Di susun oleh:
Annisah Adelia P
Depi Suryani
Khasanah Ida K
Laila Rahmawati
Nilasari Novita W
Nimang Kurnia A
Nisa Ekayani
Titik Purwanti
Widyas Bulan
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayahnya sehingga dapat terselesainya makalah Konsep Dasar Keperawatan ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Konsep Dasar Keperawatan. Menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi semua orang yang
membacanya. Dan mohon maaf apabila terdapat kata yang kurang berkenan di hati
pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau
suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari
fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang
dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam
menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Usia
Anak berusia di bawah dua tahun atau lansia (65 tahun ke atas) sama-sama berisiko
menderita bronkopneumonia dan komplikasinya. Komplikasi dari bronkopneumonia,
antara lain berupa abses di paru-paru, sepsis, dan gagal napas (acute respiratory
distress syndrome).
Kondisi medis lain yang diderita
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/AIDS,
kanker, lupus, atau penyakit kronis seperti penyakit jantung dan diabetes, memiliki
risiko yang tinggi terserang bronkopneumonia. Tanyakan kepada dokter Anda
mengenai kondisi medis lain yang juga menjadi faktor risiko kondisi ini.
Gaya hidup
Kecanduan minum minuman beralkohol, merokok, dan asupan nutrisi yang tidak baik
turut menjadi faktor risiko bronkopneumonia.
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit, ketika
Anda sedang dirawat untuk gangguan kesehatan yang lain. Ketika Anda sedang sakit,
tubuh akan mengalami kesulitan untuk mencegah terjadinya infeksi lain.
Berkembangnya bronkopneumonia di rumah sakit juga bisa disebabkan oleh bakteri
yang sudah kebal terhadap antibiotik .
Gejala bronkopneumonia yang muncul dapat bervariasi mulai dari ringan hingga
berat tergantung penyebabnya. Selain itu, gejala bronkopneumonia bisa mirip dengan
gejala penyakit paru-paru lain, yaitu bronkitis atau bronkiolitis, sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan penunjang berupa tes darah dan foto Rontgen oleh dokter, untuk
membantu membedakan kedua penyakit tersebut.
Batuk berdahak
Demam
Sesak napas atau napas menjadi cepat
Menggigil
Dada terasa sakit
Rewel atau sulit untuk tidur
Kehilangan nafsu makan
Gelisah
Muntah
Wajah terlihat pucat
Perubahan warna di bagian bibir dan kuku yang menjadi kebiruan
Bila gejala-gejala bronkopneumonia pada anak tidak segera diobati, akan berakibat pada
kemungkinan munculnya komplikasi lain yang lebih berbahaya.
2.4 Diagnosis Bronkopneumonia
Dokter perlu melakukan pemeriksaan mulai dari menanyakan keluhan dan melakukan
pemeriksaan radiologi dan laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan tersebut antara
lain:
Foto toraks
Foto toraks dilakukan untuk memeriksa adanya gambaran abnormal pada paru-paru.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya bercak konsolidasi pada paru khas
bronkopneumonia.
Pemeriksan dahak atau darah dilakukan untuk mendeteksi adanya peranan atau jenis
infeksi yang menyebabkan bronkopneumonia
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi adanya perubahan nilai sel
darah putih yang dapat meningkat memicu terjadinya infeksi bakteri
CT-scan
Bronkoskopi
Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan rutin lainnya seperti Laju endap darah, glukosa darah, SGOT dan SGPT
pada hati, dan serum Creatinine dapat dilakukan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran