TRI YUNIASTUTI
NIM : 220516067
A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu,
jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,
sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).Asma adalah suatu
keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara.
Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma
lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar
30 tahunan (Saheb, 2011).
Asma dibedakaan menjadi dua jenis menurut (Amin 2013:40)
1. Asma bronkial.
Penderita asma bronkial hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar seperti
debu rumah,bulu binatang, asap kendaraan dll. Penyebab alergi gejala-gejala munculnya
sangat mendadak sehingga gangguan asma bisa datang tiba-tiba. Gangguan asma bronkial
juga bisa muncul lantaran adanya radang saluran nafas bagian bawah sehingga menyempit
akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan pembengkakan selaput lendir dan
pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial bisa terjadi pada
malam hari disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut Noctural Proximal Dyspola
biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.Derajat asma menurut (Amin 2013:40) :
1. Intermiten : Gejala kurang dari 1 kali / minggu dan serangan singkat
2. Persisten ringan : Gejala lebih dari satu kali /minggu tapi kurang dari 1x sehari
3. Persisten sedang : Gejala terjadi setiap hari.
4. Persisten berat : gejala terjadi setiap hari dan serangan terjadi sering.
B. Anatomi fisiologis
Proses bernapas merupakan proses mengalirkan udara ke paru-paru, memasukkan oksigen ke
dalam tubuh, dan membawa karbon dioksida kembali ke udara. Sistem pernapasan tidak
hanya melibatkan paru-paru, tetapi juga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, alveolus dll.
1. Fungsi Sistem Pernapasan
Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengalirkan udara ke paru-paru.Oksigen dari
udara berdifusi dari paru-paru ke dalam darah, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari
dalam darah ke paru-paru.Respirasi mencakup proses-proses sebagai berikut:
a. Ventilasi Paru
Ventilasi paru merupakan proses pernapasan inspirasi (menghirup udara) dan ekspirasi
(menghembuskan udara).
b. Pernapasan Luar
Pernapasan luar merupakan proses pertukaran gas antara paru-paru dengan darah. Oksigen
berdifusi ke dalam darah, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari darah ke paru-paru.
c. Tansportasi Gas
Transportasi gas dilakukan oleh sistem kardiovaskular. Transportasi gas merupakan proses
mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh dan mengumpulkan karbon dioksida untuk
dikembalikan ke paru-paru.
d. Pernapasan Dalam
Pernapasan dalam merupakan proses pertukaran gas antara darah, cairan interstisial (cairan
yang mengelilingi sel), dan sel-sel. Di dalam sel, terjadi respirasi sel yang menghasilkan
energi (ATP) dan CO2, dengan menggunakan O2 dan glukosa.
3. Paru-Paru
Paru-paru adalah sepasang kerucut berbentuk badan yang menempati thorax. Mediastinum,
rongga yang berisi jantung, memisahkan kedua paru-paru. Paru-paru kiri dan kanan dibagi
oleh fisura masing-masing menjadi dua dan tiga lobus.Setiap paru-paru memiliki fitur sebagai
berikut:
Puncak dan dasar mengidentifikasi bagian atas dan bawah dari paru-paru.
Permukaan masing-masing paru-paru berbatasan tulang rusuk (depan dan belakang).
Di permukaan (mediastinal) medial, di mana masing-masing paru-paru menghadapi
selain paru-paru, saluran pernapasan, pembuluh darah, dan pembuluh limfatik
memasuki paru di hilus.
Pleura adalah membran ganda yang terdiri dari paru bagian dalam pleura (viseral), yang
mengelilingi setiap paru-paru, dan pleura parietal luar, melapisi rongga dada. Ruang sempit
antara dua membran,rongga pleura, diisi dengan cairan pleura, pelumas disekresikan oleh
pleura.
4. Mekanisme Pernapasan
Berikut merupakan mekanisme sistem pernapasan manusia:
a. Inspirasi
Inspirasi terjadi ketika diafragma dan otot interkostalis eksternal berkontraksi. Kontraksi
diafragma (otot rangka bawah paru-paru) menyebabkan peningkatan ukuran rongga dada,
sedangkan kontraksi otot interkostalis eksternal mengangkat tulang rusuk dan tulang dada.
Dengan demikian, otot menyebabkan paru-paru untuk memperluas dan meningkatkan volume
saluran udara internal. Sebagai tanggapan, tekanan udara di dalam paru-paru menurun di
bawah udara luar tubuh, karena gas bergerak dari daerah tekanan tinggi ke tekanan rendah,
udara masuk ke paru-paru.
b. Ekspirasi
Ekspirasi terjadi ketika otot diafragma dan interkostal eksternal rileks. Sebagai tanggapan,
serat elastis pada jaringan paru-paru menyebabkan paru-paru untuk menahan diri untuk
volume aslinya. Tekanan udara di dalam paru kemudian meningkat di atas tekanan udara luar
tubuh, dan udara keluar. Selama tingginya tingkat ventilasi, berakhirnya difasilitasi oleh
kontraksi dari otot-otot ekspirasi (otot interkostalis dan otot perut).Pemenuhan paru-paru
merupakan ukuran kemampuan paru-paru dan rongga dada untuk memperluas, karena
elastisitas jaringan paru-paru dan tegangan permukaan yang rendah dari kelembaban di paru
paru (dari surfaktan), paru-paru normal memiliki pemenuhan tinggi.
6. Pertukaran Gas
Dalam campuran gas yang berbeda, masing-masing gas memberikan kontribusi terhadap
tekanan total campuran. Kontribusi masing-masing gas, disebut tekanan parsial adalah sama
dengan tekanan bahwa gas akan memiliki jika itu sendirian di kandang. Hukum Dalton
menyatakan bahwa jumlah dari tekanan parsial masing-masing gas dalam campuran adalah
sama dengan tekanan total campuran.Faktor-faktor berikut menentukan sejauh mana gas akan
larut dalam cairan:
Tekanan parsial gas. Menurut hukum Henry, semakin besar tekanan parsial gas,
semakin besar difusi gas ke cairan
Kelarutan gas. Kemampuan gas untuk larut dalam cairan bervariasi dengan jenis gas
dan cairan.
Suhu cairan. Kelarutan berkurang dengan meningkatnya temperatur.
Pertukaran gas terjadi di paru-paru antara alveoli dan plasma darah dan seluruh tubuh antara
plasma dan cairan interstitial.Berikut faktor yang memfasilitasi difusi O2 dan CO:
a. Tekanan partial dan kelarutan.Kelarutan lemah dapat diimbangi oleh peningkatan
tekanan parsial (atau sebaliknya). Bandingkan karakteristik berikut O2 dan CO2:
Oksigen - Tekanan parsial O2 di paru-paru yang tinggi (udara 21% O2), tetapi
kelarutan miskin.
Karbon dioksida - Tekanan parsial CO2 di udara sangat rendah (udara hanya
0,04% CO2), tapi kelarutannya dalam plasma adalah sekitar 24 kali lipat dari O2.
b. Gradien tekanan parsial
Gradien adalah perubahan beberapa jumlah dari satu daerah ke daerah lainnya. Difusi gas
menjadi cair (atau sebaliknya) terjadi menuruni gradien tekanan parsial-yaitu, dari daerah
dengan tekanan parsial yang tinggi ke daerah tekanan parsial yang lebih rendah. Misalnya,
gradien tekanan yang kuat untuk parsial O2 (pO2) dari alveoli terdeoksigenasi darah (105
mm Hg di alveoli versus 40 mm Hg di darah) memudahkan difusi cepat.
c. Luas permukaan untuk pertukaran gas : Daerah luas permukaan paru-paru
mempromosikan difusi yang luas.
d. Jarak difusi : Dinding alveolar dan kapiler tipis meningkatkan tingkat difusi.
7. Transportasi Gas
Oksigen dalam darah diangkut dengan dua cara:
Sejumlah kecil O2 (1,5 %) dilakukan dalam plasma sebagai terlarut gas.
Sebagian oksigen (98,5 %) dibawa dalam darah terikat dengan protein hemoglobin
dalam sel darah merah. Sebuah oksihemoglobin sepenuhnya jenuh (HbO2) memiliki
empat O2 molekul terpasang. Tanpa oksigen, molekul disebut sebagai
deoxygemoglobin (Hb).
C. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko penyebab asma dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Faktor Genetik
a. Atopi/alergi Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya.
b. Hipereaktivitas bronkus Saluran napas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen
maupun iritan.
c. Jenis kelamin Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma. Sebelum usia 14 tahun,
prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak perempuan.
d. Ras/etnik
e. Obesitas Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI), merupakan faktor risiko
asma.
2. Faktor lingkungan
a. Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan kulit
binatang seperti anjing, kucing, dan lain-lain).
b. Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
3. Faktor lain
a. Alergen dari makanan.
b. Alergen obat-obatan tertentu
c. Exercise-induced asthma
Menurut Kumar (2010), Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktorfaktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan
adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan nonalergik.
D. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spalme
otot polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan eksudasi muncul intra minimal, sel-
sel radang dan deris selular. Obstruksi, menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspiresi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara ,
hiperinflasi paru. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu
bagian dngan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi
dan menyebabkan kelainan gas-gas terutama penurunan CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibod COE berikatan dengan alergi
degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histamin dilepaskan. Histamin
menyebabkan konstruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin juga merangsang
pembentukan mukus dan meningkatkan permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti
dan pembanguan ruang intensium paru.
Faktor Pencetus
Alergi Idiopatik
Edema dinding bronkilolus Spasma otot polos bronkiolus Sekresi mukus kental dalam
lumen bronkiolus
Kelelahan/fatique
Intoleransi aktifitas
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan:
a. Kristal-kristal Charcot leyden yang merupakan degranulasi duri kristal
eosinofil.
b. Terdapatnya spiral cursehman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus.
c. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil.
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi sedangkan leukosit dapat
meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma.
a. Gas analisa darah : Terdapat aliran darah yang veriabel, akan tetapi bila
terdapat PaCO2 maupun penurunan PH menunjukan prognosis yang buruk.
b. Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDTI yang meninggi
c. Pada pemriksaan faktor alergi terdapat I9E yang meninggi pada waktu
serangan dan menurun pada waktu penderita bebas dari seragan.
3. Foto Rontgen
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma gambaran
ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga
interkostal serta diafragma yang menurun, (Amin 2013:49)
II.Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
2. Pola nutrisi
a. mual, muntah, tidak nafsu makan
b. menunjukan tanda dehidrasi, membran mukosa kering
B. Analisa Data
Data subjektif :
a. Pasien merasa sangat berat didada
b. Pasien mengeluh sesak/dipsnea
c. Pasien merasa sulit bernafas dan tidak mampu bernafas normal
d. Pasien merasa kesulitan berbicara
Data objektif :
a. Frekuensi nafas > 20x/ menit
b. Terdapat suara wheezing disemua lapang paru
c. Batuk tidak efektif
d. Terdapat retraksi dada
e. Nafas cuping hidung
f. Takikardia
g. PCO2 meningkat/menurun
h. PO2 menurun
C. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret.
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru selama serangan akut
3. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
4. Intoleransi aktifitas b.d sesak dan kelemahan fisik.
5. Risiko defisit nutrisi d.d mual, muntah dan tidak nafsu makan.
6. Kecemasan b.d sesak nafas dan takut.
7. Risiko infeksi d.d penurunan kerja silia dan menetapnya sekret.
8. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
2. Manajemen Keperawatan
7 Resiko infeksi b.d Tingkat Infeksi (L.13147) Latihan Batuk Efektif (I.01006)
tidak adekuatnya a. Demam menurun a. Identifikasi kemampuan
pertahan utama : b. Sputum berwarna hijau batuk
penurunan kerja silia menurun b. Monitor adanya retensi
dan menetapnya sekret c. Nafsu makan meningkat sputum
(D.0142) d. Kadar sel darah putih c. Monitor tanda dan gejala
menurun infeksi saluran napas
e. Periode malaise menurun d. Atur posisi semi-fowler atau
f. Letargi menurun fowler
e. Pasang perlak serta bengkok
di pangkuan pasien
f. Buang sekret pada tempat
sputum
g. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
h. Kolaborasi pemberian
mukolitik dan ekspektoran
bila perlu
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6.Jakarta: EGC