Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN 7

SISTEM RESPIRASI

I. TUJUAN PECOBAAN
1.1 Dapat menjelaskan peranan sistem respirasi dalam mempertahankan
homeostasis tubuh.
1.2 Dapat menjelaskan peran organ-organ yang terlibat dalam sistem
respirasi.
1.3 Dapat menerapkan cara sederhana dalam mendeteksi adanya kelainan
dalam sistem respirasi.

II. TEORI
2.1 Pengertian Pernapasan
Pernapasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di
dalam jaringan atau pernapasan dalam dan yang terjadi di dalam paru-paru
bernama pernapasan luar. Udara ditarik ke dalam paru-paru dan waktu
menarik napas dan di dorong ke luar paru-paru pada waktu mengeluarkan
napas (Pearce, 2006).
Fungsi sistem pernapasan ialah mengambil oksigen dari atmosfer ke
dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan
oleh sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik berfungsi
dalam : Produksi bicara, membantu dalam proses berbicara, keseimbangan
asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia, pertahanan tubuh
melawan benda asing, organisme asing yang masuk melalui proses
pernapasan ke dalam tubuh, mengatur hormonal tekanan darah dan
keseimbangan hormon dalam darah
Respirasi melibatkan proses-proses berikut ini:
1. Ventilasi pulmonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara
dan saluran pernapasan dan paru-paru.
2. Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara
udara dalam paru-paru dan kapiler pulmonal.
3. Respirasi internal, difusi oksigen dan karbon dioksida antara sel darah
dan sel jaringan.
4. Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk
produksi energi dan pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel
tubuh (Syaiffudin, 2009).
2.2 Organ-Organ Pernapasan
1. Nares anterior
Nares anterior adalah saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran
itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga)
hidung. Vestibulum ini dilapisi epithelium bergaris yang bergabung dengan
kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebasus yang ditutup
buku kasar. Kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.
2. Rongga hidung
Dilapisi selaput rendir yang sangat kaya dengan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lender semua sinus yang
mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Sewaktu udara masuk
memalui hidung, udara disaring melalui bulu-bulu yang terdapat di dalam
vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya, udara
menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan selaput lender,
udara menjadi lembab.
3. Faring
Pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan esophagus sampai ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang hidung, di belakang mulut dan di
belakang laring.
4. Laring
Terletak dibagian terendak faring yang memisahkan dari kolumna
vetebrata, berjalan dari faring sampai ketinggian vetebrata servikalis dan
masuk ke dalam trakea di bawahnya.
5. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira Sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vetebrata torakalis kelima dan di tempat bercabang menjadi dua bronkus.
Trakea tersusun dari enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap
berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran di belakang trakea, selain itu juga memuat
beberapa jaringan otot.
6. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
kira vetebrata torakalis ke lima mempunyai struktur yang serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih lebar daripada yang kiri. Sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis
dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas. Cabang
ke dua timbul setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus
lobus bawah. Bronkus lobus tengah ke luar dari bronkus lobus bawah.
7. Paru-paru
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga
dada, terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh
jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak
di dalam mediastimum. (Pearce, 2006).
2.3 Mekanisme Pernapasan
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam:.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara
dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam
adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel
tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika
tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,
apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi)
dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas
dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan
perut terjadi secara bersamaan (Syaiffudin, 2006).
a. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang
rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut. Fase inspirasi, Fase ini
berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. Fase ekspirasi,
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih
besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya
karbon dioksida keluar.
b. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni, Fase
Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil
sehingga udara luar masuk. Selanjutnya, Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi
merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula,
mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih
besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru. (Guyton and John, 2006).
2.4 Volume dan Kapasitas Paru-Paru
a. Volume paru-paru
Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau yang diekspirasi
setiap kali bernapas normal, besarnya kira-kira 500 ml pada laki-laki
dewasa.Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat
diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan kuat. Volume
cadangan ekspirasi adalah volume udara ekspirasi maksimal yang diekspirasi
melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal. Volume residu adalah
volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah ekspirasi paling
kuat.
b. Kapasitas paru-paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru-paru, kadang-
kadang perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas, kombinasi seperti itu
disebut dengan kapasitas paru-paru.
c. Kapasitas inspirasi
Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah dengan volume
cadangan inspirasi. Ini merupakan jumlah udara yang dapat dihirup oleh
seseorang, dimulai pada tingkar ekspirasi normal dan pengembangan paru-paru
sampai jumlah maksimum.
d. Kapasitas residu fungsional
Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah dengan volume residu. Ini merupakan jumlah udara yang tersisa pada
akhir ekspirasi normal.
e. Kapasitas vital
Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume
tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini merupakan jumlah udara maksimal
yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru-paru, setelah terlebih dahulu mengisi
paru-paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya.
f. Kapasitas paru-paru total
Kapasitas paru-paru total adalah volume maksimum yang dapat
mengembangkan paru-paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin,
jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah dengan kapasitas vital
ditambah volume residu.
g. Volume dan kapasitas paru-paru
Pada wanita kira-kira 20-25 persen lebih kecil daripada pria dan lebih besar
lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besar daripada orang yang bertubuh
kecil dan astenis. (Nangsari, 1998).
2.5 Penyakit Sistem Pernapasan
Sistem peredaran oksigen yang diperlukan oleh tubuh manusia bisa
mengalami gangguan atau kelainan disertai penjelasan pengertian atau
definisi singkat yaitu seperti :
a. Kelainan/Gangguan/Penyakit Saluran Pernapasan
1) Penyempitan saluran pernafasan akibat asma atau bronkitis. Bronkis
disebabkan oleh bronkus yang dikelilingi lendir cairan peradangan
sedangkan asma adalah penyempitan saluran pernapasan akibat otot
polos pada saluran pernapasan mengalami kontraksi yang
mengganggu jalan napas.
2) Sinusitis, adalah radang pada rongga hidung bagian atas.
3) Renitis, adalah gangguan radang pada hidung.
4) Pembengkakan kelenjar limfe pada sekitar tekak dan hidung yang
mempersempit jalan nafas. Penderita umumnya lebih suka
menggunakan mulut untuk bernapas.
5) Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus paru-
paru atau disebut pleura.
6) Bronkitis, adalah radang pada bronkus.
b. Kelainan/Gangguan/Penyakit Dinding Alveolus
1) Pneumonia/Pnemonia, adalah suatu infeksi bakteri diplococcus
pneumonia yang menyebabkan peradangan pada dinding alveolus.
2) Tuberkolosis/TBC, merupakan penyakit yang disebabkan oleh baksil
yangmengakibatkan bintil-bintil pada dinding alveolus.
3) Masuknya air ke alveolus.
c. Kelainan/Gangguan/Penyakit Sistem Transportasi Udara
1) Kontaminasi gas CO/karbon monoksida atau CN / sianida.
2) Kadar haemoglobin/hemoglobin yang kurang pada darah sehingga
menyebabkan tubuh kekurangan oksigen atau kurang darah alias
anemia. (Mukhtar, 2002).
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN

Alat pengukur Etanol 70%

Spirometer Kapas

Stetoskop

IV. PROSEDUR
4.1. Anatomi

4.2. Fisiologi
a. Proses inspirasi dan ekspirasi
Digunakan alat pengukur untuk mengukur rongga dada saat mengalami
respirasi normal (inspirasi dan ekspirasi normal) dan saat inspirasi
maksimum ( saat menarik napas dalam). Bagian rongga dada yang diukur
adalah daerah axila dan xiphoid.
b. Bunyi pernapasan
Ditempatkan stetoskop pada berbagai posisi di punggung.
Didengarkan bunyi pernapasan kemudian dihitung frekuensi
pernapasannya. Lalu, dibahas kekuatan serta bunyi pernapasan
sukarelawan.
c. Menentukan perbandingan VT ( Volume Tidal), VEC ( Volume
Ekspirasi Cadangan), dan VIC ( Volume Inspirasi Cadangan)
Dengan menggunakan spirometer dilakukan inhalasi normal
kemudian diekshalasikan normal ke dalam spirometer. Dicatat nilai VT
yang tertera pada spirometer. Selanjutnya dilakukan inhalasi normal lalu
diekshalasikan sekuat- kuatnya ke dalam spirometer. Dicatat nilai VEC
yang teretra pada spirometer. Lalu dialkukan inhalasi sedalam mungkin
kemudian diekshalasikan sekuat- kuatnya ke dalam spirometer. Dicatat
nilai KV yang tertera pada spirometer.

V. DATA PENGAMATAN
5.1 Fisiologi
a. Proses Inspirasi dan Ekspirasi

Komponen Perubahan yang terjadi


Proses yang terlibat
Perempuan Laki-laki

Ekspirasi Rongga dada, 89 cm 85 cm


(Ekshalasi) diafragma
Inspirasi Rongga dada, 97 cm 92 cm
(Inhalasi) diafragma

b. Bunyi Pernapasan
Setelah didengar menggunakan stetoskop pada 6 bagia sisi
dada bunyi pernafasan Normal.
Dalam 1 menit didapat
Wanita = 34 kali dalam 1 menit
Pria = 30 kali dalam 1 menit

c. Menentukan perbandingan VT ( Volume Tidal), VEC ( Volume


Ekspirasi Cadangan), dan VIC ( Volume Inspirasi Cadangan)
Perempuan Laki-Laki

Volume Tidal (VT) = 300 ml Volume Tidal (VT) = 400 ml

Volume Ekspirasi Cadangan Volume Ekspirasi Cadangan


(VEC) = 1900 ml (VEC) = 1300 ml

Kapasitas Vital (KV) = 2600 ml Kapasitas Vital (KV) = 2800 ml

Volume Inspirasi Cadangan Volume Inspirasi Cadangan


(VIC) = KV – (VT + VEC) (VIC) = KV – (VT + VEC)
= 2600 – (300 + 1900) = 2800 – ( 1300 + 400)
= 400 ml = 1.100 ml

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh perbandingan nilai VT :


VEC : VIC yaitu 1 : 6 : 1 pada perempuan dan 1 : 3 : 3 pada laki-laki.

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan sistem respirasi dilakukan tiga percobaan yang dimana
pada percobaan pertama dilakukan proses insipirasi dan ekspirasi. Menurut
Waluyo (2010), respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2)
dari udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian
metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus
dikeluarkan karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makhluk hidup
melakukan pernapasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk
pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Menurut Molenaar (2004),
respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer
sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah
sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular) berlangsung
diseluruh sistem tubuh.Yang termasuk struktur utama system pernapasan
adalah saluran udara pernapasan, terdiri dari saluran napas atas dan saluran
napas bawah, serta paru (parenkim paru).
Dilakukan uji respirasi untuk melihat kenormalan fungsi paru-paru.
Ketika dilakukan percobaan ini, rongga dada mengalami perubahan ukuran.
Saat inspirasi, rongga dada akan membesar. Hal ini menandakan bahwa pada
saat proses inspirasi otot tulang rusuk akan berkontraksi sedangkan diafragma
akan berelaksasi. Namun, saat ekspsirasi rongga dada mengecil. Hal ini
menandakan bahwa pada saat proses ekspirasi otot tulang rusuk akan
berelaksasi sedangkan diafragma akan berkontraksi.
Pada percobaan ini, frekuensi yang didapat adalah 34/menit,
sedangkan kekuatan dan bunyi pernafasan tidak terlalu kuat dan terdengar
samar-samar, artinya pernafasan pada orang yang diuji sehat tidak adanya
gangguan pernafasan dan jumlah frekuensi pernafasan melebihi jumlah
frekuensi pernafasan normal yaitu Frekuensi pernapasan yang normal pada
manusia dewasa adalah 12-30 kali/menit, pada bayi 25-50 kali/menit dan
pada anak 15-30 kali/menit. Kesalan menentuakan jumlah frekuensi ini bisa
disebabkan karena memang nafas yang ditarik terlalu sering, orang yang diuji
merasa gelisah ketika akan diuji nafasnya, suasana lab terlalu ramai sehingga
sulit menedegarkan bunyi pernafasan sukarelawan.
Pada percobaan ketiga dilakukan penentuan perbandingan Volume
Tidal (VT), Volume Ekspirasi Cadangan (VEC) dan Volume Inspirasi
Cadangan (VIC). Adapun menurut Aryulina (2007), Volume Tidal (VT) yaitu
volume udara hasil inspirasi atau ekspirasi pada setiap kali bernafas normal.
Kira-kira sebanyak ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa muda. Volume
Ekspirasi Cadangan (VEC) atau volume suplementer yaitu jumlah udara yang
masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal ,
pada keadaan normal sebanyak kira-kira ± 1200 ml. Volume Inspirasi
Cadangan (VIC) atau volume komplemeter yaitu volume udara ekstra yang
dapat diinspirasi setelah volume tidal, biasanya mencapai ± 3000 ml. Dalam
proses bernafas, terkadang diperlukan penyatuan dua atau lebih jenis-jenis
volume diatas. Kombinasi jenis-jenis volume di atas itu disebut kapasitas
paru-paru dimana terdapat beberapa jenis kapasitas paru-paru yaitu Kapasitas
Vital (KV) dan kapasitas paru-paru total. Kapasitas Vital sama dengan
volume inspirasi cadangan ditambah dengan volume ekspirasi cadangan.
Kapasitas vital ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
dari paru-paru seseorang setelah terlebih dahulu mengisi paru-paru secara
maksimum dan kemudian dikeluarkan sebanyak-banyaknya ± 4600 ml.
Sedangkan kapasitas paru-paru total adalah volume maksimum dimana paru-
paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa ± 5800 ml.
Dalam penentuan perbandingannya digunakan alat spirometer yang dimana
menurut Blonshine (2000) spirometer adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur aliran udara kedalam dan keluar dari paru. Dilakukan inhalasi
normal kemudian di ekshalasikan normal ke dalam spirometer diperoleh nilai
volume tidal pada perempuan sebanyak 300 ml dan pada laki-laki 400 ml
sedangkan menurut Aryulina (2007) menyatakan volume tidal dikatakan
normal jika ± 500 ml. Kemudian dilakukan inhalasi normal yang setelah itu di
ekshalasikan sekuat-kuatnya ke dalam spirometer diperoleh nilai volume
ekspirasi cadangan pada perempuan sebanyak 1.900 ml dan pada laki-laki
diperoleh 1.300 ml sedangkan menurut Aryulina (2007) menyatakan volume
ekspirasi cadangan normal jika ± 1200 ml. Selanjutnya dilakukan inhalasi
sejauh mungkin yang setelah itu di ekshalasikan sekuat-kuatnya ke dalam
spirometer diperoleh nilai kapasitas pada perempuan sebanyak 2.600 ml dan
pada laki-laki diperoleh 2.800 ml sedangkan menurut Aryulina (2007)
menyatakan nilai kapasitas vital normal jika ± 4600 ml. Setelah diperoleh
nilai volume tidal, volume ekspirasi cadangan dan kapasitas vital maka akan
diperoleh volume inspirasi cadangan. Volume inspirasi cadangan diperoleh
dari rumus VIC = KV – (VT + VEC) dikarenakan suatu proses inspirasi tidak
bisa ditentukan dengan menggunakan spirometer. Setelah dilakukan
perhitungan sesuai rumus untuk mencari volume inspirasi cadangan diperoleh
volume inspirasi cadangan (VIC) pada perempuan 400 ml dan pada laki-laki
1.600 ml sedangkan menurut Aryulina (2007) menyatakan nilai volume
inspirasi cadangan normal jika ± 3000 ml. Setelah diketahui volume inspirasi
cadangan ditentukan perbandingan VT : VEC : VIC yaitu diperoleh hasil
perbandingan pada perempuan 1 : 6 : 1 dan pada laki-laki 1 : 3 : 3 sedangkan
menurut Aryulina (2007) perbandingan normalnya 1 : 2 : 6. Setelah
mengetahui perbandingan VT, VEC, dan VIC tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pernafasan pada orang tersebut tidak normal (menurut alat
spirometer). Menurut Aryulina (2007), Ketidak normalan tersebut
dikarenakan cepat lambatnya manusia melakukan pernapasan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, jenis kelamin, suhu
tubuh dan posisi tubuh. Umur, bertambahnya umur seseorang mengakibatkan
frekuensi pernapasan semakin lambat. Pada saat dilakukan percobaan
diperoleh data pada perempuan dan laki-laki dan hal tersebut termasuk
kedalam faktor jenis kelamin yang dimana pada umumnya, laki-laki lebih
banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu laki-laki memerlukan oksigen
lebih banyak daripada wanita. Selain itu, suhu tubuh dapat mempengaruhi
karena manusia memiliki suhu tubuh yang konstan berkisar antara 36℃ -
37℃ karena manusia mampu mengatur produksi panas tubuhnya dengan
meningkatkan laju metabolismenya sehingga kebutuhan oksigen akan
meningkat. Sedangkan jika posisi tubuh akan mempengaruhi banyaknya otot
yang bekerja. Misalnya pada saat berdiri, otot akan berkontaksi sehingga
oksigen yang dibutuhkan lebih banyak dan laju pernapasan akan meningkat
dibandingkan pada saat orang duduk. Selain empat faktor tersebut, bisa saja
dipengaruhi oleh kelainan dalam pernapasan yang dimana menurut Mukhtar
(2002), kelainan saluran pernapasan diantaranya penyempitan saluran
pernafasan akibat asma atau bronkitis. Bronkis disebabkan oleh bronkus yang
dikelilingi lendir cairan peradangan sedangkan asma adalah penyempitan
saluran pernapasan akibat otot polos pada saluran pernapasan mengalami
kontraksi yang mengganggu jalan napas, pembengkakan kelenjar limfe pada
sekitar tekak dan hidung yang mempersempit jalan nafas. Penderita umumnya
lebih suka menggunakan mulut untuk bernapas. Selain itu, perpedaan
perbandingan dengan literatur menurut Aryulina (2007) bisa saja adanya
kontaminasi gas CO / karbon monoksida atau CN / sianida. Selain itu, kadar
haemoglobin / hemoglobin yang kurang pada darah sehingga menyebabkan
tubuh kekurangan oksigen atau kurang darah alias anemia yang menyebabkan
kelainan sistem transportasi udara.

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan bahwa :
1. Proses inhalasi maxsimal pada laki-laki yaitu 92 cm
Proses ekshalasi normal pada laki-laki yaitu 85 cm
Proses inhalasi maxsimal pada Perempuan yaitu 97 cm
Proses ekshalasi normal pada perempuan yaitu 89 cm
2. Bunyi pernafasan dalam 1 menit pada wanita yaitu 34 kali dan pada pria
30 kali. Hal ini menandakan bunyi pernafasan pada keduanya normal.
3. Perbandingan Volume Tidal, Volume Ekspirasi Cadangan dan Volume
Inspirasi Cadangan yang diperoleh pada perempuan 1 : 6 : 1 dan pada
laki-laki 1 : 3 : 3.
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D. (2007). Biologi. Jakarta: Esis


Blonshine. (2000). Spirometry: Asthma and COPD Guidelines Creating
Opportunities for RTs. AARC Times.
Guyton, A.C and John E. Hall. (2006). Textbook Of Medical
Physiology. Elsevier, Singapore.
Molenaar, dkk. (2014). Forced Expiratory Volume In One Second (Fev-1)
Pada Penduduk Yang Tinggal Di Dataran Tinggi. Jurnal e-Biomedik
(eBM). Volume 2, No 3.
Mukhtar, I. (2002). Penatalaksaan Penyakit Paru Akibat Kerja. UI Press,
Jakarta.
Nangsari, S. (1998). Pengantar Fisiologi Manusia. Depdikbud, Jakarta.
Syaifuddin, (2006). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi 2. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Pearce, E. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Syaifuddin, 2009. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Waluyo, J. (2010). Biologi Umum. Jember : Unej
Ware, L.B and Matthay, M.A. (2005). Clinical Practice. Acute Pulmonary
Edema. Medical Press, England.

Anda mungkin juga menyukai