Disusun Oleh :
Kelompok 9 (2B)
1. Oxana Sabdya P (015.232.1741)
2. Khifthia Zulian A (015.232.1753)
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah yang di
limpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan ini yang
berjudul “OTITIS MEDIA”. Laporan ini disusun dan ditujukan untuk untuk memenuhi
tugas Keperawatan Medikal Bedah Akademi Keparawatan Pemerintah Kabupaten
Ngawi, tahun pelajaran 2022
Laporan ini penulis susun dengan menggunakan banyak literatur yang penulis
gunakan untuk menjadi dasar terwujudnya laporan ini. Di dalam pembuatan laporan,
penulis mendapatkan banyak petunjuk, bantuan, dukungan bimbingan serta pengarahan
dari berbagai pihak.
Tidak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusuna laporan ini, yaitu
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tugas-tugas makalah ini.
Oleh karena itu kami ingin pembaca untuk memberikan kritik dan saran pada tugas
makalalı ini agar nantinya bisa menjadi tugas yang baik dan bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbangan. Anatominya juga sangat rumit. Indera pendengaran berperan penting
pada partisipasi seseorangdalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Otitis media adalah infeksi pada telinga bagian tengah, tepatnya pada rongga di
belakang gendang telinga. Infeksi telinga bagian tengah ini, sering kali timbul akibat
batuk pilek, flu, atau alergi sebelumnya.Semua orang bisa mengalami otitis media, tetapi
kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak. Berdasarkan penelitian, kebanyakan kasus
otitis media menyerang anak-anak yang berusia di bawah 3 tahun. Otitis media
merupakan penyakit infeksi telinga pada bayi yang paling sering terjadi.
Otitis media disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus : Streptococcus,
Stapilococcus, Diplococcus pneumonie, Hemopilus influens, Gram Positif : S. Pyogenes,
S. Albus, Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli, Kuman anaerob : Alergi,
diabetes melitus, TBC paru.
Proses terjadinya atau patofisiologi otitis media pada umumnya otitis media dari
nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif
jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium
awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius
bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan
eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat
rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor
ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.
RSV dan virus yang menyebabkan common cold juga dapat menyebabkan otitis
media karena mereka merusak sel-sel epitel sistem pernapasan bagian atas. Di samping
itu, ada pemicu lainnya, seperti, disfungsi tuba Eustachius. Kondisi ini menyebabkan
pembersih bakteri yang tak memadai dari telah telinga dan inilah yang nantinya bisa
menyebabkan otitis media.
Radang telinga tengah juga rentan terjadi pada anak kecil. Hal ini dikarenakan
oleh tuba Eustachius pada telinga anak-anak yang lebih horizontal, pendek, dan lebar
ketimbang orang dewasa. Bukan hanya itu, sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus
dan bakteri juga terbilang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa.
Untuk anak-anak, mereka yang mengidap bibir dan langit-langit sumbing atau sindrom
down, cenderung mengidap infeksi telinga. Mereka yang memiliki masalah pada tuba
eustachius juga rentan terserang penyakit ini. Di samping itu, anak-anak juga rentan
terhadap infeksi telinga di masa kecil, bila mereka mengidap otitis media tipe akut
sebelum usia enam bulan.
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan
dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau
negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ),
dapat mengalami perforasi. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
Keluhan nyeri telinga (otalgia), Sakit telinga yang berat dan menetap, Terjadi
gangguan pendengaran yang bersifat sementara, Pada anak-anak bisa mengalami
muntah, diare dan demam sampai 40,5oC, Gendang telinga mengalami peradangan
dan menonjol, Demam, Anoreksia. Sedangka Otitis Media Kronik muncul gejala
dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat
otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri
kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan
dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan
nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan
kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau
keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak
terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran. Penegakkan diagnosa otitis dapat dilakukan dengan anamnese yaitu otore
terus- menerus/kumat-kumatan lebih dari 6-8 minggu, pendengaran menurun (tuli).
Untuk meyakinkan maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu fato radiologi
mastoid, audiogram untuk melihat ketulian. otitis media perlu dilakukan pengobatan
dan perawatan yang serius karena untuk menghindari komplikasi,
komplikasi otitis media adalah : Meningitis, Abses ekstradural, Abses otak. Untuk
menghindari komplikasi dan dampak yang lebih serius maka diperlukan pengobatan.
Pengobatan otitis antara lain :
1. Anti biotik : Ampisilin / Amoksilin, (3-4 X 500 mg oral) atau klidomisin (3 X
150 – 300 mg oral) Per hari selama 5 –7 hari,
2. Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya,
3. Perawatan pada otitis dengan perhidoral 3% dan tetes telinga (Kloranphenikol
1-
4. Pada stadium kering di lakukan miringoplastik.
Data Objektif :
1. T : 39°C
2. Hasil pemeriksaan
otoskopis diperoleh
membran timpani
tampak merah,
sering
menggelembung dan
mengalami perforasi
3. Klien diberikan
terapi antibiotic
spectrum luas, dan
obat tetes telinga
4. Diagnosa medis
klien otitis media
3.3 Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agens cidera fisik
2. Risiko infeksi d.d kurang pengetahuan terhadap pajanan pathogen
3. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan
3.4 Intervensi
4.1 Kesimpulan
Otitis media merupakan peradangan pada telinga tengah Otitis media terbagi menjadi
4 yaitu otitis media akut, otitis media efusi, otitis media supuratif, otitis media
adhesif. Proses terjadinya atau patofisiologi otitis media pada umumnya dari infeksi
nasofaring yang kemudian menyebar telinga tengah. diagnosa otitis dapat ditegakkan
melalui anamnese yaitu otore terus-menerus/kumat- kumatan lebih dari 6-8 minggu,
pendengaran menurun (tuli). Untuk meyakinkan maka perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu fato radiologi mastoid. Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
serius maka diperlukan pengobatan dengan memberikan antibiotik tetes dan
pembersihan pada sekret dengan memberikan tetes telinga. Diagnosa keperawatan
utama yang muncul pada pasien ini adalah Nyeri berhungan dengan proses inflamasi
pada jaringan telinga tengah.
4.2 Saran
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak
agar kualitas pelayanan kesehatan Indonesia semakin meningkat, diantaranya sebagai
berikut:
Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Otitis Media serta mampu menjaga
kebersihan lingkungan sehingga anggota keluarga lain terhindar dari penyakit Otitis
Media.
Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan memberikan Asuhan
Keperawatan pasien dengan Otitis Media.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz H, 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
Bylander, A., dkk. 2007. Journal of Children Microbiology
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Revai, R, et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis Complicating
Upper Respiratory Tract Infection. Journal of The American Academy
Pediatrics
Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI