BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
9
a. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus
Influenza dan staphilococcus aureus.
b. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus,
Blastomcyes dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
c. Virus
Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza,
Adenovirus, Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella,
Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis
carinii.
d. Aspirasi
Makanan, kerosene(minyak tanah dan bensin), cairan amnion,
benda asing.
e. Pneumonia hipostatik
f. Sindrom loeffler
4. Klasifikasi
MenurutNgastiyah (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai
penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit
lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:
a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
b. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
c. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular.
14
Terhirup
Bronchiolus
Stimulasi
Alveolus chemoreseptor
hipotalamus
Proses peradangan
Set poin
Konsentrasi
Eksudat & serous bertambah
protein cairan
masuk dalam alveoli
Produksi sputum alveoli
meningkat Respon
menggigil
SDM & leukosit PMN
mengisi alveoli
Rangsang
batuk Reaksi
Konsolidasi di peningkatan
alveoli Tekanan hidrostatik suhu tubuh
tekanan osmotik
Compliance Hipertermi
paru menurun
Difusi
Evaporasi
Frekuensi nafas
Cairan tubuh
Akumulasi berkurang
cairan di alveoli
Gangguan
Kurang
pertukaran
pengetahuan
gas
Devisit
Volume
Cairan
8. Pemeriksaan Penunjang
19
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis
dengan predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan
prognosis yang buruk.
2) Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-
100.000/mm. Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih
rendah dari glukosa darah.
b. Pemeriksaan mikrobiologik
1) Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus
atau sputum darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
2) Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura
atau aspirasi paru.
c. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk
tiap mikroorganisme penyebab pneumonia.
1) Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi
dari infiltrasi ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata
(bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi pada
satu lobus (pneumonia lobaris).
2) Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan
bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai
efudi pleura yang berat, kadang terdapat adenopati hilus.
3) Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas
pada permulaan penyakit. Infiltrat mula-mula berupa bercak-
bercak, kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus
atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumnya
penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.
20
9. Penatalaksanaan
Menurut (Mansjoer, 2003) penatalaksanaan untuk pneumonia
bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan
sputum mencakup:
a. Oksigen 1 – 2 L/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml
cairan
c. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status
hidrasi
d. jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
e. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
f. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
21
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis
Tanda : takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat
c. Integritas Ego
Gejala : Banyakya stressor, masalah finansial
d. Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan,mual/muntah
Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering
dengan turgor buruk, Penampilan kakeksia(malnutrisi)
e. Neurosensori
Gejala :sakit kepala daerah frontal (influnza)
Tanda :perubahn mental (bingung, samnolen)
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, Nyeri dada(pleuritik), meningkat oleh batuk,
nyeri dada subternal(influenza)mialgia,artralgia, nyeri tenggorokan
g. Pernafasan
Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret.
Tanda : Adanya sputum atau secret, Perkusi pekak di atas area
yang konsolidasi , Bunyi nafas menurun atau tidak ada di atas area
yang terlibat , atau nafas yang bronchial, Warna pucat atau sianosis
bibir/kuku
h. Keamanan
Gejala : Demam (38,5oC-39,6oC)
Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gementar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Nursalam, 2009).
23