Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Teoritis medis

2.1.1 Defenisi

Tuberculosis paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

yang menyerang jaringan paru-paru, Qorry ‘Aina Abata, ilmu penyakit

dalam, (1 April 2014).

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

oleh basil Mycobakterium Tuberculosis. Tuberculosis paru merupakan

salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Hood Alsagaff &

H.Abdul Mukty, Dasar-dasar ilmu penyakit paru, (Surabaya : Airlanga

Universitas Press, 2010).

Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup

terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang

mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Prof. Dr. H. Tabrani Rab,

ilmu penyakit paru (Jakarta : TIM, 2010).


2.1.2 Etiologi

TB paru disebabkan oleh “Mycobacterium Tuberculosis” sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /um, dan tebal 0,3-

0,6 /um. Kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam

dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. (Santa,2009).

2.1.3 Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

A. Sistem Pernapasan.

Sistem pernapasan pada manusia adalah sistem menghirup oksigen

dari udara serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Dalam proses

pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk

pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Alat-alat

pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan

mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida dan uap air.

Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa

bernapas terjadi pelepasan energi. Sistem pernapasan pada manusia

mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan.

Saluran pernapasan atau tractus respiratorius (respiratory tract)

adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan

tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran

ini berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru-paru.
1. Alat Pernapasan Manusia

Berikut adalah bagian-bagian organ alat pernapasan pada manusia.

a) Hidung (Cavum Nasalis)

Selain sebagai salah satu organ alat pernapasan manusia,

hidung juga berfungsi sebagai salah satu dari 5 indera. Hidung

berfungsi sebagai alat untuk menghirup udara, penyaring udara yang

akan masuk ke paru-paru, dan sebagai indera penciuman.

b) Tekak (Faring)

Faring merupakan persimpangan antara rongga hidung ke

tenggorokan (saluran pernapasan) dan rongga mulut ke kerongkongan

(saluran pencernaan). Pada bagian belakang faring terdapat laring

terdapat pita suara dan epiglotis atau katup pangkal tenggorokan.

c) Tenggorokan (trakea)

Tenggorokan berbentuk seperti pipa dengan panjang +10 cm.

Di paru-paru trakea bercabang dua membentuk bronkus. Dinding

tenggorokan terdiri atas tiga lapisan berikut.

1) Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat.

2) Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan.
3) Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang

menghasilkan banyak lendir. Lendir ini berfungsi menangkap

debu dan mikroorganisme yang masuk saat menghirup udara.

d) Cabang Tenggorokan (Bronkus)

Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya

sepasang, yang satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju

paru-paru kiri. Bronkus yang kea rah kiri lebih panjang, sempit, dan

mendatar daripada yang ke arah kanan.

e) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus

bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan

dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan

tetapi rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus.

f) Alveolus

Bronkiolus bermuara pada alveol (tunggal : alveolus), struktur

berbentuk bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh

darah.

g) Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan

perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua
buah yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri.Paru-paru kanan terdiri

atas tiga gelambir (lobus) sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua

gelambir. Kapasitas maksimal paru-paru maksimal sekitar 3-5 liter.

Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan

pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara

pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 ml. Setelah kita

melakukan inspirasi biasa, kita masih bisa menarik napas sedalam-

dalamnya. Udara yang dapat masuk stelah mengadakan inspirasi biasa

disebut udara komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.

Setelah kita melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa

menghembuskan napas sekuat-kuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan

setelah ekspirasi biasa disebut udara suplementer, volumenya lebih

kurang 1500 ml.

Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan

sekuat-kuatnya ternyata dalam paru-paru masih ada udara disebut

udara residu. Volume udara residu lebih kurang 1500 ml. Jumlah

volume udara pernapasan, udara komplementer, dan udara suplementer

disebut kapasitas vital paru-paru.

1. Proses pernapasan manusia

Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara

yang di hisap pada waktu menarik napas (inspirasi) biasanya masuk


melalui lubang hidung (nares) kiri dan kanan selain melalui mulut.

Pada saat masuk, udara disaring oleh bulu hidung yang terdapat

dibagian dalam lubang hidung.

Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi.

Semula kedudukan diafragma melengkung ke atas sekarang menjadi

lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal ini disebut

pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma, otot-

otot tulang rusuk juga berkontraksi otot diafragma, otot-otot tulang

rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Hal ini

disebut pernapasan dada.

Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam

rongga dada menjadi berkurang, sehingga udara dari luar masuk

melalui hidung selanjutnya melalui saluran pernapasan akhirnya udara

masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru mengembang.

Setelah melewati rongga dada, udara masuk ke kerongkongan

bagian atas (naro-pharinx) lalu ke bawah untuk selanjutnya masuk

tenggorokan (larynx). Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke

batang tenggorok atau trachea, dari sana diteruskan ke saluran yang

bernama bronchus atau bronkus. Saluran bronkus ini terdiri dari

beberapa tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan di alveolus di

paru-paru.
Udara yang diserap melalui alveoli akan masuk ke dalam

kapiler yang selanjutnya dialirkan ke vena pulmonalis atau

pembuluh balik paru-paru. Gas oksigen diambil oleh darah. Dari

sana darah akan dialirkan ke serambi kiri jantung dan seterusnya.

Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida

akan dikeluarkan melalui hidung kembali. Pengeluaran napas

disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk

dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma

menjadi melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah

dan bergerak kea rah dalam, akibatnya rongga dada mengecil

sehingga tekanan dalam rongga dada naik, dengan naiknya tekanan

dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar

melewati saluran pernapasan.

Ringkasan jalannya udara pernapasan :

a. Udara masuk melalui lubang hidung

b. Melewati nasofaring

c. Melewati oral farink

d. Melewati glottis

e. Masuk ke trakea

f. Masuk ke percabangan trakea yang disebut Bronchus.


g. Udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang

disebut alveolus (jamak : alveoli)

1. Bagian-bagian sistem pernapasan pada manusia

Berikut adalah bagian-bagian anatomi sistem

pernapasan pada manusia. Semua penjelasannya

menggunakan Bahasa Indonesia.

Berdasarkan gambar sistem pernapasan tersebut,

kita dapat menyimpulkan bahwa sistem pernapasan pada

manusia terdiri dari :

a. Hidung

b. Rongga hidung

c. Concha

d. Langit-langit lunak
e. Pharink

f. Larink

g. Trakea

h. Rongga pleura

i. Paru-paru kanan

j. Paru-paru kiri

k. Tulang rusuk

l. Otot intercostal

m. Diafragma

2. Jenis-jenis pernapasan pada manusia

Jenis-jenis pernapasan pada manusia dibagi menjadi dua

jenis. Yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.

a. Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot

antar tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai

berikut.

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antar

tulang rusuk sehingga rongga dada membesar,akibatnya

tekanan dalam rongga dada menjadi kecil daripada tekanan

diluar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.


2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau

kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang

di ikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada

menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga

dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga

udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut :

Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis

eksternal) berkontraksi tulang rusuk terangkat

(posisi datar) paru-paru mengembang tekanan

udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan

tekanan udara luar udara luar masuk ke paru-paru.

Mekanisme ekspirasi pernapasan dada adalah sebagai

berikut :

Otot antar tulang rusuk relaksasi tulang rusuk

menurun paru-paru menyusut tekanan udara

dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan

udara luar udara keluar dari paru-paru.

a. Pernapasan Perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang

melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat

dibedakan sebagai berikut :

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot

diafragma sehingga rongga dada membesar,

akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih

kecil daripada tekanan diluar sehingga udara luar

yang kaya oksigen masuk.

2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi

atau kembalinya otot diafragma ke posisi semula

yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga

rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,

tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar

daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga

dada yang kaya karbon dioksida keluar.


2.1.4 Patofisiologi

Kuman Tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui udara

pernapasan. Bakteri yang terhirup akan di pindahkan melalui jalan napas ke

alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk

memperbannyak diri. Selain itu bakteri juga dapat di pindahkan melalui

sistem limfe dan cairan darah ke bagian tubuh yang lain.

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

Fagosit menekan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberkulosis

menghancurkan bakteri dan jaringan normal.

Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dan alveoli

yang dapat menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi

2 sampai 10 minggu setelah pemajama.

Masa jaringan baru yang di sebut granuloma merupakan gumpalan

basi yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan

membentuk dinding protektif granuloma di ubah menjadi jaringan fibrosa,

bagian sentral dari fibrosa ini disebut “TUBERKEL” bakteri dan makrofag

menjadi nekrotik membentuk masa seperti keju.

Penyakit laktif karena penyakit tidak adekuatnya sistem imun tubuh.

Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktif bakteri.

Tuberkel memecah,melepaskan bahan seperti keju kedalam bronchi.


Tuberkel yang pecah menyembuh dan membentuk jaringan parut paru yang

terinfeksi menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan terjadinya

bronkhopeneumonia lebih lanjut. (Santa, 2009).

2.1.5 Manifestasi klinis

Menyatakan secara umum gejala klinik TB paru primer dengan TB

paru DO sama. Gejala klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu gejala respiratorik (gejala organ yang terlibat) dan gejala sistematik.

1. Gejala respiratorik

a. Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan

yang paling sering di keluhkan.

b. Batuk berdarah

Keluhan batuk berdarah pada klien TB paru selalu manjadi

alasan utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan.

c. Sesak napas

Keluhan ini di temukan bila kerusakan parenkim paru sudah

luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.


d. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik

ringan.Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena

TB.

1. Gejala sistematis

a. Demam

Keluhan yang sering di jumpai dan biasanya timbul pada

sore atau malam hari mirip demam atau influenza, hilang

timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,

sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

b. Keluhan sistemis lain

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam,

anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya

keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa

minggu sampai bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan

batuk, panas dan sesak napas. (Arif Mutaqqin,2012).

2.1.6 Klasifikasi TB

Klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB meliputi 4 hal, yaitu :

1. Lokasi yang sakit paru dan ekstra paru.

2. Hasil pemeriksaan dahak : BTA positif atau BTA negatif


3. Riwayat pengobatan TB sebelumnya.

4. Status HIV pasien.

a. Berdasarkan Lokasi

TB ekstra paru, yaitu kuman TB yang menyerang organ selain

paru. Diagnosa berdasarkan kultur (+) atau PA tempat lesi.

b. Berdasarkan Hasil BTA

1. BTA (+)

a. Sekurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak memberikan hasil

(+).

b. Atau 1 kali pemeriksaan spesimen hasilnya (+) disertai

gambaran radiologi yang menunjukkan TB aktif.

c. Atau 1 spesimen BTA (+) dan kultur (+).

d. Atau 1 atau lebih spesimen dahak positif setelah 3 pemeriksaan

dahak SPS pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA (+) dan

tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT.

2. BTA (-)

a. Hasil sputum BTA 3x (-)

b. Gambaran radiologi menunjukkan ke arah TB

c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT

pada pasien HIV (-):

d. Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan.


3. Berdasarkan tipe pasien

Berdasarkan dari riwayat pengobatan sebelumnya:

a) Kasus baru : belum pernah meminum OAT sebelumnya atau

pernah mengonsumsi OAT kurang dari 1 bulan.

b) Kasus kambuh (relaps)

1. Pasien yang seblumnya pernah mendapatkan OAT telah selesai

pengobatan dan dikatakan sembuh. Namun, didapatkan

BTA(+) atau kultur (+) kembali dan kembali konsumsi OAT.

2. Bila BTA (-), tetapi radiologi menunjukkan lesi

aktif/perburukan dan gejala klinis (+), kemungkinan, yaitu lesi

non-TB (pneumonia, bronkietaksis, dll) atau TB paru relaps

ditentukan oleh dokter spesialis.

c) Kasus defalut (setelah putus berobat), yaitu pasien yang telah

berobat dan putus berobat selama ≥ 2 bulan dengan BTA (+)

d) Kasus gagal, yaitu pasien dengan BTA (+) sebelumnya, tetap (+)

atau kembali menjadi (+) pada akhir bulan ke 5 atau akhir

pengobatan OAT.

e) Kasus kronik : hasil sputum BTA tetap (+) setelah selesai

pengobatan ulang (kategori 2) dengan pengawasan ketat.

f) Kasus bekas TB.

1. BTA (-), radiologi lesi tidak aktif atau foto serial gambaran

sama, dan riwayat minum OAT adekuat.


2. Radiologi gambarannya meragukan, mendapatkan OAT 2

bulan, foto toraks ulang gambaran sama.

4. TB pada HIV

Diagnosa TB paru dan TB ekstra paru ditegakkan sebagai

berikut :

1. TB paru BTA (+), yaitu minimal 1x hasil pemeriksaan dahak

positif;

2. TB paru BTA (-), yaitu hasil dahak negatif dan gambaran klinis

radiologis ke arah TB atau BTA (-) dengan kultur TB (+);

3. TB ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,

bakteriologis, dan/atau histopatologis.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul pada klien TB Paru dapat

berupa :

a. Malnutrisi

b. Empiema

c. Efusi pleura.

d. Hepatitis, ketulian dan gangguan gastrointestinal

(sebagai efek samping obat-obatan). (Santa,2009).

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


a. Kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberculosis pada

tahap aktif penyakit.

b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk

usapan cairan darah): positif untuk basil asma cepat.

c. Tes kulit (PPD, Montaus, potongan Vollmer): reaksi positif (area

indurasi 10mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi

intradermal antigen)menunjukan infeksi masa lalu adnya

antibody tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif.

1. ELISA/Western Blot: dapat menyatakan adanya HIV.

2. Foto thoraks: dapat menujukan infiltrasin lesi awal pada area

paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi

cairan. Perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk

rongga, area fibrosa.

3. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster :

urine dari cairan serebrospinal, biopsy kulit):positif untuk

mycobacterium tuberculosis.

4. Biopsy jarum padat jaringan paru: positif untuk granuloma

TB;adnya sel raksasa menunjukan nekrosis. Elektrolit:dapat

tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi:contoh hiponatremia disebabkan oleh taknormalnya

retensi air dapat di temukan pada TB paru kronis luas.


5. GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan sisa pada

paru.

6. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital,

peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan

kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder

terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan

paru, dan penyakit pleura (TB paru kronis luas).

(doengeos,2012).

2.1.9 Penatalaksanaan

Pengobatan TBC di Indonesia sesuai program

nasional menggunakan panduan OAT yang diberikan dalam

bentuk kombipak, sebagai berikut :

1. Kategori I : 2 RHZE / 4HR3R3

Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R),

Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E).

Obat obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan

(2HZRE), kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan

yang terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)

diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan

(4H3R3).

Obat ini diberikan untuk :

a. Penderita baru TB Paru dengan BTA (+).


b. Penderita baru TB Paru,BTA (-), RO (+), dengan

kerusakan parenkim paru yang luas.

c. Penderita baru TB dengan kerusakan yang berat pada

TB ekstra pulmons.

2. Kategori II : 2RHZE /HRZE /5 R3H3E3

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari

2 bulan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z)

dan Etambutol (E) setiap hari setelah itu diteruskan

dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HZE yang

diberikan 3 kali dalam seminggu, perlu diperhatikan

bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita

menelan obat.

Obat ini diberikan untuk :

a. Penderita kambuh (Relaps)

b. Penderita gagal (Failure).

c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (After

defalut).

3. Kategori III : 2 RHZ /4 R3H3

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari

selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan

terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu


(2HRZ, 4H3R3).

Obat ini diberikan untuk :

a. Penderita baru BTA (-) rontgen positifsakit ringan.

b. Penderita ekstra paru ringan yaitu TB kelenjar limfe

(Limfadenitis) pleuritis eksudativa unilateral Tb

kulit, TB tulang, (kecuali tulang belakang) sendi dan

kelenjar adrenal.

4. OAT sisipan (HRZE)

OAT sisipan diberikan bila pada akhir tahap intensiv

pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori

1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan

kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif,

diberikan setiap hari selama 1 bulan. (pengobatan

TB.pdf.com dan santa manurung, 2018).

2.2 Tinjauan teoritis keperawatan

2.2.1 Dasar data pengkajian pasien

Pengkajian

Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena:

1. Aktivitas / istrahat
Gejala: Kelelahan umum dan kelemahan,

Napas pendek karena kerja.

Kesulitan tidur pada malam atau demam malam

hari, menggigil/berkeringat.

Mimpi buruk.

Tanda: Takikardia.

Takipnea/dyspnea pada kerja.

Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut).

2. Integritas ego

Gejala: Adanya/factor stres lama.

Masalah keuangan, rumah.

Perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Populasi budaya/etnik: Amerika Asli atau imigrasi dari

Amerika Tengah, Asia tenggara, Indian anak benua.

Tanda: Menyangkal (khususnya selama tahap dini).

Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.


3. Makanan / cairan

Gejala: Kehilangan napsu makan.

Tak dapat mencerna.

Penurunan berat badan.

Tanda: Turgor kulit buruk, Kering/kulit bersisik.

Kehilangan otot/hilang lemak sebkutan.

4. Nyeri / kenyamanan

Gejala: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda: Berhati-hati pada area yang sakit.

Perilaku distraksi, gelisah.

5. Pernapasan

Gejala: Batuk produktif atau tak produktif.

Napas pendek.

Riwayat tuberculosis/terpajan pada indivuidu

terinfeksi.

Tanda: Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau

fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan pernapasan


tak simetris (effuse pleura), perkusi pekak dan penurunan

fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi napas:

menurunkan/tak ada secara bilateral atau unilateral (effuse

pleural/pneumotorak). Bunyi napas tubuler/bisikan pektiral di

atas lesi luas, krekels tercatat di atas apek paru selama inspirasi

cepats etelah batuk pendek (krekels posttussic), karakteristik

sputum: Hijau/purulent, mukoid kuning, atau bercak darah,

deviasi trakeal (penyebaran broncogenik), tak perhatian, mudah

terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut).

6. Keamanan

Gejala: Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker,

Tes HIV positif.

Tanda: Demam rendah atau sakit panas akut.

7. Interaksi social

Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyekitmenular.

Perubahan pola biasa dalam tanggung

jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

8. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala: Riwayat keluarga TB.


Ketidak mampuan umum/status kesehatan buruk.

Gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak

berpartisipasi.

Pertimbangan : DGR menunjukan rerata lama dirawat

6,6 hari.

9. Rencana pemulangan : memerlukan bantuan

dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri

dan pemeliharaan/perawatan rumah.

2.1.12 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan

pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/stasis

sekret. Kerusakan jaringan/tambahan infeksi. Penurunan

pertahanan/penekanan proses inflamasi. Malnutrisi, Terpajan

linkungan.

Tujuan :

Mencegah penyebaran infeksi.

Kriteria hasil :

a. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan

resiko penyebaran infeksi.


b. Menunjukan teknik/melakukan perubahan pola hudup

untuk meningkatkan linkungan yang aman

Intervensi Rasional
1. Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak 1. Membantu pasien menyadari/menerima
aktif: diseminasi infeksi melalui perlunya mematuhui program
bronkus untuk membatasi jaringan pengobatan untuk mencegah
atau melalui aliran. pengaktifan berulang komplikasi.

2. Identifikasi orang lain yang berisiko, 2. Orang-orang yang terpajan ini perulu
contoh anggota rumah, sahabat program tetapi obat untuk mencegah
karib/teman. penyebaran /terjadinya infeksi.
3. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin 3. Perilaku yang diperlukan untuk
dan mengeluarkan pada tisu dan mencegah penyebaran infeksi.
menghindari meludah.
4. Kaji tindakan control infeksi 4. Dapat membantu menurunkan rasa
sementara, contoh masker atau terisolasi pasien dan membuang stigma
isolasi pernapasan. sosial sehubungan dengan penyakit
menular.
5. Awasi suhu sesuai indikasi. 5. Reaksi demam indikator adanya infeksi
lanjut.

6. Identifikasi factor resiko indifidu 6. Pengetahuan tentang faktor ini


terhadap pengaktifan berulang membantu pasien untuk mengubah pola
tuberculosis. hidup dan menghindari/insiden
eksaserbasi.
7. Tekankan pentingnya tidak 7. Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah
menghentikan terapi obat. kemoterapi awal, tetapi pada adanya
rongga atau penyakit luas sedang, resiko
penyabaran infeksi dapat berlanjut
sampai 3 bulan.
8. Kaji pentingnya mengikuti dan
8. Alat dalam pengawasan efek dan
kultur ulang secara periodic terhadap
keefektifan obat dan respons pasien
sputum untuk lamanya terpi.
9. Dorong memilih/mencerna makanan terhadap terapi.
seimbang. 9. Adanya anoreksia atau malnutrisi
sebelumnya merendahkan tahanan
proses infeksi dan mengganggu
Kolaborsi penyembuhan.
10. Berikan agen anti infeksi sesuai
indikasi, contoh:
a. Obat utama: Isoniazid (INH)
etambutal (myambutol); rifampisin a. Kombinasi agen anti infeksi di
(RMP/Rifadin). gunakan, contoh 2 obat primer atau
satu primer tambah 1 dan obat
b. Pirazinamida (PZA/Aldinamida); sekunder.
para-amino salisik (PAS) ;sikloserin b. Ini obat sekunder di perlukan bila
(seromycin). infeksi resisten terhadap atau tidak
c. Awasi pemeriksaan laboratorium, toleran obat primer.
contoh hasil usap sputum. c. Pasien yang mengalami 3 usapan
negatif (memerlukan 3-5
bulan),perlu mentaati program obat,
dan asimtomatik akan di
d. AST / ALT. klasifikasikan tak menyebar.
d. Efek merugikan terapi obat termasuk
e. Laporkan keepartemen kesehatan.
hepatitis.
e. Membantu mengidentifikasi
lembaga yang dapat di hubungi
untuk menurunkan penyebaran
infeksi.
2. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan secret

kental, atau secret darah. Kelemahan, upaya betuk buruk.

Edema trakeal/faringeal, ditandai dengan frekuensi pernapasan,

irama, kedalaman tak normal.bunyi napas tak normal (ronki,

mengi), stridor. Dyspnea.

Tujuan :

Meningkatkan atau mempertahankan ventilasi atau oksigen

adekuat.

Kritera hasil

a. Mempertahankan jalan napas pasien.

b. Mengeluarkan secret tempa bantuan.

c. Menunjukan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan

bersihan jan napas.

d. Berpartisipasi dalam program pengobatan,dalam tingkat

kemampuan/situasi.

e. Mengidentifikasi potensi komplikasi danmelakukan

tindakan tepat.

Inteversi Rasional
Mandiri.
1. Kaji fungsi pernapasan, cotoh bunyi 1. Penurunan bunyi napas dan
napas, kecepatan, irama dan menunjukan atelectasis.
kedalaman dan penggunaan
ototaksesori.
2. Catat kemampuan utuk mengeluarkan 2. Pengeluaran sulit bila secret kental
mukos / batuk efektif: catat karakter, (mis, efek infeksi atau tidak adekuat

jumlah sputum, adanya hemoptysis. hidrasi).

3. Berikan pasien posisi semi fowler. 3. Posisi membantu memaksimalkan


Bantu pasien untuk batuk dan latihan ekspansi paru dan menurunkan

dalam. upaya pernapasan.

4. Bersihkan secret dari mulut dan 4. Mencegah obstruksi/aspirasi.

trakea: penghisapan sesuai keperluan. Penghisapan dapat diperlukan bila


pasien tak mampu mengeluarkan
secret.
5. Pertahankan masukan cairan 5. Pemasukan tinggi cairan membantu
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali untuk mengencerkan secret,
kontraindikasi. membuatnya mudah di keluarkan.
Kolaborasi
6. Lembabkan udara /oksigen inspirasi. 6. Mencegah pengeringan membrane
mukosa; membantu pengenceran
secret.
7. Beri obat-obatan sesuai indikasi:
a. Agen mukolitik, contoh a. Agen mukolitik menurunkan
asetistein (mucomyst). kekentalan dan perlengketan
secret paru untuk memudah
pembersihkan.
b. Broncodilator, contoh b. Broncodilator meningkatkan
oksitrifillin (choledyl); teofillin ukuran lumen percabangan
(Theo-Dur). trakeobronkial, sehingga
menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.
c. Kortikosteroid (Predison). c. Berguna pada adanya
keterlibatan luas dengan
hipoksemia dan bila respon
inflamasi mengancam hidup.
Bersiap untuk / membantu intubasi darurat.
Intubasi di perlukan pada kasus jarang
bronkogenik TB dengan edema laring
atau perdarahan paru akut.

3. Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan

penurunan permukaan efektif paru, atelectasis. Kerusakan

membrane alveolar-kapiler. Secret kental, tebal. Edema

bronkial.

Tujuan :

Meningkatkan strategi koping efektif.

Kriteria hasil :

a. Melaporkan tak adanya / penurunan dyspnea.

b. Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

adekuat dengan GDA dalam rentang normal.

c. Bebas dari gejala distres pernapasan.


Intervensi Rasional

Mandiri
1. Kaji dyspnea, takipnea, tak 1. TB paru menyebabkan efek luas
normal/menurunnya bunyi napas, pada paru dari bagian kecil
peningkatan upaya pernapasan, bronkopneumonia sampai inflamasi
peningkatan upaya pernapasan, difus luas, nekrosis, efusi pleura,
terbatasnya ekspansi dinding dada, dan fibrosis luas.
dankelemahan.
2. Evaluasi penurunan pada tingkat 2. Akumulasi secret/pengaruh jalan

kesadaran. napas dapat menganggu oksigenasi


organ vital dan jaringan.
3. Tunjukan/ dorong bernapas bibir 3. Membantu tahanan melawan udara
selama ekshalasi, khususnya untuk luar, untuk mencegah
pasien dengan fibrosis atau kolaps/penyempitan jalan napas
kerusakan parenkim. sehingga membantu menyebarkan
udara melalui paru dan
menghilangkan/menurunkan napas
pendek.
4. Tngkatkan tirah baring / batasi 4. Menurunkan konsumsi oksigen /
aktivitas dan bantu aktivitas kebutuhan selama periode
perwatan diri sesuai keperluan. penurunan pernapasan dapat
menurunkan beratnya gejala.
Kolaborasi
5. Awasi seri GDA / nadi oksimetri. 5. Penurunan kandungan oksigen
(PaO2)dan saturasi atau
peningkatan PaCO2 menunjukan
kebutuhan untukintervensi/
perubahan program terapi.
6. Berikan oksigen tambahan yang
6. Alat dalam memperbaiki
sesuai.
hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan
ventilasi atau menurunnya
permukaan alveolar paru.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kurang terpajan pada / salah

interprestasi informasi, keterbatasan kognitif. Tak

akurat / tak lengkap informasi yang ada, ditandai

dengan permintaan informasi, menunjukan kesalahan

konsep tentang status kesehatan, kurang atau tak

akurat mengikuti instruksi / perilaku.

Tujuan :

Mendukung perilaku atau tugas untuk mempertahankan

kesehatan.

Kriteria hasil :

a. Menyatkan pemahaman proses pemnyakit / prognosis dan

kebutuhan pengobatan.

b. Melakukan perilaku //perubahan pola hidup untuk

memperbaiki dan menurunkan resiko pengaktivan ulang

TB.
c. Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi /

intervensi.

d. Mengambarkan rencana untuk menerima perawatan

kesehatan adekuat.

Intervensi Rasional

Mandiri
1. Catat status nutrisi pasien pada 1. Berguna dalam mendefinisikan
penerimaan, catat turgor kulit, berat derajat / luasnya masalah dan
badan dan derajat kekurangan berat pilihan interfensi yang tepat.
badan dan serajat kekurangan berat
badan.
2. Pastikan pola diet biasa pasien, yang 2. Membantu dalam

disukai / tak disukai. mengidentifika kebutuhan/


kekuatan khusus.

3. Awasi masukan / pengeluaran dan berat 3. Berguna dalam mengukur

badan secara periodic. keefektifan nutrisi dan


dukungan cairan.
4. Selidiki anoreksia, mual, dan muntah 4. Bapat mempengaruhi pilihan
dan catat kemungkinan hubungan diet dan mengidentifikasi area
dengan obat awasi frekuensi, volume, pemecahan masalah untuk
knsistensi feses. meningkatkan pemasukan /
penggunaan nutria.
5. Dorong dan berikan periode istirahat 5. Membantu menghemat energy
sehat. khusus bila kebutuhan
metabolic meningkatkan saat
deman.
6. Berikan perawatan mulut sebelum dan 6. Menurun rasa tak enak karena
sesudah tindakan bernapas. sisa sputum atau obat untuk
pengobatan respirasi yang
merangsang pusat muntah.
7. Dorong makan sedikit dan sering
7. Memaksimalkan masukan
dengan makanan tinggi protein dan
nutrisi tanpa kelemahan yang
karbohidrat.
tak perlu / kebutuhan energy
dari makan makanan banyak
8. Dorong orang terdekat untuk membawa
dan menurunkan iritasi gaster.
makanan dari rumah dan untuk
membagi dengan pasien kecuali kontra
8. Membaut lingkungan social
indikasi.
lebih normal selama makan dan
membantu memenuhi
Kolaborasi
kebutuhan personal dan
9. Rujuk keahli diet untuk komplikasi diet.
kultural.

9. Memberikan bantuan dalam


perencanaan diet dengan nutris
10. Konsul dengan terapi pernapasan untuk
adekuat untuk kebutuha
jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum
metabolic dan diet.
/setelah makan.
10. Dapat membantu menurunkan
insiden mual dan muntah

11. Awsi pemeriksaan laboratorium, contoh sehubung dengan obat atau efek

BUN, protein serum, dan albumin. pengobatan pernapasan pada


perut yang penuh.
11. Nilai rendah menunjukan
12. Berikan antipiretik tepat. malnutrisi dan menunjukan
kebutuhan intervensi /
perubahan program terapi.
12. Demam meningkatkan
kebutuhan metabolic dan juga
komsumsi kalori.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada

/ salah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif, tak

akurat / tak lengkap informasi yang ada ditandai dengan

permintaan informasi, menunjukan kesalahan konsep tentang

status kesehatan, kurang atau tak akurat menguji intruksi /

perilaku, menunjukan atau memperlihatkan persaan terancam.

Tujuan :

Memberikan informasi tentang proses penyakit / progonosis

dan program pengobatan dipahami.

Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemhaman proses penyakit / progonosis dan

kebutuhan pengobatan.

b. Melakukan perilaku / perubahan pola hidup untuk

memmperbaiki kesehatan umum dan menurunkan resiko

pengaktifan ulang TB.


c. Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi /

intervensi.

d. Menggambarkan rencana unruk menerima perawatan

kesehatan adekuat

Intervensi Rasional

Mandiri
1. Kaji kempuan pasien untuk belajar . 1. Belajar tergantungpada emosi dan
kesiapan fisik dan ditingkatkan pada
tahapan individu.
2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan 2. Dapat menunjukan kemajuanatau
keperawat. pengaktifan ulang penyakit atau efek
obat yang memerlukan efaluasi lanjut.
3. Tekankan pentingnya mempertahankan 3. Memenuhi kebutuhan metabolic
protein tinggidan diet karbohidrat dan membantu meminimalkan kelemahan
pemasukan cairan adekuat. dan meningkatkan penyambuhan.
4. Berikan intruksi dan informasi tertulis 4. Informasi tertulis menurunkan
khusus pada pasien untuk rujuk contoh hambatan pasien untuk mengingat
jadwal obat. sejumlah besar informasi.
5. Jelaskandosis obat, frekuensi pemberian, 5. Meningkatkan kerjasama dalam
kerja yang diharapkan, dan alasan
pengobatan lama. program pengobatan dan mencegah
penghentian obat sesuai
6. Kaji potensial efek samping pengobatan perbaikankondisi pasien.
(contoh mulut kering, konstipasi, 6. Mencegah / menrunkan ketidak
gangguan penglihatan, sakit kepala, nyamanan sehubung dengan terapi
hipertensi ortostatik) dan pemecahan dengan meningkatkan kerja sama
masalah. dalam program.
7. Tekankankebutuhan untuk tidak minum
alcohol sementara minum INH. 7. Kombinasi INH dan alcohol telah
menunjukan peningkatan insiden
8. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah hepatitis.
mulai dan kemudian tiap bulan selama 8. Efeksamping utama menurunkan
minum etambutal. penglihatan; tanda awal menurunnya
kemampuan untuk melihat warna
9. Dorong pasien atau orang terdekat untuk hijau.
menyatakan takut / masala. 9. Memberikan kesempatan untuk
memperbaiki kesalahan konsepsi /
peningkatan ansietas.
10. Evaluasi kerja pasien atau pengecoran
logam / tambang gunung, semburan 10. Terpajan pada debu silicon berlibahan
pasir. nmeningkatkan risiko silikosi, yang
dapat secara negative mempengaruhi
11. Dorong untuk tidak merokok.
fungsi pernapasan / brokitis.
11. Meskipun merokok tidak merangsang
berulangnya TB, tetapi meningkatkan
12. Kaji bagaimana TB ditularkan.
disfungsi pernapasan / bronchitis.
12. Pengrtahuan dapat menurunkan risiko
penularan / reaktifitas ulang.

Anda mungkin juga menyukai