Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FITOKIMIA

MINYAK ATSIRI

Disusun oleh :

1. Resti Fauziyah (10060318102)


2. Fika Nurul Hafidzoh (10060318107)
3. Latifa Hana Silfadani (10060318110)
4. Alivia Dyanira (10060318111)
5. Dinda Hana Priliawati (10060318118)

Dosen: Kiki Mulkiya Y., M.SI., APT.

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2020 M / 1442 H

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan curahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah FItokimia. Dalam pembuatan makalah ini, kami
masih memiliki banyak kesulitan dan hambatan, dikarenakan kurangnya wawasan
kami dan sumber informasi pengetahuan yang terbatas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca untuk saat ini dan dapat
pula dijadikan pedoman pada masa yang akan datang.

Bandung, 19 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
1. 1 Latar Belakang............................................................................................................. 4
1. 2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 4
1. 3 Tujuan.......................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................5
2. 1. Minyak Atsiri.............................................................................................................. 5
2. 2 Ekstraksi.......................................................................................................................6
2.3 Isolasi............................................................................................................................ 7
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................... 8
3.1. Metode Ekstraksi Minyak Atsiri.............................................................................. 8
3.1.1 Metode Ekstraksi Dengan Pelarut Menguap...................................................8
3.1.2 Metode Ekstraksi Dengan Lemak Dingin (Enfleurasi)................................... 8
3.1.2 Metode Ekstraksi Dengan Karbon dioksida Super Kritis............................... 9
3.2 Metode Isolasi Minyak Atsiri................................................................................10
3.2.1 Isolasi Minyak Atsiri Dengan Cara Destilasi................................................10
3.2.1 Isolasi Minyak Atsiri Dengan Cara Pengepresan..........................................11
3.2.1 Isolasi Minyak Atsiri Dengan Cara Maserasi............................................... 12
3.3 Analisis Minyak Atsiri Dengan GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry)12
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Minyak atsiri atau essential oils, etherial oils, dan volatile oils adalah
komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga,
kayu, biji-bijian bahkan putik bunga (Hardjono, 2004). Setidaknya ada 150
jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan
40 jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis
minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis
minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia
(Mulyadi, 2008).

Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan


yang diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku
dalam perisa maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri
kosmetik dan parfum menggunakan minyak atsiri kadang sebagai bahan
pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri
makanan menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan sebagai
perisa atau menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai
obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai
fragrance juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain
seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet
dan bahan insektisida (Ketaren, 1985).

1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa saja metode ekstraksi minyak atsiri ?


2. Apa saja metode isolasi minyak atsiri ?
3. Apa metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi minyak atsiri ?
1. 3 Tujuan

1. Mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengekstraksi


minyak atsiri.
2. Mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengisolasi
minyak atsiri.
3. Mengetahui metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi
minyak atsiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Minyak Atsiri

Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam
Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga
dengan cara ekstraksi (Sastrohamidjojo 2004). Minyak atsiri mempunyai sifat-
sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi,
mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, umumnya
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri akan
mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan berubah warna, aroma, dan
kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan berubah (Ketaren
1985).

Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200


spesies tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae,
Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber
pada setiap bagian tanaman yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau
kulit dan akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman,
dapat juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat
dibuat secara sintetis. Minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 cara yaitu,
penyulingan (distillation), pengepresan (pressing), ekstraksi dengan pelarut
menguap (solvent extraction), dan ekstraksi dengan lemak padat (enfleurasi)
(Ketaren 1985).

Umumnya, metode yang paling sering digunakan adalah penyulingan.


Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum,
antiseptik, obat-obatan, flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman dan
sebagai pencampur rokok kretek. Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor
non migas yang dibutuhkan oleh berbagai negara. Aplikasi banyak digunakan
pada berbagai industri antara lain

1) industri makanan sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa,

2) industri farmasi sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, dan anti bakteri,

3) industri bahan pengawet sebagai insektisida,

4) industri kosmetik dan personal care product seperti sabun, pasta gigi,
lotion, skin care, produk-produk kecantikan, dan sebagainya,

5) industri parfum.

Penggunaan minyak atsiri dapat melalui konsumsi langsung melalui mulut atau
dengan pemakain luar. Minyak atsiri yang dikonsumsi secara langsung dapat
berupa makanan atau minuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri,
penyedap, flavor ice cream, permen, dan pasta gigi. Pemakaian luar minyak
atsiri antara lain pemijatan, lulur, obat luka, pewangi (parfum), pewangi
ruangan, lotion, dan sebagainya (Ketaren 1985).

2. 2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat


menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ada 2 syarat agar pelarut dapat
digunakan di dalam proses ekstraksi, yaitu pelarut tersebut harus merupakan
pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi dan pelarut tersebut harus
dapat terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Dalam pemilihan pelarut
yang harus diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak
mudah terbakar, rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk
meminimalkan biaya operasi serta reaktivitas (Williams 1981). Pelarut yang
sesuai untuk ekstraksi adalah heksan (Atawia et al. 1988), karena jumlah dan
kualitas concrete yang dihasilkan paling baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi ekstraksi adalah jumlah pelarut


yang digunakan. Menurut Prabawati (2002), penggunaan lebih banyak pelarut
dapat meningkatkan minyak melati yang diperoleh. Pernyataan tersebut
dibuktikan oleh hasil penelitiannya dan hasil penelitian Rosmayati (1999)
yang menunjukkan bahwa rendemen minyak melati lebih tinggi dengan
menggunakan rasio bunga dan pelarut sebesar 1:2 daripada 1:1,5.

2.3 Isolasi

Isolasi adalah suatu usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa


yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang
murni. Tumbuhan mengandung ribuan senyawa sebagai metabolit primer dan
metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami
mengisolasi senyawa metabolit sekunder,karena dapat memberikan manfaat
bagi kehidupan manusia.
Kandungan senyawa dari tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan
pada suatu senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha isolasi senyawa
tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang akan
digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah
melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawaa non polar lebih mudah
larut dalam pelarut non polar (Harborne, 1987)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Metode Ekstraksi Minyak Atsiri

3.1.1 Metode Ekstraksi Dengan Pelarut Menguap

Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan


minyak atsiri di dalam bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut
yang dapat digunakan di antaranya alkohol, heksana, benzena, dan toluena.
Selain itu, dapat juga menggunakan pelarut non-polar seperti metanol, etanol,
kloroform, aseton, petroleum eter, dan etilasetat dengan kadar 96% (Amiarsi,
2006).

Alat yang digunakan dalam metode ini adalah ekstraktor yang terdiri
dari tabung ekstraktor berputar dan tabung evaporator (penguap). Tabung
ekstraktor dan evaporator ini dilengkapi dengan penunjuk tekanan dan suhu.
Di dalam ekstraktor berputar terdapat saluran masuk pelarut organik dan
pompanya. Sementara itu, saluran masuk evaporator dibuat tertutup agar
pelarut tidak mudah menguap.

Cara kerja ekstraksi dengan pelarut menguap ini mengacu pada


prosedur Rosmayati (1999) yaitu dengan cara merendam bunga melati dalam
pelarut n-heksan selama 12 jam pada suhu ruang dengan massa bunga dan
pelarut disesuaikan dengan perlakuan yang digunakan. Pelarut akan berdifusi
ke dalam bunga melati dan melarutkan minyak bunga melati beserta lilin dan
albumin serta zat warna. Larutan tersebut selanjutnya dievaporasi dalam
keadaan vakum pada suhu 35 ᵒC untuk dipisahkan dari pelarut nheksan.
Setelah n-heksan dievaporasi, lilin dan zat semi padat yang dikenal dengan
concrete akan tertinggal (Benedicta, 2016).

3.1.2 Metode Ekstraksi Dengan Lemak Dingin (Enfleurasi)

Enfleurasi adalah proses ekstraksi yang digunakan khusus untuk


mengektaksi minyak bunga-bungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan
rendemen minyak yang tinggi. Caranya adalah lemak dingin yang telah
disiapkan dilumurkan secara merata kedalam chasisis tempat lemak, yang
terbentuk persegi empat. Setelah itu kelopak bunga yang telah disiapkan
ditaburkan diatas lemak untuk selanjutnya disimpan selama 24 jam. Setelah
24 jam, kelopak bunga yang telah jenuh tersebut diganti dengan kelopak
bunga yang baru (Irawan, 2010).
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan bermutu
tinggi, proses fisiologi dalam bunga selama proses ekstraksi berlangsung
perlu dijaga agar tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin sehingga
bunga tetap dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menggunakan lemak hewani dan nabati (Irawan, 2010).
Keberhasilan proses enfleuarasi tergantung pada kualitas lemak yang
digunakan dan ketelitian serta keterampilan dalam mempersiapkan lemak.
Lemak yang digunakan tidak boleh berbau, tidak berwarna, tidak
mengandung asam lemak bebas, dan memiliki konsintensi tertentu. Jika
lemak terlalu keras, maka kontak antara bunga dan lemak relatif sulit
sehingga mengurangi daya absorpsi dan redemen minyak bunga yang
dihasilkan. Sebaiknya jika lemak terlalu lunak, maka bunga yang disebarkan
pada permukaan lemak akan masuk kedalam lemak sehingga bunga yang
layu dan lemak yang melekat pada bunga sulit dipisahkan, dan hal ini dapat
mengakibatkan penyusutan berat lemak yang digunakan (Julianto Tatang,
2016).
Prinsip kerja enfleurasi cukup sederhana. Jenis bunga tertentu (sedap
malam, misalnya melati) setelah dipetik, masih meneruskan aktivitas
fisiologisnya, sehingga memproduksi minyak dan mengeluarkan bau wangi.
Lemak mempunyai daya absorpsi tinggi dan jika dicampurkan kemudian
kontak dengan bunga yang berbau wangi, maka minyak akan mengabsorpsi
minyak yang dikeluarkan bunga tersebut. Pada proses ini bunga dijaga agar
bunga tetap hidup dengan cara memberikan oksingen secukupnya agar
minyak atsiri yang dikandung dapat diabsorpsi pada suhu ruang.

3.1.2 Metode Ekstraksi Dengan Karbon dioksida Super Kritis

Penggunaan CO2 super kritis merupakan cara baru yang relative lebih
mahal. Akan tetapi minyak atsiri yang dihasilkan memiliki kualitas yang
lebih baik dari metode-metode lain. Gas CO2 diisolasi dari senyawa cair
menjadi gas bertekanan tinggi dan bersifat non polar.

Untuk CO2 superkritis, suhu dan tekanan superkritisnya lebih tinggi


dibandingkan dengan suhu dan tekanan CO2 cair. Hal ini berdampak pada
kemampuannya sebagai solven menjadi lebih besar. Metode ini sudah
diterapkan untuk mengekstraksi herba dan rempah, misalnya pada suhu
sekitar 400C dan tekanan antara 200 - 250 bar.

Keuntungan utama ekstraksi menggunakan CO2 superkritis adalah


tidak ada residu solven, sedikit atau tidak ada kerusakan senyawa flavor
karena penggunaan suhu yang relatif rendah dan selektifitas yang bisa diatur
dengan memainkan suhu dan tekanan. Akan tetapi, kerugiannya adalah
investasi alat dan biaya operasionalnya mahal. Oleh karena itu, penggunaan
cara ekstraksi ini biasanya hanya untuk bahan bahan yang bernilai ekonomi
tinggi saja.

3.2 Metode Isolasi Minyak Atsiri

3.2.1 Isolasi Minyak Atsiri Dengan Cara Destilasi

Destilasi adalah proses pemisahan zat-zat cair dari campurannya


dengan berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana,
suatu campuran dapat dipidahkan bila zat-zat penyusunya tersebut
mempunyai perbedaan titik didih cukup tinggi.
Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih
komponen cairan yang dipisahkan pada tekanan tertentu. Penguapan
diferensiasi dari suatu campuran cairan merupakan bagian terpenting dalam
proses pemisahan dengan destilasi, diikuti dengan cara penampungan
material uap dengan cara pendingindan pengembunan dalam kondensor
pendingin air (Kusumaningrum, Widya, dkk, 2014).
Prinsip dasar dalam proses destilasi yaitu dengan berdasarkan
perbedaan titik didih, senyawa dengan titik didih yang paling rendah akan
terpisah terlebih dahulu. Air pendingin dimasukkan dari ujung yang paling
dekat dengan adaptor, dan air keluar melalui ujung pendingin yang lain.
Termometer dipasang sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan titik
didih senyawa yang sedang dipisahkan. Ujung termometer diletakkan tepat
pada posisi ujung pendingin.
Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri
adalah destilasi air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan
metode yang sederhanan dan membutuhkan biaya yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan destilasi uap.
Syarat utama pemisahan campuran dengan cara destilasi adalah
semua komponen yang terdapat didalam campuran haruslah bersifat volatil.
Pada suhu yang sama, tingkat penguapan pada masing-masing komponen
akan berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa pada suhu tertentu, komponen yang
lebih volatil dengan campuran cairan akan lebih banyak bengkit uap. Sifat
demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni pada suhu tertentu fasa cairan
akan lebih banyak mengandung komponen yang kurang volatil. Jadi cairan
yang setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi yang
berbeda. Perbedaan komposisi dalam ketimbangan uap-cairan dapat dengan
mudah dipelajari pada destilasi pemisahan campuran alkohol dan air.

3.2.1 Isolasi Minyak Atsiri Dengan Cara Pengepresan

Pengepresan adalah proses pengambilan minyak atsiri dengan cara


pengepresan yang dillkukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit luar
yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk famili citrus. Hal ini disebabkan
minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan jika
diekstaksi dengan cara penyulingan. Dengan pengepresan maka sel-sel yang
mengansung minyak akan pecah dan minyak akan mengalir kepermukaan
bahan.
Pada metode pengepresan, alat yang digunakan berupa mesin
pengepres. Alat ini bekerja dengan cara menekan bahan baku hingga sel
penghasil minyak akan pecah dan minyak akan keluar.
3.2.1 Isolasi Minyak Atsiri Dengan Cara Maserasi

Maserasi adalah pembuatan minyak dengan lemak panas tidak


berbeda jauh dengan metode lemak dingin. Bahan dab peralatan yang
digunakan pun tidak jauh berbeda. Perbedaannya anya terletak pada bagian
awal proses, yaitu menggunakan lemak panas. Sedangkan alat yang
digunakan yaitu evaporator vakum. Selain itu, dibutuhkan wadah beruoa bak
atau baskom untuk merendam bunga dalam lemak panas. Bahan yang
diperlukan dalam material yaitu lemak dan alkohol. Lemak digunkan sebagai
adsorben, sedangkan alkohol digunkan untuk melarutkan lemak.
Proses maserasi dilakukan dalam beberapa tahapan :
1. Pilih bunga yang bagus dengan tingkat ketuan optimum (belum mekar
penuh).
2. Rendam bunga dalam lemak yang telah dipanasi sampai suhunya
mencapai kondisi cair dan biarkan satu malam.
3. Keesokan harinya tambahkan alkohol panas dalam lemak, lalu aduk dan
saring untuk memisahkan bunganya,
4. Simpan campuran lemak dan alkohol dalam pendingin agar membeku
sehingga mudah dipisahkan.
5. Pemisahan dilakukan dengan penyaringan sampai larutan benar-benar
bebas dari lemak.
6. Larutan yang bebas lemak tersebut selanjutnya dievarporasi pada kondisi
vakum sampai memperoleh absolute.

3.3 Analisis Minyak Atsiri Dengan GC-MS (Gas Chromatography Mass


Spectrometry)

Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai komponen


campuran dalam sampel (Agusta, 2000). Prinsip kerja dari kromatografi gas
terkait dengan titik didih senyawa yang dianalisis serta perbedaan interaksi
analit dengan fase diam dan fase gerak. Senyawa dengan titik didih yang
tinggi memiliki waktu retensi yang lama. Senyawa yang lebih terikat dalam
fase cair pada permukaan fase diam juga memiliki waktu retensi yang lebih
lama (Clark, 2007).
Spektrometri massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing
molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas
(Agusta, 2000). Prinsip kerja spektrometri massa adalah menembak bahan
yang sedang dianalisis dengan berkas elektron dan secara kuantitatif mencatat
hasilnya sebagai suatu spektrum 9 fragmen ion positif. Fragmen-fragmen
tersebut berkelompok sesuai dengan massanya (Fessenden,1982).
Berdasarkan analisis GC– MS diperoleh dua informasi dasar, yaitu
hasil analisis kromatografi gas yang ditampilkan dalam bentuk kromatogram
dan hasil analisis spektrometri massa yang ditampilkan dalam bentuk
spektrum massa.
Kromatogram memberikan informasi mengenai jumlah komponen
kimia yang terdapat dalam campuran yang dianalisis yang ditunjukkan oleh
jumlah puncak yang terbentuk pada kromatogram berikut kuantitas masing-
masing. Spektrum massa hasil analisis sistem spektroskopi massa merupakan
gambaran mengenai jenis dan jumlah fragmen molekul yang terbentuk dari
suatu komponen kimia.
Sampel yang diinjeksikan ke dalam Kromatografi Gas akan diubah
menjadi fasa uap dan dialirkan melewati kolom kapiler dengan bantuan gas
pembawa. Pemisahan senyawa campuran menjadi senyawa tunggal terjadi
berdasarkan perbedaan sifat kimia dan waktu yang diperlukan bersifat
spesifik untuk masing-masing senyawa. Pendeteksian berlangsung di dalam
Spektroskopi Massa dengan mekanisme penembakan senyawa oleh elektron
menjadi molekul terionisasi dan pencatatan pola fragmentasi yang terbentuk
dibandingkan dengan pola fragmentasi senyawa standard yang diindikasikan
dengan prosentase Similarity Index (SI).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Metode ekstraksi minyak atsiri yaitu ekstraksi dengan pelarut menguap,


ekstraksi dengan lemak dingin (enfleurasi), dan ekstraksi dengan karbon
dioksida super kritis.
2. Metode isolasi minyak atsiri bisa dengan cara destilasi, pengepresan, dan
maserasi.
3. Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi minyak atsiri
adalah GC-MS (Gass Chromatography Mass Spectrometry)
DAFTAR PUSTAKA
Amiarsi, D., Yulianingsih, dan Sabari S.D. 2006. Pengaruh Jenis dan
Perbandingan Pelarut terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar.
Jurnal Hortikultura 16 (4) :356-359.

Atawia, B.A., S.A.S. Hallabo, and M.K Morsi. 1988. Effect of type of solvent
on quantity and quality jasmine concrete and absolute. Egyptian J. Food
Sci. l6(1-2):213224.

Hardjono, S., 2004, Kimia Minyak atsiri, Gadjah Mada University Press,.
Yogyakarta, hal 2, 9-15.
Irawan, B. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut. Tesis. Teknik Kimia
UniversitasDiponegoro. Semarang.

Julianto, Tatang. 2016. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Deepublish. Jakarta.


Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.

Kusumaningrum, Widya, dkk. 2014. Pembuatan Minyak Atsiri. UIN. Jakarta


Prabawati, S., Endang D.A., Suyanti, dan Dondy. 2002. Perbaikan Cara
Ekstraksi untuk Meningkatkan Rendemen dan Mutu Minyak Melati. Jurnal
Hort. Vol. 12 No.4 : 270-275.

Rosmayati, S. 1999. Pengaruh Perbandingan Bunga dengan Pelarut Menguap


dan Frekuensi Penggunaan Pelarut untuk Ekstraksi terhadap Rendemen
dan Mutu Minyak Melati (Jasminum sp.). Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sani, Nazma Sabrina dan Rofiah Racchmawati dan Mahfud. 2012.


Pengambilan Minyak Atsiri dari Melati dengan Metode Enfleurasi dan
Ekstraksi Pelarut Menguap. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1,
(2012) 1-4

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.
Simbolon, R. 2012. Pengaruh Perbedaan Jumlah Imbangan Pelarut dengan
Adsorben Terhadap Rendemen dan Mutu Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri
Bunga Kamboja (Plumeria obtusa) dengan Metode Enfleurasi. Skripsi.
Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Suyanti, S., Prabawati, Yulianingsih; Setyadjit; dan Unadi A. 2005. Pengaruh


Cara Ekstraksi dan Musim terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga
Melati. Jurnal Pascapanen 2(1):18-23.

Williams, D.F. 1981. Extraction with supercritical gases. Chem.Engineering


Sci. 36(11):1769-1788.

Anda mungkin juga menyukai