oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida
(co2), belerang (s), dan nitrogen (n2). Selain sebagai organ pernapasan,
mengalir ke faring.
2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
3. Laring
Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita
Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,
dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring
2. Cabang-cabang bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
primer (kanan dan kiri). Bronkus kiri lebih tinggi dan cenderung horizontal
daripada bronkus kanan, karena pada bronkus kiri terdapat organ
jantung. Bronkus kanan lebih pendek dan tebal dan bentuknya
cenderung vertical karena arcus aorta membelokkan trakea kebawah.
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus
yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna.
3. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma
yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan
(pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo
sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput
dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk
secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air
kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau
mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ
b. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinik yang ditandai oleh
pembentukan mukus berlebihan dalam bronkus dan dimanifestasikan
c. Emfisema
Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru
udara dan tidak kolaps. Sering terdapat bullae yaitu rongga parenkim paru
yang terisi udara, yang diameternya lebih dari 1 cm, bila pecah akan terjadi
adanya hambatan pada paru untuk mengembang karena suatu hal yang
menyebabkan gerakan paru terhambat. Terdapat sejumlah penyakit yang
2. gangguan muskuler
gangguan pada otot itu sendiri, dimana otot-otot pernafasan mengalami
rongga dada. Contoh lain pada fraktur tulang iga sederhana, sehingga
timbul rasa nyeri yang akan menghambat usaha respirasi.
b. Penyakit Intrapulmoner
Gangguan pada pleura dan rongga pleura dapat menghambat
pleura.
1. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah istilah untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura.
emfisema paru.
3. Gangguan / Penyakit Parenkim Paru
Jaringan paru yang masih sehat akan mengalami kerusakan akibat
serangan bakteri, virus, jamur, sel-sel ganas / kanker, serta debu dan uap
yang merangsang. Berbagai sebab tersebut dapat merusak paru dan
akhirnya akan terjadi jaringan parut / fibrosis yang akan mengganggu
pengembangan paru.
D. Gagal Napas
Gagal napas adalah sindroma dimana sistem respirasi gagal untuk
primernya dalam pertukaran gas, yaitu oksigenasi darah arteria dan pembuangan
karbondioksida (price& Wilson, 2005)
Gagal napas adalah ventilasi tidak adekuat disebabkan oleh
pada pasien dengan penyakit paru kronik, seperti bronkhitis kronik dan
emfisema. Pasien akan mengalami toleransi terhadap hipoksia dan
b. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas
kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor
otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi
SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer /
Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar )
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami
bronki.Tumor ini timbul dari sel sel Kulchitsky, komponen normal dari
epitel bronkus. Terbentuk dari sel sel kecil dengan inti hiperkromatik
meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara
klinis tetap tidak menunjukkan gejala gejala sampai terjadinya
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru paru perifer,
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat
b. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral
epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel
besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk
kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik
F. Tuberkulosis Paru
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru
yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam
aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang
bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru
Sumber:
sloane, ethel. 1994. Anatomi dan fisiologi. Penerbit buku kedokteran. Jakarta.
Wilson. 2007. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Terjemahan B. U. Pendit, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta:EGC.