)
(MAP: CO X Total Peripheral Resistente (TPR)). Respons dini:
o vasokonstriksi pembuluh darah kulit, otot dan sirkulasi
o takikardia sebagai gejala awal syok.
o pelepasan katekolamin endogen →↑tahanan pembuluh darah →↑tekanan darah
diastolik →↓tekanan nadi.

Respon Simpatik: Pengurangan volume cairan serta vasokonstriksi menyebabkan perfusi ke


ginjal terganggu sehingga merangsang mekanisme renin-angiotensin-
aldosteron.Angiotensin II merangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan
reabsorbsi natrium (dan air) oleh ginjal. Perubahan-perubahan ini meningkatkan curah
jantung dengan memulihkan volume sirkulasi efektif dan tekanan darah. Jika kekurangan
cairan 500ml → aktivitas simpatik umumnya memadai untuk memulihkan curah jantung.
Jika hipovolemia yang lebih berat (1000ml atau lebih), maka vasokonstriksi simpatik dan
yang diperantarai oleh angiotensi II juga meningkat. Terjadi ↓aliran darah menuju ginjal,
saluran cerna, otot, dan kulit. Sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif
dipertahankan.

31. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit


o Hipovolemia
o Edema
o Hiponatremia
o Hipernatremia
o Hipokalemia
o Hiperkalemia
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH

1. Edema
 Definisi
Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang
intersisial (celah diantara sel) atau jaringan tubuh yang menimbulkan
pembengkakan. Edema adalah pengumpulan cairan berlebihan pada sela-
sela jaringan atau rongga tubuh.

 Etiologi
Etiologi edema : peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan
tekanan onkotik plasma, obstruksi saluran limfe, dan peningkatan
permeabilitas kapiler.

 Mekanisme Gangguan Cairan dan Elektrolit


1. Peningkatan tekanan hidrostatik
Peningkatan volume darah di mikrovaskuler → peningkatan aliran
aktif darah ke mikrovaskuler → peradangan akut

2. Peningkatan tekanan onkotik plasma


Penurunan konsentrasi albumin (hipoalbuminemia) → tekanan
osmotik koloid intrsvaskuler berkurang → peningkatan
filtrasi/penurunan absorbsi → edema

3. Obstruksi saluran limfe


Gangguan pada pembuluh limfe → penurunan aliran limfatik →
mengurangi kemampuan limfatik untuk mengeliminasi kelebihan
cairan

4. Peningkatan permeabilitas kapiler


Peningkatan permeabilitas kapiler → protein plasma dari kapiler ke
cairan interstisium di sekitar lebih banyak → edema
 Tanda dan Gejala
- Bengkak di atas kulit
- Teraba kenyal, disertai nyeri ataupun tidak
- Terkadang disertai demam
- Biasanya ditemui pada kaki, perut, lengan, wajah, dan kelopak mata
bagian atas
- Jika diakibatkan oleh alergi maka akan berwarna kemerahan dan gatal
- Kulit bengkak jika ditekan tidak akan langsung kembali seperti semula

2. Hiponatremia
 Definisi
Hiponatremia dapat terjadi karena penambahan air atau penurunan
cairan kaya natrium yang digantikan oleh air. Gejala neurologis biasanya
tidak terjadi sampai kadar natrium serum turun kira-kira 120-125 mEq/L
(Horne, 2001)

 Etiologi
Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan
oleh teralu banyaknya air dalam tubuh. Pengenceran natrium bisa terjadi
pada orang yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak dan pada
penderita yang dirawat di rumah sakit, yang menerima sejumlah besar
cairan intravena.
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak
1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang
ginjalnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada gagal ginjal.
Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan
sirosis hati, dimana volume darah meningkat. Pada keadaan tersebut,
kenaikan volume darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun
jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga.

 Mekanisme Gangguan Cairan dan Elektrolit


1. Retenasi air lebih besar daripada retenasi natrium (keduanya terjadi
retenasi)
- Isi cairan tubuh meningkat, isi natrium tubuh total meningkat dan
kadar natrium urine biasanya kurang dari 10 mEq/L
- Pasien biasanya secara klinis edematous
- Kelainan meliputi gagal jantung kongestif, nefrosis, dan sirosis

2. Kehilangan natrium lebih besar daripada kehilangan air (keduanya


mengalami kehilangan)
- Isi cairan tubuh total menurun, isi natrium tubuh total menurun,
dan kadar natrium urine biasanya kurang dari 10 mEq/L
- Pasien berada dalam status dehidrasi
- Kelainan nonrenal dan kelainan renal

3. Retensi air tanpa retensi natrium (sejumlah natrium mungkin hilang


melalui mekanisme kompensasi, tetapi abnormalitas utama adalah
retensi air lebih menonjol dibandingkan kehilangan natrium)
- Isi cairan tubuh total meningkat. Isi natrium tubuh total mungkin
menurun, dan kadar natrium urine biasanya lebih besar dari 20
mEq/L.
- Pasien tidak sering disertai dengan edema atau dehidrasi.
- Kelainan meliputi sindroma ketidakserasian sekresi hormon
antidiuretik (SKHAD), hipertiroid, insufisiensi
adrenokortikosteroid, dan intoksikasi air.

4. Adanya penambahan zat-zat terlarut yang mempunyai aktivitas


osmotik pada serum. Peningkatan tekanan osmotik serum menarik air
ke dalam ruang intrsvaskular
- Penambahan zat-zat osmotik paling sering adalah glukosa pada
hiperglikemia atau monitol yang ditambahkan secara iatrogenik
- Cairan tubuh total dan konsentrasi natrium biasanya akan
menurun akibat diuresis osmotik
- Bila hiperglekemia terkoreksi, kadar natrium serum akan
meningkat kira-kira 2 mEq/L untuk setiap penurunan 100 mg/dL
kadar glukosa serum.

 Tanda dan Gejala


- Mual dan muntah
- Sakit kepala
- Kebingungan
- Kehilangan energi dan kelelahan
- Kelemahan otot, kejang, atau kram
- Koma

3. Hipernatremia
 Definisi
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu
keadaan dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.

 Mekanisme Gangguan Cairan dan Elektrolit


Etiologi → plasma hipertonik (ekstrasel) → air keluar sel → ADH → sel
menyusut

Di otak
Jaringan Arachnoid kerut → pendarahan di SAH, intradural dan subdural

 Tanda dan Gejala


- Merasa haus dan mulut kering
- Dehidrasi
- Bingung
- Kullit terasa tebal
- BB menurun
- Otot mulai berkedut-kedut (refleks mata yang berkedip)
- Kejang otot
- Kejang seluruh tubuh
- Penurunan tingkat kesadaran
- Koma

4. Hipokalemia
 Definisi
Keadaan dimana kadar kalium plasma dibawah 3,5 mE1//L.
Hipokalemia disebabkan karena berkurangnya asupan, masuknya ion
kalium ke dalam ruang intraseluler, dan meningkatnya laju pembuangan
kalium.

 Etiologi
- Masalah saluran perncernaan : muntah yang terjadi berulang-ulang,
diare yang kronik, dan pengguaan obat pencahar yang lama dapat
mengakibatkan terlalu banyak kalium yang hilang melalui saluran
pencernaan
- Asidosis tubular ginjal : menyebabkan ginjal tidak berfungsi secara
normal sehingga ginjal tidak dapat menahan kalium dengan baik
malah mengeluarkan kalium terlalu banyak
- Penggunaan diuretik : furosemid atau loop diuretik dapat
menyebabkan ginjal membuang kalium, natrium dan air yang
berlebihan bersamaan dengan air kemih
- Penyakit hormon endoktrin : peningkatan kadar aldosteron yang
berlebihan seperti pada keadaan hiperaldosteronisme atau sidrom
cushing juga dapat menyebabkan ginjal membuang kalium yang
berlebihan
- Penyakit genetik ginjal : penderita sindrom Fanconi, sindroma Bartter,
dan sindrom Liddle terlahir mempunyai penyakit ginjal bawaan yang
menyebabkan ginjal tidak berfungsi normal untuk menahan kalium
 Mekanisme Gangguan Cairan dan Elektrolit
1. Asupan yang kurang
Asupan potassium yang kurang secara sendiri tidak bisa
menyebabkan hipokalemia. Tapi kadang-kadang bisa terlihat pada
orang renta. Situasi klinik lain dimana hipokalemia dapat muncul
adalah pada pasien yang menerima total parental nutrition (TPN),
dimana suplementasi potassium mungkin kurang adekuat dalam
jangka waktu yang lama.

2. Ekskresi yang berlebihan


Mekanisme umum yang dapat meningkatkan kehilangan
potassium dari ginjal termasuk tingginya sodium yang masuk ke
duktus koligens, seperti pada diuretic, kelebihan mineralokortikoid,
atau peningkatan aliran urin.

3. Perpindahan dari ruang ekstraseluler ke intraseluler


Mekanisme pathogenesis ini juga biasa disertai ekskresi yang
meningkat, menuju pada efek hipokalemik karena kehilangan
berlebihan.

 Tanda dan Gejala


- Kram perut atau sembelit
- Kesemutan dan mati rasa
- Mual, kembung, dan muntah
- Palpitasi atau jantung berdebar
- Pingsan saat tekanan darah rendah
- Sering buang air kecil dan merasa haus
- Kelelahan, kram di otot lengan dan kaki
- Gangguan psikologis, seperti depresi, delirium, bingung, halusinasi
5. Hiperkalemia
 Definisi
Hiperkalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium
darah lebih dari 5 mEq/L.
 Etiologi
Penyebab hiperkalemia :
- Efek samping penggunaan obat-obatan diuretik, NSAID, ARB, dan
ACE inhibitor
- Kerusakan jaringan tubuh akibat cedera parah (trauma), penyakit
rhabdomyolysis, efek samping operasi, kerusakan sel-sel tumor
ataupun sel-sel darah merah, dan luka bakar
- Merembesnya kalium yang terdapat pada sel-sel ke dalam aliran darah
- Ganggguan pada kinerja ginjal dalam membuang kalium, penyakit
glomorulonephritis, penyakit kelenjar adrenal, dan efek samping
pencangkokan ginjal yang gagal

 Mekanisme Gangguan Cairan dan Elektrolit


1. Asupan yang berlebihan
Mekanisme perpindahan potassium intraseluler dan ekskresi renal
dapat megkompensasi orang dnengan homeostatis normal untuk
menerima asupan potassium yang tinggi

2. Ekskresi yang berkurang


Penyebab paling umum dari penurunan ekskresi potassium dari
renal ini termasuk karena gagal ginjal, obat-obatan yang mengganggu
ekskresi potassium atau gangguan respon tubulus distal terhadap
aldosterone

3. Perpindahan dari intraseluler ke ruang ekstraseluler


Keadaan klinik dimana mekanisme ini merupakan penyebab utama
dari hiperkalemia termasuk hiperosmolitas, rhabdomyolysis, tumor
lysis. Yang mendepolarisasi membran sel dan karena itu membiarkan
potassium keluar dari sel

 Tanda dan Gejala


- Mual
- Kelelahan
- Kelemahan otot
- Sensasi kesemutan
Gejala yang lebih serius : detak jantung lambat dan nadi lemah
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan (Soenarjo,2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh
manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan
nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Sedangkan menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah
suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy.

A. Nutrisi
Nutrisi terdiri dari beberapa, diantaranya yaitu :

1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy yang utama pada makanan yang
terdapat dalam beras, jagung, gandum, kentang, umbi-umbian, madu, dan buah-
buahan. Karbohidrat menghasilkan energy 16,7 kJ per gram dan berfungsi sebagai
sumber utama bahan bakar (glukosa) untuk bekerjanya otak, muskulo skeletal
selama olahraga, produksi eritrosit dan leukosit , dan fungsi sel dari medulla
renalis.
Karbohidrat diklasifikasikan sesuai unit nya atau sakarida yaitu terdiri
dari: monosakarida, disakarida dan polisakarida.
a) Monosakarida seperti glukosa (dekstrosa) atau fruktosa tidak dapat
dipecah menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.
b) Disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltose terdiri dari 2
monosakarida dan air. Monosakarida dan disakarida disebut karbohidrat
sederhana, ditemukan pada buah, sayur dan makanan pabrikan.
c) Polisakarida seperti glikogen terdiri dari unit karbohidrat disebut dengan
karbohidrat komplek. Polisakarida tidak larut air dan dicerna dengan
derajat yang bervariasi. Pati termasuk dalam polisakarida. Pencernaan
dan absorbsinya ada beberapa tahapan.
• Beberapa polisakarida tidak dapat dicerna karena manusia
tidak memiliki beberapa enzim yang dapat memecahnya
• Fiber atau serat harus diperhatikan sebagai factor diet pada
pencegahan penyakit, dalam perawatan dan pencegahan diare
pada pasien dengan pemberian makanan melalui NGT

• Serat yang tidak larut air tidak dapat dicerna termasuk selulosa,
hemiselulosa dan lignin

• Serat dapat menambah massa chyme uktuk kelancaran


pencernaan

• Serat larut sangatlah bermanfaat karena dapat mengurangi


kolesterol dengan mengikatnya dan membawa keluar tubuh

2. Protein
Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Beberapa sumber protein berkualitas tinggi berasal dari ayam, ikan, daging, babi,
domba, kalkun, dan hati. Beberapa sumber nabati adalah kelompok kacang polong
(misalnya buncis, kapri,kedelai), kacang-kacang dan biji-bijian. Protein
merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini berupa struktur
nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Protein akan dihidrolisis
oleh enzim-enzim proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino yang
kemudian di serap oleh usus. Selama pencernaan, protein akan diubah menjadi
pepton dengan bantuan enzim pepsin di dalam lambung. Kemudian pepton akan
diubah menjadi asam amino dengan bantuan enzim tripsin di dalam usus halus.
Asam amino inilah yang akan diserap oleh tubuh. Sama seperti karbohidrat, setiap
1 gram protein menghasilkan energi sebesar 17 kilo joule. Protein berfungsi
sebagai komponen struktural dan fungsional. Yang mana struktural berhubungan
dengan fungsi pembangunan tubuh dan pengganti sel-sel yang rusak. Sedangkan
fungsional berkaitan dengan fungsinya sebagai komponen proses-proses biokimia
seperti hormon dan enzim.

3. Lemak
Lemak adalah sumber energy terkonsentrasi yang menghasilkan 38kJ per
gram. Lemak teridiri dari trigliserida dan asam lemak yang mana trigliserida
berada di darah an terdiri dari rantai atom karbo dan hidroen dengan kelompok
asam pada satu ujung rantai dan satu kelompok metil yang lain. Sintesis asam
lemak disebut lipogenesis. Asam lemak dapat jenuh dimana setiap karbon dalam
rantai memiliki dua atom hydrogen atau tidak jenuh dimana jumlah atom ama
hydrogen yang tidak sama dilekatkan dan atom karbon saling menempel satu
sama lain dengan ikatan rangkap. Asam lemak monosaturated memiliki satu
ikatan rangkap sedangkan asam lemak polyunsaturated ,emiliki dua atau lebih
ikatan karbon ganda. Berbagai jenis asam lemak memiliki arti penting bagi
kesehatan dan kejadian penyakit dan masuk dalam pedoman diet. Asam lemak
juga diklasifikasikan sebagai asam lemak esensial dan non esensial. Asam
linoleate, asam lemak tak jenuh adalah satu satunya asam lemak esensial yang
diproduksi manusia. Asam linoleate dan asam arakidonat (asam lemak tak jenuh)
penting untuk proses metabolism namun dapat diproduksi oleh tubuh ketika
hanya ketika asam linoleat tersedia. Sebagian besar lemak hewani memiliki
proporsi asam lemak jenuh yang tinggi, sedangkan lemak nabati memiliki asam
lemak tak jenuh dan polyunsaturated yang lebih tinggi.
4. Vitamin
Vitamin adalah zat organic yang hadir dalam jumlah kecil pada makanan
yang penting untuk proses metabolism. Tubuh tidak dapat mensistesis vitamin
dalam jumlah yang dibutuhkan sehingga tergantung dari asupan makanan.
Vitamin dipengaruhi oleh pengolahan, penyimpanan, dan persiapan makanan
Kandungan vitamin paling tinggi pada makanan segar dan digunakan cepat
dengan minimal paparan panas, udara atau air. Vitamin diklasifikasikan sebagai
vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut lemak (A, D, E, K) dapat
disimpan dalam tubuh, dengan pengecualian vitamin D, vitamin ini diberikan
melalui asupan makanan. Hiperavitaminosis vitamin larut lemak (disengaja / tidak
disengaja) bisa dari pemberian suplemen, jumlah yang berlebihan pada makanan
yang diperkaya dengan asupan minyak ikan dengan jumlah yang besar. Vitamin
tertentu dapat termasuk antioksidan yaitu zat yang dapat menetralisir radikal
bebas (zat yang dapat menghasilkan kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan
tubuh). Vitamin ini termasuk beta karoten dan vitamin A, C dan E dan efek
antioksidannya ditemukan saat ada didalam asupan makanan dibandingkan pada
suplemen. Vitamin larut air adalah vitamin C dan B-kompleks (yang terdiri dari 8
vitamin). Vitamin larut air tidak dapat disimpan dalam tubuh dan harus disediakan
dalam asupan makanan sehari-hari. Meskipun vitamin larut air tidak disimpan tapi
toksisitas dapat terjadi. Bahan kimia digunakan sebagai katalis dalam reaksi
biokimia. Bila sudah cukup dari setiap vitamin tertentu untuk memenuhi
permintan katalik sisa persddiaan bertindak sebagai bahan kimia bebas dan
mungkin beracun bagi tubuh.
5. Mineral dan air
Mineral adalah elemen anorganik yang penting bagi tubuh sebagai reaksi
biokimia katalis. Mineral diklasifikasikan sebagai makromineral bila kebutuhan
sehari-hari adalah 100 mg atau lebih dan sebagai mikromineral bila kebutuhan
kurang dari 100 mg.
Air adalah komponen penting tubuh karena fungsi sel tergantung pada
lingkungan cairan. Air merupakan 60-70 % dari total BB. Presentase total tubuh
cairan dalam tubuh lebih besar untuk orang kurus dibandingkan orang gemuk
pada dewasa karena otot mengandung lebih banyak air daripada jaringan lain
kecuali darah.
B. Pencernaan
Pencernaan makanan terdiri dari pemecahan mekanis hasil dari
mengunyah, mengaduk dan mencampur dengan cairan, serta reaksi kimia dimana
makanan diubah menjadi bentuk paling sederhana. Setiap bagian system
gastrointestinal memiliki fungsi pencernaan atau penyerapan yang penting.
Enzim adalah zat mirip protein yang bertindak sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi kimia. Sebagian besar enzim memiliki satu fungsi spesifik. Setiap enzim
berfungsi pada pH terbaik. Sekresi saluran Gl memiliki tingkat pH yang sangat
berbeda. Misalnya, air liur relatif netral, jus lambung sangat asam dan sekresi usus
halus bersifat basa. Aktivitas mekanis, kimia dan hormonal dari pencernaan saling
bergantung satu sama lain. Aktivitas enzim tergantung pada proses pemecahan
mekanis makanan untuk meningkatkan luas permukaannya untuk proses kimia
(terpapar enzyme). Hormon mengatur aliran sekresi pencernaan yang dibutuhkan
untuk suplai enzim, dan pencernaan juga dapat dikurangi atau meningkat dengan
keadaan emosional yang kuat. Sekresi cairan pencernaan dan motilitas saluran Gl
juga diatur oleh faktor fisik, kimiawi dan hormonal, karena mereka terikat pada
perubahan sistem psikologis, otumental dan sistem saraf. Pergerakan saluran
gastrointestinal meningkat dengan stimulasi saraf dari sistem saraf parasimpatis
(misalnya, saraf vagus). Pencernaan dimulai di mulut, di mana makanan dipecah
secara mekanis dengan mengunyah. Makanan dicampur dengan air liur, yang
mengandung ptyalin (saliva amilase), enzim yang bekerja pada pati yang dimasak
untuk memulai konversi menjadi maltosa. Semakin lama dikunyah, pencernaan
pati lebih banyak terjadi di mulut. Protein dan lemak dipecah secara fisik namun
tetap tidak berubah secara kimia karena enzim dalam mulut tidak bereaksi dengan
protein. Mengunyah mengurangi partikel makanan dengan ukuran yang sesuai
untuk ditelan, dan air liur memberi pelumasan untuk mempermudah penelan
makanan. Epiglotis adalah lipatan kulit yang menutup di atas trakea untuk
mencegah aspirasi saat menelan terjadi. Makanan yang tertelan memasuki
kerongkongan dan digerakkan oleh traksi otot seperti gelombang (peristalsis) ke
dasar kerongkongan, di atas sfingter kardiak. Tekanan dari bolus makanan di
sfingter kardiak menyebabkan makanan masuk fundus, atau bagian paling atas
dari perut. Kesulitan menelan disebut disfagia. Di perut, pepsinogen disekresikan
oleh sel sel utama dan kemudian diaktifkan oleh asam klorida (HCI) menjadi
pepsin, enzim pemecah protein. Sel parietal mengeluarkan HCl dan juga faktor
intrinsik (IF), yang diperlukan untuk penyerapan vitamin B2 di ileum. Lipase
lambung dan amilase diproduksi untuk memulai pencernaan lemak dan pati.
Kelenjar pilori mesekresikan gastrin, hormon yang memicu sel parietal untuk
mengeluarkan HCl. Lapisan perut terlindungi dari gangguan pencernaan oleh
lapisan lendir yang kental. Alkohol dan aspirin adalah dua zat yang langsung
diserap melalui lapisan perut. Perut berfungsi sebagai waduk dimana makanan
tetap sekitar 3 jam, dengan rentang 1-7 jam. Makanan meninggalkan antrum, atau
perut distal, melalui sfingter pilorus dan memasuki duodenum. Makanan kini telah
menjadi massa asam dan cair yang disebut chyme. Chyme mengalir menuju
duodenum dan dengan cepat dicampur dengan empedu, cairan usus dan sekresi
pankreas. Secretin dan cholecystokinin (CCK) adalah hormon yang disekresikan
oleh mukosa usus halus. Secretin mengaktifkan pelepasan bikarbonat dari
pankreas, meningkatkan pH chyme. Peristaltik berlanjut di usus halus mencampur
sekresi dengan kim. Campuran menjadi semakin basa, menghambat aksi enzyme
lambung dan mempromosikan aksi sekresi dudenum. Sel epitel mikrofili usus
kecil mensekresikan enzim untuk memperlancar pencernaan, termasuk sukrase,
lakase, maltase, lipase, dan peptidase. Bagian utama pencernaan terjadi di usus
halus, menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa dari karbohidrat, asam
amino, dan dipeptide dari protein dan asam lemak gliserida dan gliserol dari lipid.
Kira-kira 5 jam makanan melewati usus halus dengan peristaltic. Cholecystokinin
menghambat sekresi gastrin lebih lanjut dan memulai pelepasan enzim
pencernaan tambahan dari pankreas dan kantong empedu. Empedu diproduksi
oleh liver dan disimpan di kantong empedu. Empedu bertindak sebagai deterjen,
karena mengemulsi lemak untuk memungkinkan tindakan enzim sementara
menangguhkan asam lemak dalam larutan. Sekresi pankreas mengandung enam
enzim: amilase untuk mencerna pati, lipase untuk memecah emulsi lemak, dan
tripsin, elastase, chimotrypsin dan carboxypeptidase untuk memecah protein.
C. Nutrisi Selama Tumbuh Kembang Manusia
1. Infant
Infant / bayi terjadi pertumbuhan yang sangat cepat dan membutuhkan
tinggi protein, vitmin dan energy. BB bayi menjadi 2 x lipat BBL saat berusia
4-5 bulan dan menjadi 3 x lipat BBL ketika berusia 1 tahun. ASI dan susu
formula diberikan kepada bayi mengandung 2800 kJ/L. Bayi baru lahir aterm/
cukup bulan mampu mencerna dan menyerap karbohidrat sedehana, protein
dan emulsi lemak. Amilase dan beberapa enzyme belum tesedia sampai bayi
berusia 2,5-3,5 bulan. Proporsi tubuh bayi terbesar adalah air. Bayi
membutuhkan cairan sebanyak 100-150 mL/Kg BB/hari.
2. Todler dan anak prasekolah
Pertumbuhan melambat (1-3 tahun) dibandingkan bayi, membutuhkan
energi lebih sedikit tetapi membutuhkan peningkatan protein. Indra perasa
sudah kuat, sering terjadi Picky eater / pemilih makanan pada usia ini. Kalsium
dan fosfor sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang pada masa ini Susu
baik diberikan sampai usia 2 tahun untuk memenuhi kebutuhan asam lemak
yang berfungsi untuk penrkembangan otak dan persyarafan.
3. Anak Sekolah
Anak sekolah berusia 6-12 tahun, tumbuh lambat dan stabil dengan
kebutuhan energi yang bervariasi dan semakin meningkat sesuai BB nya.
Anak sekolah BB nya meningkat 3-5 kg/ per tahun dan TB meningkat 6
cm/tahun sampai masa pubertas. Anak usia sekolah harus mendapatkan cukup
protein, vitamin A dan C Berikan makanan yang bervariasi biasanya anak
sekolah sarapanya sering erlewat atau sarapan dengan gizi yang kurang.
Kebiasaan keluarga penting untuk mengajarkan mebisakan dan memberikan
makanan sehat.
4. Remaja
Nutrisi adekuat diperlukan pada masa pubertas dan Kalsium dibutuhkan
untuk pertumbuhan tulang

5. Dewasa Muda dan Pertengahan


 Saat dewasa masa pertumbuhan telah berhenti
 Usia dewasa membutuhkan nutrisi untuk energi
 Obesitas menjadi masalah penting pada usia dewasa
 Perempuan membutuhkan banyak vitamin, zat dan kalsium
 Kehamilan: buruknya nutrisi selama masa kehamilan dapat menyebabkan
BBLR dan menurunkan daya survive bayi
 Nutrisi adekuat sejak msa konsepsi harus diperhatikan
 Kenaikan BB selama hamil antara 11-14 kg
 Kalsium dibutuhkan saat trimester ketiga saat pertumbuhan dan
perkembangan tulang janin
 Zat besi selama hamil sampai persalinan juga sangat dibutuhkan
 Menyusui
 Masa menyusui membutuhkan 2020 kJ/hari
 Produksi ASI membutuhkan peningkatkan pemasukan energi
6. Lansia
 Kebutuhan energi pada lansia mengalami penurunan
 Fungsi system pencernaan mengalami penurunan
 Kalsium penting pada lansia untuk mencegah osteoporosis
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Eliminasi urine merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan


darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).
Kebutuhan eliminasi alvi yaitu proses pengeluaran sisa makanan yg disebut feses.
Sistem tubuh yg berperan dalam proses eliminasi alvi adl sistem gastroistestinal
bawah, meliputi usus halus dan usus besar.
A. Kebutuhan Eliminasi Alvi
1. Usus halus
panjang ± 4-6 meter, diameter ± 2,5 cm. Terletak diantara lambung dan usus
besar.
 Duodenum : panjang ± 25 cm, berbentuk C, terdapat pankreas & duktus
biliaris yg sekresi dalam satu lubang (kadang2 dua lubang bisa membuka)
dikontrol oleh sfingter Oddi
 Jejunum & ileum: panjang ± 300-900 cm, tidak ada perbedaan yg jelas
diantaranya, keduanya terletak didalam ronga peritoneum kecuali
sepanjang garis perlekatannya.

Fungsi usus halus :


 Sekresi cairan usus
 Menerima empedu & getah pankreas
 Pencernaan makanan (enzim2 pemecah asam amino; glukosa, maltosa,
galaktosa; asam lemak, gliserol oleh bantuan garam empedu) shg makanan
menjadi lebih mudah dicerna dan diserap usus halus kedalam darah atau
limfe.
 Absorbsi air, garam, & vitamin
 Gerakan usus halus oleh segmental pendek dan “rush wave” yg
menggerakkan isi sepanjang usus lebih cepat
Sering ukurannya lebih panjang pada orang gemuk (endomorfik).
Orang kurus eksomorfik, atletis mesomorfik. Bersifat bawaan shg
seringkali org gemuk susah utk kurus. pH usus halus bersifat alkali.
Penyerapan2 nutrisi berakhir d ileum shg di usus besar/colon tinggal air,
elektrolit, & zat2 ttu utk diserap colon.Ulkus duodenum bisa trjd dimana
makanan yg telah dicerna bersifat asam, utamanya di duodenum sebelah
atas muara getah pankreas & empedu. Pada kasus malabsorbsi, usus halus
mengalami kegagalan utk menyerap makanan, vitamin, dan garam. Hal ini
menyebabkan penurunan BB, defisiensi vitamin, defisiensi garam, dan
anemia.

2. Usus Besar
 Usus besar (colon): panjang ± 1,5 meter, diameter ± 5-6 cm. Menerima
makanan yg sudah berbentuk chyme (kimus) yakni makanan setengah
padat/cairan kenyal utk diabsorbsi lagi air, nutrien, & elektrolit.
 Caecum : Ileum masuk melalui belahan kirinya pd lubang ileosekal (celah
oval yg dikontrol sfingter otot). Apendiks membuka ke arah caecum
dibawah lubang ileosekal. Caecum berlanjut ke atas menjadi colon
ascenden.
 Apendiks : tonjolan dgn lumen yg sempit dan banyak jaringan limfe.
 Produk defekasi :
 Feses (75 % air + 25 % materi padat)
 Sterkobilin (pemberi warna coklat pada feses), sebagian diserap lagi dan
dikeluarkan melalui ginjal memberi warna urin (urobilin)
 Bau (aktivitas mikroorganisme)
 Refleks defekasi
 Reflek defekasi intrinsik : Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke
rektum sehingga terjadi distensi rektum, yang kemudian menyebabkan
rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik.
Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka
terjadilah defekasi.
 Refleks defekasi
 Reflek defekasi ekstrinsik : Feses yang masuk ke rektum akan merangsang
saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord
kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rektum yang
menyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi spinter anus, maka
terjadilah defekasi. Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot
abdomen, tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi
dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.
 Faktor pengaruhi defekasi :
1. Usia
2. Diet
3. Asupan cairan
4. Tonus otot
5. Psikologis
6. Pengobatan
7. Penyakit, termasuk kerusakan sensorik dan motorik
8. Gaya hidup
9. Posisi saat defekasi
10. Nyeri
11. Aktivitas
 Permasalahan pada defekasi :
1. Konstipasi : gangguan eliminasi oleh karena feses keras yg melewati
usus besar
2. Impaksi fekal : massa feses keras yg teraba di lipatan rektum akibat
retensi dan akumulasi yg berkepanjangan. Tanda adanya impaksi
yakni perasaan ingin BAB dan sakit pd rektum
3. Diare : eliminasi feses dalam bentuk cair dan ditandai dgn frekuensi
BAB yg sering. Perjalanan kimus menjadi cepat dan usus tidak
mempunyai waktu yg cukup utk menyerap air
3. Tidakan keperawatan
a) Perawatan gangguan eliminasi alvi
 Gliserin
 Pispot
 Huknah tinggi
 Huknah rendah evakuasi jari
B. Kebutuhan Eliminasi Urine
Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan
mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.
1. Ginjal
Terletak di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen.
Sepasang ginjal terletak di belakang abdomen, di belakang peritoneum yg
melapisi rongga abdomen, shg disebut retroperitoneal. Ginjal ini terletak di kanan
dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal
terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak
di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua
lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan.
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih
dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi
sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron
terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan
Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam
kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen.
Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori
dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang
mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalam tubulus
ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi
proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada
tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu
Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga
gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel
yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam
amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk
ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Tempat
lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan
menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin,
yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
2. Ureter
Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih
Lapisan tengah (otot polos) dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang mendorong urine melalui ureter.
3. Vesika Urinaria
Sebuah kantung yg berfungsi sebagai penampung air seni yang berubah-
ubah jumlahnya karena kandung kemih dapat mengembang dan mengempis
4. Uretra
Saluran yg menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh.
Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau
ekskresi dan sistem seksual pada pria, sebagai saluran pengeluaran air mani

Faktor-faktor pengaruhi eliminasi urin:

o Diit dan asupan makanan


o Respon keinginan awal utk berkemih
o Gaya hidup
o Stres psikologis
o Tingkat aktivitas
o Tingkat perkembangan (usia)
Perubahan Pola Eliminasi Urine :

 Frekuensi
 Urgensi
 Disuria
 Poliuria
 Urinari suppresi
 Anuria dan atau oliguria (renal desease, heart desease, luka bakar, syok
hipovolemik)
Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan USG

2. Pemeriksaan foto rontgen

3. Pemeriksaan laboratorium urin (urin biasa; urin steril; urin 24 jam)

Anda mungkin juga menyukai