Anda di halaman 1dari 27

Fetri Lestari, M.Si., Apt.

FARMAKOTERAPI EPILEPSI
Definisi

 Epilepsi adalah kelainan yang muncul


sebagai simptom akibat gangguan
aktivitas elektrik di otak
 Merupakan kumpulan berbagai tipe
seizure yang bervariasi dalam
keparahan, kemunculan, penyebab,
akibat dan penanganan
Prevalensi
 Dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan,
variasi umur dan variasi ras.
• Jumlah penderita epilepsi meliputi 1-2% dari populasi. Puncak
insidensi terdapat pada golongan anak dan usia lanjut. 80-90%
orang dengan epilepsi (ODE) tidak mendapatkan pengobatan
sama sekali.
 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa:
 5-20 per 1000 orang penduduk. Sampai saat ini belum ada
penelitian mengenai prevalensi di Indonesia.
 Di Rocherter, Minnesola, AS pada tahun 1965, prevalensi
Epilepsi adalah 5,7 per 1000 penduduk.
(Abdul Munir, 2009)
ETIOLOGI

 Seizure muncul akibat abnormalitas muatan


impuls saraf
 Sesuatu yang mengganggu homeostasis
normal dan kestabilan neuron dapat memicu
hipereksitabilitas dan seizure
 Penyebab: genetik atau trauma otak
 Faktor pemicu seizure: stress emosional,
perubahan hormonal (menstruasi, pubertas),
stimulus sensori, dll
Patofisiologi
Eksitasi berlebih atau inhibisi abnormal pada
neuron

Mekanisme:
 Gangguan pada distribusi, jumlah, tipe ion channel pada
membran neuron
 Modifikasi biokimia pada reseptor
 Modulasi pada sistem “second messaging” dan ekspresi
gen
 Perubahan konsentrasi ion ekstraselular
 Gangguan uptake dan metabolisme neurotransmitter
 Modifikasi fungsi inhibitori
Patofisiologi

Ketidakseimbangan antara neurotransmitter


utama:
 Glutamat (eksitatori)
 GABA (inhibitori)
 Neuromodulator :
acetylcholine, norepinephrine, serotonin
Review Transmisi Sinaptik
Keterlibatan
neurotransmitter
dan saluran ion:
Ca2+
Na+
K+
Cl-
Potensial
aksi pada
sistem
saraf
normal

Pd epilepsi bisa terjadi


perbedaan nilai ambang
(lebih rendah) sehingga
mudah terdepolarisasi
Eksitasi
vs
inhibisi
Klasifikasi Seizure
A. Primary Generalized
Seizure
• Tonic-clonic (Grand mal)
primary or secondary types
• Absence (Petit mal)/
• Myoclonic
• Tonic
• Clonic
• Atonic
B. Partial Seizure
• Simple partial
• Complex partial
• Complex partial evolving to
generalised tonic-clonic

C. Partial Seizure with


Secondary Generalization
Gejala
 Partial Seizures
 Simple partial; tidak mengakibatkan hilangnya
kesadaran. Mungkin berubah dalam hal emosi, cara
melihat, mencium, merasa , rasa atau suara.
 Complex partial; mengakibatkan hilang kesadaran
untuk sementara waktu. Kejang parsial kompleks
sering mengakibatkan orang tersebut menatap kosong
dan gerakan tanpa tujuan seperti menggosok tangan,
berkedut, mengunyah, menelan atau berjalan
berputar-putar.
 General seizures
 Absence seizure (petit mal): ditandai dengan menatap dan
gerakan tubuh halus, dan dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran yang singkat .
 Myoclonic: biasanya muncul sebagai garakan tersentak secara
tiba-tiba atau berkedut dari lengan dan kaki .
 Atonic: menyebabkan kehilangan tonus otot yang dapat
mengakibatkan roboh atau jatuh secara tiba – tiba.
 tonic – clonic (grand mal): seizure yang paling kuat, yang
ditandai dengan hilangnya kesadaran, tubuh kaku dan gemetar,
kejang-kejang dan hilangnya kontrol kandung kemih.
Diagnosa
• Electro encephalogram (EEG) :
pemeriksaan gelombang otak
• Magnetic Resonance Imaging (MRI): untuk
melihat lokasi lobus otak yang mengalami
abnormalitas
• Computed Tomography (CT) scan: untuk
mengetahui adanya faktor cedera
otak/trauma
EEG
Terapi
Mekanisme kerja AED
 Carbamazepine: inhibisi saluran natrium
 Ethosuximide: inhibisi pembukaan saluran kalsium
 Felbamate: blok reseptor NMDA (N-methyl D-
aspartate), modulasi reseptor GABA, pada dosis
lebih tinggi menghambat aktivasi saluran kalsium
 Levetiracetam: reduksi arus ion Ca2+
 Oxcarbazepine: struktur berhubungan dengan
carbamazepine, mekanisme kerja sama dengan
carbamazepine
• Phenobarbital: meningkatkan nilai ambang
seizure dengan berikatan dengan reseptor
GABA
>GABA (Gamma Amino Butyric Acid) yang
merupakan neurotransmitter inhibitori,
bekerja membuka saluran chlorida
• Phenytoin: menghambat saluran natrium
• Pregabalin: mengikat subunit gerbang
saluran kalsium sehingga menghambat
pelepasa neurotransmitter eksitatori seperti
glutamat, noradrenaline
• Tiagabine: inhibisi pengambilan kembali
GABA
• Topiramate: menghambat pembukaan
saluran kalsium, natrium, dan berikatan
dengan reseptor GABA
• Asam valproat: menghambat degradasi
GABA, meningkatkan sintesis GABA
• Zonisamide: inhibisi saluran natrium

Anda mungkin juga menyukai