Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

DENGAN PNEUMONIA

Disusun Oleh :
Nama : Anisa Evita Yasmine
Nim : 2011144011135

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN AJAR 2021/2022


A. Konsep dasar penyakit Pneumonia
Anatomi fisiologi

1. Anatomi saluran pernapasan


a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk
kedalam lubang hidung.
1) Bagian luar didinding terdiri dari kulit.
2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot tulang rawan.
3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan
karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah:
a. Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah
b. Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah
c. Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas
b. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung
dan mulut sebelah depan ruas leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat,
juga beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis (empang tenggorokan) yang berfungsi menutup laring pada waktu
menelan.Rongga tekan dibagi dalam 3 bagian:
1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana di sebut
nasofaring.
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium di sebut
orofaring.
3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring. da waktu menelan
makanan.
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggororkan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentuk suara, terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya. Pangkal
tenggorokan yang di sebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh
selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel
ephitalium berlapis.
Pita suara ini berjumlah 2 buah:
1) Di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan yang di sebut
dengan ventrikulasris.
2) Di bagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk suara yang di sebut
vokalis.
d. Trakea
Trakea Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulangtulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir
yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Sel bersilia berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan yang disebut karina.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebrata torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cicin, mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari
9-12 cicin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabangcabang, cabang yang lebih
kecil di sebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli terdapat cincin lagi, dan pada
ujung bronkioli terdapat gelembung paru/ gelembung hawa atau alveoli. Alveoli
merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk ke dalam darah dan
karbondioksida di keluarkan dari darah. Paru-paru dibagi dua: paru-paru kanan,
terdiri dari 2 lobus (belah paru), lobus puimo dekstra superior, lobus media dan
lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari puimo
sinistra lobus superior dan lobus inferior. Di antara lobulus satu dengan yang
lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan
saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus,
bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabangcabang ini di sebut duktus
alveolus. Letak paru-paru di rongga dada dataranya menghadap ke tengah rongga
dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi dua:
1) Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru.
2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara)
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernapas.
1. Proses terjadinya pernapasan
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(menghembuskan napas). Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-
otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di
dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Terdapat 2 jenis pernapasan:
a) Pernapasan dada merupakan pernapasan yang melibatkan otot antara tulang
rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada
menjadi lebih kecil dari pada tekanan dari luar sehingga udara luar yang kaya
oksigen masuk. Pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar
bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.
b) Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Jika waktu bernapas diafragma turun-naik, maka ini dinamakan pernapasan
perut.
2. Fisiologi saluran pernapasan
a. Pernapasan paru (pernapasan eksternal)
Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada
pernapasan melalui paru/pernapasan eksternal, oksigen di punggut melalui hidung
dan mulut, pada waktu bernapas oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial
ke alveoli, dan erat berhubungan dengan darah dalam kapiler di pulmonar. Hanya
satu lapisan membran yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari
darah, darah menembus dan di pungut oleh hemoglobin sel darah merah dan di
bawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh.
Didalam paru, karbondioksida salah satu buangan metabolisme menembus
membran kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial
dan trakea di lepaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang
berhubungan dengan pernapasan pulmoner pernapasan eksterna :
1) Ventilasi polmuner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang
tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menmbus membrane alveoli dan kapiler karbondioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.

Pernapasan jaringan (pernapasan internal) Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya


dengan oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana
darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk
memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya hasil buangan
oksidasi yaitu karbondioksida. Perubahan-perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara
dalam alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan interna atau penafasan
jaringan.

2. Pengertian
Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama bagi
negara maju dan berkembang. Penyakit infeksi ialah penyakit yang disebabkan masuk
dan berkembang biaknya mikroorganisme, suatu kelompok luas dari organisme
mikroskopik yang terdiri dari satu atau banyak sel seperti bakteri, fungi, parasit serta
virus. Penyakit infeksi terjadi ketika interaksi dengan mikroorganisme menyebabkan
kerusakan pada tubuh host dan kerusakan tersebut menimbulkan berbagai gejala dan
tanda klinis. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada manusia disebut
sebagai mikroorganisme patogen (Novard et al., 2019). Penyakit yang diakibatkan
oleh infeksi mikroorganisme merupakan salah satu penyakit yang selalu menjadi
pusat perhatian para praktisi dan pemerhati kesehatan. Salah satu penyakit infeksi
akibat bakteri ialah pneumonia (Radji, 2011).
Pneumonia merupakan penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur dan parasit, namun pneumonia juga
disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu dan radiasi.
Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia dapat terbatas segmen, lobus, atau
menyebar. Jika hanya melibatkan lobus, pneumonia sering mengenai bronkus dan
bronkiolus 1 2 sehingga sering disebut dengan bronkopneumonia (Djojodibroto,
2012). Angka kejadian pneumonia didunia merupakan masalah kesehatan karena
angka kematiannya tinggi dinegara maju seperti Amerika, Canada dan Eropa.
Terdapat dua juta sampai tiga juta kasus per tahun dengan jumlah kematian rata-rata
45.000 jiwa di Amerika (Misnadiarly, 2008). Angka ini paling besar terjadi pada
anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun, dan dewasa yang berusia lebih dari 75
tahun (Lantu et al., 2016).
Jumlah kasus penyakit pneumonia di wilayah Asia khususnya Philipina berada
pada peringkat ke-4 dengan jumlah kasus sebanyak 53,101 kasus (10,0%) pada tahun
2013. Sedangkan pada Negara Asia Lainnya yaitu Malaysia memiliki angka kematian
akibat pneumonia yang berada pada peringkat ke-2 dengan jumlah kasus 9,250 kasus
(12,0%) pada tahun 2014 (Malaysia, 2016). Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun
2018 prevalensi penyakit pneumonia di Indonesia mencapai 1.017.290 kasus.
Penyakit pneumonia untuk di provinsi Kalimantan sendiri Kalimantan Barat
menempati peringkat ke-1 dengan jumlah kasus sebanyak 19.190 kasus, di susul
peringkat ke-2 yaitu Kalimantan Seiatan dengan jumlah sebanyak 16.043 kasus.
Untuk Kalimantan Timur sendiri menempati peringkat ke-3 dengan jumlah kasus
sebanyak 13.977 kasus. Peringkat ke-4 adalah Kalimantan Tengah dengan kasus
sebanyak 10.189 kasus dan peringkat ke-5 di tempati oleh Kalimantan Utara dengan
jumlah kasus sebanyak 2.733 kasus (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2019).
Pneumonia disebabkan oleh organisme seperti virus dan bakteri yang masuk
kedalam tubuh sehingga mikroorganisme pathogen mencapai bronkioli terminalis lalu
merusak sel epitel basilica dan sel goblet sehingga cairan eksudat dan leukosit masuk
ke dalam alveoli sampai terjadi konsolidasi paru yang mengakibatkan kapasitas vital
dan compliancemenurun sehingga meluasnya permukaan membrane respirasi dan
penurunan rasio ventilasi perfusi sehingga suplai O2 dalam tubuh terganggu
(Misnadiarly, 2008). Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi
untuk terjadinya pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara
dalam rumah dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain, bahan bangunan (misal;
asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta
interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah
(ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban
yang berlebihan. Selainitu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam
rumah seperti dalam hal penggunaan energy tidak ramah lingkungan, penggunaan
sumber energi yang relative murah seperti batu bara dan biomasa (kayu, kotoran
kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku merokok dalam rumah,
penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-
bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan polutan yang dapat bertahan dalam rumah
untuk jangka waktu yang cukup lama (Kemenkes RI, 2011).
Pada klien yang menderita pneumonia diagnosa yang sering muncul adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peroses infeksi, pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler, nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis, defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak
mampuan menelan makanan, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, dan resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara
aktif (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Achmad Afif Maulana (2018) dalam
menangani masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien
pneumonia dengan melakukan tindakan keperawatan mengobservasi frekuensi atau
kedalaman pernafasan dan gerakan dada, Membantu pasien latihan nafas dalam dan
batuk secara efektif, Menganjurkan keluarga untuk memberikan posisi nyaman pada
pasien seperti semi-fowler, Pemberian terapi nebulizer, dan Kolaborasi dengan tim
medis atau dokter dalam pemberian obat. Memberikan perubahan pada keadaan
pasien menjadi membaik, tidak batuk dan tidak sesak (Maulana, 2017).
5 Masalah keperawatan pada pasien pneumonia jika tidak diatasi dapat
berdampak buruk bagi penderitanya salah satunya gagal napas yang disebabkan
karena paru-paru terisi cairan atau nanah, sehingga paru-paru tidak dapat mentransfer
cukup oksigen ke darah termasuk menghilangkan karbondioksida di dalam darah.
Kondisi ini sangat serius sebab semua organ penting dalam tubuh membutuhkan
oksigen untuk bisa berfungsi dengan baik. Dalam mengurangi atau mengatasi
penyebab masalah keperawatan pada penderita pneumonia diatas maka di butuhkan
peran perawat secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Promotif yaitu
perawat berperan mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan pada
penyakit pneumonia. Contohnya perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit pneumonia. Preventif yaitu perawat berperan sebagai pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan atau penyakit yang berhubungan dengan penyakit
pneumonia. Contohnya perawat dapat memberikan informasi seperti penyebab serta
penularan penyakit pneumonia. Kuratif yaitu perawat berperan sebagai pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit,
pengendalian penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas hidup pasien dapat
terjaga seoptimal mungkin. Contohnya perawat memberikan pengobatan secara
teratur hasil kolaborasi dengan dokter. Rehabilitatif yaitu peran perawat untuk
mengembalikan bekas pasien ke dalam masyarakat yang berguna untuk 6 dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Contohnya perawat
melakukan rehabilitasi mental agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Dengan cara bekas penderita
penyakit pneumonia mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke
masyarakat. Sangat di perlukan dalam memberi asuhan keperawatan harus secara
menyeluruh mulai dari pengkajian masalah, menentukan diagnosa keperawatan,
membuat intervensi, implementasi serta evaluasi asuhan keperawatan pada pasien
pneumonia. Perawat dapat melakukan tindakan secara mandiri maupun kolaborasi
dengan cara farmokologi dan non farmokologi seperti memberikan latihan nafas
dalam dan memperbaiki pola nafas, serta membersihkan jalan nafas yang tersumbat
oleh secret atau dahak (Misnadiarly, 2008). Berdasarkan data di RS Bhayangkara
Titus Ully Kupang khususnya di Ruang Cendana periode Januari hingga Desember
2018 jumlah pasien yang dirawat sebanyak 356 orang, yang menderita penyakit
pneumonia sebanyak 49 orang. Pada bulan Januari hingga Juni 2019 jumlah pasien
yang dirawat dengan penyakit pneumonia sebanyak 42 orang. Sedangkan berdasarkan
rekam medik di Ruangan Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
angka kejadian dari penyakit pneumonia selama bulan Januari sampai Juni 2018
menunjukan angka kejadian sebanyak 4 orang, dengan banyaknya kasus Pneumonia
tersebut maka kita perlu meningkatkan pemberian asuhan keperawatan secara 7
komprehensif. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik ingin mengetahui
pelaksanaan proses asuhan keperawatan yang dilakukan peneliti pada kasus pasien
dengan pneumonia yang di rawat di RS Bhayangkara Titus Ully Kupang khususnya di
Ruang Cendana dan di Ruangan Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi
3. Etiologi/Predisposisi
Beberapa penyebab dari pneumonia yaitu :
1. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti :Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram 17eutroph seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan
P. Aeruginosa.
2. Virus Disebabkan oleh virus 17eutrophi yang menyebar melalui transmisi
droplet.Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
3. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia
(CPC).Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
5. Aspirasi : makanan, cairan
6. Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu, dan gas.

4. Pathophisiologi dan pohon masalah


Pneumonia biasanya diawali dengan infeksi ringan pada saluran pernafasan
bagian atas.Seiring dengan perkembangan penyakit terjadi peradangan parenkim yang
di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau aspirasi.Kapiler melebar dan kongesti serta
didalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa
18eutrophil dan makrofag. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan
respon inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infiltrasi makrofag. Cairan eksudatif
di alveoli menyebabkan konsulidasi lobularis yang khas pada foto thoraks.Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
5. Manifestasi Klinis
Gejala Gejala utama yang sering ditemui adalah deman tinggi kadang disertai
kejang, anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cuping hidung dan mulut. Kadang-
kadang disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemuka pada permulaan
penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
1. Tanda Menurut Misnadiarl, tanda-tanda penyakit pneumonia antara lain :
a. batuk berdahak
b. ingus (nasal discharge)
c. suara nafas lemah
d. penggunaan otot bantu nafas
e. demam
f. cyanosis (kebiru-biruan)
g. thorax menunjukkan infiltrasi melebar
h. sesak nafas
i. terkadang kulit menjadi lembab
j. mual dan muntah

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran atau perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi,
tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMV)
7. Penatalaksaan medis
1. Kemoterapi Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman
penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap
antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila
berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat
proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu
perlu penyesuaian dosis.
2. Pengobatan Umum
a. Terapi Oksigen
b. Hidrasi Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara
parenteral
c. Fisioterapi Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubahubah
untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
8. Komplikasi
Komplikasi dari pneumonia menurut Nursalam adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endocardial
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Riwayat : Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetik, riwayat pasien
tentang disfungsi pernafasan sebelumnya.
B. Observasi pernafasan terhadap :
1. Frekuensi : cepat (takipnea), normal, atau lambat untuk anak tertentu
2. Kedalaman : kedalaman normal, terlalu dangkal, (hypopnea), terlalu dalam
(hiperpnea), biasanya diperkirakan dari ampilitudo torakal dan
pengembangan abdomen.
3. Kemudahan : upaya, sulit (dyspnea), pernafasan cuping hidung, mengorok
atau mengi (wheezing).
4. Pernafasan sulit : kontinu, intermiten, mengi, mengorok, di hubungkan
dengan nyeri
5. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
C. Observasi adanya :
1. Bukti inspeksi : peningkatan suhu, pembesaran kelenjar limfe servikal,
membrane mukosa terinflamasi, dan rabas purulent sari hidung, telinga,
atau paru-paru (sputum).
2. Batuk : karakteristik batuk (bila ada) : dalam keadaan apa batuk terdengar
(misalanya pada malam hari, atau pagi hari), sifat batuk (paroksimal
dengan atau tanpa mengi), frekuensi batuk berhubungsn dengan menelan
atau aktivitas.
3. Mengi (wheezing) ekspirasi atau inspirasi, nada tinggi, memanjang, secara
lambat progresif atau tiba-tiba, berhubungan dengan pernafasan sulit.
4. Sianosis : perhatikan distribusi (perifer, perioral, fasial, batang tubuh serta
wajah), derajat, durasi, berhubungan dengan aktivitas.
5. Nyeri dada : mungkin merupakan keluhan anak yang lebih besar.
Perhatikan lokasi dan situasi : terlokasir atau menyebar, menyebar dari
dasar leher atau abdomen, dangkal atau tajam, dalam atau superfisial,
berhubungan dengan pernafasan cepat, dangkal, atau mengorok.
6. Sputum : anak-anak yang lebih besar dapat memberikan sampel sputum;
perhatikan volume, warna, viskositas, dan bau.
7. Pernafasan buruk : dapat berhubungan dengan beberapa infeksi
pernafasan.
D. Pemeriksaan fisik Pada klien pneumonia, pengkajian head to toe yang di
lakukan lebih di fokuskan pada :
1. Sistem pernafasan inspeksi : sianosis, tachipnea, dispnea, penggunaan otot
bantu, pelebaran nasal, sputu, purulen. Palpasi : fokal premitus bertahap
meningkat dengan konsolidasi. Auskultasi : suara nafas bronchial Perkusi :
pekak
2. Sirkulasi : takikardia, penampilan pucat
3. Psikologi dan faktor perkembangan Usia, tingkat intervensi, pengalaman
berpisah dengan orang tua, mekanisme koping yang dipakai sebelumnya,
kebiasaan (pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu tidur/rutinitas
pemberian pola makan).
4. Pengetahuan orang tua dan keluarga Pengalaman dengan penyakit
pernafasan, pemahaman akan kebutuhan interventi pada distress
pernafasan, dan tingkat pengetahuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau potensial. Komponen-komponen dalam pernyataan diagnosa
keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), dan data (sign and
symptom).diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien dengan
Pneumonia , yaitu sebagai berikut:
a. Pola Nafas Tidak Efektif b/d
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas.
c. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
d. Kekurangan volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam.
e. Intolera
3. Rencana Tindakan/Intervensi
Perencanaan adalah suatu proses penyusunan sebagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan,
atau mengurangi masalah-masalah pasien. Adapun perencanaan berdasarkan diagnosa yang mungkin timbul pada pasien pneumonia
yaitu :

Diagnosa Tujuan keperawatan Rencana Tindakan Nama &


Keperawatan TTD
Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi
Efektif b/d selama 2x 24 jam, diharapkan Pola Nafas Observasi
membaik dengan kriteria hasil: 1. Monitor frekuensi irama, kedalaman dan
Indikator 1 2 3 4 5 upaya napas
Dispnea  2. Monitor kemampuan batuk efektif
Frekuensi Nafas  3. Monitor adanya sputum

Kedalaman Nafas  4. Auskultasi bunyi napas


5. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas
tidak efektif selama 2x 24 jam, diharapkan Bersihan Observasi
jalan Nafas mengingkat dengan kriteria 1. Monitor pola napas
hasil: 2. Monitor bunyi napas
Indikator 1 2 3 4 5 Terapeutik
Batuk efektif  1. Posisikan semi fowler atau fowler
Wheezing  2. Berikan minum hangat
3. Berikan oksigen
Edukasi
1. Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran,mukolitik
4. Implementasi
Fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi
merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh
perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).
Daftar Pustaka

Ardiansyah, M. (2012).KeperawataMedikalBedah. Jakarta : Dive Press

Depkes RI. (2012). Profil KesehatanIndonesia.Jakarta :Depkes RI. Diambilpada17 Juni


2016.

DinasKesehatanProvinsi Kaltim (2013).ProfilKesehatanProvinsiKaltim. Diambilpada17


Juni 2016.

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Depkes RI (2012).Data penyakitPneumoniaPadaBayi di Indonesia.Diambilpada 16 Juni


2016 dariwww.depkes.go.id

LaporanPendahuluan Pneumonia (2012).Diambilpada 17Juni 2016 dari

WHO (2010).Data Penyakit Pneumonia.Diambilpada 18 Juni 2016daridigilib.unimus.ac.id

Wong, Donna L. (2009). PedomanKlinisKeperawatanPediatrikEdisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai