SISTEM PERNAPASAN
Oleh :
Kelompok 1
D-IV Keperawatan Tingkat I
Ni Putu Meylitha B.
Ni Luh Suci Novi Ariani
Pande Putu Setianingsih
Ni Putu Soniya Darmayanti
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AJARAN 2014/2015
(P07120214013)
(P07120214021)
(P07120214022)
(P07120214040)
2) Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
3) Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah dan
cairan tubuh ke dan dari sel-sel.
Proses fisiologis respirasi dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
a. Difusi gas-gas antara alveolus dengan kapiler paru-paru (respirasi eksterna)
dan darah sistemik dengan sel-sel jaringan.
b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuainnya dengan
distribusi uara dalam alveolus-alveolus.
c. Reaksi kimia dan fisik O2 dan CO2 dengn darah.
Dalam mengambil napas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1) Respirasi / Pernapasan Dada
1. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
2. Tulang rusuk terangkat ke atas
3. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan.
2) Respirasi / Pernapasan Perut
1. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
2. Diafragma datar
3. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Inspirasi
Inspirasi adalah proses menghirup udara atau menarik nafas. Ketika
menghirup udara atau menarik nafas maka paru-paru mengembang, Hal ini
mengakibatkan tekanan udara di dalam paru-paru lebih rendah dari pada
tekanan udara di atmosfir ( lingkungan ). Akibatnya udara mengalir dari luar
ke dalam paru-paru.
Proses Ekpirasi
Ekspirasi adalah proses menghembuskan udara atau mengeluarkan nafas.
Ketika menghembuskan udara atau mengeluarkan nafas maka paru-paru
mengempis. Hal ini mengakibatkan tekanan udara di dalam paru-paru lebih
tinggi dari pada tekanan udara di atmosfir ( lingkungan ), sehingga udara (CO 2
keluar.
Hidung
Faring
Trakea
Bronkus
Bronkiouls
Paru-paru
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak
(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir
berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.
Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring
partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring
melalui dua lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan
selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam
rongga hidung.
2) Faring (Tenggorokan)
tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian
pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel
berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran
suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga
sebagai tempat keluar masuknya udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang
membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal
tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup
pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal
tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paruparu, misalnya pada waktu kita bicara.
5) Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian
bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus
sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus
bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan (bronkus primer)
bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan
bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang
paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding
alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam
alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama
bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paruparu.
6) Bronkiolus
dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura
parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga
bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium
berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada
dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut
alveolus.
Kapasitas Paru-Paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan
pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara
pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 mL. Volume udara tidal
orang dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 mL. ketika menarik napas
dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 mL.
Udara ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuatkuatnya, volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 mL. Udara
ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah mengeluarkan napas
sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam paru-paru yang volumenya
kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas
paru-paru total = kapasitas vital + volume residu =4500 mL/wanita dan 5500
mL/pria.
Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita
hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu
saluran pernapasan dan akhirnya masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang
terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya
masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat
dilepaskan
kembali
ke
menjadi
dalam
sel-sel
hemoglobin.
tubuh
sehingga
Karbondioksida
yang
dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang
akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan
melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.
Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen
masuk dan karnbondioksida keluar.
Proses Pernapasan
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau
inspirasi serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas,
otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus.
Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari
berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga
dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat
mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas.
Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik
sehingga udara keluar. Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan
besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.
Jenis Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa
inspirasi dan ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan
pernapasan perut. Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi
secara bersamaan.
1) Pernapasan dada terjadi karena kontraksi otot antar tulang rusuk,
sehingga tulang rusuk terangkat dan volume rongga dada membesar
serta tekanan udara menurun (inhalasi). Relaksasi otot antar tulang
rusuk, costa menurun, volume kecil, tekanan membesar (ekshalasi).
2)
10
atas
dua
jenis,
yaitu pernapasan
dengan
udara(inspirasi) dan
organ
pengeluaran
yang
terlibat
dalam
pemasukkan
mekanisme
Udara
ini
dikenal
sebagai kapasitas
total udara
pernapasan
11
keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500
cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume =
1500 cc). Lihat skema udara pernapasan berikut ini.
Gas-gas dalam Udara Pernapasan
Persentase gas utama pernapasan dalam udara yang keluar masuk paru-paru
dapat dilihat pada Tabel 1 :
Udara
Gas
sebelum
luar
masuk
paru-paru (%)
Nitrogen (N2)
79,01
Oksigen (O2)
20,95
Karbon dioksida 0,04
Udara
alveoli (%)
80,7
13,8
5,5
79,6
16,4
4,0
(CO2)
Tabel 1. Tabel Persentase Gas Utama Pernapasan dalam Udara yang Keluar
Masuk Paru-paru.
Pertukaran udara berlangsung di dalam avelous dan pembuluh darah yang
mengelilinginya. Gas oksigen dan karbon dioksida akan berdifusi melalui sel-sel yang
menyusun dinding avelous dan kapiler darah. Udara aveolus mengandung zat oksigen
yang lebih tinggi dan karbon dioksida lebih rendah dari pada gas di dalam darah
pembuluh kapiler. Oleh karena itu molekul cenderung berpindah dari konsentrasi
yang lebih tinggi ke rendah, maka oksigen berdifusi dari udara aveolus ke dalam
darah, dan karbon dioksida akan berdifusi dari pembuluh darah ke avelous.
Pengangkutan CO oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 cara yaitu:
a. Karbondioksida larut dalam plasma dan membentuk asam karbonat dengan
enzim anhydrase.
b. Karbondioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin.
c. Karbondioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO) melalui proses
berantai pertukaran klorida.
12
persamaan
reaksi
bolak-balik
berikut
ini
: Hb4 +
O2 4
Hb
13
lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri
yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara
difusi.
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O 2nya 104
mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan
O2 nya 104 mmHg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2nya 0 - 40 mmHg. Di
jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2akan mengalir lewat vena
sistemik ke jantung. Tekanan CO 2 di jaringan di atas 45 mmHg, lebih tinggi
dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mmHg. Dari jantung, CO 2 mengalir lewat
arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mmHg. Dari arteri pulmonalis
CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen
pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mmHg dapat
mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mmHg maka hanya ada
sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan
hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.
Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut
reaksi kimia berikut: O2 + H2O (karbonat anhidrase) H2CO3
Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO 2 sehingga mempengaruhi pH
darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui tiga cara yakni sebagai
berikut.
1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan
2.
14
Gangguan
terhadap
pengangkutan
CO2 dapat
mengakibatkan
munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal
tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila
terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.
Energi dan Pernapasan
Energi yang dihasilkan oleh proses pernapasan akan digunakan untuk
membentuk molekul berenergi, yaitu ATP (Adenosin Tri Phospate). Selanjutnya,
molekul ATP akan disimpan dalam sel dan merupakan sumber energi utama untuk
aktivitas tubuh. ATP berasal dari perombakan senyawa organik seperti karbohidrat,
protein dan lemak. Gula (glukosa) dari pemecahan karbohidrat dalam tubuh diubah
terlebih dahulu menjadi senyawa fosfat yang dikatalisis oleh bantuan enzim
glukokinase. Selanjutnya senyawa fosfat diubah menjadi asam piruvat dan akhirnya
dibebaskan dalam bentuk HO dan COsebagai hasil samping oksidasi tersebut.
Proses respirasi sel dari bahan glukosa secara garis besar, meliputi tiga tahapan, yaitu
proses glikosis, siklus Krebs, dan transfer elektron.
Pada pekerja berat atau para atlit yang beraktivitas tinggi, pembentukan energi
dapat dilakukan secara anaerobik. Hal ini disebabkan bila tubuh kekurangan suplai
oksigen maka akan terjadi proses perombakan asam piruvat menjadi asam laktat yang
akan membentuk 2 mol ATP.
15
atau
menyatakan
evolusi
penyakit.
perkembangan,
Patogenesisnya
2.
3.
4.
5.
6.
Patogenesis (mekanisme)
Perubahan patologis dan klinis (mekanisme)
Komplikasi atau cacat (efek)
Prognosis (keluaran)
Epidemiologi (insiden)
ETIOLOGI
Etiologi suatu penyakit adalah penyebabnya sendiri, inisiator
serangkaian peristiwa yang menyebabkan sakitnya penderita. Penyakit
disebabkan oleh berbagai interaksi antara host (misal : genetic) dengan
factor lingkungan. Lingkungan yang menyebabkan terjadinya penyakit
disebut patogen. Bakteri yang menyebabkan penyakit adalah bakteri
patogen, sedang bakteri yang tidak menyebabkan penyakit disebut non
patogen. Secara umum agen penyebab sakit adalah :
Kelainan genetic
PATOGENESIS
Patogenesis penyakit merupakan suatu mekanisme yang
menghasilkan tanda dan gejala klinis maupun patologis (Patologi
umum dan sistematis J.C.E Underwood). Termasuk dalam patogenesis
17
penyakit
Proses radang :
Suatu respon terhadap berbagai mikroorganisme dan berbagai jenis
bahan
yang
merugikan
menyebabkan
kerusakan
jaringan
Degenerasi :
Kemunduran sel atau jaringan yang merupakan respon atau kegagalan
dari penyesuaian terhadap berbagai agen.
Karsinogenesis :
Mekanisme dimana bahan karsinogen menyebabkan terjadinya kanker
Reaksi imun :
Suatu efek/reaksi system imun tubuh yang tidak diinginkan.
PROGNOSIS
Prognosis merupakan perkiraan terhadap apa yang diketahui
atau terhadap perjalanan suatu penyakit, sebagai kemungkinan yang
akan dihadapi oleh penderita. Remisi dan kambuh. Remisi merupakan
proses perkembangan dari kondisi aktif menuju kondisi yang tenang.
Bila tanda dan gejala timbul kembali dikenal dengan kambuh
(relapse).
EPIDEMIOLOGI
Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi
(penyebaran) serta determinant masalah kesehatan pada sekelompok
orang atau masyarakat serta determinasinya (faktor-faktor yang
mempengaruhinya).
C. Patologi dan Phatofisiologi Kelainan Fungsi Pernafasan
1. Penyakit obstruksi jalan napas akut
Secara umum, kondisi paru obstruktif menghambat aliran
udara di dalam paru, yang menimbulkan sedikit tahanan pada
inspirasi dan lebih banyak tahanan pada ekspirasi. Ini menimbulkan
perpanjangan fase ekspirasi pernapasan.
Klasifikasi penyakit obstruksi jalan napas akut bergantug pada
sifat episodik kondisinya. Dua klasifikasi utama adalah bronkitis
akut dan asma. Pada keduanya obstruksi adalah intermiten dan
reversible.
18
a. Bronkitis akut
1. Pengertian
Bronkitis akut adalah kondisi umum yang disebabkan
oleh infeksi dan inhalan yang mengakibatkan inflamasi
lapisan mukosa percabangan trakeobronkial. Penyebab
infeksi paling umum dari bronkitis akut mencakup virus
influenza
adenovirus,
rinovirus,
dan
organisme
pneumokokus,
hemophylus
influenzae).
dan
jamur
(Purnawan
Junadi;
1982;
ringan
Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
Bengek
Lelah
Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri
dan kanan
g) Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna
kemerahan
h) Pipi tampak kemerahan
i) sakit kepala
j) Gangguan penglihatan
4. Patofisiologi bronkitis akut
Pada bronkiolus ditemukan obstruksi parsial atau total
karena edema dan akumulasi mukus dan eksudat lain. Di
dinding bronkus dan bronkiolus terdapat infiltrasi sel
radang. Radang juga dijumpai peribronkial dan jaringan
interstitial. Obstruksi parsial bronkiolus menimbulkan
emphisema
dan
obstruksi
total
yang
menimbulkan
atelektaksis.
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik : fokus dada
a. Inspeksi : Irama, kedalaman, frekuensi pernapasan,
kesimetrisan dinding dada saat bernapas, Penggunaan
otot bantu pernapasan, Cuping hidung, cyanosis pada
ekstremitas. Pasien biasanya tampak kurus dengan
barrel-shaped chest (diameter anteroposterior dada
meningkat) kremitus taktil dada berkurang atau tidak
ada
b. Palpasi
Kesimetrisan
dinding
fremitus,Letak trachea.
c. Auskultasi : Ronkhi, vokal fremitus
20
dada,Taktil
d. Perkusi :
jantung
berkurang.
patogen
seperti
Streptococcus)
7. Penatalaksanaan Bronchitis Akut
Pada
pemeriksaan
menggunakan
spesies
stetoskop
(suara
kretek-kretek
dengan
menggunakan
akut
bersifat
dan
sejenisnya.,
digunakan
jika
penderita demam.
d) Bronkodilator (melongarkan napas)
diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,
aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada
penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat
bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa
bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat
juga digunakan untuk melonggarkan napas pada
bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui
efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami
oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan
keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping
tersebut,
maka
setengahnya.
dosis
Jika
obat
masih
diturunkan
berdebar,
menjadi
hendaknya
suatu
tanda
bermakna
yang
harus
diselidiki.
dengan
asma
alergik
biasanya
23
menjadi
sindrom
klinis
yang
lain.
Stimulus
ini
mencakup
obat,
latihan
dada,
paradoksik,
peningkatan
penurunan
buruk,
tanda
lain
kerja
pernapasan,
oksigen
Sputum kental dan lengket, turgor Peningkatan
kulit
jebakan
dari dehidrasi,
24
produksi
sputum,
demam
yang
dehidrasi
dihubungkan dengan infeksi
Sputum kental hijau atau kuning
Infeksi
Spasme bronkus, eosinofilia, bila Inflamasi
ada alergi
Ketakutan/panic
Ansietas
25
26
27
28
dua
tahun
berturut-turut.
Secara
patofisiologis,
dengan
polimorfonuklear.
leukosit,makrofag,
Sekresi
yang
dan
berlebihan
leukosit
ditambah
31
:Kesimetrisan
fremitus,Letak trachea.
32
dinding
dada,Taktil
c. Auskultasi
d. Perkusi
33
a. Antimicrobial
b. Postural drainase
c. Bronchodilator
d. Aerosolized Nebulizer
e. Surgical Intervention
Untuk terapi disesuaikan dengan penyebab, karena
bronkitis biasanya disebabkan oleh virus maka belum ada obat
kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk mengatasi gejala
simptomatis (antipiretika, ekspektoran, antitusif, roburantia).
Bila ada unsur alergi maka bisa diberikan antihistamin. Bila
terdapat bronkospasme berikan bronkodilator. Selain obat
diatas ada beberapa lainnya
1. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan
pernafasan karena hiperkapnia dan berkurangnya
sensivitas terhadap CO2.
2. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan
sputum dengan baik.
3. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas,
termasuk di dalamnya golongan adrenergik b dan
antikolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol
5 mg dan iptakopium bromida 250 mg diberikan tiap 6
jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,2 - 0,15 giu
secara perlahan.
34
bronkiektasis
mengalami
35
dan imunokompremis.
Obstruksi bronkus
Tumor endobronkial, benda asing atau stenosis bronkus
karena penekanan akibat kelenjar getah bening leher yang
membesar dapat menyebabkan BE. Sindrom lobus tengah
kanan merupakan bentuk spesifik obstruksi bronkus yang
akhirnya akan menyebabkan BE karena angulasi abnormal
lobus tersebut. Timbulnya obstruksi bronkus dan infeksi
36
terjadii
secara
congenital
fungsi
limfosit
hipogammaglobulinemia
B.
biasanya
penderita
muncul
dengan
saat
anak
(defisiensi
congenital
sindroma
kartilago),
WilliamsSindrom
Mounier-Kuhn (tracheobronkomegali), Sindrome SwyerJamer (unilateral hyperlucent lung) dan sindrom yellownail mempermudah timbulnya BE.
i. Penyakit reumatik
Komplikasi rheumatoid arthritis dan sindrom Sjogren
dapat terjadi BE, tetapi patogenesisnya belum jelas.
j. Traksi bronkiektasis
37
39
tuberkulosis
40
post
primer
(reinfection)
adalah
ini
dapat
disebabkan
oleh
kerja
41
42
paru,
kelainan
yang
didapat
permulaan
43
e. Imuno-Serologis:
1) Uji kulit dengan tuberculin (mantoux)
2) Tes PAP, ICT-TBC PCR-TB dari sputum
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru
didiagnosa tidak di rawat di rumah sakit. Jika TB paru
terdiagnosa pada individu yang sedang di rawat, klien
mungkin akan tetap di rawat sampai kadar obat terapeutik
telah ditetapkan. Beberapa klien dengan TB aktif mungkin
di rawat di rumah sakit karena alasan:
1) Mereka sakit akut
2) Situasi kehidupan mereka dianggap berisiko tinggi
3) Mereka diduga tidak patuh terhadap program
pengobatan
4) Terdapat riwayat TB sebelumnya dan penyakit aktif
kembali
5) Terdapat penyakit lain yang bersamaan dan bersifat
akut
6) Tidak terjadi perbaikan sesudah terapi
7) Mereka resisten terhadap pengobatan yang biasa,
membutuhkan obat garis ke-2 dan ke-3. Dalam situasi
seperti ini, perawat singkat di rumah sakit diperlukan
untuk memantau keefektifan terapi dan efek samping
obat-obat yang diberikan.
Klien dengan diagnosa TB aktif biasanya mulai
diberikan tiga jenis medikasi atau lebih untuk memastikan
bahwa organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosis
dari beberapa obat mungkin cukup besar karena basil sulit
untuk dibunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama untuk
menyingkirkan atau mengurangi secara substansial jumlah
basil dorman atau semidorman. Terapi jangka panjang yang
tak terputus merupakan kunci sukses dalam pengobatan
TB.
44
bulan.
Kultur
sputum
digunakan
untuk
45
46
Dianjurkan
Yang Tidak Dianjurkan
Nasi, roti macaroni dan
Sumber karbohidrat
hasil
olahan
tepung
ikan,
susu
kacang
jenis
dan
kelapa
jenis
sayuran
atau
santan kental
Sayuran
hasil
dan
Semua
Buah-buahan
Minuman
seperti:
segar,
papaya,
semangka, melon
Soft drink, madu, sirup,
teh dan kopi encer
Minyak goreng, mentega,
Bumbu
jenis
tidak
tajam
Bumbu
yang
tajam
d. Fibrosis kistik
1. Pengertian
Fibrosis kistik adalah gangguan herediter dimana sejumlah besar
material kental disekresikan. Fibrosis kistik mempengaruhi kelenjar
keringat, bronki, pancreas, dan kelenjar pensekresi mukus dari usus
halus. Meskipun gangguan genetik ada pada saat lahir. Penyakit ini
pada beberapa orang yang terkena tidak terdektesi sampai remaja atau
dewasa awal karena gejala tidak umum, tersembunyi, atau tidak ada.
2. Patofisiologi
Gambaran patologis mencakup kontsentrasi natrium dan klorida yang
tinggi dalam kering dan sekresi mukus serta eleminasi abnormal.
Sekresi mukus kental melalui jalan napas menimbulkan obstruksi jalan
napas yang menimbulkan berbagai kombinasi atelektasis, pneumonia,
bronkitis, emfisema dan kondisi pernapasan lain. Infeksi materi
sekunder umum terjadi. Manifestasi klinis bervariasi, pada beberapa
orang terutama mengalami gejala gastrointestinal dan yang lainnya
mengalami masalah paru berat. Semua manifestasi berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengatasi sekresi berlebihan. Tanda
dan gejala paru umum terjadi dan meliputi batuk menahun, infeksi
paru menetap, dan kor pulmonale.
48
DESKRIPSI
Lobulus atau acini seluruh paru yang terkena
Dihubungkan dengan deposisi debu fokal ( mis, debu karbon )
Dihubungkan dengan pengerutan jaringan parut fibrotik, biasanya
Obstruktif
Bula
yang
disertai
perubahan
destruktif.
Emfisema
dapat
49
50
memasuki alveoli, maka alveoli itu kolaps dan surfaktan yang dihasilkan
hanya sedikit atau sama sekali tidak ada. Untuk menghindari kolapsnya
alveoli, hubungan kolateral sering terjadi melalui pori dari kohn.
Manifestasi klinik tergantung jumlah atelektasis yang ada keadaan
ringan mungkin tanpa gejala, namun yang berat bisa disertai dispnea,
takikardia, batuk, demam dan gangguan ekspansi dinding toraks. Analisis
gas darah menunjukkan hipoksia. Hiperkapnia dan penurunan pH
menunjukkan keadaan yang memburuk, menuju gagal pernapasan.
h. Efusi pleural
Cairan pleura normalnya hanya cukup untuk berfungsi sebagai
pelumas pleura visceral dan pariental. Penambahan cairan pleura atau
efusi pleura dapat terjadi akibat penyakit atau trauma seperti gagal jantung
kongestif, neoplasma, infeksi, tromboemboli dan defek kardiovaskuler dan
imunologis. Trauma pada atoraks dapat berakibat pendarahan ke dalam
rongga pleura yang disbut hemotoraks. Efusi pleura seringkali dibagi
dalam kategori eksudat dan transudat. Umumnya penyakit radang dan
yang berakibat destruksi jaringan menghasilkan eksudat dengan berat jenis
di atas 1.017, dengan banyak protein dan dehidrogenase sam laktat (LDH).
Transudat, yang terjadi akibat penyakit seperti ginjal jantung
kongestif, memiliki kadar yang lebih renah, dengan kadar protein < 3,5 g /
dL, dan LDH < 200 unit. Berkumpulnya transudat kadang- kadang disebut
sebagai hidrotoraks. Jika efusi itu mengandung materi purulen, maka
disebut empiema. Bila empiema ini akhirnya berakibat fibrosis dari paru
dan
dinding
toraks,
disebut
fibrotoraks.
Jika
cairan
pleura
51
berat
tingkatnya
pneumotoraks.
Gejala
tension
52
53
INSPEKSI
Tertinggal
PALPASI
Fremitus
PERKUSI
Dull/flat
AUSKULTASI
Suara napas (-)
Dull/flat
sisi sebelah
Fremitus (-)
Hiperesonans/timpani
Gangguan
Hipersonik
Trakea/
jantung
tertarik
sisi
Efusi
ke
yang
sakit
Fremitus
Tertinggal
Trakea/
jantung
tertarik
Pneumotoraks
Tertinggal
ke
sakit
Hiperinflasi
rendah
pakai
otot ekspansi
napas
fremitus
inspirasi
tambahan
turun
ekspirasi
2. Pneumonia virus
Pada orang dewasa hanya ringan dan sembuh sendiri. Pada
anak- anak dapat berbahaya. Tipe virus paling umum adalah virus
54
dan
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin.2014. Anatomi Fisiologi Edisi 4.Jakarta: EGC.
Depkes.
(2008).
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
55
Geiger, M. & Wilson, B.D.J (2008). Respiratory nursing (a core curriculum). New
York: Springer Publishing Company.
John, Esther c & Elliott Daly D. (2006). Patofisiologi (aplikasi pada praktek
keperawatan). Jakarta: ECG.
Mangunegoro, H. dkk. (2004). Asma pedoman diagnosis & penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Williams, Lippincott & Wilkins. (2002). Kapita selekta penyakit dengan implikasi
keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC.
Retno.2014.Patofisiologis Tuberkolosis. Available:
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf
(Diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 20.00 WITA)
Subagyo,Ahmad.2013.Bronkiektasis.Available:
http://www.klikparu.com/2013/01/bronkiektasis-be.html (Dikases pada tanggal
26 Maret 2015 pukul 20.30 WITA)
Lena.2014.Definisi Etiologi dan Faktor Resiko Asma. Available:
http://www.slideshare.net/lenawahyu/definisi-etiologi-dan-faktor-resiko-asma
(Dikases pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 21.00 WITA)
56