Oleh :
Nama : Darwin
Nim : 2021-01-14091-012
2.1.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit : (Puspasari, 2019)
a. Tuberkulosis paru
TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap
sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.
b. Tuberkulosis ekstra paru
TB yang terjadi pada organ selain paru misalnya kelenjar limfe,
pleura, abdomen, saluran kencing, kulit, selaput otak, sendi dan tulang
2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
a. Klien baru TB: klien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
paru sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari
satu bulan (< 28 dosis).
b. Klien yang pernah diobati TB: klien yang sebelumnya pernah menelan
OAT selama satu bulan atau lebih (≥ 28 hari).
c. Klien berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
d. Klien kambuh: klien TB paru yang pernah dinayatakn sembuh dan
saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi
e. Klien yang diobati kembali setelah gagal: klien TB paru yang pernah
diobati dan gagal pada pengobatan terakhir.
f. Klien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up):
klien TB paru yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow-up
(dikenal sebagai pengobatan klien setelah putus berobat).
g. Lain-lain: klien TB paru yang pernah diobati tetapi hasil akhir
pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat:
Pengelompokkan penderita TB berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji
dari mycobacterium tuberculosis terhadap OAT:
a. Mono resisten (TB MR): resisten terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja.
b. Poli resisten (TB PR): resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
c. Multidrug resisten (TB MDR): resisten terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan.
d. Extensive drug resistan (TB XDR): TB MDR sekaligus resisten
terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin,
Amikasin).
e. Resisten Rifampisin (TB RR): resisten terhadap Rifampisin dengan
atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi.
4. Klasifikasi penderita TB berdasarkan status HIV:
a. Klien TB dengan HIV positif
b. Klien TB dengan HIV negatif
c. Klien TB dengan status HIV tidak diketahui
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Darliana (2011), Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari
pasien TB paru ketika pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini
mengandung basil TB dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-
layang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Saat Mikrobacterium
Tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru maka dengan segera akan tumbuh
koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis, bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB
paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Sistem imun
tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-tuberkulosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli, yang menyebabkan bronkopneumonia dan
infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan gumpalan basil
yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan -jaringan fibrosa,
bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan menjadi nekrotik
membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi,
membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan
penyakit aktif. Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karna gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem
imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman.
Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah melepaskan bahan seperti keju dalam
bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran
penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerang membentuk jaringan parut. Paru
yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya
bronkopneumonia lebih lanjut.
1. Terpapar Penderita TBC
Mycobacterium 2. Lingkungan Buruk
tuberculosis 3. Status imunocompromized
(penurunan imunitas)
TB PARU
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Mobilisme enser
2.1.7 Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru
yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang
mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan pernafasan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal
2.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. L
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : Mahasiswa
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Babatan Pantai Utara 1143
Tgl MRS : 31 Mei 2022
Diagnosa Medis : TB ON OAT + Anemia
RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengatakan pada saat dirumah klien mengalami sakit lambung,
muntah-muntah dan pusing lalu keluarga klien membawa ke RS
UNIVERSITAS AIRLANGGA pada tanggal 11 Mei 2022. Setelah
beberapa hari pasien pulang dirumah pasien merasakan jantung
berdebar kencang, diperiksa tensinya rendah lalu klien langsung
dibawa oleh keluarganya ke RS UNIVERSITAS AIRLANGGA pada
tanggal 30 Mei 2022 dan tiba di IGD pada pukul 10.30 WIB. Lalu
klien dianjurkan untuk rawat inap di ruangan IRNA 4.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita TB Paru, Tidak
pernah mengalami batuk lama sejak kecil, tidak ada memiliki riwayat
penyakit Diabetes militus, pasien tidak ada minum obat-obatan pada
masa lalunya dan pasien mengatakan tidak memiliki alegri obat
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada mempunyai penyakit
yang sama seperti dirinya dan tidak mempunyai keturunan ataupun
yang menular.
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga
B. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Klien tampak sakit sedang, compos menthis, dan Klien tampang
terbaring di tempat tidur dan terpasang infus dua jalur tangan kiri dan
kanan yaitu infus Nacl,Otsu salin 3, dan BFLUID.
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos menthis, cara berbaring/bergerak
semifowler, cara berbicara klien baik/jelas, penampilan klien rapi,
fungsi kognitif klien, orientasi waktu yaitu klien dapat membedakan
pagi, siang dan malam, orientasi orang yaitu klien dapat membedakan
keluarga dengan perawat, orientasi tempat yaitu klien mengetahui
bahwa dirinya berada di Rumah Sakit, klien tidak berhalusinasi,
proses berpikir klien baik, insight klien baik, mekanisme pertahanan
diri klien adaptif.
3. Tanda-tanda Vital :
Suhu/T tubuh 37,2 0C (Axilla), Nadi/HR 120 x/menit, pernapasan/RR
21 x/menit, tekanan Darah/BP 100/63 mmHg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada klien simetris, klien sudah tidak memiliki kebiasaan
merokok klien tampak batuk berdahak, tidak nyeri dada, type
pernafasan yaitu dada dan perut, gerakan dada simetris, klien tidak
menggunakan alat bantu nafas, jenis nafas normal.
Masalah Keperawatan : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Capillary refill kurang dari 2 detik, suara jantung S1/S2 tunggal, tidak
ada kelainan
Masalah Keperawatan : Tidak ada
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS Eye 4 (klien dapat membuka mata spontan, verbal 5 (klien
dapat berbicara), Motorik 6 (klien dapat menggerakn tubuh) dan total
nilai GCS 15 (compos menthis), jadi kesadaran klien compos menthis,
pupil isokor, reflex cahaya kiri dan kanan positif, tidak ada nyeri,
tidak ada vertigo, gelisah, aphasia, kesemutan, bingung dan lain-lain.
1. Uji Syaraf Kranial : Tidak Dikaji
2. Uji Koordinasi : Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif, ekstrimitas bawah tumit jempol ke kaki positif
3. Uji Kestabilan tubuh : Refleks positif, bisep kanan dan kiri positif,
uji sensasi baik
Masalah Keperawatan : Tidak ada
HASIL LAB
Tanggal : 31/05/2022
HASIL LAB
Tanggal : 31/05/2022
PENATALAKSANAAN MEDIS
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 NaCl 0,9 % 1000ml/ IV NaCl 0,9 % digunakan pada kondisi
24 jam kekurangan natrium dan klorida,
pengganti cairan isotonik plasma, juga
digunakan sebagai pelarut sediaan injeksi.
2 Lactulose IV Adalah untuk terapi kontipasi. Namun
2x obat ini juga bisa digunakan untuk terapi
ensefalopati hepatikum.
3 Paracetamol 5 mg Oral Meredakan rasa nyeri dan menurunkan
demam.
Efri
PENATALAKSANAAN MEDIS
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 NaCl 0,9 % 1000ml/ IV NaCl 0,9 % digunakan pada kondisi
24 jam kekurangan natrium dan klorida,
pengganti cairan isotonik plasma, juga
digunakan sebagai pelarut sediaan injeksi.
2 Ranitidine 1 IV Obat yang digunakan untuk mengobati
2x gejala atau penyakit yang berkaitan
dengan produksi asam lambung berlebih.
3 Moxifloxaci 400 mg Oral Mengobati infeksi bakteri, termasuk
n 1x pneumonia, konjungtivitis, endokarditis,
TBC, dan sinusitis.
4 OAT 3 Tab Oral Untuk pengobatan TB terdiri atas
Tanggal 1x kombinasi antibiotik jenis rifampisin,
23/5/2022 isoniazid, pirazinamid, ethambutol dan
streptomisin.
5 Paracetamol 1 Oral Meredakan rasa nyeri dan menurunkan
3x demam.
6 Nac 200 Oral Obat yang digunakan untuk
3x mengencerkan dahak pada beberapa
kondisi, seperti asma, cystic fibrosis, atau
PPOK
Darwin
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS : Tuberkulosis Bersihan Jalan Nafas
Klien mengatakan batuk Tidak Efektif
berdahak Edema, bronkus,
DO : peningkatan sekret
- Klien tampak batuk- bronkiolus
batuk
- Terdapat sekret yang Abstruksi bronkiolus awal
kental dan berwarna
kuning Udara terperangkap dalam
- Tanda-Tanda Vital alveolus
S : 37,2 0C
N : 120 x/mnt Bersihan jalan nafas tidak
RR : 21 x/mnt efektif
TD : 100/63 mmHg
Hipertermi
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
di tandai dengan klien mengatakan batuk sejak 1 bulan yang lalu, terdapat
sekret yang kental dan berwarna kuning klien tampak batuk-batuk berdahak
dengan tanda-tanda vital S : 37,20C, N : 120 x/mnt, RR : 21 x/mnt, TD :
100/63 mmHg.
2. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi di tandai dengan klien
mengatakan demam badan klien terasa panas turgor kulit baik tanda-tanda
vital S : 37,20C, N : 120 x/mnt, RR : 21 x/mnt, TD : 100/63 mmHg.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Sdr L
Ruang Rawat : IRNA 4
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Diagnosa I Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Obsevasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum
Bersihan Jalan Nafas keperawatan 1 x 7 jam diharapkan 2. Observasi frekuensi pernafasan 2. Mengetahui frekuensi
Tidak Efektif : 3. Observasi apakah masih ada pernafasan
berhubungan dengan 1. Batuk Efektif penumpukan sekret 3. Mengetahui apakah
sekresi yang tertahan 2. Klien tidak mengeluh batuk 4. Atur posisi klien senyaman penumpukan sekret berkurang
berdahak lagi mungkin atau tidak
3. Sekret berkurang 5. Ajarkan klien bagaimana cara 4. Agar klien merasa nyaman
4. Suara nafas vesikuler batuk efektif 5. Membantu klien
5. Tidak ada suara nafas tambahan 6. Kolaborasi dengan Dokter mengeluarkan sekret agar
6. Tanda-tanda vital dalam rentan dalam pemberian nebulizer penumpukan sekret berkurang
normal Antiasma Agonis Adrenoseptor 6. Membantu mengencerkan
dan Kortikoteroid sekret
Diagnosa II Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Kaji suhu tubuh pasien 1. Untuk mengetahui suhu badan
Hipertemia keperawatan 1 x 7 jam diharapkan 2. Kaji suhu lingkungan, batasi pasien kembali normal
berhubungan dengan : penggunaan pakaian tebal 2. Suhu ruangan, jumlah selimut
proses inflamasi 1.Suhu tubuh pasien kembali 3. Berikan kompres air hangat harus di ubah untuk
normal 4. Anjurkan pasien untuk banyak mempertahankan suhu
2.Badan pasien tidak panas minum air hangat mendekati normal
5. Kolaborasi dalam pemberian 3. Membantu menurunkan panas
terapi obat pada tubuh pasien
4. Untuk menurunkan suhu
tubuh dan mencegah
terjadinya dehidrasi
5. Untuk menurunkan suhu
tubuh dan menghindari
timbulnya penyakit lain
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari / Tanggal Tanda Tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Diagnosa I 1. Mengobsevasi tanda-tanda vital S : Klien mengatakan batuk
Rabu, 01 Juni 2022 2. Mengobservasi apakah masih O :
ada - S : 37,2 0C
penumpukan sekret - N : 120 x/mnt
3. Mengatur posisi klien senyaman - RR : 21 x/mnt
mungkin - TD : 100/63 mmHg
4. Mengajarkan klien bagaimana A : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Darwin
cara batuk efektif untuk P : Lanjutkan intervensi
beberapa kali 1. Obsevasi tanda-tanda vital
5. Berkolaborasi dengan Dokter 2. Observasi apakah masih ada penumpukan
dalam pemberian nebulizer secret
Antiasma Agonis Adrenoseptor 3. Ajarkan klien bagaimana cara batuk efektif
dan Kortikoteroid
Arfan, I., Rizky, A., & Alkadri, S. R. (2020). Optimalisasi Kemampuan Kader TB
dalam Pengendalian Tuberkulosis. Dharma Raflesia : Jurnal Ilmiah
Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS, 18(2), 209–217.
https://doi.org/10.33369/dr.v18i2.13927
Dirjen P2P Kemenkes RI. (2019). Petunjuk Tehnis Investigasi kontak pasien TBC
bagi petugas Kesehatan dan Kader. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Kemenkes RI. (2018). Info data dan informasi kesehatan RI 2018 Toss
Tuberkulosis. 6. Retrieved from
file:///C:/Users/User/Downloads/infodatin tuberkulosis 2018 (6).pdf
Kemenkes RI. (2019). Data dan Informasi profil Kesehatan Indonesia 2018.
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI